Anda di halaman 1dari 16

Penerapan Diversi terhadap Anak:……….

(Azwad Rachmat Hambali)

PENERAPAN DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN


HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA
(Diversions for Children in Conflict with The Laws in The Criminal Justice
System)
Azwad Rachmat Hambali
Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia
Jalan Urip Sumohardjo Km.5 Makassar, Sulawesi Selatan, 90231
Telepon (0411) 455696
aswadrachmat.hambali@umi.ac.id

Tulisan diterima: 17 Desember 2018; Direvisi: 6 Maret 2019;


Disetujui Diterbitkan: 13 Maret 2018

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/kebijakan.2019.V13.15-30

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan diversi dalam restorative justice pada Sistem
Peradilan Pidana Anak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan tipe
penelitian hukum normatif yang terkait penerapan diversi dalam keadilan restoratif pada sistem
peradilan pidana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan diversi dalam keadilan restoratif
pada sistem penerapan diversi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dalam sistem
peradilan anak, merupakan implementasi sistem dalam keadilan restoratif untuk memberikan
keadilan dan perlindungan hukum kepada anak yang berkonflik dengan hukum tanpa mengabaikan
pertanggungjawaban pidana anak. Diversi bukanlah sebuah upaya damai antara anak yang berkonflik
dengan hukum dengan korban atau keluarganya akan tetapi sebuah bentuk pemidanaan terhadap
anak yang berkonflik dengan hukum dengan cara nonformal. Rekomendasi dalam penelitian ini,
aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas baik penyidikan, penuntutan, pemeriksaan dan
penentuan putusan perkara pada sidang pengadilan hendaknya mengutamakan penerapan diversi
sebagai salah satu alternatif dari penerapan pidana penjara. Perlu dilakukan sosialisasi secara masif
mengenai diversi kepada masyarakat. Hendaknya pemerintah menyediakan sarana dan prasarana
diversi dalam rangka memberikan jaminan perlindungan kepada anak.
Kata Kunci: diversi; keadilan restoratif; pidana anak.
Abstract
This research aims to analyze the diversion policy in restorative justice under the Criminal Justice
System for Children. The research has been descriptive of normative legal research type related to
the application of diversion policy in the restorative justice under the criminal justice system for
children. The research results show that the application of diversion policy in restorative justice
under the diversion policy for children in conflict with the law under the juvenile justice system is an
implementation of the restorative justice system in providing justice and legal protection to children
in conflict with the law without necessarily impairing the children’ responsibilities for their
delinquency. Diversion is not reconciliation between the children in conflict with the law and victims
or their families but it should be a form of punishment against the children in conflict with the law in
a non-formal manner. Recommendations in this research are, law enforcers in performing their
tasks of investigation, prosecution, investigation and determination of the case by the court should
prioritize the implementation of diversion policy as an alternative for the imprisonment or jail terms.
Massive socialization of this diversion policy to the community is highly required. The government
should provide facilities and infrastructure for the diversion policy in order to guarantee protection
for children.
Keywords: diversion; restorative justice; child crime.
15
Volume 13, Nomor 1, Maret 2019 : 15-30

PENDAHULUAN Perlindungan terhadap hak anak oleh dunia


internasional tertuang dalam (1) 1959 UN
Latar Belakang
General Assembly Declaration on the Rights
Problematika penyelesaian masalah of the Child; (2) 1966 International Covenant
anak yang berhadap dengan hukum
on Civil and Rights of the Child; (3) 1966
merupakan hal yang masih menarik untuk
International Covenant on Economic, Social
dikaji dewasa ini. Dalam faktanya di Indonesia
& Cultural Right; (4) 1989 UN Convention on
kasus terhadap anak mencapai 33%.1 Dari the Rights of the Child.3
fakta tersebut bahwa perlunya penyelesaian
Konvensi Hak-Hak Anak adalah
kasus yang tepat sebagaimana telah diatur
instrumen hukum dan HAM yang paling
dalam perundang-undangan yang berlaku,
yakni Undang-Undang Sistem Peradilan komprehensif untuk mempromosikan dan
Pidana Anak (UU.No.11 tahun 2012), yakni melindungi hak-hak anak.4 Indonesia adalah
salah satu negara yang telah meratifikasi
pelaksanaan penyelesaian masalah anak
Konvensi Hak-Hak Anak (KHA) pada Tahun
yang berhadapan dengan hukum dengan
1990 yang telah disetujui oleh Majelis Umum
penerapankeadilan restoratif (restorastive
justice) melalui sistem diversi. PBB pada 20 November 1989.5 Konvensi Hak
Anak (Convention on the Rights of the Child)
Topikkajianinisebelumnyatelahdilakukan
yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia
penelitian sebelumnya, seperti pada peneltian
melalui Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun
Yul Ernis,2 yang mengemukakan pentingnya
1990, kemudian dituangkan dalam Undang-
pendekatan keadilan restoratif dan eksistensi
Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
diversi dalam penyelesaian perkara tindak
Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor
pidana anak. Menurut penulis penelitian
35 Tahun 20014 tentang Perlindungan Anak.
tersebut masih perlu ditindaklanjuti, karena
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
belum secara spesifik untuk membahas lebih
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
jauh bagaimana pelaksanan diversi terhadap
yang kesemuanya mengemukakan prinsip-
anak yang berhadapan dengan hukum dalam
prinsip umum perlindungan anak, yaitu non
sistem peradilan pidana.
diskriminasi kepentingan terbaik bagi anak,
Alasan yang paling mendasar pada anak kelangsungan hidup yang menghargai dan
adanya kesepakatan Perserikatan Bangsa- tumbuh berkembang. Hadirnya perangkat
Bangsa (PBB) diimana pada Tahun 1948 peraturan tersebut telah merumuskan
PBB membuat deklarasi yang dikenal dengan perlindungan terhadap hak-hak anak
Universal Declaration of Human Rights
(UDHR), dengan salah satu rumusannya
adalah bahwa setiap manusia dilahirkan 3 Muhammad Azil Maskur, “Perlindungan
Hukum Terhadap Anak Nakal (Juvenile
merdeka dan sama dalam martabat dan hak-
Delinquency) Dalam Proses Acara Pidana
haknya. Dengan demikian, anak dijamin hak- Indonesia”, Pandecta: Research Law
haknya untuk hidup dan berkembang sesuai Journal, Vol.7, No.2, 2012, hal.172
dengan kemampuannya dan harus dilindungi. 4 Zendy Wulan Ayu Widhi Prameswari,
“Ratifikasi Konvensi Tentang Hak-Hak
Anak Dalam Sistem Peraturan Perundang-
1 Supardji Rasban, “Kasus Kekerasan Undangan Di Indonesia”, Jurnal Yuridika,
Terhadap Anak di Indonesia Capai 33%,” Vol.32, No.1, Januari 2017, hal.167.
Media Indonesia, Oktober 12, 2018. 5 Hardianto Djanggih, “Konsepsi Perlindungan
2 Yul Ernis, “Diversi Dan Keadilan Restoratif Hukum Bagi Anak sebagai Korban Kejahatan
Dalam Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Siber Melalui Pendekatan Penal dan Non
Anak Di Indonesia”, Jurnal Ilmiah Kebijakan Penal”, Jurnal Mimbar Hukum, Vol.30, No.2,
Hukum, Vol.10, No.2, Juli 2016, 163-174. Juni 2018, hal.317

16
Penerapan Diversi terhadap Anak:………. (Azwad Rachmat Hambali)

namun dalam kenyataannya masih belum Bentuk-bentuk kriminal dan tindak pidana
mendapatkan perlakuan yang sangat yang banyak dilakukan oleh anak antara lain
bermanfaat untuk kepentingan yang terbaik meliputi pencurian, penyalahgunaan narkoba,
untuk kepentingan anak.6 perkelahian, kejahatan pelecehan seksual,
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang- pelanggaran lalu lintas, dan penganiayaan
Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang sampai pada kasus pembunuhan serta
Perlindungan Anak dirumuskan bahwa kejahatan geng motor (begal) yang pelakunya
“Perlindungan Anak adalah segala kegiatan adalah anak. Fakta lain juga menunjukkan
untuk menjamin anak dan hak-haknya bahwa anak dalam berbagai kasus harus
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang berhadapan dengan hukum sebagai korban
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dari perlakuan kekerasan baik kekerasan
dengan harkat dan martabat kemanusian fisik, psikis, kekerasan pelecehan seksual
serta mendapat perlindungan dari kekerasan serta kekerasan penelantaran.
dan diskriminasi“. Anak termasuk kelompok Sistem Peradilan Pidana Anak yang
yang rentan terhadap terjadinya suatu tindak berlaku sekarang mengacu pada Undang-
pidana yang berhadapan dengan hukum, Undang Nomor 11 Tahun 2012, dalam
baik sebagai pelaku tindak pidana, maupun mekanisme prosesnya tetap harus melalui
sebagai korban tindak pidana serta anak yang proses formal layaknya orang dewasa dengan
menjadi saksi tindak pidana, sebagaimana melalui proses penyelidikan dan penyidikan
dirumuskan dalam Pasal 1 angka 2, 3, 4 dan oleh kepolisian, proses penuntutan oleh
5 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 kejaksaan dan persidangan di pengadilan.
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Proses formal yang panjang inilah melahirkan
Anak memiiki hak secara spesifik beberapa pemikiran baik dari kalangan
berbeda dengan hak-hak orang dewasa, hal ilmuan maupun aparat penegak hukum untuk
ini disebabkan bahwa anak sangat rentan mencari alternatif penanganan yang terbaik
mengalami kekerasan, perlakuan salah dan untuk anak dengan semaksimal mungkin
eksploitasi.7 Berbagai kasus tindak pidana menjauhkan anak dari sistem peradilan
yang melibatkan anak harus berhadapan formal.
dengan hukum merupakan masalah aktual Menurut Direktur Analisa Peraturan
dan faktual sebagai gejala sosial dan kriminal Perundang-undangan Bappenas, Diani Sadia
yang telah menimbulkan kehawatiran Wati, alasan perubahan Undang-Undang
dikalangan orang tua pada khususnya dan Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
masyarakat pada umumnya serta penegak Anak Menjadi Undang-Undang Nomor 11
hukum.8 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak (UU SPPA) disebabkan beberapa hal
sebagai berikut: Pertama, kegagalan sistem
6 Yul Ernis, 2016, Op.Cit, hal.164. peradilan pidana anak untuk menghasilkan
7 Nur Rochaeti, “Implementasi Keadilan
keadilan; Kedua, tingkat tindak pidana
Restoratif dan Pluralisme Hukum Dalam
Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, dan residivisme anak tidak mengalami
Jurnal Masalah-Masalah Hukum, Vol. 44, penurunan; Ketiga, proses peradilan gagal
No.2, April 2015, hal.150 memperlakukan anak; keempat, pengadilan
8 Ulang Mangun Sosiawan, “Perspektif
lebih banyak memanfaatkan pidana
Restorative Justice Sebagai Wujud
Perlindungan Anak Yang Berhadapan perampasan kemerdekaan (pidana penjara)
Dengan Hukum”, Jurnal Penelitian Hukum
DE JURE, Vol.16, No.4, Desember 2016,
hal.428

17
Volume 13, Nomor 1, Maret 2019 : 15-30

daripada bentuk sanksi lainnya; dan kelima, Peradilan Pidana Anak berdasarkan Undang-
pendekatan yang terlalu legalistik.9 Undang Nomor 11 Tahun 2012 dan peraturan
Untuk menjaga harkat dan martabat, anak perundang-undangan lain khususnya yang
berhak mendapatkan perlindungan khusus terkait dengan anak yang berhadapan dan
terutama perlindungan hukum dalam sistem berkonflik dengan hukum atau anak sebagai
peradilan sebagai konsekuensi Indonesia pelaku tindak pidana.
sebagai negara pihak dalam Konvensi Hak Tipe penelitian ini adalah penelitian
Hak anak (Convention on the Rights of the hukum normatif. Penelitian hukum normatif
Child) yang mengatur prinsip perlindungan dimaksud untuk mengkaji serta menelaah
hukum terhadap anak mempunyai kewajiban norma-norma hukum dalam Undang-Undang
untuk memberikan perlindungan khusus Nomor 11 Tahun 2012 serta peraturan
terhadap anak yang berhadapan dengan perundang-undangan lain yang ada
hukum. kaitannya.
Oleh karena itu, adanya hak layak
hidup anak sebagaimana dalam regulasi PEMBAHASAN
yang ada yang dikaitkan dengan fenomena
Penerapan Diversi Terhadap Anak yang
perkembangan permasalahan yang menimpa
Berhadapan Dengan Hukum dalam Sistem
terhadap anak, penelitian ini dianggap penting
Peradilan Pidana
untuk mengkaji lebih jauh lagi, bagaimana
pelaksanaan yang ideal penerapan diversi Kualitas perlindungan terhadap anak
terhadap anak yang berhadapan dengan hendaknya memiliki derajat atau tingkat
hukum. yang minimal sama dengan perlindungan
terhadap orang dewasa, karena setiap orang
Rumusan Masalah memiliki kedudukan yang sama di depan
Mendasari latar belakang, untuk hukum (equality before the law).10 Menurut
memfokuskan kajian ini, permasalahan Arif Gosita, perlindungan anak merupakan
dibatasi pada, bagaimanakah penerapan upaya-upaya yang mendukung terlaksananya
diversi terhadap anak yang berhadapan hak-hak dan kewajiban anak itu sendiri. Oleh
dengan hukum dalam sistem peradilan karena itu, seorang anak yang memperoleh
pidana? dan mempertahankan hak untuk tumbuh dan
berkembang dalam hidup secara berimbang
Tujuan
dan positif, berarti mendapat perlakuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah secara adil dan terhindar dari ancaman yang
untuk menganalisis penerapan diversi merugikan. Usaha-usaha perlindungan anak
terhadap anak yang berhadapan dengan dapat merupakan suatu tindakan hukum
hukum dalam sistem peradilan pidana. yang mempunyai akibat hukum, sehingga
Metode Penelitian menghindarkan anak dari tindakan orang tua
yang sewenang-wenang11
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian deskriptif yaitu dengan
menggambarkan penerapan Sistem 10 Syamsu Haling, Paisal Halim, Syamsiah
Badruddin, & Hardianto Djanggih,
“Perlindungan Hak Asasi Anak Jalanan
9 http://www.bappenas.go.id/berita -dan- Dalam Bidang Pendidikan Menurut Hukum
siaran-pers/indonesia-akan-berlakukan-uu- Nasional Dan Konvensi Internasional”. Jurnal
no-11-tahun-2012-tentang-sistem-peradilan- Hukum & Pembangunan, Vol.48, No.2, April-
pidana-anak/, diakses pada 29 Oktober Juni 2018, hal.362-363.
2015. 11 Nevey Varida Ariani, “Implementasi

18
Penerapan Diversi terhadap Anak:………. (Azwad Rachmat Hambali)

Proses peradilan terhadap anak berubah menjadi rehabilitation, lalu yang


seringkali kehilangan makna esensinya, yaitu terakhir menjadi restorative justice.15
sebagai mekanisme yang harus berakhir Pengalihan penyelesaian perkara anak ke
dengan upaya untuk melindungi kepentingan luar jalur formal peradilan melalui diversi yang
terbaik bagi anak (the best interest of child). diatur dalam instrumen internasional anak
Peradilan pidana anak seringkali merupakan membawa implikasi yuridis bagi Indonesia
proses yang hanya berorientasi pada untuk mengakomodir ketentuan diversi
penegakan hukum secara formal dan tidak dalam peraturan perundang-undangan anak
berorientasi pada kepentingan anak.12 di Indonesia.16 Dalam mewujudkan konsep
Di dalam Teori Restoratif Justice, proses Diversi sebagai instrumen dalam Restorative
penyelesaian tindakan pelanggaran hukum Justice pada Sistem Peradilan Pidana Anak
yang terjadi dilakukan dengan membawa berdasarkan Undang-Undangan Nomor 11
korban dan pelaku (tersangka) bersama- Tahun 2012 yaitu penyelesaian perkara tindak
sama duduk dalam satu pertemuan untuk pidana dengan melibatkan pelaku, korban,
bersama-sama berbicara. Dalam pertemuan keluarga pelaku/keluarga korban dan pihak
tersebut mediator memberikan kesempatan lain yang terkait untuk bersama sama mencari
pada pihak pelaku untuk memberikan penyelesaian yang adil dengan menekankan
gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai pemulihan kembali pada keadaan semula
tindakan yang telah dilakukannya.13 Keadilan dan bukan pembalasan.
restoratif adalah suatu proses dimana semua Penanganan perkara anak berkonflik
pihak yang terlibat dalam suatu tindak dengan hukum yang mengutamakan
pidana tertentu bersama-sama memecahkan kepentingan terbaik bagi anak masih jauh
masalah bagaimana menangani akibat di dari yang diharapkan. Pemerintah telah
masa yang akan datang.14 mengeluarkan peraturan khusus yang
Dalam perkembangan hukum pidana, mengatur perlindungan hak-hak anak yang
telah terjadi pergeseran paradigma dalam berhadapan dengan hukum, seperti Undang-
filosofi peradilan pidana anak, yang Undang No.3 tahun 1997 tentang Pengadilan
awalnya adalah retributive justice, kemudian Anak kemudian diubah menjadi Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak ataupun
Undangundang Nomor 11 Tahun 2012
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Dalam Upaya Melindungi Kepentingan Perlindungan Anak bahkan pemerintah telah
Anak”, Jurnal Media Hukum, Vol.21, No.2, meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) dengan
Juni 2014, hal.111 mengeluarkan Kepres Nomor 36 Tanggal
12 Achmad Ratomi, “Konsep Prosedur
25 Agustus 1990, dan menandatangani
Pelaksanaan Diversi Pada Tahap Penyidikan
Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Yang kesepakatan Beijing Rules, tapi ternyata
Dilakukan Oleh Anak”, Jurnal Arena Hukum,
Vol.6, No.3, Desember 2013, hal.395. 15 Pancar Chandra Purnama & Johny Krisnan,
13 Arfan Kaimuddin, “Perlindungan Hukum “Pelaksanaan Diversi Ditingkat Pengadilan
Korban Tindak Pidana Pencurian Ringan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Pada Proses Diversi Tingkat Penyidikan”, Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Jurnal Arena Hukum, Vol. 8, No.2, Agustus Pidana Anak”, Jurnal Varia Justicia, Vol.12,
2015, hal.268. No.1, Oktober 2016, hal.229.
14 Novi Edyanto, “Restorative Justice 16 Nurini Aprilianda, “Implikasi Yuridis Dari
Untuk Menyelesaikan Kasus Anak yang Kententuan Diversi Dalam Instrumen
Berhadapan dengan Hukum”, Jurnal Ilmu Internasional Anak Dalam Hukum Anak Di
Kepolisian, Vol.11, No.3, Desember 2017, Indonesia, Jurnal Arena Hukum, Vol.6, No.1,
hal.41. April 2012, hal.40

19
Volume 13, Nomor 1, Maret 2019 : 15-30

ketentuan dalam peraturan tersebut bukan adalah pengalihan penyelesaian perkara anak
menjadi solusi terbaik penyelesaian perkara dari proses peradilan pidana ke proses di luar
anak yang berhadapan dengan hukum. peradilan pidana. Pendekatan diversi dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun restorative justice yang diatur dalam Undang-
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Anak yang berlaku efektif sejak tanggal 31 Sistem Peradilan Pidana Anak merupakan
Juli 2014 bertujuan untuk menjaga harkat terobosan baru yang tidak dikenal dalam
dan martabat anak dengan pendekatan Sistem Peradilan Pidana konvensional.
restorative justice, seorang anak berhak Pada Tahun 2011, jumlah anak yang
mendapatkan perlindungan khusus, terutama berhadapan dengan hukum berjumlah 695
pelindungan hukum dalam sistem peradilan anak, kemudian pada Tahun 2012 meningkat
pidana. Oleh karena itu, Sistem Peradilan menjadi 1.413 dan pada Tahun 2013 menjadi
Pidana Anak tidak hanya ditekankan pada 1.428 kasus. Angka tersebut terus meningkat
penjatuhan sanksi pidana bagi anak pelaku menjadi 2.208 kasus pada Tahun 2014, dan
tindak pidana, melainkan juga difokuskan hingga Juli 2015 kasus anak berhadapan
pada pemikiran bahwa penjatuhan sanksi dengan hukum berjumlah 403.17
dimaksudkan sebagai sarana mewujudkan Peristiwa yang sering menjadi sorotan
kesejahteraan anak pelaku tindak pidana baik melalui media cetak maupun media
tersebut. Hal demikian sejalan dengan elektronik dalam Sistem Peradilan Pidana
tujuan penyelenggaraan Sistem Peradilan Anak ketika anak harus berhadapan dengan
Pidana Anak yang dikehendaki oleh dunia hukum dalam proses peradilan tidak hanya
internasional. terdapat di kota kota besar, akan tetapi telah
Sistem peradilan pidana khusus bagi merambah ke daerah kabupaten/kota. Hal ini
anak tentunya memiliki tujuan khusus juga terjadi dalam wilayah hukum Sulawesi
bagi kepentingan masa depan anak dan Selatan khususnya lembaga dan institusi
masyarakat yang di dalamnya terkandung yang terkait dengan proses Sistem Peradilan
prinsip-prinsip restorative justice. Pasal 1 Pidana Anak seperti Kepolisian, Kejaksaan,
butir (6) Undang-Undang Nomor 11 Tahun Pengadilan Negeri, Advokat dan Lembaga
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Bantuan Hukum serta Balai Pemasyarakatan.
menyatakan, keadilan restoratif adalah Salah satu kasus anak yang berkonflik
penyelesaian perkara tindak pidana dengan dengan hukum adalah Alif Syahdan (15
melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/ thn) dan ayahnya, Adnan Achmad terancam
korban, dan pihak lain yang terkait untuk hukuman tujuh tahun penjara. Keduanya
bersama-sama mencari penyelesaian merupakan tersangka kasus pengeroyokan
yang adil dengan menekankan pemulihan guru mata pelajaran Arsitektur SMKN 2
kembali pada keadaan semula, dan bukan Makassar, Dasrul. MA (15) dan ayahnya,
pembalasan. Adnan Achmad di kenakan Pasal 170 KUHP
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak
sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf a
dan huruf b wajib diupayakan diversi. Diversi
17 Anonim, Kasus Anak Berhadapan Hukum
Kian Banyak, Ini Kata Mendikbud http://
www.solopos.com/2016/01/25/perlindungan-
anak-kasus-anak-berhadapan-hukum-kian-
banyak-ini-kata-mendikbud-684467 diakses
pada 2 April 2016

20
Penerapan Diversi terhadap Anak:………. (Azwad Rachmat Hambali)

mengenai pengeroyokan dengan ancaman 7 anak dari proses peradilan ke proses di luar
tahun penjara18 peradilan pidana demi mewujudkan keadilan
Keberadaan anak dalam tempat restoratif (restorative justice).
penahanan dan lembaga pemasyarakatan Tahun 2015 terbitlah Peraturan
bersama sama dengan orang dewasa Pemerintah No. 65 Tahun 2015 tentang
menempatkan anak pada situasi rawan Pedoman Pelaksanaan Diversi dan
menjadi korban berbagai tindakan kekerasan. Penanganan Anak Yang Belum Berumur 12
Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian dan (Dua Belas) Tahun yang menjadi kebutuhan
upaya yang kuat meminimalkan kerugian dalam rangka pelaksanaan Undang-undang
yang dapat diderita oleh anak yang terpaksa No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
berhadapan dengan proses hukum dalam Pidana Anak
sistem peradilan pidana. Menindaklanjuti Undang-Undang
Pada 30 Juli 2012, DPR-RI mengesahkan Sistem Peradilan Pidana Anak dan
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2015
Sistem Peradilan Pidana Anak yang tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan
menggantikan Undang-Undang Pengadilan Penanganan Anak Yang Belum Berumur 12
Anak, dua tahun sejak diundangkan yaitu (Dua Belas) Tahun, di lingkup Kejaksaan
akan mulai berlaku pada 30 Juli 2014. diterbitkan Peraturan Jaksa Agung Republik
Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Indonesia Nomor Per-006/A/J.A/04/2015
Anak telah mengadopsi Putusan Mahkamah tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi
Konstitusi No. 1/PUU-VIII/2010 yaitu dengan Pada Tingkat Penuntutan. Sedangkan di
memberikan pengertian anak yang berkonflik Mahkamah Agung diterbitkan Peraturan
dengan Hukum sebagai anak yang telah Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 4
berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
berumur 18 (delapan belas) tahun yang Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak.
diduga melakukan tindak pidana (Pasal 1 Undang-Undang Sistem Peradilan
angka 3 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak mulai diberlakukan dua tahun
Pidana Anak). setelah tanggal pengundangannya, yaitu
Lahirnya Undang-Undang Sistem 30 Juli 2012 sebagaimana disebut dalam
Peradilan Pidana Anak memberi peneguhan Ketentuan Penutupnya (Pasal 108 Undang-
terkait dengan perlindungan terhadap anak Undang Sistem Peradilan Pidana Anak).
di Indonesia. Undang-undang inilah yang Artinya Undang-Undang Sistem Peradilan
memperkenalkan konsep diversi yang Pidana Anak ini mulai berlaku sejak 31 Juli
bertujuan untuk memberikan perlindungan 2014.
terhadap anak yang berkonflik dengan hukum, Tindak pidana yang terjadi saat ini di
anak yang menjadi korban tindak pidana, dan masyarakat bukan saja pelakunya orang
masyarakat pada umumnya sebagai sebuah dewasa, bahkan terjadi kecenderungan
bentuk pengalihan penyelesaian perkara pelakunya adalah masih tergolong usia
anak-anak. Oleh karena itu, berbagai upaya
pencegahan dan penanggulangan kenakalan
18 Ibnu Kasir Amahoru, “Terancam 7 Tahun
Penjara, Pengeroyok Guru SMKN 2 anak terus dilakukan. Salah satu upaya
Makassar Resmi Ditahan, http://news. pemerintah dalam melakukan pencegahan
rakyatku.com/read/16604/2016/08/11/ dan penanggulangan kenakalan yaitu
terancam-7-tahun-penjara-pengeroyok-
dengan menyelenggarakan sistem peradilan
guru-smkn-2-makassar-resmi -ditahan,
diakses pada 18 Agustus 2016 pidana anak (Juvenile Justice System)

21
Volume 13, Nomor 1, Maret 2019 : 15-30

melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun hukum dari stigma sebagai anak nakal,
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak karena tindak pidana yang diduga melibatkan
(selanjutnya disebut Undang-Undang Sistem seorang anak sebagai pelaku dapat ditangani
Peradilan Pidana Anak) dengan tujuan agar tanpa perlu melalui proses hukum.
dapat terwujud peradilan yang benar-benar Menurut Levine konsep diversi dimulai
menjamin perlindungan kepentingan terbaik dengan pendirian peradilan anak pada abad
terhadap anak yang berkonflik dengan hukum ke19 yang bertujuan untuk mengeluarkan
sebagai penerus bangsa. anak dari proses peradilan orang dewasa
Salah satu bentuk perlindungan kepada agar anak tidak lagi diperlakukan sama
anak yang berkonflik dengan hukum melalui dengan orang dewasa.20 Prinsip utama
diversi. Model diversi dimaksudkan untuk pelaksanaan diversi yaitu tindakan
menghindari dan menjauhkan anak dari persuasif atau pendekatan non-penal dan
proses peradilan secara formal sehingga memberikan kesempatan kepada seorang
dapat menghindari stigmatisasi terhadap untuk memperbaiki kesalahan. Adanya
anak yang berkonflik dengan hukum dan pendekatan seperti ini, diharapkan tidak
diharapkan anak dapat kembali ke dalam terjadi lagi penyiksaan, pemaksaan ataupun
lingkungan sosial secara wajar. Oleh tindak kekerasan terhadap anak. Inilah yang
karena itu, sangat diperlukan peran serta menjadi tujuan utama pelaksanaan diversi.
semua pihak dalam rangka mewujudkan hal Melalui diversi, hukum dapat ditegakkan
tersebut. Proses itu harus bertujuan pada tanpa melakukan tindak kekerasan dan
terciptanya keadilan restoratif, baik bagi anak menyakitkan dengan memberi kesempatan
maupun bagi korban. Diversi dalam keadilan kepada seseorang untuk memperbaiki
restoratif merupakan suatu proses bahwa kesalahannya tanpa melalui hukuman
semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana oleh negara yang mempunyai otoritas
pidana tertentu bersama-sama mengatasi penuh.21
masalah serta menciptakan suatu kewajiban Peradilan anak dengan menggunakan
untuk membuat segala sesuatunya menjadi diversi dalam restorative justice berangkat
lebih baik dengan melibatkan korban, anak, dari asumsi bahwa tanggapan atau reaksi
dan masyarakat dalam mencari solusi untuk terhadap perilaku delinkuensi anak tidak efektif
memperbaiki, rekonsiliasi, dan menentramkan tanpa adanya kerjasama dan keterlibatan
hati yang tidak berdasarkan pembalasan. dari korban, pelaku, dan masyarakat. Prinsip
Pelaksanaan diversi dilatarbelakangi yang menjadi dasar adalah keadilan paling
keinginan untuk menghindari efek negatif, baik terlayani, apabila setiap pihak menerima
khususnya terhadap jiwa dan perkembangan perhatian secara adil dan seimbang, aktif
anak yang berpotensi terjadi apabila dilibatkan dalam proses peradilan dan
penyelesaian proses pidananya dilakukan memperoleh keuntungan secara memadai
melalui sistem peradilan pidana.19 Penerapan dari interaksi mereka dengan sistem peradilan
ketentuan diversi merupakan hal yang anak.
penting, karena dengan diversi, maka hak- Diversi dilakukan untuk memberikan
hak asasi anak dapat lebih terjamin, dan sanksi yang bersifat lebih mendidik, tidak
menghindarkan anak yang berkonflik dengan membalas guna menciptakan pencegahan

19 Rr. Putri A. Priamsari, “Mencari Hukum Yang 20 Marlina, 2010, Pengantar Konsep Diversi
Berkeadilan Bagi Anak Melalui Diversi”, dan Restorative Justice dalam Hukum
Jurnal Law Reform, Vol.14, No.2, 2018, Pidana, Medan: USU Press, hlm. 61.
hal.228 21 Ibid., hlm. 61.

22
Penerapan Diversi terhadap Anak:………. (Azwad Rachmat Hambali)

khusus yaitu tujuan yang ingin dicapai adalah agar anak bertanggung jawab atas
membuat jera, memperbaiki, dan membuat perbuatannya;
penjahat itu sendiri menjadi tidak mampu untuk d. Untuk melakukan intervensi-intervensi
melakukan perbuatan tersebut. Pelaksanaan yang diperlukan bagi korban dan anak
diversi dilatarbelakangi keinginan untuk tanpa harus melalui proses formal, dan
menghindari efek negatif terhadap jiwa dan menjauhkan anak dari pengaruh dan
perkembangan anak dalam keterlibatannya implikasi negatif dari proses peradilan.
dalam sistem peradilan pidana, dimana sistem Sedangkan, keadilan restoratif
peradilan pidana lebih pada keadilan yang (restorative justice) adalah penyelesaian
menekankan pada pembalasan (retributive perkara tindak pidana dengan melibatkan
justice) dan keadilan yang menekankan pada pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan
ganti rugi (restitutive justice).22 pihak lain yang terkait untuk bersama-sama
Seorang anak sangat berisiko tinggi mencari penyelesaian yang adil dengan
dilanggar hak asasinya ketika harus menekankan pemulihan kembali pada
dilibatkan masuk dalam sistem peradilan keadaan semula, dan bukan pembalasan.25
pidana. Sehingga, akan lebih baik jika diversi Program diversi dapat menjadi bentuk
diberlakukan dalam penanganan masalah restorative justice jika26:
anak yang berkonflik dengan hukum. 1. Mendorong anak untuk bertanggung
Kenyataanya bahwa peradilan pidana jawab atas perbuatannya;
terhadap anak, pelaku tindak pidana melalui 2. Memberikan kesempatan bagi anak
sistem peradilan pidana banyak menimbulkan untuk mengganti kesalahan yang
bahaya daripada yang menguntungkan bagi dilakukan dengan berbuat kebaikan bagi
anak. Hal ini dikarenakan pengadilan akan si korban;
memberikan stigmatisasi terhadap anak 3. Memberikan kesempatan bagi si korban
atas tindakan yang dilakukannya, sehingga untuk ikut serta dalam proses;
lebih baik menghindarkannya keluar sistem 4. Memberikan kesempatan bagi anak
peradilan pidana.23 untuk dapat mempertahankan hubungan
Tujuan dari adanya pelaksanaan diversi dengan keluarga;
bagi anak antara lain24: 5. Memberikan kesempatan bagi
a. Untuk menghindari anak dari penahanan; rekonsiliasi dan penyembuhan dalam
masyarakat yang dirugikan oleh tindak
b. Untuk menghindari cap/label anak
pidana.
sebagai penjahat;
Prinsip utama pelaksanaan diversi yaitu
c. Untuk mencegah pengulangan tindak
pidana yang dilakukan oleh anak, tindakan persuasif atau pendekatan nonpenal
(di luar hukum pidana) dan memberikan
kesempatan kepada seseorang untuk
22 Ridwan Mansyur, Keadlian Restoratif memperbaiki kesalahan. Salah satu contoh
Sebagai Tujuan Pelaksanaan Diversi Pada latar belakang pentingnya kebijakan diversi
Sistem Peradilan Pisana Anak. https://
ww w. ma h ka ma h a g u n g . g o . i d / r b n e ws . dilakukan karena tingginya jumlah anak
asp?bid=4085 diakses pada tanggal 22 Mei
2016
23 Marlina, 2010, Pengantar Konsep Diversi… 25 Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor
op.cit., hlm.11. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
24 Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Pidana Anak.
Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan 26 Fetri A. R. Tarigan, “Upaya Diversi Bagi Anak
Anak Di Indonesia, Yogyakarta: Genta Dalam Proses”, Jurnal Lex Crimen Vol.4,
Publishing, hlm. 67 No.5, Juli 2015, hal.110.

23
Volume 13, Nomor 1, Maret 2019 : 15-30

yang masuk ke peradilan pidana dan diputus sama mencapai kesepakatan tindakan
dengan penjara. Diversi dilakukan dengan pada pelaku.
alasan untuk memberikan kesempatan Konsep diversi sebagai instrumen dalam
kepada pelanggar hukum khususnya anak restorative justice berdasarkan Undang-
agar menjadi orang yang baik kembali melalui Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem
jalur nonformal dengan melibatkan sumber Peradilan Pidana Anak adalah pengalihan
daya masyarakat. penyelesaian perkara anak yang berkonflik
Diversi berupaya memberikan keadilan dengan hukum dari peroses peradilan
pada kasus anak yang telah terlanjur pidana pidana ke peroses di luar peradilan
melakukan tindak pidana sampai kepada dengan melibatkan pelaku, korban keluarga
aparat penegak hukum. Ada tiga jenis pelaku dan keluarga korban serta pihak lain
pelaksanaan program diversi yaitu: yang terkait untuk bersama-sama mencari
Menurut Peter C.Kratcoski dalam Hengky penyelesaian yang adil dengan menekankan
Kurniawan ada tiga jenis konsep pelaksanaan pemulihan kembali pada keadaan semula
penerapan program diversi, yaitu:27 dan bukan pembalasan.
1. Pelaksanaan kontrol secara sosial Diversi pada hakikatnya juga mempunyai
(social control orientation), yaitu aparat tujuan agar anak terhindar dari efek negatif
penegak hukum menyerahkan pelaku penerapan pidana. Diversi juga mempunyai
dalam tanggung jawab pengawasan esensi tetap menjamin anak tumbuh dan
atau pengamatan masyarakat, dengan berkembang. Dengan demikian, maka juga
ketaaan pada persetujuan atau dapat dikatakan bahwa pada dasarnya
peringatan yang diberikan. Pelaku diversi mempunyai relevansi terhadap tujuan
menerima tanggung jawab atas pemidanaan bagi anak. Secara umum
perbuatannya dan tidak diharapkan tujuan pemidanaan terdiri dari upaya untuk
adanya kesempatan kedua kali bagi
melindungi masyarakat di satu sisi dan
pelaku oleh masyarakat.
melindungi (pelaku) di sisi lain.
2. Pelayanan sosial oleh masyarakat
Penyelesaian pidana melalui diversi itu
terhadap pelaku (social service
orientation), yaitu melaksanakan bertujuan untuk menyadarkan kepada pelaku
fungsi untuk mengawasi, mencampuri, bahwa tindak pidana yang dilakukan itu
memperbaiki dan menyediakan tidak dapat dibenarkan dan telah merugikan
pelayanan pada pelaku dan keluarganya. pihak lain. Oleh karena itu, jika diversi
Masyarakat dapat mencampuri keluarga berhasil disepakati para pihak-pihak yang
pelaku untuk memberikan perbaikan terkait terutama pihak korban di tingkat
atau pelayanan. penyidikan (Polres) maka anak (pelaku) akan
3. Menuju proses restorative justice atau segera memperoleh pemulihan hak-haknya.
perundingan (blanced or restorative Sebaliknya jika belum berhasil diversi
justice orientation), yaitu melindungi akan dilanjutkan di tingkat penyelidikan
masyarakat, memberi kesempatan (Kejaksaan), dan jika tetap belum berhasil
pelaku bertanggung jawab langsung diversi akan diteruskan sampai di pengadilan.
pada korban dan masyarakat dengan Pelaksanaan diversi di Kepolisian paling
membuat kesepakatan bersama lama 30 (tiga puluh) hari (Pasal 29 Ayat (2)
antara korban pelaku dan masyarakat.
Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana
Pelaksanaannya semua pihak yang
Anak), begitupun juga di Kejaksaan paling
terkait dipertemukan untuk bersama –
lama 30 (tiga puluh) hari (Pasal 42 Ayat (2)
Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana
27 Ibid., hlm.16.

24
Penerapan Diversi terhadap Anak:………. (Azwad Rachmat Hambali)

Anak), dari selanjutnya di Pengadilan paling Upaya penyelesaian masalah terhadap


lama 30 (tiga puluh) hari (Pasal 52 Ayat (3) anak yang berkonflik dengan hukum tidak
Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana harus selalu menggunakan jalur hukum
Anak). formal mengingat seorang anak boleh
Pelaksanaan diversi melibatkan semua dikatakan sebagai pribadi yang belum
aparat penegak hukum dari lini manapun. memiliki kecakapan bertindak secara hukum,
Diversi dilaksanakan pada semua tingkat hal demikian disebabkan seorang dianggap
proses peradilan pidana. Prosesnya dimulai belum dewasa dan perbuatannya belum
dari permohonan suatu instansi atau dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
lembaga pertama yang melaporkan tindak Olehnya itu penyelesainya dapat ditempuh
pidana atau korban sendiri yang memberikan dengan berbagai alternatif, salah satunya,
pertimbangan untuk dilakukannya diversi. yaitu dengan menggunakan pendekatan
Adanya perbedaan pandangan dalam setiap konsep restorative justice model.
permasalahan yang ditangani tergantung dari Kaitannya dengan diversi, dalam ajaran
sudut pandang petugas dalam menentukan agama Islam, dalam QS Asy-Syura (42):40
keputusan, akan tetapi inti dari konsep diversi dan QS An. Nur (24):44 pada prinsipnya
yaitu mengalihkan anak dari proses formal ke Allah menyukai setiap orang yang pemaaf
informal. dan berlapang dada dalam menyikapi
Salah satu syarat penting di dalam suatu kesalahan atau kejahatan orang lain.
pelaksanaan diversi, yaitu adanya pengakuan Sehingga di sini dengan penyelesaian secara
atau pernyataan bersalah dari pelaku dan diversi maka terdapat kemungkinan akan
kesediaanya untuk dilakukan upaya diversi. adanya nilai-nilai permaafan dari korban
Upaya diversi ini tidaklah hanya sekadar karena penyelesaian diselesaikan dengan
penyelesaian di luar proses hukum formal atas memperioritaskan cara musyawarah antar
tindak pidana yang dilakukan anak seperti yang keluarga pelaku korban dan masyarakat.28
disebutkan dalam Pasal 6 Huruf b Undang- Ide dasar diversi atau pengalihan ini adalah
Undang Sistem Peradilan Pidana Anak. untuk menghindari efek negatif pemeriksaan
Salah satu tujuan diversi yaitu menanamkan konvensional peradilan pidana anak terhadap
rasa tanggung jawab kepada anak. Lebih dari anak, baik efek negatif proses peradilan
pada itu, upaya diversi tersebut merupakan maupun efek negatif stigma (cap jahat)
upaya untuk pembelajaran dan pemulihan proses peradilan, maka pemeriksaan secara
anak sebagai pelaku tindak pidana. Tidak kovensional dialihkan kepada anak tersebut.
adanya pengakuan/pernyataan bersalah dari Filosofi yang terkandung dalam diversi
pelaku tindak pidana merupakan dorongan sebagai bagian dari keadilan restorasi, yaitu:
untuk dilakukannya proses hukum secara 1. Filosofi rehabilitation didasarkan pada
formal atas suatu tindak pidana. konsep parents patriae, dimana negara
Pelaksanaan diversi dilatarbelakangi memberikan perhatian dan perlindungan
keinginan menghindari efek negatif kepada anak-anak sebagaimana
terhadap jiwa dan perkembangan anak oleh layaknyaorangtuakepadaanak-anaknya.
Atas dasar filosofi ini penanganan anak
keterlibatannya dengan sistem peradilan
pidana. Adanya penerapan diversi ini
28 Halim Palindungan Harahap, “Tinjauan
lebih mengutamakan usaha memberikan Yuridis Sosiologis Terhadap Kebijakan
perlindungan bagi anak dari tindakan Diversi Bagi Anak Dalam Undang-Undang
pemenjaraan. Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak”, UNNES Law
Journal, Vol.3, No.1, 2014, hal.12

25
Volume 13, Nomor 1, Maret 2019 : 15-30

yang berkonflik dengan hukum dilakukan Keuntungan pelaksanaan diversi bagi


melalui upaya-upaya demi kepentingan anak, yakni:
terbaik bagi si anak. Hal ini berarti setiap 1. Anak tidak perlu ditahan (menghindari
anak dianggap memiliki kapasitas untuk penahanan);
belajar dan terutama belajar mengubah 2. Menghindari stigma/cap/ sebagai
tingkah lakunya. Sehingga anak-anak penjahat;
dipandang lebih sebagai korban keadaan
3. Peluang bagi anak meningkatkan
dan lingkungan daripada sebagai pelaku.
ketrampilan hidup;
Rehabilitasi yang demikian bertujuan
untuk mendukung dan memberikan 4. Peluang bagi anak bertanggung jawab
penanganan dalam lingkup individu. atas perbuatannya;
Sehingga struktur peradilan yang 5. Tidak melakukan pengulangan tindak
dijalankan pun lebih bersifat informal dan pidana;
tertutup, hal demikian telah tercermin 6. Memajukan intervensi-intervensi yang
dalam Undang-Undang Sistem Peradilan diperlukan bagi korban dan pelaku tanpa
Pidana Anak sebagaimana tercantum harus melalui proses formal;
pada penjelasannya antara lain; yang 7. Menghindarkan anak mengikuti proses
paling mendasar dalam undang- sistem peradilan dengan menjauhkan
undang ini adalah pengaturan secara anak-anak dari pengaruh dan implikasi
tegas mengenai keadilan restoratif negatif dari proses peradilan;
dan diversi, yaitu dimaksudkan untuk
menghindari dan menjauhkan anak PENUTUP
dari proses peradilan sehingga dapat
menghindari stigmatisasi terhadap anak
Kesimpulan
agar dapat kembali ke dalam lingkungan
sosial secara wajar. Pasal 1 Ayat (6) Penerapan diversi terhadap anak yang
sebagaimana dimaksud dengan diversi berhadapan dengan hukum dalam sistem
yaitu suatu pengalihan penyelesaian peradilan anak merupakan implementasi
perkara anak dari proses peradilan sistem dalam restorative jusctice untuk
pidana ke proses di luar peradilan memberikan keadilan dan perlindungan
pidana. hukum kepada anak yang berkonflik
2. Filosofi non-intervention menekankan dengan hukum tanpa mengabaikan
pada upaya menghindarkan pemberian pertanggungjawaban pidana anak. Diversi
stigma atau label anak nakal kepada anak bukanlah sebuah upaya damai antara anak
yang berkonflik dengan hukum, termasuk yang berkonflik dengan hukum dengan korban
di dalamnya adalah upaya intervensi yang atau keluarganya akan tetapi sebuah bentuk
tidak memberikan label negatif atau steriotipe pemidanaan terhadap anak yang berkonflik
kepada anak yang berkonflik dengan hukum, dengan hukum dengan cara nonformal.
sehingga intervensi diarahkan kepada Pelaksanaan diversi bahwa pelaksanaan
pemberian treatment berbasis masyarakat diversi dalam restorative justice pada Sistem
(restorative justice) dimana anak ditempatkan Peradilan Pidana Anak adalah pengalihan
pada sebuah lingkungan masyarakat. penyelesaian perkara anak dari proses
Implikasinya, penempatan anak pada sebuah peradilan pidana ke proses diluar peradilan
lembaga pemenjaraan harus merupakan pidana yang adil dengan penekanan pada
alternatif pilihan paling akhir. Program- pemulihan kembali pada keadaan semula,
program yang dianjurkan oleh filosofi non- dan bukan yang bersifat pembalasan. Selain
intervention adalah deinstitusionalisasikan itu diversi merupakan bentuk pemidanaan
melalui restorative justice dan diversi. yang beraspek pendidikan terhadap anak.

26
Penerapan Diversi terhadap Anak:………. (Azwad Rachmat Hambali)

Saran
Adapun saran dalam penelitian ini
adalah:
1. Kepada aparat penegak hukum dalam
melaksanakan tugas baik penyidikan,
penuntutan, pemeriksaan dan penentuan
putusan perkara pada sidang pengadilan
hendaknya mengutamakan pelaksanaan
diversi sebagai salah satu alternatif dari
pelaksanaan pidana penjara
2. Kepada pihak-pihak terkait (Penegak
Hukum, KPAI, dll). Perlu dilakukan
sosialisasi secara masif mengenai
diversi kepada masyarakat.
3. Kepada pemerintah, perlunya
menyediakan sarana dan prasarana
diversi dalam rangka memberikan
jaminan perlindungan kepada anak.
4. Kepada orang tua sebaiknya
dapat memahami terhadap sistem
penyelesaian perkara terhadap anak
yang berhadapan dengan hukum.

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas
Muslim Indonesia atas dorongan dan
motivasi kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaian karya tulis ilmiah ini sebagai
bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi
bidang penelitian. Selain itu terima kasih
kepada Mitra Bestari (Reviewer) yang telah
memberikan masukan terhadap karya tulis
kami, sehingga karya tulis ini menjadi sebuah
karya tulis yang memenuhi syarat untuk
dipublikasikan secara luas.

27
Volume 13, Nomor 1, Maret 2019 : 15-30

DAFTAR PUSTAKA Pembangunan, Vol.48, No.2, April-Juni


2018.
Amahoru, Ibnu Kasir, “Terancam 7 Tahun Harahap, Halim Palindungan, “Tinjauan
Penjara, Pengeroyok Guru SMKN 2 Yuridis Sosiologis Terhadap Kebijakan
Makassar Resmi Ditahan, http://news. Diversi Bagi Anak Dalam Undang-
rakyatku.com/read/16604/2016/08/11/ Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
terancam-7-tahun-penjara-pengeroyok- Sistem Peradilan Pidana Anak”, UNNES
guru-smkn-2-makassar-resmi-ditahan, Law Journal, Vol.3, No.1, 2014.
diakses pada 18 Agustus 2016
http://www.bappenas.go.id/berita-dan-siaran-
Anonim, KasusAnak Berhadapan Hukum Kian pers/indonesia-akan-berlakukan-uu-
Banyak, Ini Kata Mendikbud http://www. no-11 -tahun -2012 -tentang -sistem -
solopos.com/2016/01/25/perlindungan- peradilan-pidana-anak/, diakses pada 29
anak-kasus-anak-berhadapan-hukum- Oktober 2015.
kian-banyak-ini-kata-mendikbud-684467
Kaimuddin, Arfan, “Perlindungan Hukum
diakses pada 2 April 2016.
Korban Tindak Pidana Pencurian
Aprilianda, Nurini, “Implikasi Yuridis Dari Ringan Pada Proses Diversi Tingkat
Kententuan Diversi Dalam Instrumen Penyidikan”, Jurnal Arena Hukum, Vol.
Internasional Anak Dalam Hukum Anak 8, No.2, Agustus 2015.
Di Indonesia, Jurnal Arena Hukum, Vol.6,
Mansyur, Ridwan, Keadilan Restoratif
No.1, April 2012.
Sebagai Tujuan Pelaksanaan Diversi
Ariani, Nevey Varida, “Implementasi Undang- Pada Sistem Peradilan Pidana Anak.
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang https://www.mahkamahagung.go.id/
Sistem Peradilan Pidana Anak Dalam rbnews.asp?bid=4085 diakses pada
Upaya Melindungi Kepentingan Anak”, tanggal 22 Mei 2016.
Jurnal Media Hukum, Vol.21, No.2, Juni
Marlina, 2010, Pengantar Konsep Diversi
2014.
dan Restorative Justice dalam Hukum
Djanggih, Hardianto, “Konsepsi Perlindungan Pidana, Medan: USU Press.
Hukum Bagi Anak Sebagai Korban
Maskur, Muhammad Azil, “Perlindungan
Kejahatan Siber Melalui Pendekatan
Hukum Terhadap Anak Nakal (Juvenile
Penal dan Non Penal”, Jurnal Mimbar
Delinquency) Dalam Proses Acara
Hukum, Vol.30, No.2, Juni 2018.
Pidana Indonesia”, Pandecta: Research
Edyanto, Novi, “Restorative Justice Untuk Law Journal, Vol.7, No.2, 2012.
Menyelesaikan Kasus Anak yang
Prameswari, Zendy Wulan Ayu Widhi,
Berhadapan dengan Hukum”, Jurnal
“Ratifikasi Konvensi Tentang Hak-
Ilmu Kepolisian, Vol.11, No.3, Desember
Hak Anak Dalam Sistem Peraturan
2017.
Perundang-Undangan Di Indonesia”,
Ernis, Yul, “Diversi Dan Keadilan Restoratif Jurnal Yuridika, Vol.32, No.1, Januari
Dalam Penyelesaian Perkara Tindak 2017.
Pidana Anak Di Indonesia”, Jurnal Ilmiah
Priamsari, Rr. Putri A., “Mencari Hukum Yang
Kebijakan Hukum, Vol.10, No.2, Juli
Berkeadilan Bagi Anak Melalui Diversi”,
2016.
Jurnal Law Reform, Vol.14, No.2, 2018.
Haling, Syamsu, Paisal Halim, Syamsiah
Purnama, Pancar Chandra & Johny Krisnan,
Badruddin, & Hardianto Djanggih,
“Pelaksanaan Diversi Di tingkat
(2018). Perlindungan Hak Asasi Anak
Pengadilan Berdasarkan Undang-
Jalanan Dalam Bidang Pendidikan
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Menurut Hukum Nasional Dan
Sistem Peradilan Pidana Anak”, Jurnal
Konvensi Internasional. Jurnal Hukum &

28
Penerapan Diversi terhadap Anak:………. (Azwad Rachmat Hambali)

Varia Justicia, Vol.12, No.1, Oktober


2016.
Rasban, Supardji, “Kasus Kekerasan
Terhadap Anak di Indonesia Capai 33%,”
Media Indonesia, Oktober 12, 2018.
Ratomi, Achmad, “Konsep Prosedur
Pelaksanaan Diversi Pada Tahap
Penyidikan Dalam Penyelesaian Tindak
Pidana Yang Dilakukan Oleh Anak”,
Jurnal Arena Hukum, Vol. 6, No.3,
Desember 2013.
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar
Tahun 1945.
Rochaeti, Nur, “Implementasi Keadilan
Restoratif dan Pluralisme Hukum
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak
di Indonesia, Jurnal Masalah-Masalah
Hukum, Vol. 44, No.2, April 2015.
Sosiawan, Ulang Mangun, “Perspektif
Restorative Justice Sebagai Wujud
Perlindungan Anak Yang Berhadapan
Dengan Hukum”, Jurnal Penelitian
Hukum DE JURE, Vol.16, No.4,
Desember 2016.
Tarigan, Fetri A.R., “Upaya Diversi Bagi Anak
Dalam Proses”, Jurnal Lex Crimen Vol.
IV, No.5, 2015.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3886)
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak.
Wahyudi, Setya, 2011, Implementasi Ide
Diversi dalam Pembaruan Sistem
Peradilan Anak Di Indonesia, Yogyakarta:
Genta Publishing.

29

Anda mungkin juga menyukai