Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN ISLAM PRIODE MAKKAH DAN MADINAH

(LAHIRNYA PIAGAM MADINAH)


Makalah Ini Dibuat Dan Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Sejarah
Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Dr. Moch. Subekhan, M.Ag.

Disusun oleh:
1. Maharani Nurul Ain (221240001)
2. Tanti Nurlita (221240011)
3. Firda Hayati (221240030)

PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2022
PERKEMBANGAN ISLAM
PERIODE MAKKAH DAN MADINAH

A. PENDAHULUAN

Nabi Muhammad Saw. adalah seorang pembawa Islam. Tidak hanya itu, beliau juga
seorang juru dakwah yang membawakan risalah agama baru bagi manusia. Kehidupan beliau
merupakan uswah hasanah bagi umatnya. Hal itu pun berlaku dalam aktivitas dakwah. Dari sana
kita dapat mengetahui semangat yang mendorong umat untuk meniru nabinya, di samping
mengetahui cara-cara mereka ber- dakwah. Karena semangat dakwah sangat menentukan sejarah
Islam, maka dakwah itu sendiri terus berkelanjutan sejak awal turunnya risalah.
Meskipun Rasulullah berperan sebagai panglima perang atau negarawan, titik pusat
perhatian tetap tertuju pada aspek kehidupan beliau sebagai juru dakwah. Perjuangan Nabi
adalah perjuangan dalam berdakwah.
Setelah mengalami pertentangan jiwa yang cukup lama, akhirnya Nabi sampai kepada
puncak keyakinan tentang misi kerasulannya. Dakwah beliau yang pertama ditujukan kepada
anggota keluarga. Di antara inti ajaran sederhana yang beliau sampaikan kepada mereka adalah
penghapusan kepercayaan terhadap berhala, keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan
kewajiban beribadah hanya kepada Tuhan Maha Pencipta.
Sejarah perkembangan agama Islam periode awal (masa Nabi Muhammad SAW) dapat
dibedakan menjadi dua periode, yakni periode Makkah dan Madinah.
Dalam periode Makkah dan Madinah, dakwah yang diemban oleh Nabi Muhammad Saw.
dapat dibagi menjadi empat tahapan.
Pertama, dakwah secara sembunyi-sembunyi (tahap ini berlangsung selama tiga tahun di
Makkah.
Kedua, dakwah secara terang-terangan, yang disampaikan secara lisan (tahap ini juga
terjadi di Makkah sampai Nabi Muhammad Saw. Hijrah ke Madinah).
Ketiga, dakwah secara terang-terangan dengan melibatkan kekuatan bersenjata untuk
menghadapi para pembangkang atau orang-orang yang lebih dulu menyerang Islam (tahap ini
berlangsung di Madinah sampai Nabi Muhammad Saw. Melakukan Perjanjian Hudaibiyah).
Keempat, dakwah secara terang-terangan yang dilakukan juga dengan mengangkat senjata
untuk menghadapi orang-orang musrik, ateis, ataupun penyembah berhala yang menghalangi
dakwah Islam atau menolak memeluknya setelah dakwah disampaikan kepada mereka (tahap
inilah yang menjadi titik tolak penerapan hukum jihad dalam Islam).1

1
Said Ramadhan al-Buthy, Fikih Sirah; Hikmah Tersirat dalam Lintas Sejarah Hidup Rasulullah Saw.
(Jakarta: Hikmah, 2010), hlm. 90.
B. PEMBAHASAN

1. Periode Makkah

Pada periode Makkah, Nabi Muhammad Saw. Menyebarkan agama yang baru diterimanya
itu dengan dua cara, yakni dengan cara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi ditempuh karena Nabi Muhammad Saw. Begitu yakin
bahwa masyarakat jahiliah masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan
leluhur, yaitu menyembah berhala. Mereka rela berperang dan bahkan rela mati demi menjaga
tradisi leluhur tersebut.
Setelah Nabi Muhammad Saw. Menerima risalah kenabian pada usia 40 tahun, mulailah
beliau mendakwahkan ajaran Islam ditengah-tengah ketersesatan masyarakat Makkah jahiliah.
Ajaran dakwah Nabi Muhammad Saw. Yang paling pokok adalah keyakinan kepada Allah Yang
Maha Esa (tauhid). Allah adalah pencipta alam semesta. Dia-lah yang memberi kehidupan dan
tempat kembali setelah kematian. Bahkan, tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya. Maka,
masyarakat Makkah harus meninggalkan penyembahan berhala.
Nabi Muhammad Saw. Tidak mengajak mereka, kecuali dalam hal kebajikan dan
keshalihan. Awalnya, beliau melakukan dakwah ini dimulai dilingkungan keluarga; mula-mula
dari istri beliau sendiri, yaitu Siti Khadijah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin
Abi Thalib, Abu Bakar (sahabat beliau), lalu Zaid, bekas budak beliau.
Selain itu, ada pula banyak orang yang masuk Islam dengan perantara Abu Bakar yang
terkenal dengan julukan assabiqunal awwalun atau orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam.
Adapun para sahabat yang masuk Islam lewat perantara Abu Bakar yaitu Utsman bin Affan,
Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abu Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu
Ubaidah bin Jarrah, dan Arqam (yang rumahnya dijadikan sebagai markas untuk berdakwah).
Mereka bertemu Nabi Muhammad Saw. Secara rahasia. Apabila salah seorang diantara
mereka ingin melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Makkah seraya
bersembunyi dari pandangan orang-orang Quraisy. Pengikut beliau semakin bertambah
jumlahnya. Dalam waktu kurang lebih 3 tahun, tercatat pengikut beliau sudah berjumah 40
orang.
Setelah itu, Nabi Muhammad Saw. Diperintahkan oleh Allah Swt. Untuk melakukan dakwah
secara terang-terangan, yang dijelaskan dalam firman Allah Swt. Berikut:
‫َفاْص َد ْع ِبَم اُتْٔو َم ُر َو ََاْع ِر ْض َع ِن اْلُم ْس ِرِكْيَن‬

‘Maka, sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan


(kepadamu), dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.’ (QS. Al-Hijr [15]: 94)

Dalam dakwah secara terang-terangan, Nabi Muhammad Saw. Menggunaka strategi-strategi


sebagai berikut:
a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak mereka masuk Islam.
b. Mengumpulkan para penduduk Makkah, terutama yang tinggal disekitar Ka’bah untuk
berkumpul di Bukit Shafa
c. Menyampaikan seruan dakwah kepada para penduduk di luar kota Makkah.

Dakwah Nabi Muhammad Saw. secara terang-terangan ditentang dan ditolak oleh bangsa
Quraisy, dengan alasan bahwa mereka tidak dapat meniggalkan agama yang telah mereka warisi
dari nenek moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka.
Kaum Quraisy menolak dan berusaha menghentikan dakwah Nabi Muhammad Saw.
Dengan berbagai cara berikut:
a. Terhadap budak-budak yang telah masuk Islam, tuan-tuan mereka wajib menghukum
dan menyiksa mereka.
b. Melempari Nabi Muhammad dengan kotoran dan isi perut kambing.
c. Mengusulkan kepada Nabi Muhammad Saw. Agar permusuhan dihentikan, dengan
syarat kelak orang-orang kafir Quraisy mengikuti ibadah orang-orang Islam, tetapi
orang-orang Islam di lain waktu harus mengikuti ibadah mereka.

Namun itu semua tidak berhasil menghentikan dakwah Nabi Muhammad Saw. Bahkan
tantangan-tantangan yang berat dilakukan oleh kaum Quraisy, seperti pemboikotan keluarga dan
pengikut beliau, bahkan upaya pembunuhan beliau.
Adapun faktor-faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan Islam adalah
sebagai beriku:
a. Persaingan merebut kekuasaan. Kaum Quraisy mengira dengan tunduknya kepada
agama Nabi Muhammad Saw. Berarti tunduk kepada kekuasaan Abdul Muthalib.
Sedangkan suku-suku Arab selalu bersaing untuk memperebutkan kekuasaan dan
pengaruh.
b. Penyamaan hak antara kasta bangsawan dan hamba sahaya
c. Takut dibangkitkan dari alam kubur. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama Islam
yang mengajarkan manusia akan dibangkitkan kembali sesudah mati.
d. Taklid kepada nenek moyang. Kaum Quraisy taklid secara membabi buta terhadap
nenek moyang mereka, sekaligus mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal
peribadatan dan tingkah laku.
e. Memperniagakan patung. Agama Islam melarang menyembah, memahat, dan menjual
patung. Oleh karena itu, saudagar-saudagar patung memandang agama Islam sebagai
penghalang rezeki mereka.

Pada mulanya, kaum Quraisy belum mencurahkan perhatian terhadap umat Islam. Akan
tetapi, alangkah terkejutnya mereka ketika melihat gerakan itu dengan cepat memasuki
kehidupan rumah tangga dan hamba sahaya mereka. Orang-orang yang lemah seperti Yasir,
putranya (Ammar), serta istrinya (Sumayyah), begitu juga dengan Bilal, Habab bin Haris, dan
lainnya yang mendapat siksaan yang berat. Akan tetapi, Nabi Muhammad Saw. Tidak mendapat
siksaan. Karena Bani Hasyim memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam pandangan kaum
Quraisy dan juga mendapat perlindungan dari pamannya, Abu Thalib. Namun, seruan Nabi
Muhammad Saw. Semakin tersiar dan para bangsawan Quraisy mulai banyak yang masuk Islam.
Ketika Nabi Muhammad Saw. Melihat kondisi para sahabat yang diganggu dan disiksa
oleh kaum Quraisy, beliau memerintahkan kepada mereka agar hijrah ke Habasyah. Pada tahun
itu, berangkatlah 10 pria dan 5 wanita, diantaranya Ustman bin Affan dan istrinya (Ruqaiah binti
Nabi Muhammad Saw.). setelah 3 bulan, mereka pulang karena gangguan negri tersebut dan
sedikitnya jumlah mereka.
Pada tahun kelima, dua pembesar Quraisy yang terkenal dengan kekuatan dan
keberaniannya, yaitu Umar bin Khathab dan Hamzah bin Abdul Muthalib, masuk Islam. Nabi
Muhammad Saw. Dan para pengikutnya merasa sangat senang karena Islam semakin kuat.
Setelah Nabi Muhammad Saw. Diboikot, beliau menyuruh kaum muslimin hijrah ke
Habasyah untuk kedua kali pada tahun ke-7 kenabian. Pada tahun ini, berhijrah 73 pria dan 11
wanita. Mereka bertemu dengan orang-orang Islam Yaman.
Setelah istrinya Nabi Muhammad Saw. meninggal dunia, demikian pula pamannya. Kaum
Quraisy meningkatkan perlawanan terhadap dakwah beliau. Tahun itu disebut tahun kesedihan
atau ‘amul khuzni. Kaum Quraisy memboikot kaum muslimin dengan menggantungkan piagam
diatas Ka’bah, agar mereka tidak berhubungan dengan kaum muslimin dan keluarga Nabi
Muhammad Saw.
Setelah kematian Abu Thalib dan Siti Khadijah, kaum Quraisy menambah gangguan dan
siksaan kepada Nabi Muhammad Saw. maka beliau melakukan hijrah ke Tha’ib dengan ditemani
oleh Zaid bin Tsabit. Namun, beliau tidak mendapatkan perlakuan yang baik, justru mendapat
perlakuan yang kurang nyamandari penduduk negeri tersebut.
Pada tahun ke-11 kenabian, untuk memuliakan dan mengobati kesedihan Nabi Muhammad
Saw. yang ditinggal oleh dua orang yang sangat dicintai oleh beliau, Allah Swt. Memuliakan
beliau dengan isra mi’raj. Isra adalah perjalanan beliau pada waktu malam dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsa, sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau kea lam tertinggi bertemu dengan-
Nya.
Pada waktu itu, turunlah kewajiban shalat. Pada malam itu, Nabi Muhammad Saw.
ditemani oleh Malaikat Jibril. Pada tahun yang sama, datang pula rombongan berjumlah 6 orang
dari Yastrib untuk melakukan Haji. Mereka bertemu dengan beliau dan berbai’at dengan syarat-
syarat berikut;
a. Tidak menyekutukan Allah
b. Tidak mencuri
c. Tidak berzina
d. Tidak membunuh anak-anak mereka

Kejadian tersebut dinamakan Bai’ah Aqabah al-Ula. Selain itu, Nabi Muhammad Saw.
juga mengirimkan orang yang akan mengajarkan Islam kepada kaum mereka. Kemudian pada
tahun ke-13 kenabian, datanglah 73 pria dan 2 wanita dari Madinah ke Makkah untuk
melaksanakan haji. Mereka juga bertemu dengan beliau dan berbai’at, dengan landasan bahwa
mereka menyembah Allah dan menawarkan perlindungan kepada beliau, asalkan beliau bersedia
hijrah bersama mereka. Kejadian ini disebut Bai’ah Aqabah Tsani atau perjanjian Aqabah ke
dua, karena terjadi pada tempat yang sama.

2. Periode Madinah

Yastrib (Madinah) adalah tempat pertemuan dua kelompok besar Yahudi dan Anshar yang
terdiri atas dua kabilah Aus dan Khazraj, ditambah kabilah-kabilah Muhajirin. Dengan demikian,
Yastrib menjadi titik pertemuan antarkabilah. Kondisi itu menurut perilaku toleransi dari sisi
ekonomi dan sosial.
Inilah yang membuat ajaran Nabi Muhammad Saw. mudah diterima dikota tersebut.
Apalagi masyarakat Arab dan Yahudidikota itu sering mendengar hal-hal yang berhubungan
dengan Tuhan, Wahyu, hari kiamat serta surga dan neraka.
Selain itu, Aus dan Khazraj berseteru melihat Islam sebagai peluang, sehingga mereka
berlomba menunjukkan komitmen mereka kepada Nabi Muhammad Saw. untuk itulah, kedua
kelompok itu lebih dahulu menerima Islam daripada kelompok-kelompok Yahudi.
Nabi Muhammad Saw. tiba dikota Yastrib pada jum’at siang. Saat itu pula beliau
menggelar shalat jum’at untuk pertama kalinya. Setelah shalat jum’at, Nabi Muhammad Saw.
memasuki kota Madinah dan masyarakat Madinah menyambut beliau dengan rasa bahagia.
Semenjak itu, para sahabat beliau terbagi menjadi dua, yakni kelompok Muhajirin (para sahabat
yang hijrah ke Madinah) dan kelompok Ansar (para penduduk asli Madinah).
Meskipun demikian, gerakan islam tetap berlanjut dikota Makkah. Akan tetapi, kota
Madinah tetap menjadi tempat yang layak bagi perkembangan Islam. Dikota Madinah
masyarakat berbondong-bondong memeluk agama Islam. Jumlah umat islam yang semakin
bertambah menjadi peluang bagi Nabi Muhammad Saw. untuk mendirikan pemerintah Islam
pertama. Tolak ukur pembentukan pemerintah Islam berdasarkan pada 3 hal yakni,
pembangunan masjid, persaudaraan antara muhajirin dan anshar, serta perjanjian kerja sama
antara muslim dan non muslim.
Adapun tujuan hijrah Nabi Muhammad Saw. dan umat Islam dari Makkah ke Yastrib
adalah sebagai berikut;
a. Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman, serta kekerasan kaum kafir
Quraisy
b. Agar memperoleh keamanan serta kebebasan dalam berdakwah dan beribadah

Dalam periode ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan
masyarakat Islamdan pendidikan sosial dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad
Saw. meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam di Madinah.2
Pertama, mendirikan masjid. Tujuan Nabi Muhammad Saw. mendirikan masjid adalah
mempersatukan umat Islam dalam satu majelis.
Kedua, mempersatukan sekaligus mempersaudarakan kaum Anshar dan kaum Muhajirin.
Dengan cara ini, Nabi Muhammad Saw. telah menciptakan suatu pertalian berdasarkan agama,
pengganti persaudaraan yang berdasarkan kesukuan seperti sebelumnya.
Kaum muhajirin bukan hanya lemah secara ekonomi, tetapi masih mengalami trauma
psikologis, akibat diusir oleh kaum kaffir Makkah, sehingga pindah ke Madinah tanpa membawa
harta benda.3
Ketiga, Perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan nonmuslimin. Nabi
Muhammad Saw. hendak menciptakan toleransi antargolongan yang ada di Madinah. Oleh
karena itu, beliau membuat perjanjian antara kaum muslim dan nonmuslim.
Menurut Ibnu Hisyan, isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik
b. Kebebasan beragama terjamin bagi semua umat
c. Penduduk Madinah, baik muslim ataupun nonmuslim, dalam hal moril maupun
material, mereka harus bahu-membahu menangkis semua serangan terhadap kota
mereka
d. Nabi Muhammad Saw.adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah

Keempat, meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial untuk masyarakat baru.

2
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 68
3
Ali Zawawi, Penjelasan Al-Qur’an tentang Krisis Sosial, Ekonomi, dan Politik (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999), hlm. 129.
Itulah empat dasar masyarakat Islam yang digagas oleh Nabi Muhammad Saw. di
Madinah. Meskipun beliau membuat perjanjian antara kaum muslim dan nonmuslim, tetap saja
banyak nonmuslim yang mengingkari.
Sikap ingkar janji yang terlihat ketika terjadinya perang yang pertama dalam sejarah Islam
yang dikenal dengan perang Badar. Perang ini adalah perang antara kaum muslim dengan
musyrik Quraisy pada tanggal 8 Ramadhan tahun kedua hijriah., didaerah Badar, kurang lebih
120 km dari Madinah.
Bukti penyelewengan kaum Yahudi yang lain adalah pada waktu perang Uhud. Saat itu,
kaum Yahudi berjumlah 300 orang, dengan pimpinan Abdullah bin Ubay, seorang munafik yang
bersedia membantu kaum muslim, namun tiba-tiba membelot dan kembali ke Madinah, yang
mengakibatkan kaum muslim mengalami kekalahan.
Nabi Muhammad Saw. dengan tegas mengusir Bani Nadir, satu dari dua suku Yahudi di
Madinah yang berkomplot dengan Abdullah bin Ubay keluar kota. Sebagian besar mengungsi ke
Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya, yaitu Bani Quraizah, masih tetap di Madinah.4
Banyak saksi sejarah yang membuktikan bahwa karakter peradaban besar dapat disaksikan
di Madinah pascahijrahnya Nabi Muhammad Saw. masyarakat politik umat Islam telah terbentuk
di Madinah, dan semua yang dijanjikan oleh beliau telah terealisasi.
Kesepakatan kerja sama antara muslim dan nonmuslim menjadi salah satu fondasi undang-
undang dasar Islam di Madinah. Dengan undang-undang itu, muslim dan nonmuslim mendapat
perlindungan penuh tanpa pandang bulu.
Dengan undang-undang yang adil, pemerintah Islam terbentuk dengan memperdulikan hak
sipil manusia, tanpa melihat latar belakang agama. Umat muslim dan nonmuslim bisa hidup
berdampingan.
Kelommpok Anshar ialah penikut Nabi penduduk asli Madinah yang telah
menerima dengan senang hati Nabi dan rombongannya dari kkelompok Muhajirin.
Piagam Madinah sebagai Manifesto Politik.5
Rasulullah telah memproklamasikan negara Islam pada tanggal 16 Rabiul Awwal tahun 1
Hijriah (20 September 622 M) dengan beribu kota di Madinah. Di dalam negara yang baru
dibentuk tersebut, warga negara yang tinggal terdiri atas

4
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 70.
5
Aizid Rizem, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. N. p.: DIVA PRESS, (n.d.).
a. kaum Muhajirin, yaitu mereka yang hijrah dari Mekah ke Madinah karena keyakinan
agamanya;
b. kaum Anshar, yaitu penduduk Madinah asli yang masuk Islam yang terdiri atas suku Khazraj
dan Aus;
c. kaum Yahudi yang mendiami Madinah; d. kaum Arab yang belum masuk Islam."
Setelah Rasulullah menyusun pemerintahan, dikeluarkan Piagam Madinah sebagai
manifesto politik yang pertama dalam Islam. Piagam ini mengikat kaum muslimin, kaum
Yahudi, dan kaum kafir lainnya.
Perjanjian yang merupakan dokumen politik yang sangat bersejarah itu, menetapkan
tugas dan kewajiban kaum Yahudi dan kafir Madinah terhadap daulah Islamiah, di samping
mengakui kebebasan beragama dan memiliki harta.6

3. Lahirnya piagam madinah


Sebelum lahirnya Piagam Madinah, hak asasi manusia bergantung pada adat istiadat,
atau yang disebut hukum adat yang terdapat pada masing-masing suku.Peperangan antarsuku
adalah fenomena umum di kalangan orang Arab.Jaminan keamanan individu tergantung pada
masing-masing kepala suku, kepala suku, dan semua kekuatan hukum, adat, dan keadilan
sosial.Dalam Piagam Madinah kita menemukan prinsip-prinsip umum yang mengatur berbagai
hak dan kewajiban warga negara.Piagam menetapkan hak-hak minoritas.Piagam Madinah juga
memberikan kebebasan berbicara, perlindungan hak-hak sipil, hak untuk hidup, dan secara luas
mempromosikan nasionalisme dan pola pikir negara. Prinsip-prinsip Piagam Madinah menjamin
hak dan kewajiban yang sama bagi semua individu tanpa membedakan ras, bahasa, atau
kepercayaan.
Piagam madinah lahir berdasarkan berbagai kondisi sosial masyarakat madinah, antara
lain kondisi agama, politik, ekonomi, dan etnis. Sangat mungkin bahwa semua keadaan ini akan
menyebabkan lahirnya konflik di antara mereka. Untuk itu lahirlah Piagam madinah sebagai
upaya untuk meredam konflik di antara mereka.

6
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an, him. 361.
C. KESIMPULAN
Nabi Muhammad Saw. adalah seorang pembawa Islam. Tidak hanya itu, beliau juga
seorang juru dakwah yang membawakan risalah agama baru bagi manusia. Kehidupan beliau
merupakan uswah hasanah bagi umatnya.
Pada periode Makkah, Nabi Muhammad Saw. Menyebarkan agama Islam yang baru
diterimanya itu dengan dua cara, yakni dengan cara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
Perjuangan dakwah Nabi Muhammad Saw. begitu sangat berat ketika dakwah secara terang-
terangan karena Kaum Quraisy menolak dan berusaha menghentikan dakwah Nabi Muhammad
Saw. Dengan berbagai cara, contohnya:
1.Terhadap budak-budak yang telah masuk Islam, tuan-tuan mereka wajib menghukum dan
menyiksa mereka.
2. Melempari Nabi Muhammad dengan kotoran dan isi perut kambing.
Kamudian Nabi Muhammad Saw. Berhijrah ke kota madinah dengan tujuan sebagai berikut;
1. Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman, serta kekerasan kaum kafir
Quraisy
2. Agar memperoleh keamanan serta kebebasan dalam berdakwah dan beribadah
Di Madinah Nabi Muhammad membuat Piagam Madinah. Adapun tujuan dibentuknya piagam
madinah, antara lain:
1. Mengembangkan toleransi beragama
2. Mewujudkan keamanan Madinah
3. Menyatukan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai