ABSTRACT
The act of disposing of a newly born child is obviously a criminal offense, since this act does
not necessarily reflect the humanism side of the human person. an act which the rule of law is
proclaimed as a prohibited act is called a criminal act or it may be referred to as a crime.
According to its nature and nature, these criminal acts are unlawful acts. These acts can also
harm society, in the sense of contradicting or impeding the implementation of the social
order of society that is considered good and fair. There are 3 (three) legal instruments that
contain criminal sanctions against the perpetrators of the crime of infant / child disposal
namely the Criminal Code, Law No. 23 of 2004 on the Elimination of Domestic Violence, and
Law No. 35 of 2014 on Child Protection. However, newly born child abusers are still not
eliminated, and one of the factors is the lack of conviction of criminal prosecution.
hidup”1. Penegakkan hukum sebagai suatu tanggal 30 November 1959 yang berisikan
proses yang pada hakekatnya merupakan 10 (sepuluh) prinsip, serta suatu konvensi
diskresi menyangkut pembuatan keputusan yakni Convention on the Rights of the Child
yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah sesuai resolusi Majelis Umum PBB 44/45
hukum, akan tetapi mempunyai unsur tanggal 20 November 1989. Sejumlah
penilaian pribadi dan pada hakekatnya instrumen internasional HAM tersebut, baik
diskresi berada diantara hukum dan moral. DUHAM maupun Deklarasi Hak-hak Anak
Terhadap anak, perlindungan hukum tidak diratifikasi oleh Indonesia, sedangkan
lebih diutamakan karena sifat alamiah anak Konvensi Hak-hak Anak diratifikasi oleh
yang cenderung masih belum dapat menjadi Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden
pribadi yang seutuhnya menjadi suatu (Keppres) No. 36 Tahun 1990, sehingga
pribadi. Oleh sebab itu perlindungan tingkatan peraturan perundangan berbentuk
terhadap bayi bahkan sudah dimulai sejak Keppres ini sangat rendah, bahkan tidak
anak tersebut berada dalam kandungan. Pasal dikenal sebagai salah satu jenis peraturan
2 Burgerlijk Wetboek (BW) yang perundang-undangan menurut Undang-
menyatakan “seorang anak yang masih Undang No. 12 Tahun 2011 tentang
dalam kandungan ibunya dianggap sebagai Pembentukan Peraturan Perundang-
subyek hukum sepanjang kepentingan si Undangan.
anak itu menghendakinya” hal ini yang Instrumen Internasional HAM yakni
kemudia dikenal dengan istilah fiksi hukum. Universal Declaration of Human Right
Undang-Undang Dasar Negara Republik (Deklarasi Universal HAM/DUHAM),
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) mengatur sejumlah ketentuan mengenai hak
Pasal 28B ayat (2) mengatakan: “setiap anak untuk hidup dan hak anak di dalam Pasal 1
berhak atas kelangsungan hidup dan bahwa “All human being are born free and
berkembang serta berhak atas perlindungan equal in dignity and rights. They are
dari kekerasan dan diskriminasi”, dalam hal endowed with reason and conscience and
ini termasuk bayi. should act towards one another in a spirit of
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) brotherhood”.2 Juga, dalam Pasal 3 bahwa
melalui Majelis Umum juga telah “Everyone has the right to life, liberty and
mengeluarkan suatu deklarasi yakni security of person”.3 Serta dalam Pasal 25
Declaration of the Rights of the Child ayat (2) bahwa “Motherhood and childhood
dengan resolusi Majelis Umum 1386 (XIV) are entitled to special care and assistance.
1
All children, whether born in or wedlock,
Soekanto. S. (1983) Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penegakkan Hukum. Jakarta : Raja shall enjoy the same social protection”
Grafindo Persada. Hlm 5.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 25
7 (tujuh) tahun (termasuk juga bayi) di suatu Terdakwa telah membuang seorang anak
tempat agar dipungut orang lain dengan yang telah dilahirkannya disungai dengan
maksud terbebas dari pemeliharaan anak itu, menempatkan bayi tersebut kedalam tas
dipidana selama 5 (lima) tahun 6 (enam) kresek terbuka dan menyembunyikan anak
bulan, sedangkan pemberatan terhadap hal yang baru dilahirkannya tersebut disela-sela
ini yang berdampak kepada si Anak tanaman padi di sawah Desa Pakisan
mengalami luka berat sesuai ketentuan Pasal Kecamatan Tlogosari Kabupaten
306 ayat (1) KUHP adalah 7 (tujuh) tahun 6 Bondowoso.
(enam) bulan, dan akan diperberat apabila Contoh kasus selanjutnya adalah
dalam hal melakukan pembuangan bayi berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri
tersebut menyebabkan kematian pada diri Majalengka Nomor: 164/Pid.B/2013/PN.Mjl
bayi dipidana dengan pidana penjara selama atas Terdakwa yang bekerja sebagai Tenaga
9 (sembilan) tahun. Juga melanggar Pasal Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi yang
341 KUHP, Pasal 342 KUHP serta melakukan pembuangan terhadap anak yang
merupakan pelanggaran terhadap Undang- telah dilahirkannya akibat pemerkosaan yang
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak dilakukan oleh majikan Terdakwa selama
Asasi Manusia berkaitan dengan hak anak berada di Arab Saudi. Terdakwa
dimana anak sejak masih dalam kandungan menempatkan anak yang baru dilahirkannya
(janin) berhak untuk hidup dan itu kedalam ranjang dan menaruh anak yang
mempertahankan kehidupannya. baru dilahirkannya tersebut di depan gudang
Sebagai contoh kasus dapat dikaji kayu supaya anak terdakwa tersebut ada
dalam Putusan Pengadilan Negeri Lumajang yang merawatnya.
Nomor 600/Pid.B/2011/PN.Lmj yang Beberapa kasus pembuangan anak
Terdakwa telah membuang seorang anak kebanyakan dilakukan oleh Ibu kandungnya
berjenis kelamin laki-laki dalam sebuah tas sendiri dan biasanya dilakukan setelah proses
yang merupakan anak kandung terdakwa melahirkan, karena sebagian besar
sendiri. Kemudian Terdakwa meletakkan tas melakukan hal tersebut karena merasa takut
tersebut di pinggir jalan, terdakwa dan khawatir diketahui oleh orang lain
melakukan perbuatan tersebut karena takut bahwa dirinya sedang mengandung dan
diketahui oleh orang lain kalau terdakwa melahirkan seorang anak. Kejahatan yang
telah melahirkan seorang anak. dilakukan seorang Ibu terhadap anaknya
Selanjutnya Putusan Pengadilan Negeri sendiri dinyatakan sebagai sesuatu yang
Bondowoso Nomor: mustahil terjadi jika tidak ada sebab yang
101/PID.SUS/2015/PN.BDW dimana
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 27
Berbagai kasus yang terjadi mengenai Adapun rumusan Pasal 341 KUHP itu
penelantaran anak yang menyebabkan dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur sebagai
matinya anak ini dilakukan dalam keadaan berikut:
yang sangat tergesa-gesa dan dapat dikatakan 1. Unsur Objektif
dilakukan dengan keadaan yang sangat cepat a) Pelaku adalah seorang ibu;
(dlam pelaksanaanya). Akan tetapi menurut b) Perbuatannya menghilangkan nyawa
Andi Hamzah hal ini tidak menghilangkan orang lain;
unsur berencana itu sendiri, Andi Hamzah c) Objeknya adalah nyawa bayinya
berpendapat bahwa unsur berencana itu sendiri;
adalah adanya keadaan hati untuk melakukan d) Waktunya;
pembunuhan, walaupun keputusan yang e) Pada saat bayi tersebut dilahirkan;
diambil dalam hati itu sekejap saja dengan f) Motifnya karena takut diketahui telah
pelaksanaannya.13 Hoge Raad dalam melahirkan;
Putusannya tanggal 2 Desember 1940, N.J 2. Unsur Subyektif
1941 No. 293 menyatakan “.... dengan a) Dengan sengaja
berpikir tenang dan menimbang dengan
tenang...” merupakan penentu diterapkannya Unsur kesengajaan dalam pembunuhan
Pasal 340 KUHP. Hal ini mengenai tindak bayi harus ditunjukkan pada seluruh unsur
pidana pembuangan anak yang menyebabkan yang ada dibelakangnya. Nahwa dengan
matinya anak diatur pula dalam Pasal 341 demikian, maka kehendak dan apa yang
KUHP dan Pasal 34 KUHP. diketahui si ibu ditunjukkan yakni:
Pasal 341 KUHP: a) Untuk mewujudkan perbuatan
“Seorang ibu yang karena takut akan menghilangkan nyawa;
diketahui bahwa ia melahirkan anak
b) Nyawa bayinya sendiri;
dengan sengaja menghilangkan nyawa
anaknya pada saat anak itu dilahirkan c) Waktunya, yakni: ketika bayi sedang
atau tidak lama kemudian, diancam
dilahirkan, dan tidak lama setelah bayi
karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama 7 dilahirkan.
(tujuh) tahun (KUHP 37-1 Sub 2, Pasal
Artinya, kesengajaan yang demikian itu
308, Pasal 338, Pasal 342, dst., Pasal
487).” adalah, bahwa si ibu menghendaki
mewujudkan perbuatan menghilangkan
nyawa dan mengetahui perbuatan itu dapat
menimbulkan akibat kematian, yang
13
diketahuinya perbuatan mana dilakukan pada
Koeswadji. H.H, (1984) Kejahatan Terhadap
Nyawa, Asas-Asas Kasus dan Permasalahannya. saat dilahirkan atau tidak lama setelah
Surabaya : Sinar Widjaya. Hlm 41.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 31
dilahirkan atau tidak lama setelah umum, maka setelah adanya undang-undang
dilahirkan.14 Pembunuhan bayi berencana yang mengatur tindak pidana terkait
(kindermoord) tersebut mempunyai unsur- penelantaran anak seperti Undang-Undang
unsur sebagai berikut: Nomor 23 Tahun 2004 maupun Undang-
1. Pelaku adalah seorang ibu kandungnya; Undang Nomor 35 Tahun 2014.
2. Adanya putusan kehendak yang telah Konsep Perlindungan Hukum
diambil sebelumnya; merupakan salah satu hal yang sangat
3. Perbuatannya menghilangkan nyawa; penting untuk dibahas, karena fokus kajian
4. Objek nyawa adalah bayi kandungnya teori ini pada perlindungan hukum yang
sendiri; diberikan kepada masyarakat. Masyarakat
5. Waktu (pada saat bayi dilahirkan, tidak yang menjadi sasaran pada teori ini adalah
lama setelah bayi dilahirkan). masyarakat yang berada pada posisi lemah,
Selain itu mengenai instrumen hukum baik dari segi ekonomi maupun dari aspek
yang mengatur mengenai perbuatan yuridisnya.15 Masyarakat tersebut salah
penelantaran anak yang baru saja dilahirkan satunya adalah anak. Perlindungan hukum
dalam perspektif penelantaran anak juga dalam hal ini lebih mengarah kepada salah
diatur dalam Pasal 76B Undang-Undang satu tujuan hukum yang hendak dicapai
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan dalam tataran berbangsa dan bernegara,
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 yaitu: keadilan.
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pembuangan anak yang baru saja
Perihal kebijakan hukum pidana terkait dilahirkan yang menyebabkan kematian bagi
penelantaran anak yaitu sebelum adanya anak tersebut dapat pula disebut sebagai
undang-undang yang khusus mengatur pembunuhan anak/bayi (infanticide).
tindak pidana terkait penelantaran anak, Merupakan istilah hukum yang
pelaku tindak pidana terkait penelantaran menggambarkan tentang pembunuhan anak
anak masih dikenakan ketentuan dalam dengan usia di bawah 1 (satu) tahun oleh ibu
KUHP. Namun dengan adanya asas si anak. Sedangkan menurut Infanticide Act
perundang-undangan yaitu asas lex specialis 1938, Article I (London) adalah: adalah di
derogat legi generalis yang berarti aturan mana seorang wanita dengan sengaja atau
hukum yang bersifat khusus karena kelalaiannya mengakibatkan
mengesampingkan aturan hukum yang lebih kematian atas anaknya yang berumur di
bawah 12 (dua belas) bulan. Namun pada
14
Mangare. P. (2016) Kajian Hukum Tindak Pidana
15
Pembunuhan Anak Oleh Ibu Kandungnya (Menurut Salim HS. (2013) Penerapan Teori Hukum Pada
Pasal 134 KUHP), Jurnal Hukum Lex Privatum, Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta : Raja
Volume IV. Nomor 2. Hlm 89. Grafindo Persada. Hlm 259.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 32
saat tindakan ataupun kelalaiannya tersebut takut juga, maka maksimum hukuman atas
terjadi, didapatkan gangguan mental tindak pidana dari Pasal 305 dan Pasal 306
dikarenakan oleh alasan belum pulihnya efek KUHP, dikurangi sampai seperduanya.
dari kelahiran anaknya, atau efek dari Dalam Pasal 49 huruf a UU No. 23
menyusui sebagai konsekuensi melahirkan Tahun 2004 Tentang PKDRT juga mengatur
anak tanpa perkecualian. Hal tersebut dapat bahwa pelaku yang menelantarkan orang
dinyatakan sebagai pembunuhan, dan dalam lingkup rumah tangganya, padahal
dinyatakan bersalah sebagai infanticide.16 menurut hukum yang berlaku baginya atau
Sebagaimana telah dijelaskan karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
sebelumnya, pengaturan hukum terkait memberikan kehidupan, perawatan, atau
tindak pidana pembuangan anak ini terdapat pemeliharaan kepada orang tersebut”; dan
dan tersebar dalam berbagai peraturan Pasal 49 huruf a yang berbunyi “Dipidana
perundang-undangan yang ada. Beberapa dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
instrumen hukum tersebut mengatur tahun atau denda paling banyak Rp
mengenai norma pidananya begitupula 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah),
mengenai sanksi pidana yang diatur secara setiap orang yang: a. Menelantarkan orang
berbeda-beda. KUHP mengatur sanksi yang lain dalam lingkup rumah tangganya
dapat dijatuhkan untuk pelaku pembuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
bayi/anak terdapat dalam ketentuan Pasal (1)”.
306 KUHP yang mengatur mengenai Pasal 77B UU Nomor 35 Tahun 2014
hukuman tambahan bagi pelaku tindak Tentang Perlindungan Anak menyatakan
pidana berdasarkan Pasal 304 KUHP dan “Setiap orang yang melanggar ketentuan
Pasal 305 KUHP. Pasal 308 KUHP juga sebagaiman dimaksud dalam Pasal 76B,
mengatur apabila seorang ibu membuang dipidana dengan pidana penjara paling lama
anaknya tidak lama sesudah anak itu 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
dilahirkan, oleh karena takut akan diketahui Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”
orang bahwa ia melahirkan anak, atau jika ia Pasal 77B tersebut memuat hukuman atau
meninggalkan anak itu dengan tujuan sanksi pidana bagi tindak pidana dari Pasal
melepaskan anak itu daripadanya karena 76B Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014, yaitu berupa pidana penjara paling
16
Hadidjah. S. (2008) Penegakkan Hukum Pidana lama lima tahun dan/atau pidana denda
Dalam Penanggulangan Pembunuhan Bayi di paling banyak seratus juta rupiah.
Wilayah DIY, Tesis, Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro Semarang. Hlm 252. Mengutip pendapat Dapat diketahui terdapat 3 (tiga)
dari Spinelli (et all) (2004) Maternal Infanticide
Associated With Mental Illness; Prevention and The instrumen hukum yang memuat sanksi
Promised of Saved Lives America Journal. Hlm 16.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 33
pidana terhadap pelaku tindak pidana masyarakat agar tidak terjadi kembali
pembuangan bayi/anak yaitu KUHP, UU No mengenai hal ini.
23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Terdapat beberapa cara yang dapat
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan digunakan dalam upaya melakukan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 penanggulangan terhadap kejahatan seperti
Tentang Perlindungan Anak. Diantara sanksi yang telah dikemukakan oleh G.P.
pidana yang terdapat dalam 3 (tiga) Hoefnagel, bahwa penanggulangan kejahatan
instrumen hukum tersebut, sanksi pidana itu dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara
dalam penegakkan hukumnya. Secara garis sebagai berikut:17
besar, Konvensi Tentang Hak Anak adalah 1. Penerapan hukum pidana (criminal law
instrumen yang paling komprehensif yang application);
berlaku untuk saat ini. terdapat setidaknya 4 2. Pencegahan tanpa pidana (prevention
(empat) poin utama dalam Konvensi Hak without punishment);
Anak tersebut antara lain: (1). Non 3. Mempengaruhi pandangan masyarakat
diskriminasi (Pasal 2); (2). Kepentingan mengenai kejahatan dan pemidanaan
terbaik bagi anak; (3). Hak untuk hidup, lewat media massa (Influencing news of
kelangsungan hidup dan pengembangan society on crime and punishment/ mass
anak; dan (4). Pandangan anak. media).
Penegak hukum, dan komisi khusus Marc Ancel menyatakan bahwa
untuk menanggulangi masalah pembunuhan modern criminal science terdiri dari 3 (tiga)
terhadap anak yang baru saja dilahirkan komponen yaitu: Criminology, Criminal law,
(infanticide) atau bahkan aborsi merupakan dan Penal Policy18. Penal Policy adalah
langkah yang dapat diwujudkan dikemudian suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya
hari. Penegakkan hukum penting untuk lebih mempunyai tujuan praktis untuk
bersifat aktif dalam menangani infanticide memungkinkan peraturan hukum positif
yang ada agar tidak lagi terulang kembali. dirumuskan secara lebih baik dan untuk
Hukum sejatinya perlu memperbaharui memberi pedoman tidak hanya kepada
mengenai masalah infanticide ini dengan pembuat undang-undang, tetapi juga kepada
cara yang lebih tajam dalam artian lebih pengadilan untuk menerapkan undang-
tegas dalam penegakkan hukumnya,
sehingga sebuah langkah awal yang
17
diharapkan dan menjadikan ketakutan bagi Muladi dan Barda Nawawi Arief, (1998) Teori-
Teori dan Kebijakan Pidana. Bandung : Alumni Hlm
pelaku (efek jera) ataupun kepada 48.
18
Arief B.N. (2005) Beberapa Aspek Kebijakan
Penegakkan dan Pengembangan Hukum Pidana,
Citra Aditya Bakti, Bandung. Hlm 75.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 34
undang dan juga kepada penyelenggara atau akan berpengaruh besar terhadap
pelaksana putusan pengadilan.19 amar/diktum putusan hakim.21
Ratio decideni adalah sebuah istilah Ratio Decidendi atau The Ground of
yang berasal dari bahasa latin yang sering reason the decision merupakan pondasi
diterjemahkan secara harfiah sebagai “alasan penting yang juga mengikat. Karena putusan
untuk keputusan itu” (the reason/ the pidana berada di ranah hukum publik, maka
rationale for the decision) Blacks Law bagian itu juga mengikat untuk publik atas
Dictionary menyatakan ratio decidendi dasar kepentingan umum (algemene
sebagai “(1). The point in a case which belangen).22 Dapat pula disimpulkan
determines the judgement, (2). The principle bahwasanya ratio decidendi juga merupakan
which the case establishes”.20 Aspek-aspek pertanggung jawaban hakim kepada
pertimbangan-pertimbangan yuridis terhadap masyarakat luas mengenai pemikirannya
suatu tindak pidana yang didakwakan kepada dalam memutus suatu perkara. Fungsi ratio
seorang terdakwa dimuka persidangan decidendi adalah sebagai sarana
merupakan konteks yang paling penting mempresentasikan pokok-pokok pemikiran
dalam suatu putusan hakim. Majelis Hakim tentang problematika konflik hukum antara
dalam menjatuhkan putusan sudah barang seseorang dengan orang lain, atau antara
tentu memperhatikan berbagai aspek-aspek masyarakat dengan pemerintahan terhadap
yang ada demi tegakknya suatu putusan yang kasus-kasus yang menjadi kontroversi atau
berkeadilan bagi semua pihak tanpa kontraproduktif untuk menjadi replika dan
terkecuali. Pertimbangan-pertimbangan duplika percontohan, terutama menyangkut
yuridis dalam putusan hakim pada baik dan buruknya sistem penerapan dan
hakikatnya merupakan pembuktian unsur- penegakkan hukum, sikap tindak aparatur
unsur (bestandellen) dari suatu tindak pidana hukum, dan lembaga peradilan.23
apakah perbuatan perbuatan terdakwa Putusan No.600/Pid.B/2011/PN.Lmj
tersebut telah memenuhi dan sesuai dengan tersebut adalah putusan dalam perkara tindak
tindak pidana yang didakwakan oleh pidana penelantaran anak berjenis kelamin
jaksa/penuntut umum. Dapat dikatakan lebih laki-laki berumur 1 (satu) hari dengan berat 2
jauh bahwasanya pertimbangan-
21
Mulyadi. L. (2014). Seraut Wajah Putusan Hakim
pertimbangan yuridis ini secara langsung Dalam Hukum Acara Pidana Indonesia, Perspektif,
Teoritis, Praktik, Teknik Membuat dan
Permasalahannya. Bandung : Citra Aditya Bakti. Hlm
19
Firman. R. (1965) Analisis Kriminologis Kejahatan 219.
Penelantaran Bayi, Jurnal Fakultas Hukum
22
Universitas Lampung, Bandar Lampung. Hlm 8. Mertokusumo. S. (2009) Penemuan Hukum Suatu
20
http://www.miftakhulhuda.com, Ratio decidendi, Pengantar. Yogyakarta : Liberty. Hlm 54.
23
diakses pada Senin, 27 November 2017, pukul 03.17 H.F Amos. A, (2007) Legal Opinion Teoritis &
WIB. Empirisme. Jakarta : Grafindo Persada. Hlm 34.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 35
undang-undang tersebut akan sangat jauh RT.014, RW. 004 Desa Sindanghaji,
dari yang diharapkan apabila dalam Kecamatan. Palasah, Kabupaten Majalengka.
implementasinya tidak sesuai dengan amanat Atas tindak pidana yang dilakukan oleh
undang-undang tersebut. Majelis Hakim terdakwa berikut dakwaan yang diajukan
Pengadilan Negeri Bondowoso dalam oleh Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
putusan dalam perkara ini penulis merasa Majalengka Nomor Register Perkara: PDM-
kurang cermat dan memahami asas-asas 163/MJLKA/07/2013 tanggal 11 Juli 2013
perlindungan anak. Bagaimana tidak, Majelis Atas tindak pidana yang dilakukan oleh
Hakim Pengadilan Negeri Bondowoso hanya terdakwa. Jaksa/Penuntut umum
menjatuhkan pemidanaan yang dalam Pasal memberikan dakwaan tunggal Pasal 77
77 B UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Huruf b Undang-Undang Nomor 23 Tahun
perlindungan Anak yang maksimal ancaman 2002 Tentang Perlindungan Anak. Majelis
pidananya 5 (lima) tahun dan/atau denda Hakim pada Pengadilan Negeri Majalengka
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus dalam perkara pembuangan
juta rupiah), akan tetapi dalam perkara diatas bayi/penelantaran anak ini memberikan
hanya dijatuhi dengan pidana penjara selama pertimbangan sebagai berikut:
1 (satu) tahun dan denda sebesar Rp. 1. Menimbang, bahwa berdasarkan
1.000.000,00.- (satu juta rupiah). keterangan saksi-saksi terdakwa telah
Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan melahirkan seorang anak hasil dari
Negeri Bondowoso untuk memperingan pemerkosaan dan yang menjadi korban
pemidanaan didasarkan pada status terdakwa pemerkosaan adalah terdakwa sendiri,
yang masih sebagai mahasiswa (masih sehingga untuk menutupi rasa malu
terlalu muda) untuk menjalani suatu tersebut terdakwa berniat untuk
pemidanaan. Padahal tindak pidana dapat membuang anaknya dikarenakan
dilakukan tanpa memperhatikan batasan terdakwa tidak mempunyai biaya dan
umur dan begitupula korban dari suatu orang yang tidak mampu karena
tindak pidana tidak berbatas pada umur pula. terdakwa telah bercerai dari suaminya;
Putusan No. 164/Pid.B/2013/PN. Mjl 2. Mengingat dan memperhatikan hukum
tersebut adalah putusan dalam perkara tindak yang berlaku dan udang-undang yang
pidana penelantaran bayi berjenis kelamin bersangkutan khususnya Pasal 77 huruf
laki-laki berumur 1 (satu) hari dengan berat 3 b Undang-Undang Nomor 23 Tahun
(tiga) kg panjang 49 (empat puluh sembilan) 2002 Tentang Perlindungan Anak,
cm, yang dilakukan oleh Terdakwa Yayah pasal-pasal dalam KUHP dan KUHAP
Sartiah Binti Darman, Alamat Dusun Tengah serta pasal-pasal lain dan undang-
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 38
tindak pidana melakukan hal tersebut karena Bruggink, .J.J.H. (1995) Rechtsreflecties,
terjemahan Arief Sidharta. Bandung :
keadaan malu dan sangat terpaksa karena
Citra Aditya Bakti.
sebelumnya mengandung dengan belum
Firman, Riki. (2014) Analisis Kriminologis
adanya perkawinan yang sah.
Kejahatan Penelantaran Bayi,
Adapun saran yang akan dikemukakan Bandar Lampung : Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
yakni harus dibuat pengaturan khusus diluar
KUHP mengenai tindak pidana penelantaran H.F, Abraham Amos. (2007) Legal Opinion
Teoritis & Empirisme, Jakarta :
dan pembuangan anak yang baru saja
Grafindo Persada.
dilahirkan oleh orang tuanya karena selama
HS, Salim. (2013) Penerapan Teori Hukum
ini belum adanya pengaturan khusus yang
Pada Penelitian Tesis dan Disertasi.
terkait mengenai hal tersebut. Agar tidak lagi Jakarta : Raja Grafindo Persada.
terjadi kekosongan hukum (vacuum of
Hadjon, Philipus M. (1997) “Pengkajian
norm). Ilmu Hukum”. Surabaya : Paper
Pelatihan Metode Hukum Normatif,
Kepada Hakim pemeriksa perkara
Unair.
tindak pidana penelantaran dan pembuangan
Hadjon, Philipus M. dan Tatiek Sri
anak yang menyebabkan kematian dapat
Djatmiati. (2005) Argumentasi
bertindak lebih tegas kembali kepada pelaku Hukum, Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
tindak pidana dengan mencoba tidak hanya
menerapkan ketentuan hukum dalam KUHP Hadidjah, Susi. (2008) Penegakkan Hukum
Pidana Dalam Penanggulangan
sebagai dasar hukum pemidanaan. Selain itu
Pembunuhan Bayi di Wilayah DIY.
karena penelantaran anak dan pembuangan Semarang : Tesis, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro.
anak yang baru saja dilahirkan dapat
digolongkan sebagai tindak pidana Hutchinson, Terry, (2002). Researching and
Writing in Law. Sydney : Lawbook
pembunuhan berencana, hakim pemeriksa
Co.
perkara dapat menjatuhkan pidana mati
Koeswadji, Hermien Hadiati.(1984)
ataupun pidana seumur hidup bagi para
Kejahatan Terhadap Nyawa, Asas-
pelaku tindak pidana. Asas Kasus dan Permasalahannya.
Surabaya : Sinar Widjaya.
DAFTAR BACAAN
Ancel, Marc (1965) Social Defence, A Lamintang, P.A.F. (1985) Delik-Delik
Modern Approuch To Criminal Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa,
Problems, London, Routledge and Tubuh yang membahayakan bagi
Kegen Paul. tubuh, nyawa. Bandung : Bina Cipta.
Arief, Barda Nawawi. (2005) Beberapa Marzuki, Peter Mahmud (2005) Penelitian
Aspek Kebijakan Penegakkan dan Hukum. Jakarta : Prenada Media.
Pengembangan Hukum Pidana.
Bandung : Citra Aditya Bakti.
UBELAJ, Volume 3 Number 1, April 2018 | 40
Muladi dan Barda Nawawi Arief (1998). Soekanto, Soerjono. (1983) Faktor-Faktor
Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Yang Mempengaruhi Penegakkan
Bandung : Alumni. Hukum. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Mulyadi, Lilik. (2014). Seraut Wajah
Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Spinelli, Margaret. (2004) Maternal
Pidana Indonesia, Perspektif, Infanticide Associated With Mental
Teoritis, Praktik, Teknik Membuat Illness; Prevention and The Promised
dan Permasalahannya. Bandung : of Saved Lives America Journal.
Citra Aditya Bakti.
Sumiyanto. (2000) Pembunuhan Bayi Oleh
Rahardjo, Satjipto. (2002) Polri Sipil dan Ibu Kandungnya Sendiri, Malang :
Perubahan Sosial di Indonesia. Laporan Hasil Penelitian Universitas
Jakarta : Kompas. Brawijaya.
Saleh, Roeslan. (1983) Perbuatan Pidana Tongat. (2003) Hukum Pidana Materiil
dan Pertanggung Jawaban Pidana Tinjauan Atas Tindak Pidana
(Dua Pengertian Dasar Dalam Terhadap Subyek Hukum Dalam
Hukum Pidana). Jakarta : Aksara Kitab Undang-Undang Hukum
Baru. Pidana. Jakarta : Djambatan.