oleh Kelompok 3
1. Revalianiningsih onsiud
Nim : A0320230004
2. Fhitri khotima mokoagow
Nim : A0120230001
Dosen :
Sabil Mokodenseho,S.Pd.,Ma
Nidn:2127039202
Semakin bertambah jumlah pengikut Nabi semakin besar pula tantangan yang
harus di hadapi Nabi, mulai dari cara diplomatic di sertai bujuk rayu
hingga tindakan kekerasan di lancarkan orang-orang quraisy untuk
menghentikan dakwa Nabi. Namun Nabi tetap pada pendirian untuk menyiarkan
agama Islam.
Sistem pemerintahan dan strategi politik Nabi dapat kita lihat jelas setelah
terbentuknya negara Madinah. Di sini Islam semakin kuat dan
berkembang karena bersatunya visi misi masyarakat Islam. Peradabannya
salah satunya yaitu Piagam Madinah. Melalui Piagam Madinah Nabi
Muhammad memperkenalkan konsep negara ideal yang di warnai dengan
wawasan, transparansi, partisipasi, adanya konsep kebebasan dan tanggung
jawab sosial
politik secara bersama.1
1
Muhammad Yamin, “Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw,” 2017
B. RUMUSAN MASALAH
a) Fase Mekah : Sistem Dakwah
b) Fase Madinah : Pembentukan System Sosial, Kemasyarakatan,
Politik, Militer Dakwah,Ekonomi, Dan Sumber
Keuangan Negara
C. Pembahasan
2
I Wayan Nain Febri & Muhammad Muttaqien, “Peradaban Islam Era Nabi
Muhammad S.A.W,” Vol 5, No. 3, Februari 2023: 2417-2428
kesejahteraan masyarakat pada umumnya (Bafadhol, 2017). Berikut akan
di jelaskan beberapa Fungsi dan strategi masjid di Zaman Rasullulah.
B. Baitul Mal
Baitul Mal berasal dari kata Arab, yang berarti "rumah", dan al-mal,
yang berarti "harta". Baitul Mal mengandung arti tempat menyimpan
atau mengumpulkan barang-barang berharga/harta. Rakyat
mempercayakan kekayaannya di tangan Baitul Mal, sebuah lembaga
atau pihak (al jihat) yang bertugas mengawasi seluruh penerimaan dan
pengeluaran negara (Rahmawati, 2016). Secara fisik, Baitul Mal
dapat berarti tempat (al- makan) tempat disimpan dan dikelolanya
berbagai kekayaan penghasil pendapatan negara (Huda, 2022).
Dalam bentuknya yang paling murni, Baitul Mal sudah ada
sejak zaman Nabi Muhammad, ketika umat Islam menerima ghanimah
(rampasan perang) setelah Perang Badar. Baitul Mal, sebuah faksi
politik pada masa Rasulullah SAW, mengontrol aliran uang masuk dan
keluar dari semua properti Muslim.
Karena relatif sedikit untuk disimpan, Baitul Mal pada saat itu tidak
memiliki lokasi sentral untuk barang-barangnya. Meskipun
demikian, uang yang dihasilkan Muslim dengan cara ini biasanya
dibagi rata di antara mereka dan digunakan untuk menjalankan bisnis
mereka. Setiap kali perang usai, Rasulullah SAW akan segera mulai
membagikan ghanimah dan seperlima (alakhmas). Artinya, dia langsung
membagi mereka menjadi kelompok yang benar.
C. Fathul Makkah (630)
Ramadhan 8 H, Nabi Muhammad SAW memimpin 10.000 pasukan
muslim dari Madinah menuju Mekkah. Di sana, mereka menaklukkan
kota, menghancurkan berhala di dalam dan di luar Ka'bah,
dan
menetapkan Islam sebagai agama resmi di wilayah tersebut. Peristiwa
ini dikenal dengan Fathu Makkah.
Banjir Baitul Mal merupakan faktor utama yang membuat kaum
Muslim Quraisy dan Madinah menandatangani Perjanjian Hudaybiyah
pada tahun 628. Perjanjian Hudaybiyah meredakan hubungan antara
Mekah dan Madinah, tetapi kaum Quraisy memutuskan perdamaian 10
tahun ketika sekutu mereka, Bani Bakr menyerbu Bani Khuza'ah, yang
merupakan temanteman Muslim. Ironisnya, Bani Khuza'ah-lah yang
awalnya menyerang Bani Bakr, sehingga sangat disayangkan persoalan
tersebut hanya bisa diselesaikan dengan kesepakatan para elit tanpa
partisipasi masyarakat umum. Meskipun Bani Khuza'ah telah bergabung
dengan Nabi Muhammad dan beberapa dari mereka telah masuk Islam,
Bani Bakr telah bergabung dengan kaum musyrik Quraisy dengan
imbalan perdamaian pada waktu itu, dan kaum musyrik Quraisy
membantu Bani Bakr.
Setelah kesepakatan sukunya dengan Islam dilanggar, Abu Sufyan,
pemimpin suku Quraisy di Mekkah, pergi ke Madinah untuk mencoba
memperbaiki keadaan. Tapi Nabi Muhammad menolak begitu saja, jadi
Abu Sufyan pergi dengan tangan kosong dan kembali ke Mekah.
Di Mekkah, hampir sepuluh ribu prajurit Muslim menyerah.
Muhammad memerintahkan berhalaberhala di dalam dan sekitar Ka'bah
untuk dihancurkan demi kebaikan orang Mekah. Selain itu, meskipun
beberapa akhirnya diampuni, 17 orang Mekah dihukum mati karena
kekejaman mereka terhadap umat Islam.
Penanggung jawab komandan Nabi Muhammad dan 10.000 prajurit
meninggalkan Madinah menuju Mekkah pada tanggal 10 Ramadhan 8
H, dan Abu Ruhm Al-Ghifary diberi kendali atas Madinah. Begitu
mendarat di Dzu Thuwa, Nabi Muhammad membagi pasukannya
menjadi tiga kubu, yaitu: 1) Khalid bin Walid memimpin serangan dari
bawah untuk merebut Makkah. 2) Dari bukit Kada', Zubair bin Awwam
memimpin pasukan ke atas Mekkah, di mana mereka mengibarkan
bendera di Al- Hajun. 3) Pasukan tersebut dipimpin oleh Abu
Ubaidah bin al-Jarrah,
yang menggiring mereka dari pusat lembah ke Mekah. 4) Atas
kepemimpinan Sa'ad bin 'Ubadah, Medinites berbaris ke arah barat dan
memasuki kota suci Mekkah. 5) Nabi Muhammad SAW bersama kaum
Muhajirin dan Ansar berbaris dari Al-Hajun menuju Masjid Al-Haram.
6) Nabi Muhammad SAW memulai penghancuran berhala dan
pembersihan Ka'bah setelah dia menyelesaikan thawaf mengelilingi
Ka'bah. Ini menandai selesainya pembebasan Mekah.
Sistem Sosial yang Diterapkan Oleh Nabi di Kota
Madinah
Menurut Al-Umariada beberapa prinsip dasar yang dapat diidentifikasi
dalam pembentukan masyarakat madani, di antaranya adalah:
1. Sistem Muakhkhah, berarti persaudaraan. Islam memandang orang-
orang muslim sebagai saudara (Q.S al-Hujurat (49):10). Membangun
suatu hubungan persaudaraan yang akrab dan tolongmenolong dalam
kebaikan adalah kewajiban bagi setiap muslim. Sistem persaudaraan ini
dibangun Nabi saw. sejak beliau masih berdomisili di Mekah atas dasar
kesetiaan terhadap kebenaran dan saling menolong. Setelah nabi saw. di
Madinah, sistem ini terus dimantapkan sebagai modal untuk
membangun negara yang kuat. Persaudaraan antara kaum Muhajirin
(pendatang dari Mekah) dan Ansar (penduduk asli Madinah) segera
dijalin oleh nabi saw. Sistem Muakhkhah ini dirumuskan dalam
perundang-undangan resmi. Perundang-undangan ini menghasilkan hak-
hak khusus di antara kedua belah pihak (Muhajirin dan Ansar) yang
menjadi saudara, sampai-sampai ada yang saling mewarisi meskipun
tidak ada hubungan kekerabatan.
2. Ikatan iman. Islam menjadikan ikatan iman sebagai dasar paling kuat
yang dapat mengikat masyarakat dalam keharmonisan, meskipun
tetap membolehkan, bahkan mendorong bentuk-bentuk ikatan lain,
seperti kekeluargaan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
agama. Masyarakat Madinah dibangun oleh Nabi saw. di atas
keimanan dan keteguhan terhadap Islam yang mengakui persaudaraan
dan perlindungan sebagai suatu yang datang dari Allah, Rasul-Nya dan
kaum muslimin semuanya.
3. Ikatan cinta. Nabi saw membangun masyarakat Madinah atas
dasar cinta dan tolong-menolong. Hubungan antara sesama mukmin
berpijak atas dasar saling menghormati. Orang kaya tidak
memandang rendah orang miskin, tidak juga pemimpin terhadap
rakyatnya, atau yang kuat terhadap yang lemah. Fondasi cinta ini dapat
diperkukuh dengan saling memberikan hadiah dan kenangkenangan.
Dengan cinta inilah masyarakat Madinah dapat membangun masyarakat
yang kuat.
4. Persamaan si kaya dan si miskin. Dalam masyarakat Madinah si kaya
dan si miskin mulai berjuang bersama atas dasar persamaan Islam dan
mencegah munculnya kesenjangan kelas dalam masyarakat.
5. Toleransi umat beragama. Toleransi yang dilaksanakan pada
masyarakat Madinah antara sesama agama (Islam), seperti yang
dilakukan antara kaum Muhajirin dan kaum Ansar, dan adakalanya ntara
kaum muslimin dengan kaum Yahudi yang berbeda agama. Toleransi ini
diikat oleh aturanaturan yang kemudian terdokumentasi dalam Piagam
Madinah.3
3
I Wayan Nain Febri & Muhammad Muttaqien, “Peradaban Islam Era Nabi
Muhammad S.A.W.” Vol 5, No. 3, Februari 2023: 2417-2428,
serangan musuh. Kekhawatiran dan rasa tidak aman ini membuat
masyarakat Yatsrib merindukan figur seorang tokoh pemimpin yang adil
dan mampu menegakkan peraturan yang dapat diterima semua
pihak. Oleh sebab itu, Suku Aus dan Khazraj terus berusaha mencari
tokoh yang diharapkan
Sistem Militer yang Diterapkan Oleh Nabi di Kota Madinah
Setelah Rasulullah SAW tiba di Madinah, Rasulullah langsung
membentuk satuan militer pertama yang terdiri dari seratus prajurit.
Satuan militer pertama ini dipimpin sahabat Hamzah RA. Pada
saat inilah, menurut cendekiawan Muslim asal Turki Muhammad
FethullahGulen, dalam Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan
Umat Manusia, Rasulullah juga mulai membentuk jejaring intelijen yang
kuat, sampai-sampai dinyatakan tak ada seekor burung pun yang
melintas di atas tanah Arab yang dapat lolos dari pantauan para agen
intelijen Muslim.
Pada saat itu, melintaslah rombongan kafilah kaum musyrik
yang membawa harta milik kaum muhajirin yang mereka rampas setelah
para pemiliknya hijrah ke Madinah. Rombongan kafilah kaum musyrik
memang sering melintas di dekat Madinah untuk memamerkan barang-
barang jarahan kepada kaum muhajirin seperti sengaja menantang
mereka. Rupanya rombongan itu berpapasan dengan pasukan yang
dipimpin Hamzah sehingga mereka pun langsung melarikan diri karena
takut diserang. Padahal saat itu, Hamzah sama sekali tidak bermaksud
untuk menyerang.
Hamzah membiarkan saja kafilah Quraisy itu melarikan diri, sebab
pasukan yang dipimpinnya memang tidak pernah berniat menyerang.
Tapi rupanya kejadian itu telah menunjukkan kepada seluruh penduduk
Madinah dan sekitarnya bahwa di kawasan tersebut telah muncul
kekuatan baru yang mengimbangi dominasi orang-orang Makkah. Tentu
saja, hal ini memberi kesan mendalam bagi orang orang Arab. Ketika
kejadian serupa berulang di kemudian hari, orang-orang Arab pun
semakin kagum dengan kekuatan pasukan bersenjata yang dimiliki kaum
Muslimin.
Sebagaimana layaknya seorang panglima perang pada umumnya,
Rasulullah berhasil mengusir musuh dengan kekuatan bersenjata
yang tangguh. Seiring berlalunya waktu, kabilah-kabilah Arab yang
semula bersikap keras mulai segan kepada kaum Muslimin hingga
akhirnya pun
mereka memeluk agama Islam.Bukan karena takut kepada pasukan yang
dibentuk Rasulullah, melainkan karena mereka merasakan sendiri
kondisi Madinah dan sekitarnya yang menjadi sangat aman sejak
pasukan Muslim sering berpatroli di kawasan tersebut.
Ketika Islam muncul dengan kebenaran dan menampilkan kekuatan
yang berdiri di atas landasan kebenaran, pandangan orang-orang Arab
terhadap Islam pun berubah. Sebagaimana layaknya seorang panglima
perang pada umumnya, Rasulullah berhasil mengusir musuh dengan
kekuatan bersenjata yang tangguh. Seiring berlalunya waktu, kabilah-
kabilah Arab yang semula bersikap keras mulai segan kepada kaum
Muslimin hingga akhirnya.
4
Nabila Salsabila , Dea Safitri , Mutiara Hilda , Makhroza Husna , Rizka Julia
Putri, “Perkembangan Peradaban Islam Fase Madinah,” Volume 05, No. 02,
Januari- Febuari 2023
KESIMPULAN