Anda di halaman 1dari 17

MASA RASULLAH

PERTEMUAN KEDUA


peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah saw. yang paling berpengaruh
adalah perubahan sosial. Suatau perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral
menuju moralitas yang beradab. Saat di Makkah kaum muslim tidak mampu
membentuk sebuah masyarakat Islam karena jumlah mereka yang sangat sedikit.
Maka, sejak berada di Madinah, Rasulullah saw. meletakkan asas-asas masyarakat
Islam yang agung, sebuah masyarakat yang sejak lama telah ditunggu oleh sejarah.
Asas-asas paling penting dari masyarakat baru itu ialah sebagai berikut.
a. Saat pembangunan masjid Nabawi, dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah
saw. berhenti di suatu tempat, maka Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu
dibangun sebuah masjid. Rasulullah ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut.
Beliau mengangkat dan memindahkan batu-batu masjid itu dengan tangannya yang
mulia. Saat itu, kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis. Tiang masjid terbuat dari batang
kurma, sedangkan atapnya dibuat dari pelepah daun kurma. Adapun kamar-kamar
istri beliau dibuat berada di samping masjid. Tatkala pembangunan selesai,
Rasulullah saw. memasuki pernikahan dengan Aisyah pada bulan Syawal. Sejak saat
itulah, Yatsrib dikenal dengan Madinatur Rasul (kota Rasul) atau Madinah al-
Munawwarah (kota yang bercahaya). Kaum muslimin melakukan berbagai
aktivitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan perkara,
berjual beli maupun perayaan-perayaan lainnya sehingga tempat ini menjadi salah
satu faktor yang sukses mempersatukan mereka.

 Secara sistematik, proses peradaban yang dilakukan
oleh Nabi pada masyarakat Islam di Yastrib yaitu.
(1) Nabi Muhammad saw. mengubah nama Yastrib
menjadi Madinah (Madinah ar-Rasul, Madinah an-
Nabi, atau Madinah al-Munawwarah). Perubahan
nama yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi
perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi
Muhammad saw. yaitu membentuk sebuah masyarakat
yang tertib dan maju.

(2) Membangun masjid, masjid bukan hanya dijadikan
pusat kegiatan ritual peribadahan saja, tetapi juga
menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum
muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi. Di samping itu,
masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan

(3) Nabi Muhammad saw. membentuk kegiatan mu’akhat
(persaudaraan), yaitu mempersaudarakan kaum Muhajirin
(orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Yastrib) dengan
Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu
hijrahnya kaum Muhajirin di Yastrib). Kejadian itu
diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam ikatan
persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad saw.
membentuk tata persaudaran yang baru, yaitu persaudaraan
seagama, di samping bentuk persaudaraan yang sudah ada
sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah.

(4) Membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain
yang tidak beragama Islam.
(5) Nabi Muhammad saw. membentuk pasukan tentara
untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang
dilakukan oleh musuh.

Masjid merupakan tempat terjadinya agenda-agenda politik kerasulan yang telah
diletakkan dan beliau bertindak sebagai utusan Allah, kepala negara, komandan tentara,
dan pemimpin kemasyarakatan. Semua yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. di
kota itu merupakan refleksi dari ide yang terkandung dalam perkataan Arab Madinah,
yang secara etimologis berarti tempat peradaban, yaitu padanan perkataan Yunani polis,
(seperti dalam nama kota Constantinopel). Dan Madinah dalam arti itu sama dengan
hadarah dan tsaqarah, yang masing-masing sering diterjemahkan, berturut-turut,
peradaban dan kebudayaan, tetapi secara etimologis mempunyai arti pola kehidupan
menetap sebagai lawan badawah yang berarti “pola kehidupan mengembara”, nomad.
Oleh karena itu, perkataan Madinah, dalam peristilahan modern, merujuk pada
semangat dan pengertian civil society, suatu istilah Inggris yang berarti “masyarakat
sopan, beradab, dan teratur” dalam bentuk negara yang baik. Dalam arti inilah harus
dipahami kata-kata hikmah dalam bahasa Arab, (al-insanu madniy-un bi ath-thab’-i)
“manusia menurut naturnya adalah bermasyarakat budaya” merupakan padanan
adagium terkenal Yunani bahwa manusia adalah zoon politicon.
menguraikan bahwa dasar-
dasar kenegaraan yang
terdapat dalam  Piagam
meskipunMadinah adalah:
 (1) Umat Islam merupakan satu komunitas (umat)
berasal dari suku yang beragam.
 (2) Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam
dan antara anggota komunitas Islam dengan komunitas-
komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip yaitu
 (a) bertetangga baik, (b) saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama, (c) membela mereka yang
dianiaya, (d) saling menasihati, dan (d) menghormati
kebebasan beragama.
Keadaan Islam Di Masa
Nabi Muhammad Saw
Pada Fase
Makkah.
1. Dakwah Secara Diam-Diam
Setelah menerima wahyu kedua, Rasulullah menyadari tugas yang
dibebankan pada dirinya. Maka mulailah secara diam-diam mengajak orang
memeluk Islam., mula-mula kepada keluarga kemudian para sahabat dekat.
Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala dan
hanya menyembah kepada Allah Yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan itu
berhasil. Orang-orang yang mula-mula beriman adalah:
a) Istri beliau sendiri, Khadijah
b) Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits
c) Dari kalangan budak, Bilal
d) Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq. (A Syalabi: 1983; 84)
2. Dakwah Secara Terang-Terangan

Setelah Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah yang bersifat rahasia, terhimpunlah
pengikut Nabi sebanyak 30 orang. Dakwah di kala itu di laksanakan secara diam-daim.
Setelah fase itu, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi untuk berdakwah secara
terang-terangan, yaitu dengan turunnya ayat (Q.S Al Hijr15:94) yang Artinya: “ maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang di
perintahkan (kepada mu) dan berpalinglah dari orang-orang musrik” ( hasby as-
syidiq,dkk 1977:992)
Ayat inilah yang memerintahkan pada Rasulullah untuk berdakwah secara terus
terang dan terbuka. Rencana yang di lakukan, pertama di tunjukan kepada kerabat
sendiri, kemudian seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan dakwah secara terangan ini
menambah jumlah pengikut yang masuk islam. Hal ini tidak di senangi oleh orang-orang
Quraisy apalagi secara tegas Rasullulah mencela ibadah mereka, dan mencerca berhala
yang di puja, serta mengkritisi tradisi mereka yang sudah membudaya.[2]

Pengalaman Thaif tidak menyurutkan dakwah Nabi. Pada
tahun kesebelas kerasulan, di waktu musim haji Nabi
mengadakan kontak dakwah dengan jema’ah haji,
tertariklah sekelompok orang Aus dan Khazraj, penduduk
kota Yatsrib, untuk masuk islam. Pada tahun XI masuk tujuh
orang, pada tahun XII masuk islam 12 orang, pada tahun
berikutnya datang lagi 72 orang penduduk Yatsrib
menyatakan masuk islam dan bersumpah setia akan
membela serta melindungi Nabi. Penduduk Yatsrib yang
sudah masuk islam itu, memohon kepada Nabi untuk
pindah ke Yatsrib.[4]

B. Keadaan Islam Di Masa Nabi Muhammad Saw Pada Fase Madinah.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, nabi segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama ,
pembangunan Masjid, selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting
untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka.
Masjid pada masa Nabi juga berfungsi sebagai pussat pemerintahan. Dasar
kedua , Ukhuwah Islamiah , persaudaraan sesama musllim. Nabi
mempersaudarakan golongan Muhajirin dengan Anshor. Ini berarti
menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru yaitu persaudaraan
berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah. Dasar
ketiga , hubungan persahabatan sengan pihak-pihak lain yang tidak beragama
islam.[5]
 1. Rasulullah Membangun Masyarakat Baru

Setalah tiba dan diterima penduduk Yastrib ( Madinah ), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk
kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, periode
Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai
kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua
kekuasaan, kekuasaan spiritual dan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis
merupakan sebagai Kepala Negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu,
nabi segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama , pembangunan Masjid,
selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan
mempertalikan jiwa mereka. Masjid pada masa Nabi juga berfungsi sebagai pussat pemerintahan.
Dasar kedua , Ukhuwah Islamiah , persaudaraan sesama musllim. Nabi mempersaudarakan golongan
Muhajirin dengan Anshor. Ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah. Dasar ketiga ,
hubungan persahabatan sengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam.

b. Perjanjian Dengan Pihak Yahudi
Setelah islam sudah terpancang dibumi Madinah, dan islam
juga sudah kokoh di negeri itu, maka Rasulullah mengatur
hubungan dengan selain golongan muslim. Perhatian beliau
saat itu terpusat untuk menciptakan keamanan, kebahagian
dan kebaikan bagi semua manusia. Untuk itu beliau
menerapkan undang-undang yang luwes dan penuh
tenggang rasa, yang tidak pernah terbayangkan dalam
kehidupan dunia yang selalu dibayangi fanatisme.

Ada dua belas butir isi perjanjian itu, Diantaranya adalah :
 Orang-orang Yahudi adalah satu umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang
Yahudi agama mereka dan bagi orang Mukmin agama mereka.
 Orang-orang Yahudi dan Mukmin masing–masing harus menafkahkan kehidupan
mereka.
 Mereka harus saling bahu-membahu dalam menghadapi musuh yang hendak
membatalkan perjanjian ini.
 Mereka harus saling menasehati, berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
 Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zhalim dan
jahat.
 Dengan disahkannya perjanjian ini, maka Madinah dan sekitarnya seakan-akan
merupakan satu negara yang makmur. Ibukota Madinah dan Presidennya, jika boleh
disebut begitu, adalah Rasulullah SAW. Pelaksana pemerintahan dan penguasa
mayoritas adalah orang-orang Muslim. Sehingga dengan begitu Madinah benar-
benar menjadi ibukota bagi Islam.

c. Harta rampasan perang
 Pada saat kafilah dagang kaum Musyrik Mekkah mengadakan perjalanan
dagang dari Syam ke Mekkah. Hal ini diketahui orang-orang muslim. Ini
merupakan kesempatan emas bagi pasukan Madinah untuk melancarkan
pukulan yang telak terhadap orang-orang Musyrik. Pukulan dalam bidang
politik, ekonomi dan militer.
 Kafilah dagang itu sendiri membawa harta kekayaan penduduk Mekkah,
yang jumlahnya sangat melimpah, yaitu sebanyak 1000 ekor unta, yang
membawa harta benda milik mereka, yang nilainya tidak kurang dari 5000
dinar emas. Sementara yang mengawalnya tidak lebih dari empat puluh
orang.
 Harta rampasan perang ini didapat pada saat terjadinya perang Badar
yang tak terhindarkan lagi pada saat orang nuslim Madinah hendak
merampas harta kafilah dagang in

Anda mungkin juga menyukai