Anda di halaman 1dari 17

DAKWAH PERIODESASI MAKKAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Dakwah

Dosen Pengampu : Dr. Mutrofin, M.Fil.I

Disusun oleh :

1. Muhammad Ikbal Maksum (1860304232107)


2. Della Nathania (1860304232113)
3. Naufal Zunian Al’aqil (1860304232112)
4. Basasan Haikal Rosyad (1860304232132)

KPI 2C

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

MARET 2024
ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makalah membahas mengenai dakwah periodesasi di Makkah pada masa


Rasulullah SAW yang berisi pemahaman mendalam tentang konteks sejarah,
budaya, dan sosial pada zaman tersebut. Pada periode Makkah, Rasulullah
SAW menghadapi tantangan besar dalam menyebarkan dakwah Islam di tengah
masyarakat yang didominasi oleh kebiasaan, tradisi, dan kepercayaan yang
berbeda. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana dakwah ini
berkembang dari awal misi Nabi Muhammad SAW hingga terjadinya
periodesasi dalam pendekatannya, yang memengaruhi strategi dan metode
penyebaran Islam. Dengan memahami konteks ini, kita dapat mengapresiasi
peran dakwah periodesasi dalam membentuk perjalanan awal Islam dan
dampaknya pada perubahan sosial, budaya, dan politik di Makkah.

B. Rumusan Masalah

1. Perjuangan dan Pengorbanan Nabi Muhammad SAW


2. Kondisi Keimanan Masyarakat Makkah
3. Kondisi Politik
4. Kondisi Sosial Budaya
5. Karakteristik Masyarakat Makkah

C. Tujuan

1. Mengetahu Perjuangan dan Pengorbanan Nabi Muhammad SAW


2. Mengetahui Kondisi Keimanan Masyarakat Makkah
3. Mengetahui Kondisi Politik
4. Mengetahui Kondisi sosial Budaya
5. Mengetahui Karakteristik Masyarakat makkah

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A PERJUANGAN DAN PENGORBANAN NABI MUHAMMAD SAW

Perjuangan Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah tidak pernah luput


dari berbagai penolakan dari kaum kafir. Mereka tak segan untuk mengejek,
menyiksa, dan bahkan berusaha membunuh umat Islam dan Nabi Muhammad
SAW.Penentangan yang dibarengi dengan kekerasan lebih banyak terjadi
ketika dakwah Nabi Muhammad SAW dilakukan secara terang-terangan atas
perintah Allah SWT.
Saat itu kafir Quraisy menganggap ajaran yang dibawa oleh Nabi
muhamamd SAW tidak ada dasarnya dan tidak jelas karena mereka pikir apa
yang mereka kerjakan adalah peninggalan dari nenek moyang dan tidak boleh
ditinggalkan. Sehingga mereka tidak peduli dan berusaha menentangnya habis-
habisan agar beliau berhenti berdakwah.Perjuangan Nabi Muhammad SAW
menghadapi halangan orang-orang kafir sangatlah berat. Penentangan itu
datang dari dengan berbagai macam bentuk dan metode.
Abu Lahab adalah salah satu tokoh Quraisy yang selalu menghalangi dan
menentang dakwah Nabi Muhammad SAW dengan cara menebarkan fitnah,
menebar terror, mengejek, dan selalu menghalangi beliau.Banyak cara yang
kaum kafir Quraisy lakukan untuk menghentikan perjuangan Nabi Muhammad
SAW dalam berdakwah, termasuk percobaan pembunuhan.
Salah satu percobaan yang dilakukan pimpinan Quraisy adalah tawaran
kepada Abu Thalib untuk mengganti Nabi Muhammad SAW dengan seorang
pemuda tampan bernama Amrah Ibn al-Walid al-Mughirah yang usianya sama
dengan beliau agar bisa membunuh keponakannya.Abu Thalib lantas
menjawabnya dengan suara keras dan lantang, "Hai orang kasar! silakan dan
berbuatlah sesukamu, aku tidak takut." Kemudian Abu Thalib mengundang
keluarga Bani Hasyim agar mau membantu melindungi Nabi Muhammad
SAW.
Percobaan selanjutnya adalah mengutus Uthbah bin Rabi'ah untuk
membujuk Nabi Muhammad SAW untuk menghentikan perjuangan

2
dakwahnya. Ia menawari Rasulullah SAW apa pun, termasuk menjadikan
beliau menjadi raja agar mau berhenti menyebarkan Islam.Tentu saja itu tidak
akan membuat perjuangan Nabi Muhammad SAW terhenti. Beliau
menjawabnya dengan membacakan surah Fussilat ayat 13 yang berbunyi,

َ ‫فَاِن اَع َرضُوا فَقُل اَنذَرت ُ ُكم صٰ ِعقَة ِمث َل صٰ ِعقَ ِة‬
َ‫عاد َّوثَ ُمود‬

Artinya: Jika mereka berpaling, katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu


(azab berupa) petir seperti petir yang menimpa (kaum) 'Ad dan (kaum) Samud."
Perjuangan Nabi Muhammad SAW tidak berhenti sampai di sana. Kaum
kafir tetap menentang dan berusaha menghentikan dakwah beliau. Penyiksaan
yang tak manusiawi terhadap mukminin tidak bisa lagi dihindarkan.Di antara
sahabat nabi yang mendapat siksaan dari kafir Quraisy adalah Bilal bin Rabbah
yang dengan kejamnya dijemur di terik matahari dan di atasnya ditimpa dengan
batu besar.
Ibunda Yasir yang bernama Sumaiyah dibunuh oleh Abu Jahal dengan
tusukan tombak secara sadis hingga dirinya wafat. Sahabat-sahabat lain yang
mendapat siksaan adalah Amr bin Yasir, Ummu Ubais, Zinnirah, Abu
Fukaihah, Al-Nadyah, Amr bin Furairah, dan Hamamah. Mereka mendapat
siksaan berupa pukulan, cambukan, dan tidak diberi makan dan
minum.Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah menghadapi
penentangan kaum kafir terus berlanjut hingga mereka berbondong-bondong
memboikot Rasulullah SAW dan seluruh pengikutnya.
Boikot itu di antaranya berisi tentang larangan menikahi orang-orang Islam,
larangan jual beli dengan orang Islam, larangan berkomunikasi dengan orang
Islam, dan perintah menyerahkan Nabi Muhammad SAW kepada kaum kafir
agar bisa dibunuh.Selama kurang lebih tiga tahun, pemboikotan yang
menyengsarakan umat Islam itu akhirnya berhenti ketika para pemimpin
Quraisy yang masih memiliki hati nurani dan ada hubungan kekeluargaan
dengan Bani Hasyim dan Bani Muthalib merobek piagam tersebut.
Setelah kondisi umat Islam perlahan pulih, perjuangan Nabi Muhammad
SAW untuk mendakwahkan agama Islam akhirnya berlanjut dengan

3
memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Rasulullah
SAW tetap tinggal di Makkah untuk mengatur strategi agar bisa pindah ke
tempat lain untuk mengembangkan dakwahnya.

B KONDISI KEIMANAN MASYARKAT MAKKAH

Kondisi Bangsa Arab Sebelum Kedatangan Islam Sebagaimana diketahui


bahwa kondisi masyarakat (bangsa) Arab sebelum Islam dikenal sebagai zaman
jahiliyah (zaman kebodohan), dimana pada masa ini, masyarakat Arab hidup
tidak berdasarkan aturan agama yang benar, tetapi berdasarkan kesukuan.

Dalam bidang eskatologis atau ketuhan masyarakat Arab pra Islam


menyembah berhala, hal ini diakui bukan sebagai Tuhan, tetapi berhala
dianggap sebagai wasilah agar mendekatkan mereka dengan Tuhan. Sehingga
bagi bangsa Arab menyembah berhala tidak dianggap sebagai menyekutukan
Tuhan (Allah). Sebagaimana diketahui bahwa di sekitar ka'bah terdapat sekitar
360 berhala dengan berhala terbesarnya Hubal, Latta, Uzza dan Manna.
Berhala-berhala tersebut merupakan personifikasi dari Tuhan yang ditempatkan
di beberapa daerah (tempat), sehingga masyarakat dapat terwakili keberadaan
berhala di daerah masing- masing. Mayoritas bangsa Arab mempunyai tradisi
dan upacara penyembahan berhala (Syaikh Syafiyyurrahman al-Mubarakfuri,
1997: 24-25).

Menurut Haekal (2003: 19) bangsa Arab memiliki cara- cara penyembahan
berhala yang beraneka ragam. Di samping itu menunjukkan pula, bahwa
kekudusan berhala-berhala itu bertingkat adanya. Setiap kabilah atau suku
mempunyai patung sendiri sebagai pusat penyembahan. Adapun berhala-
berhala sebagai sembahan bangsa Arab jahiliyah di antaranya adalah shanam
(patung) wathan (berhala) dan nushub. Shanam adalah dibuat dalam bentuk
manusia dan nushub adalah batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. Berhala
terbesarnya adalah Hubal sebagai dewa orang Arab yang diletakkan dalam
ka'bah di Makkah. Dimana orang-orang dari semua penjuru jazirah datang
berziarah ke tempat itu.

4
Namun, ada yang menarik dari keberagamaan bangsa Arab jahiliyah bahwa
meskipun mereka menyembah berhala, tetapi mereka tidak mengakui berhala
sebagai Tuhan mereka. Berhala-berhala tersebut hanya diyakini mampu
mendekatkan kepada Tuhan (Allah) dan menghubungkan mereka kepadaNya
serta memberikan manfaat di sisiNya, sebagaimana dinyatakan dalam al-
Qur'an:"kami tidak menyembab mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." (az-Zumar: 3)
serta dalam ayat yang lain disebutkan:

"Dan, mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemadbaratan kepada mereka dan tidak (pula) manfaat,dan
mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allab"
(Yunus:18).

C KONDISI POLITIK

Praksis Politik Nabi Muhammad Pra Hijrah. Perubahan besar yang dialami
Nabi bersama pengikutnya dari kelompok powerless(tanpa kekuasaan) menjadi
suatu komunitas yang memiliki kekuatan sosial politik ditandai dengan
beberapa peristiwa penting.1Pada fase Mekkah, Muhammad, menjalankan
aktifitas politikdengan dua metodegerakan, yaitu gerakan intelektualdisamping
gerakan sosial. Gerakan intelektual yang dimaksud disini adalah upaya Nabi
Muhammad untuk melakukan transformasi pemikiran masyarakat dari
paradigma politeisme ke paradigma monoteisme,sehingga berdampak pada
perubahan keyakinan dan orientasi moralmasyarakat. Yakni perubahan dari
moralitas jahiliyah ke moralitas islami,disamping transformasi pemahaman dari
kepercayaan pada banyak tuhan ke kepercayaan akan ke-Mahaesaan Tuhan,
dengan cara mengedukasi masyarakatmelalui dakwah Islam.

Hal ini sangat penting, karena perubahan sikap dan kepribadian setiap
individu akanterjadi jika ada perubahan padapemahaman(pemikiran). Nabi
Muhammad cukup memahami hal itu, sehingga pendekatan kultural
(pendidikan) menjadi satu-satunya langkah awal yang relevan untuk
mewujudkan perubahan pada level pemikiran.Sekiranya kita semua memahami

5
bahwa, unsurbudaya yang paling fundamentaladalah “pemikiran”.Perubahan
pada level pemikiran berkonsekuensi pada perubahan di level sikap dan
kepribadian individu. Tentu perubahan yang dimaksud Muhammad adalah
berubahnya sikap dan pribadi individu-masyarakat menjadi pribadi islami yang
bersandar pada moralitas dan kesadaran akan kebenaran ajaran Islam. Dapat
dikatakan, Muhammadpada fase Mekkah fokus membumikan nilai-nilai Islam,
sehingga Islam tidak hanya menjadi ajaran moral yang abstrak dan melangit
melainkan ia mengindividu atau memanusia. Dalam artian,Islamberwujud
menjadi keyakinan serta sikap dan kepribadian masyarakat. Inilah yang disebut
proses pelembagaan nilai, yakni proses internalisasi nilai Islam sehingga
berbuah sikap dan tindakandalam arus sosial, tepatnya menjadi moralitas
kolektifmasyarakat.Singkatnya, Islam dalam hal ini memanusia atau
mengindividu pada fase Mekkah.

Selain menggunakan pendekatan kutural (gerakan intelektual), Rasulullah


juga menggunakan metode gerakan sosial, gerakan sosial yang dimaksud disini
adalah kemampuan Muhammad dalam mendayagunakan segala sumber daya
dan peluang politik yang adauntuk meraih legitimasi politik dari masyarakat
yang menjadi objek dakwahnya. Gerakan sosial umumnya menjadi jalan bagi
mereka yang bergerak diluar kekuasaan politik, kekuasaan politik yang
dimaksud adalah kewenangan otoritatif yang berlandaskan pada hak moral
yang diakui oleh masyarakat untuk menentukan arah kebijakan negarasecara
absah.

Sebagaimana pemahaman umum, pada periode Mekkah pengikut


Muhammad relatif kecil belum menjadi suatu komunitas yang mempunyai
daerah kekuasaan yang berdaulat.Mereka merupakan golongan minoritas yang
lemah dan tertindas, sehingga tidak mampu tampil menjadi kelompok sosial
penekan terhadap kelompok sosial mayoritas kota itu yang berada di bawah
kekuasaan aristokrat Quraisy yang masyarakatnya homogen.Dakwah
Rasulullah SAW ditolak oleh sebagian besar masyarakat Mekkah, mereka
bahkan melacarkan permusuhan kepada Rasulullah dan para pengikutnya di

6
Mekkah. Lain halnya dengan masyarakat Yatsrib yang justru terbuka menerima
dakwah Rasulullah SAW.

Pada tahun 621 dan 622 M, Nabi berturut-turut memperoleh dukungan


moral dan dukungan politik dari sekolompok orang Arab (suku Aus dan suku
Khazraj) kota Yatsrib yang menyatakan diri masuk Islam. Peristiwa ini
mempunyai keistimewaan tidak seperti orang Arab Mekkah masuk Islam.
Karena disamping mereka menerima Islam sebagai agama mereka, mereka juga
membai’at Nabi.2Dalam bai’atdi tahun 621 M, dikenal dengan Bai’at Aqabah
pertama, mereka berikrar bahwa mereka tidak akan menyembah selain Allah,
akan meninggalkan segala perbuatan jahat dan akan menaati Rasulullah dalam
segala hal yang benar. Sedangkan pada bai’attahun 622 M, dikenal dengan
Bai’at Aqabah kedua, mereka berjanji akan melindungi Nabi sebagaimana
melindungi keluarga mereka dan akan mentaati beliau sebagai pemimpin
mereka.3Ada dua hal penting dalam peristiwa bai’attersebut: pertama,
persaksian akan keesaan Allah SWTserta membenarkan ajaran dan kerasulan
Muhammad; kedua, kesediaan mereka memberikan loyalitas kepada
Muhammad Baik sebagai utusan Allah maupun sebagai pemimpin.

Demikian peristiwa bai’at itu dapat dilihat dalam dua sudut pandang, yaitu:
sudut pandang teologis dan sudut pandang politik. Pengakuan mereka akan ke-
Esaan Allah dan kerasulan Muhammad adalah perisiwa yang bersifat teologis,
sedangkan kesedian merekauntuk loyal kepada Muhammad sebagai pemimpin
adalah peristiwa politik, tepatnya apa yang dalam ilmu politikdisebut sebagai
kontrak sosial, yaitu penyerahan hak-hak kekuasaan kepada Nabi untuk
mengatur kehidupan sosial dan politik mereka.

Fakta itu menunjukan bahwa antara Muhammad dan penduduk Yatsrib itu
telah terjadi “fakta persekutuan”. Karena kedua pihak mencapai kesepakatan
supaya saling menjaga dan melindungi keselamatan bersama. Dalam
bai’atkedua tergambar pula adanya penyerahan hak kekuasaan diridari peserta
bai’atkepada Nabi yang mereka akui sebagai pemimpin mereka. Dalam ilmu
politik disebut dengan kontrak sosial. Peristiwa tersebut mengantarkan umat
Islam dari kelompok kecil manusia yang lemah menjadi satu komunitas politik

7
yang kuat di Madinah di bawah komando NabiMuhammad SAW. Sehingga
dikatakan, dua bai’atitu adalah dasar fundamen yang mengantarkan umat Islam
menjadi komunitas masyarakat negara. Kedua peristiwa itu dianggap sebagai
pondasi pertama bangunan Negara Islam.

Berdasarkan dua bai’atitu, Nabi Muhammad menganjurkan pengikut-


pengikutnya untuk hijrah ke Yatsrib pada akhir tahun itu juga, dan beberapa
bulan kemudian Nabi sendiri hijrah bergabung dengan mereka.4Secara politis,
peristiwa bai’atitu dapat dibaca sebagai pertemuan duakepentingan dalam satu
momentum sejarah. Pertama,kepentingan Muhammad sebagai utusan Allah
untuk mentransmisikan ajaran Islampada masyarakat Yatsrib.
Kedua,kepentingan masyarakat Yastrib atas hadirnya satu sosok pemimpin
yang mampu menengahi konflik sosial di antara mereka yakni konflik antara
suku Aus dan suku Khazraj yang tidak berkesudahan. Konflik demi konflik
yang yang terjadi antara suku Aus dan Khazraj itulah yang melahirkan
kesadaran kedua suku itu akan perdamaian. Sehingga mendorong mereka
melakukan bai'at atau apa yang disebut dalam ilmu politik dengan kontrak
sosial. Yaitu kesepakatan di antara anggota masyarakat untuk membentuk satu
kesatuan politik bersama, disamping sumpah setia untuk memberikan loyalitas
dan ketaatan penuh kepada personal (Muhammad) atau lembaga yang kelak
melahirkan otoritas untuk mengatur kehidupan sosial-politik mereka.

Demikian dalam sudut pandang gerakan sosial, peristiwa Bai'at Aqabah


tersebut, membuka peluang politik bagi Muhammad untuk mendapatkan
ketaatan dari penduduk Yatsrib, baik ketaatan yang bersifat agamis maupun
ketaatan yang bersifat politis. Ketaatan dari sisi agama adalah pengakuan
penduduk Yatsrib atas kerasulan Muhammad, sedangkan ketaatan dari sisi
politik adalah ketaatan penduduk Yastrib kepada Muhammad sebagai
pemimpin masyarakat. Itu artinya, kepemimpinan Muhammad sebagai
pemimpin masyarakat secara fakta terwujud melalui kontrak sosial. Dengan
kata lain, diperoleh secara de facto melalui kesepakatan sosial di antara
masyarakat Yatsrib. Akan tetapi, juga tidak bisa dinafikkan bahwa
kepemimpinan Muhammad dijalankan berdasarkan moralitas Islam yang

8
universal, yaitu kepemimpinan yang diorientasikan untuk memaksimalkan
kebaikan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan sekaligus menumpas
segala kezhaliman dan ketidakadilan di masyarakat.

Sehingga Islam tidak hanya menjadi simbol yang diyakini melainkan ia


menjadi praksis atau langkah nyata untuk membumikan keadilan bagi mereka
yang mengalami penindasan di bawah sistem sosial yang menindas
sebagaimana terjadi di kota Mekkah. Kahadiran Muhammad di tengah-tengah
masyarakat Yatsrib tidak hanya mendatangkan maslahat bagi umat Islam, tapi
juga mendatangkan maslahat bagi penganut agama lain diluar Islam, termasuk
kelompok lain yang masih hidup dengan agama lama mereka, yakni para
penyembah berhala dan kaum Yahudi. Mereka diberikan kebebasan
menjalankan agama sesuai dengan keyakinan agama masing-masing.

Sampai pada titik ini, tepatlah jika dikatakan bahwa Muhammad dalam
menjalankan misi kenabiannya menyampaikan risalah Islam tidak hanya
menggunakan pendekatan agama atau spiritual, melainkan juga menggunakan
pendekatan-pendekatan yang bersifat politik. Yakni mendayagunakan segala
sumber daya dan kesempatan politik yang ada untuk memudahkan misinya
dalam menyebarkan agama Islam. Singkatnya, Muhammad, dalam membumika
Islam selain menggunakan cara-cara agama, ia juga menggunakan tindakan-
tindakan atau langkah-langkah politik, yaitu mengorganisasi masyarakat ke
dalam suatutatanan sosial-politik dengan membentuk sistem hukum sebagai
pedoman bersama dalam bertindak dan berinteraksi, serta membentuk sistem
kekuasaan sebagai satu orientasi loyalitas bersama yang sah dan berlegitimasi,
yakni sah secara hukum juga diakui oleh masyarakat, yakni masyarakat
Yatstrib.

D. KONDISI SOSIAL BUDAYA

1. Kondisi Sosial
a. Rasulullah lahir dan dibesarkan di kota Mekkah. Kondisi masyarakat
Arab saat itu dikenal dengan bangsa yang nomade dan mempunyai
budaya fanatisme kesukuan yang tinggi. Seringkali terjadi peperangan

9
antar suku karena berbagai kepentingan di dalam Karakteristik orang-
orangnya kasar, keras dan temperamental. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor alam dan letak geografis negaranya yang bertanah tandus,
berpasir, berdebu dan berbatu dengan ketersediaan air yang terbatas.
Masyarakat Arab memberlakukan piramida sosial secara ketat.
b. Perbudakan menjadi hal yang biasa berkembang pada kehidupan sosial
saat itu. Seorang budak tidak akan memperoleh hak-haknya sebagai
manusia. Kebiasaan masyarakat Arab yang menyesatkan dan jauh dari
nilai moral adalah berbuat kerusakan seperti berjudi, minum khamer,
berzina, berperang dan membunuh anak-anak perempuan hidup-hidup
karena karena dianggap aib keluarga.
c. Agama yang dianut masyarakat kala itu agama peninggalan nenek
moyang mereka yaitu paganisme, meskipun ada diantara mereka yang
menganut agama Yahudi dan Nasrani.Di dalam paganisme mereka
berhubungan atau menyembah Tuhan melalui perantaraan berhala.
Ka’bah sebelum datangnya Islam menjadi pusat kegiatan keagamaan
mereka. Berhala banyak ditempatkan di tempat suci tersebut. Sebagai
tempat suci Ka’bah banyak dikunjungi peziarah dari agama asli nenek
moyang mereka maupun masyarakat penganut Yahudi. Bangsa Arab
juga menganut dinamisme, animesme, kepercayaan bahwa benda-
benda mempunyai kekuatan.
d. Dalam bidang bahasa dan kesusateraan masyarakat Arab dikenal
sebagai bangsa yang pandai membuat syair. Syair merupakan seni yang
indah dan sangat dihargai masyarakat kala itu, sehingga seorang
penyair akan mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi. Mereka juga
dikenal sebagai bangsa yang memiliki hafalan yang kuat. Kehadiran
Nabi Muhammad pada masyarakat Arab telah mempengaruhi segala
aspek kehidupan sosial masyarakat saat itu. Telah terjadi pergeseran
tentang konsep ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek sosial,
budaya, hukum kemasyarakatan. Dalam waktu relatif singkat
Muhammad SAW telah berhasil membawa bangsa Arab dari
masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang berketuhanan.

10
2. Kondisi Budaya
Salah satu kelebihan bangsa Arab adalah terletak pada bahasanya,
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa rumpun yang palin sempurna
dan mampu bertahan dari seleksi alam hingga Islam datang. Kemudian
mengalami perkembangannya yang sangat pesat. Sehingga, Philip K.
Hitti dalam bukunya A History of the Arabs memberikan penilaian,
bahwa keberhasilan penyebaran Islam di antaranya didukung oleh
keluasan bahasa Arab, khususnya bahasa Arab Al-Qur’an10
Pada dasarnya masyarakat Arab memiliki sejumlah sifat-sifat positif
dan kelebihan tertentu. Seperti sifat dermawan, pemberani, setia, ramah
sederhana, cinta kebebesan, ingatannya kuat, dan pandai bersyair.
Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain yang dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup.

E. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MAKKAH

Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw telah membawak


bangsa arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak beradap dan tidak
terkenal,dan di abaikan oleh bangsa lain, menjadi bangsa yang maju, ia dengan
cepat bergerak mengembangkan dunia, membina suatu kebudayaan dan
peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang.

Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi


pada usia 35 tahun, Waktu itu bangunan Ka'bah rusak berat. Perbaikan ka'bah
di lakukan secara gotong royong, para penduduk Mekkah membantu perkerjaan
itu dengan sukarela. Tetapi pada saat terakhir. Ketika perkerjaan tinggal
mengangkat dan meletakkan hajarul aswad di tempat semula, timbul
perselisihan karena setiap suku merasa berhak melakukan tugas terahir dan
terhormat.

Perselisihan semangkin memuncak maka pemimpin Quraisy sepakat bahwa


orang yang pertama masuk ke ka'bah melalui pintu shafa, akan di jadikan hakim
untuk memutuskan perkara. Ternyata orang pertama masuk itu adalh nabi

11
Muhammad Saw. Ia pun di percaya menjadi hakim, Ia lantas membentangkan
kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh
pemimpin suku memengang tepi kain dan mengangkatnya secara bersama-
sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad meletakkan batu itu
pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat di selesaikan
dengan bijaksana, dan semua kepala suku merasa puas dengan cara
penyelesaian seperti itu.

Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi


masyarakat kabila yang telah memeluk agama islam. Petugas keagamaan dan
para dai dikirim ke berbagai daerah dan kabila mengajarkan ajaran-ajaran islam,
mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi
menderita sakt demam. Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin 12
Rabi'ul Awal 11 H/8 Juni 632 M., Nabi Muhammad Saw wafat di rumah
isterinya aisyah. Dari perjalanan sejarah Nabi ini, dapat di simpulkan bahwa
Nabi Muhammad Saw, di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang
negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu
sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan jazirah
Arab ke dalam kekuasaannya.

12
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Dakwah periodesasi di Makkah pada masa Rasulullah SAW merupakan


sebuah perjalanan yang sarat dengan perjuangan dan pengorbanan yang luar
biasa. Nabi Muhammad SAW, meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan
dan ancaman, tetap teguh dalam misinya menyebarkan ajaran Islam. Perjuangan
beliau mencerminkan keteguhan hati dan kesabaran yang luar biasa, serta
komitmen yang tidak tergoyahkan terhadap kebenaran.

Kondisi keimanan masyarakat Makkah pada masa itu sangat beragam,


dengan mayoritas masih memegang teguh kepercayaan politeisme dan praktik-
praktik tradisional. Meskipun demikian, dakwah Rasulullah SAW secara
perlahan namun pasti berhasil mengubah pandangan dan keyakinan banyak
orang, membawa cahaya keimanan dalam kegelapan jahiliyah.

Politik di Makkah didominasi oleh kekuasaan oligarki kaum Quraisy, yang


berusaha mempertahankan status quo dan menentang perubahan yang dibawa
oleh dakwah Islam. Namun, keberanian dan keteguhan Nabi Muhammad SAW
dalam menghadapi oposisi politik ini menunjukkan komitmen beliau terhadap
kebenaran dan keadilan.

Kondisi sosial budaya Makkah tercermin dalam sistem klan dan nilai-nilai
patriarki yang kuat, yang menjadi tantangan tersendiri dalam menyebarkan
dakwah. Namun, dakwah periodesasi menunjukkan adaptabilitas Nabi
Muhammad SAW dalam menghadapi berbagai lapisan masyarakat dengan cara
yang sesuai dengan konteks budaya mereka.

Karakteristik masyarakat Makkah, yang geografisnya merupakan pusat


perdagangan dan ibadah politeisme, menjadi latar belakang yang kompleks bagi
dakwah Rasulullah SAW. Namun, dengan kebijaksanaan, keberanian, dan
keteguhan hati beliau, dakwah periodesasi berhasil membawa perubahan yang
signifikan dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat yang

13
penuh dengan tantangan tersebut. Kesimpulan ini menegaskan bahwa dakwah
periodesasi di Makkah merupakan sebuah perjalanan penuh inspirasi yang
memberikan pelajaran tentang keberanian, kesabaran, dan keteguhan dalam
menghadapi berbagai rintangan dalam menegakkan kebenaran.

B Saran

Penulis merupakan seseorang yang tidak luput dari kesalahan sehingga


menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu
saya meminta kritik ataupun saran dari Dosen atau teman teman agar penulisan
selanjutnya lebih baik dari yang sebelumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, H. (Vol.XII No.1). Nabi Muhammad SAW pada periode Mekah.


Jurnal At Takrir, 83-97.

Mubasyaroh. (2010). Sejarah Dakwah. Kudus: Nora Media Interprese.

Mubasyaroh. (Vol.3, No.2 2015). Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah


Muhammad SAW pada Periode Makkah. At Tabsyir : Jurnal Komunikasi
Penyiaran Islam , 383-404.

Qatrunnada, J. N. (2023, Oktober 5). Sulitnya Perjuangan Nabi Muhammad sât


Dakwah di Makkah. Diambil kembali dari detikhikmah:
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/hikmah/dakwah/d-
6965275/sulitnya-perjuangan-nabi-muhammad-saat-dakwah-di-
makkah/amp

Siti. (2000). Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka .

Yamin, M. (2017). Peradaban Islam Pada Mấ Nabi Muhammad SAW. Ihya al


Arabiyah , 108-122.

Ya'kub, A. M. (1997). Sejarah dan Metode Dakwah nabi. Jakarta: Pustaka Fisdaus
.

15

Anda mungkin juga menyukai