Disusun Oleh :
Menarik esensi dari beberapa ayat dalam al-Quran, dapat disimpulkan bahwa
Rasulullah SAW adalah petugas kemanusiaan yang secara khusus dipilih oleh
Allah untuk membantu, membimbing, mengarahkan dan memberi jalan keluar
atas berbagai macam masalah yang dialami. Selaku utusan Allah, beliau diberi
keahlian tersendiri yang khas dalam menangani kasus-kasus sosial dengan sebuah
keahlian yang sarat dan keahlian zahir batin. Dari sekian keunggulan dan
kesempurnaan yang diberikan pada para Nabi-Rasul, Muhammad SAW lah
puncak semuanya. Setting sosial, politik, historis, kultur, peradaban, pergumulan
moral dan lain sebagainya.
Kota Madinah adalah lokasi untuk melihat praktik pekerjaan sosial Rasulullah
SAW yang paling representatif. Di sanalah Rasul memulai semuanya, kota
peradaban, kota ilmu, kota religius, kota ekonomi, kota pendidikan. Namun tidak
berarti melupakan kota Makkah yang merupakan bdidikan pertama hingga resmi
menjadi Nabi dan Rasul.
Menangani kasus perbudakan ini, Rasul sadar bahwa itu tidak semudah
mengacungkan telunjuk. Karena itu, beliau merumuskan langkah-langkah
konstruktif dan efisien. Tahap-tahap rasul dalam menangani persoalan perbudakan
ini sebagai berikut :
Selaku rasul, beliau punya perhatian khusu terhadap kondisi psikologi sosial
terutama mantan budak yang notabene sering mendapat perlakuan tidak adil di
tengah masyarakat. Penanganan kasus perbudakan, tidak hanya dituntaskan secara
fisik, hukum, namun aspek jiwa, mental, moral juga menjadi bagian inheren. Hak
kemerdekaan yang diberi Rasul adalah tahapan praktis dalam menangani
psikologi para budak. Sebagai langkah selanjutnya, Rasul memberi hak hidup dan
tinggal di tempat.
Madinah sebagai kota baru bagi umat Islam, tidak hanya dihuni oleh mereka
yang dipersaudarakan, melainkan bebrapa kelompok masyarakat asli termasuk
Yahudi. Selain itu, terdapat sekelompok pendatang yang biasanya singgah di
Masjid Nabi, dan menginap dalam waktu yang lama. Rata-rata pendatang ini
adalah kelompok lemah, miskin, tidak punya tempat tinggal dan tidak punya
keluarga. Tidak jarang para pendatang ini kelaparan, mereka hanya mengharapkan
pemberian dan bantuan penduduk setempat. Jumlah merekapun tak sedikit,
bahkan pernah mencapai empat ratus orang. Namun bagaimanapun, mereka
adalah orang yang berhak mendapatkan keadilan kemanusiaan, perlakuan
terhormat dan pemberdayaan.
Kasus-kasus rumah tangga saat ini dengan kasus yang pernah terjadi pada
masa rasul. Perceraian, kekerasan terhadap perempuan, penelantaran anak,
perkawinan bersyarat, harta gono gini, mentalitas suami atau istri, dan lain-lain.
Sebuah problematika sifatnya dinamis, mengembang, dan berulang-ulang.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi juga beragam. Seperti, ekonomi, kondisi
fisik, status sosial, penyakit masyarakat, termasuk kualitas individu berupa
pengetahuan, wawasan, skill, kreativitas dan lain-lain.
KESIMPULAN
Kota Madinah adalah lokasi untuk melihat praktik pekerjaan sosial Rasulullah
SAW yang paling representatif. Di sanalah Rasul memulai semuanya, kota
peradaban, kota ilmu, kota religius, kota ekonomi, kota pendidikan. Namun tidak
berarti melupakan kota Makkah yang merupakan pendidikan pertama hingga
resmi menjadi Nabi dan Rasul. Visi besar kedatangan Rasul di Madinah adalah
membangun integritas sosial yang dapat mengawal moral, kemanusiaan, dan
keutuhan ummat. Sebuah gebrakan yang relatif baru dalam budaya Arab. Untuk
mewujudkan hal tersebut, beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin (kelompok
hijrah) dengan kaum Ansar (penduduk asli Madinah).
Selain itu, nilai perekonomian kian membaik, rasul tidak sama sekali
mengharap pemberian dari kaum Ansar satu sisi beliau bersama rombongan sadar
bahwa ‘menerima pemberian’ tidak etis dalam bersosial, untuk itu, kaum
muhajirin diperintahkan untuk mandiri, meski menumpang di ladang dan lahan
kaum ansar.