Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PERUNDANG UNDANGAN SOSIAL

“ Undang Undang Republik Indonesia no . 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak“

Dosen pengampu : Rizka mutiah, M.Si

Di susun oleh kelompok 3 :

Olvi Sasmi Harti (200302101)

Imam Suhadak

Lalu Harya Alfin Wiguna

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022/2023
PENJELASAN

1. Penjelasan tentang UU peradilan anak No. 11 Tahun 2012 tentang anak yang
berhadapan dengan hukum.
Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya untuk menjaga harkat dan martabatnya,
anak berhak mendapatkan pelindungan khusus, terutama pelindungan hukum dalam
sistem peradilan. Indonesia sebagai Negara Pihak dalam Konvensi Hak-Hak Anak
(Convention on the Rights of the Child) yang mengatur prinsip pelindungan hukum
terhadap anak mempunyai kewajiban untuk memberikan pelindungan khusus terhadap
anak yang berhadapan dengan hukum. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum
masyarakat karena belum secara komprehensif memberikan pelindungan kepada anak
yang berhadapan dengan hukum sehingga perlu diganti dengan undang-undang baru.
Dalam undang undang republic Indonesia no . 11 tahun 2012 tentang anak yang
berhadapan dengan hukum ;
 Pasal 1 ayat 1 menjelaskan Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses
penyelesaian perkara Anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan
sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana.
 Pasal 1 ayat 3 menjelaskan Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang
berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang
menjadi saksi tindak pidana.
 Pasal 1 ayat 3 menjelaskan Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya
disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur
18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
 Pasal 1 ayat 3 menjelaskan Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya
disebut Anak Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh
tindak pidana.
 Pasal 2 menjelaskan Sistem Peradilan Pidana Anak dilaksanakan berdasarkan asas:
a. pelindungan;
b. keadilan;
c. nondiskriminasi;
d. kepentingan terbaik bagi Anak;
e. penghargaan terhadap pendapat Anak;
f. kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak;
g. pembinaan dan pembimbingan Anak;
h. proporsional;
i. perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir; dan
j. penghindaran pembalasan.
 Pasal 3 menjelaskan Setiap Anak dalam proses peradilan pidana berhak diperlakukan
secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya.
 Pasal 3 ayat 6 menjelaskan bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain
yang kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya tidak dijatuhi
pidana mati atau pidana seumur hidup tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali
sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat memperoleh keadilan di
muka pengadilan Anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup
untuk umum.

Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang


Sistem Peradilan Pidana Anak dengan mencabut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak lebih mengedepankan penyelesaian anak yang
berkonflik dengan hukum secara keadilan restoratif yaitu penyelesaian perkara tindak pidana
dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk
bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada
keadaan semula, dan bukan pembalasan serta dilakukan diversi yaitu pengalihan
penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.
Penyusunan Undang-Undang ini merupakan penggantian terhadap Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668) yang dilakukan
dengan tujuan agar dapat terwujud peradilan yang benar-benar menjamin pelindungan
kepentingan terbaik terhadap Anak yang berhadapan dengan hukum sebagai penerus bangsa.
Undang-Undang ini menggunakan nama Sistem Peradilan Pidana Anak tidak diartikan
sebagai badan peradilan sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Namun, Undang-Undang ini merupakan bagian dari lingkungan peradilan umum.

2. Aktualisasi UU peradilan anak no. 11 tahun 2012

UU SPPA ini merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang


Pengadilan Anak (“UU Pengadilan Anak”) yang bertujuan agar dapat terwujud peradilan yang
benar-benar menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan
hukum. UU Pengadilan Anak dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum dalam
masyarakat dan belum secara komprehensif memberikan perlindungan khusus kepada anak yang
berhadapan dengan hukum. Adapun substansi yang diatur dalam UU SPPA antara lain mengenai
penempatan anak yang menjalani proses peradilan dapat ditempatkan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA). Substansi yang paling mendasar dalam Undang-Undang ini adalah
pengaturan secara tegas mengenai Keadilan Restoratif dan Diversi yang dimaksudkan untuk
menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari
stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali
ke dalam lingkungan sosial secara wajar.

3. Analisis contoh kasus

Salah satu kasus yang bisa di ambil mengenai UU peradilan anak no. 11 tahun 2012 yaitu
terjadinya empat orang pelajar SMP yang terlibat kasus peredaran narkoba di Mataram NTB
sejak januari 2022, dan proses peradilan sudah ditindak lanjuti oleh pihak berwajib. Kita tahu
peredaran narkotika ini bukan lagi di kalangan orang dewasa, tapi sudah merambah ke kalangan
pelajar dan anak-anak. Anak-anak yang terlibat kasus tindak pidana sebisa mungkin tidak
dipenjara, melainkan direhabilitasi di pusat-pusat rehabilitasi. Anak perlu dilindungi karena
secara hukum, anak masih di bawah perwalian.

4. Peran peksos apada kasus tersebut


peran pekerja sosial di dalam cakupan rehabilitasi pengguna narkotika tersebut ialah memiliki
peran sebagai edukator yang dimana pekerja sosial sendiri memberikan edukasi agar dimana para
mantan pemakai narkotika terutama di kalangan anak agar tidak kembali menggunakan barang
haram tersebut selain itu pekerja sosial juga bisa berperan sebagai advokat yang dimana tugas
daripada pekerja sosial sendiri berperan sebagai pihak yang membantu memecahkan masalah
dari pada pengguna maupaun pengedar narkotika yang sudah terjerumus agar dimana
kedepannya anak anak tersebut tidak melakukan hal serupa di kemudian hari seperti yang kita
ketahui para anak anak sering kali terjebak dalam iming-iming uang yang besar dari memperjual
belikan narkotika , terkait opini masyarakat pun sudah banyak masyarakat yang resah dengan
banyak nya kasus penyalahgunaan narkotika terutama di kalangan anak anak banyak masyarakat
yang lebih menajaga anak-anak nya agar tidak mendekati barang haram tersebut sebagian
masyarakat juga senantiasa banyak yang melindungi anak-anak mereka dengan memberikan
pelajaran atau edukasi tentang efek bahaya dan hukuman terkait dari pemakai ataupun
pengedaran narkotika dan sudah sewajarnya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam menjaga
anak-anak mereka terutama yang berusia remaja dari bahaya narkotika yang mengintai.

Daftar pustka

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Pub. L. No. 11
Tahun 2012 (2012).

RAHARJO, DWI, et al. HARMONISASI TENTANG PENANGANAN PERKARA ANAK


YANG TERLIBAT DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA ANTARA UNDANG-
UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA (Studi
Penanganan Pidana Narkotika Yang Melibatkan Anak di Kabupaten Bengkayang). Jurnal
NESTOR Magister Hukum, 3.3.

Anda mungkin juga menyukai