Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Kebudayaan Islam Periode Makkah Kegelisahan Nabi Muhammad

Akan Kondisi Masyarakat Arab

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Dosen Pengampu:
Hawwin Muzaki M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 7:

Arvela Dwi Rahmawati (126201213233)

Lailia Lutfiaturohma (126201213222)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MARET 2024
PEMBAHASAN

A. Kebudayaan Islam Periode Mekkah

Rasulullah lahir pada tanggal 22 April Tahun 571 Masehi di Negara Arab
yang pada saat itu mayoritas menyembah berhala. Pada waktu itu mayoritas
orang di Bangsa Arab memiliki kepercayaan yang terpecah-pecah. Mereka
membuat Tuhannya sendiri dan menyembahnya sendiri. Bangsa Arab pada
waktu itu memiliki kebudayaan yang sangat bertentangan dengan kemanusiaan.
Mereka suka membunuh, Suka minum-minuman keras, memakan bangkai, suka
berperang, bahkan mereka sangat suka membunuh anak-anak. Tangan mereka
sangat ringan sekali ketika ingin membunuh anak-anak meskipun hanya karena
sebab yang sepele sekalipun. Namun Nabi Muhammad sangat menentang
kebudayaan yang berlaku pada waktu itu, beliau sering menghabiskan waktu di
Gua Hira' untuk berdoa dan merenung tentang ciptaan Allah.
Pada saat berumur 25 Tahun, beliau menikah dengan janda kaya bernama
Khadijah yang pada waktu sudah berumur 40 Tahun. Selain menggembala, Nabi
juga suka berdagang. Pada masa-masa berumah tangga dengan Khadijah, Beliau
juga masih sering mengasingkan diri ke Gua Hira'. Dan Khadijah pada waktu
itupun juga mendukung apa yang dilakukan beliau, Khadijah selalu memberi
bekal makan ketika Beliau sedang menyendiri di Gua Hira'. Tepat pada usia 40
Tahun, Beliau mendapat wahyu untuk pertama kalinya di Gua Hira', yaitu surat
Al-Alaq ayat 1-5.
Pada periode Makkah, kegelisahan Nabi Muhammad tercermin dalam
berbagai aspek, terutama dalam respons terhadap kondisi sosial, politik, dan
agama masyarakat Arab pada saat itu. Beberapa kegelisahan yang dialami Nabi
Muhammad dan mencerminkan kondisi masyarakat Arab pada periode tersebut
adalah sebagai berikut:
 Masyarakat Arab pada periode Makkah cenderung terlibat dalam praktik
kekerasan dan penindasan, terutama terhadap mereka yang menganut
ajaran agama baru, seperti Islam. Nabi Muhammad dan para pengikutnya
mengalami penindasan yang keras dari pihak otoritas Quraisy yang
berkuasa di Makkah.
 Pemikiran Keagamaan yang Pluralistik: Meskipun Arab pada masa itu
didominasi oleh paganisme, ada juga keberagaman kepercayaan agama.
Nabi Muhammad, yang mengemukakan ajaran monoteisme, merasa
gelisah karena adanya ketidakcocokan antara kepercayaan yang
diajarkannya dengan praktik agama tradisional yang banyak beredar di
masyarakat.
 Nabi Muhammad juga merasa gelisah dengan ketidakpuasan terhadap
sistem sosial dan politik yang ada pada saat itu, termasuk ketidakadilan
dalam distribusi kekayaan dan kekuasaan, serta kurangnya perlindungan
terhadap kelompok yang lemah dan terpinggirkan.
 Kehidupan Moral yang Terganggu. Masyarakat Arab pada periode Makkah
juga terkenal dengan perilaku moral yang terganggu, termasuk praktik
kekerasan, pembunuhan, perbudakan, dan kesewenang-wenangan yang
merugikan kaum lemah.
B. Strategi Dakwah Nabi Muhammad di Mekkah
Setelah beliau di utus Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam, beliau
tidak serta-merta langsung menyebarkannya secara terbuka, namun dilakukan
dengan sembunyi-sembunyi terlebih dahulu. Setidaknya ada empat tahap dakwah
periode Mekkah yang dilakukan Rasulullah.
1 Dakwah dengan sembunyi-sembunyi/rahasia (610-613 H)
Nabi saw. mulai mengajak manusia untuk menyembah Allah semata dan
menyuruh meninggalkan berhala. Akan tetapi dakwah tersebut dilakukan secara
rahasia guna menghindari tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatic
dengan keyakinannya. Nabi saw belum melakukan dakwah di majelis-majelis
umum orang Quraisy, dan tidak melakukan dakwah kecuali kepada orang
terdekatnya. Pertama-tama yang diseru adalah dari kalangan keluarga terdekat
seperti istri beliau Siti Khadijah, saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang
ketika itu baru berusia 10 tahun. Abu Bakar Shiddiq sahabat karib sejak kecil,
lalu Zaid bin Haritsah bekas budak yang telah menjadi anak angkat, Ummu
Aiman pengasuh Nabi termasuk orang-orang yang pertama memeluk Islam
(Assabiqunal Awwalun). Sebagai seorang saudagar yang berpengaruh, Abu
Bakar Shiddiq berhasil mengislamkan beberapa sahabat dekatnya seperti Usman
bin Affan, Zubair Ibn Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, dan
Talhah Ibn Ubaidillah. Dengan dakwah secara diam-diam ini hasilnya belasan
orang telah memeluk agama Islam. 1
Setelah melakukan dakwah secara diam-diam selama tiga tahun, ada
beberapa tokoh yang sangat menentang dengan ajaran Islam, salah satunya yaitu
Abu Lahab, dia merupakan Paman Nabi sekaligus menjadi penentang ajaran
yang dibawah oleh Nabi.
2 Dakwah secara terang-terangan (613 H)
Setelah tiga tahun berdakwah secara diam-diam ( 610-613 H), Akhirnya
beliau memutuskan untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Tetapi
pada waktu itu respon masyarakat sangat masif dan keras karena ajaran Islam
yang dibawa oleh beliau bertentangan dengan budaya dan pemikiran masyarakat
Mekkah. Pada suatu ketika dalam sebuah jamuan, beliau menyampaikan ajaran
Islam secara terbuka, tetapi sangat sedikit yang setuju dengannya, bahkan
banyak sekali yang menentang ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi. Salah satu
yang "sangat" menentang pada waktu itu adalah pamannya sendiri yaitu Abu
Lahab beserta Istrinya Ummu Jamil.
Selain Abu Lahab, ada salah satu pimpinan Quraiys yang juga menentang
agama yang di bawa oleh Muhammad, yaitu Abu Jahal. Abu Jahal
memprovokasi dan membuat statemen bahwa Islam yang di bawa oleh
Muhammad adalah ajaran yang sesat dan merusak tatanan hidup orang Mekkah.
Dari situlah muncul penindasan, penganiayaan, penyiksaan dan Intimidasi
terhadap kaum Muslimin. Melihat keadaan yang semakin memburuk, Rasulullah
memerintahkan pengikutnya untuk Hijrah ke Tanah Habasyah dan
memerintahkan untuk dakwah disana
3 Hijrah pertama dalam Islam

1
M. Yakub, KOMUNIKASI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PADA PERIODE MEKAH Jurnal
Komunikasi Islam dan Kehumasan (JKPI) Vol. 5 No. 1, 2021 ISSN: 2621-9492, hal 37
Ketika Nabi saw melihat keganasan kaum musyrik kian hari kian
bertambah keras, sedang beliau tidak dapat memberikan perlindungan kepada
kaum muslimin, maka beliau berkata kepada mereka: “alangkah baiknya jika
kamu dpat berhijrah ke negeri Habasiyah, karena di sana terdapat seorang raja
yang adil sekali. Di bawah kekuasaannya tidak seorang pun boleh dianiaya.
Karena itu pergilah kamu ke sana sampai allah memberikan jalan keluar kepada
kita, karena negeri itu adalah negeri yang cocok bagi kamu.”2
Maka berangkatlah kaum muslimin ke negeri Habasiyah demi
menghindari fitnah dan lari menuju Allah dengan membawa agama mereka.
Hijrah ini merupakan hijrah pertama dalam Islam. Diantara kaum muhajirin
yang terkenal adalah: Ustman bin Affan beserta istrinya, Ruqaiyyah binti
Rasulullah saw, Abu Hudzaifah beserta istrinya, Zubair bin Awwam, Mush’ab
bin Umair dan Abdurrahman bin Auf. Pada akhirnya para sahabat Rasulullah
saw sebanyak delapan puluh lebih berkumpul di Habasiyah.
4 Hijrah Rasulullah SAW ke Thaif
Setelah merasakan berbagai siksaan dan penderitaan yang dilancarkan
oleh kaum Quraisy, Rasulullah SAW berangkat ke Thaif mencari perlindungan
dan dukungan dari bani Tsaqif dan berharap agar mereka dapat menerima ajaran
yang dibawankannya. Setibahnya di Thaif, beliau menuju tempat para pemuka
bani Tsaqif, sebagai orang-orang yang berkuasa didaerah tersebut. Beliau
berbicara tentang Islam dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah.
Tetapi ajakan beliau ditolak mentah-mentah dan dijawab secara kasar. Kemudian
Rasulullah SAW bangkit dan meninggalkan mereka, seraya mengharap supaya
mereka menyembunyikan berita kedatangan nabi dari kaum Quraisy, tetapi
meraka menolaknya. Bani Tsaqif justru mengerahkan penjahat dan para budak
untuk mencerca dan melemparinya dengan batu, sehingga mengakibatkan cidera
pada kedua kaki Rasulullah saw, Zaid bin Haritsah, berusaha melindungi nabi
dari serangan, akan tetapi beliau kewalahan dan akhirnya ia sendiri mengalami
cidera pada kepalanya.3
2
Muhammad Julkaranain, Perjuangan Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah dan Madinah.
Jurnal Diskursus Islam Volume 7 Nomor 1, April 2019, hal 86
3
Ibid, hal, 86
5 Permulaan kaum Anshar menganut Islam
Setiap musim haji tiba Rasulullah saw selalu menemui kabilah-kabilah
yang datang ke Baitul-Haram, membacakan kitab Allah kepada mereka dan
mengajak untuk mentauhidkan Allah. Tetapi tidak seorangpun yang menyambut
ajakannya. Pada tahun kesebelas kenabian, Rasulullah saw mendatangi
kabilahkabilah sebagaimana yang sering dilakukannya setiap tahun. Ketika
berada di Aqabah (suatu tempat antara Mina dan Mekkah, tempat melempar
Jumrah) nabi saw bertemu dengan sekelompok orang dari kabilah Khazraj yang
sudah dibukakan hatinya oleh Allah untuk menerima kebaikan. Rasulullah saw
bertanya kepada mereka, “kalian siapa?”, “Kami orang-orang dari kabilah
Khazraj.” Beliau bertanya lagi, “ Apakah dari orang-orang yang bersahabat
dengan orang Yahudi?” Mereka menjawab, “Ya benar.” Nabi saw bertanya,
“Apakah kalian bersedia duduk bersama kami untuk bercakap-cakap?” Jawab
mereka, “Baik.” Lalu mereka duduk bersama nabi saw. Rasulullah saw
mengajak mereka beriman kepada Allah, menawarkan Islam kepada mereka dan
akhirnya mereka menerima Islam sebagai ajarannya.
Setelah pembaiatan tersebut, para tahun berikutnya dua belas orang lelaki
dari Anshar datang di musim haji menemui Rasulullah saw, kemudian mereka
berbaiat kepada Rasulullah saw. Setelah pembaiatan, para utusan kaum Anshar
itu pulang ke Madinah. Bersama dengan mereka Rasulullah saw
mengikutsertakan Mush’ab bin Umair untuk mengajarkan al-Qur’an dan
hukumhukum agama kepada mereka.Mush’ab bin Umair adalah salah seorang
sahabat muda nabi saw yang masuk sebelum hijrah. Ia adalah seorang pria
tampan dan pintar, penuh dedikasi dan dermawan. Ia pernah ikut dalam perang
Badar bersama Rasulullah saw dan perang Uhud, dan pada akhirnya ia terbunuh
sebagai syahid. Mush’ab bin Umair adalah orang pertama melakukan shalat
Jum’at di Madinah.
C. Misi Dakwah di Mekkah Terkait Humanisme
1 Mengajarkan ketauhidan
Sementara itu Islam datang dengan membawa ajaran tauhid
penyembahan hanya kepada Allah yang Maha Esa tidak beranak dan tidak
diperanakkan begitu juga yang berkaitan dengan kebudayaan kebudayaan Arab
pra-islam sangat dipengaruhi oleh mitologi dan ajaran-ajaran sesat lainnya
sedangkan Islam membawa peradaban atau kebudayaan baru berdasarkan
petunjuk Allah dan
Al-quran.
Rasulullah berusaha menghapus penyembahan berhala, patung, dan
benda-benda yang dikeramatkan lainnya. Selain itu, mengubah kebiasaan taklid
kepada nenek moyang dan meluruskan segala adat istiadat, kepercayaan, dan
upacara-upacara keagamaan. Nabi Muhammad mengajarkan bahwa satu-satunya
yang harus disembah seluruh makhluk adalah Allah SWT.4
2 Menanamkan kemuliaan akhlak
Sebelum diutusnya Nabi Muhammad, terjadi kerusakan moral di
berbagai bidang kehidupan masyarakat Mekkah. Hal itu dibuktikan dari
banyaknya contoh perilaku tidak bermoral seperti penguburan bayi perempuan,
berzina, berjudi, mabuk-mabukan, dan masih banyak lainnya. Dalam Islam,
perbuatan-perbuatan tersebut termasuk ke dalam dosa besar. Rasulullah
menyatakan bahwa dirinya diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak
manusia. Masyarakat Mekkah diajak untuk meninggalkan semua kebiasaan
buruknya dan berbuat kebajikan serta berakhlak terpuji.5
3 Menegaskan hari kiamat sebagai hari pembalasan

Masyarakat Arab pra Islam tidak percaya kepada Hari Kebangkitan.


Sampai ada diantara mereka bertanya-tanya mana mungkin tulang berulang yang
sudah hancur dapat dibangkitkan dan dihidupkan kembali padahal Islam
mengajarkan dan memerintahkan kepada manusia bahwa dunia ini hanya
sementara dan tempat yang abadi adalah akhirat.
Nabi Muhammad memprioritaskan dakwahnya kepada ajakan untuk
mempercayai adanya Hari Pembalasan. Islam mengajarkan bahwa mati yang
dialami oleh setiap manusia bukanlah akhir kehidupan, tetapi merupakan awal
dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam
4
Slamet riyadi, triyono widodo, dll, Peran Dakwah Islam Periode Makkah. Triwikrama: Jurnal
Multidisiplin Ilmu Sosial volume 01, number 02, 2023 pp. 23-40 e-issn: 2988-1986
5
Ibid, hal 85
akhirat. Manusia yang ketika di dunia taat beribadah, giat beramal saleh, dan
senantiasa berbudi pekerti yang terpuji,tentu akan memperoleh balasan yang
menyenangkan. Dialam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan
dialam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang
memuaskan. Tetapi manusia yang ketika didunianya durhaka kepada Allah SWT
dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan
dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagaimacam siksaan.
4 Menegakkan keadilan dan persamaan derajat
Masyarakat Mekkah jahiliyah suka membedakan derajat laki-laki dan
perempuan, juga antara majikan dan budak. Mereka bahkan mempunyai
kebiasaan mengubur hidup-hidup setiap anak perempuan yang baru lahir. Hal itu
dilakukan karena anak perempuan dianggap tidak bisa diandalkan dalam banyak
hal dan tidak bisa berperang. Nabi Muhammad mengajarkan bahwa dalam Islam
derajat antara sesama manusia di sisi Allah adalah sama. Sedangkan yang
membedakan adalah ketakwaan manusia.

KESIMPULAN
Selama melakukan dakwah Islam di Mekah, Nabi Muhammad SAW
memperoleh gangguan, rintangan, hambatan, dan permusuhan dari kaum kafir
Quraisy yang tiada henti. Akan tetapi, semua gangguan, rintangan,hambatan dan
permusuhan dari kaum kafir Quraisy di Mekah dihadapi oleh Nabi Muhammad
saw. dengan penuh kesabaran dan dengan sikap pantang menyerah.
Mula-mula Rasulullah mendakwahkan Islam secara sembunyi-sembunyi
kepada sanak keluarganya. Sedikit demi sedikit jangkauan dakwahnya diperluas
hingga ke kerabat dan tetangganya. Kemudian setelah turun perintah Allah maka
Rasulullah mendakwahkan Islam kepada masyarakat Makkah secara luas dan
terang-terangan. Banyak penduduk Makkah yang menentang dan memusuhi
dakwah Rasulullah pada masa-masa awal. Ada banyak alasan dan motif yang
mendasari mengapa mereka tidak mau menerima Islam. Mulai dari masalah
teologi, kedudukan sosial, pengaruh hingga masalah ekonomi. Mereka khawatir
jika masuk Islam maka apa yang mereka miliki itu akan lenyap.
Substansi dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. di Mekah
adalah untuk menanamkan ajaran tauhid, memperbaiki akhlak masyarakat Arab,
menegakkan keadilan dan sebagainya. Sedangkan dalam melaksanakan tugas
dakwah di Mekah, beliau menggunakan strategi; dakwah secara diam-diam dan
dakwah secara terang-terangan.Tujuan dakwah ini dilakukan adalah agar
manusia masuk Islam dan berperilaku sesuai ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari secara sempurna.
Sebagai muslim, kita wajib mengikuti jejak Rasulullah saw., yaitu
mendakwahkan ajaran Islam dengan tangguh dan penuh semangat, tetapi tetap
dengan cara yang arif dan bijaksana. Sikap semangat dan tangguh dalam
mendakwahkan Islam memerlukan kesabaran karena dakwah akan selalu
menghadapi rintangan. Namun, harus tetap optimis karena dakwah Islam
membawa kebenaran, dan kebenaran itu pasti menang

DAFTAR PUSTAKA

M. Julkaranain. 2019. Perjuangan Nabi Muhammad Saw. Periode Mekkah Dan


Madinah. Jurnal Diskursus Islam volume 7 nomor 1
Slamet riyadi, triyono widodo, dll. 2023. Peran Dakwah Islam Periode Makkah.
Triwikrama: Jurnal Multidisiplin Ilmu Sosial. volume 01, number
02, pp. 23-40 e-issn: 2988-1986

M. Yakub. 2021. Komunikasi Dakwah Nabi Muhammad Saw Pada Periode


Mekah. Jurnal Komunikasi Islam Dan Kehumasan (JKPI) vol. 5 no.
1, issn: 2621-9492

Anda mungkin juga menyukai