Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Dakwah
Disusun oleh :
KPI 2C
JURUSAN DAKWAH
MARET 2024
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
dakwahnya. Ia menawari Rasulullah SAW apa pun, termasuk menjadikan
beliau menjadi raja agar mau berhenti menyebarkan Islam.Tentu saja itu tidak
akan membuat perjuangan Nabi Muhammad SAW terhenti. Beliau
menjawabnya dengan membacakan surah Fussilat ayat 13 yang berbunyi,
َ فَاِن اَع َرضُوا فَقُل اَنذَرت ُ ُكم صٰ ِعقَة ِمث َل صٰ ِعقَ ِة
َعاد َّوثَ ُمود
3
memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Rasulullah
SAW tetap tinggal di Makkah untuk mengatur strategi agar bisa pindah ke
tempat lain untuk mengembangkan dakwahnya.
Menurut Haekal (2003: 19) bangsa Arab memiliki cara- cara penyembahan
berhala yang beraneka ragam. Di samping itu menunjukkan pula, bahwa
kekudusan berhala-berhala itu bertingkat adanya. Setiap kabilah atau suku
mempunyai patung sendiri sebagai pusat penyembahan. Adapun berhala-
berhala sebagai sembahan bangsa Arab jahiliyah di antaranya adalah shanam
(patung) wathan (berhala) dan nushub. Shanam adalah dibuat dalam bentuk
manusia dan nushub adalah batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. Berhala
terbesarnya adalah Hubal sebagai dewa orang Arab yang diletakkan dalam
ka'bah di Makkah. Dimana orang-orang dari semua penjuru jazirah datang
berziarah ke tempat itu.
4
Namun, ada yang menarik dari keberagamaan bangsa Arab jahiliyah bahwa
meskipun mereka menyembah berhala, tetapi mereka tidak mengakui berhala
sebagai Tuhan mereka. Berhala-berhala tersebut hanya diyakini mampu
mendekatkan kepada Tuhan (Allah) dan menghubungkan mereka kepadaNya
serta memberikan manfaat di sisiNya, sebagaimana dinyatakan dalam al-
Qur'an:"kami tidak menyembab mereka melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." (az-Zumar: 3)
serta dalam ayat yang lain disebutkan:
"Dan, mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemadbaratan kepada mereka dan tidak (pula) manfaat,dan
mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allab"
(Yunus:18).
C KONDISI POLITIK
Praksis Politik Nabi Muhammad Pra Hijrah. Perubahan besar yang dialami
Nabi bersama pengikutnya dari kelompok powerless(tanpa kekuasaan) menjadi
suatu komunitas yang memiliki kekuatan sosial politik ditandai dengan
beberapa peristiwa penting.1Pada fase Mekkah, Muhammad, menjalankan
aktifitas politikdengan dua metodegerakan, yaitu gerakan intelektualdisamping
gerakan sosial. Gerakan intelektual yang dimaksud disini adalah upaya Nabi
Muhammad untuk melakukan transformasi pemikiran masyarakat dari
paradigma politeisme ke paradigma monoteisme,sehingga berdampak pada
perubahan keyakinan dan orientasi moralmasyarakat. Yakni perubahan dari
moralitas jahiliyah ke moralitas islami,disamping transformasi pemahaman dari
kepercayaan pada banyak tuhan ke kepercayaan akan ke-Mahaesaan Tuhan,
dengan cara mengedukasi masyarakatmelalui dakwah Islam.
Hal ini sangat penting, karena perubahan sikap dan kepribadian setiap
individu akanterjadi jika ada perubahan padapemahaman(pemikiran). Nabi
Muhammad cukup memahami hal itu, sehingga pendekatan kultural
(pendidikan) menjadi satu-satunya langkah awal yang relevan untuk
mewujudkan perubahan pada level pemikiran.Sekiranya kita semua memahami
5
bahwa, unsurbudaya yang paling fundamentaladalah “pemikiran”.Perubahan
pada level pemikiran berkonsekuensi pada perubahan di level sikap dan
kepribadian individu. Tentu perubahan yang dimaksud Muhammad adalah
berubahnya sikap dan pribadi individu-masyarakat menjadi pribadi islami yang
bersandar pada moralitas dan kesadaran akan kebenaran ajaran Islam. Dapat
dikatakan, Muhammadpada fase Mekkah fokus membumikan nilai-nilai Islam,
sehingga Islam tidak hanya menjadi ajaran moral yang abstrak dan melangit
melainkan ia mengindividu atau memanusia. Dalam artian,Islamberwujud
menjadi keyakinan serta sikap dan kepribadian masyarakat. Inilah yang disebut
proses pelembagaan nilai, yakni proses internalisasi nilai Islam sehingga
berbuah sikap dan tindakandalam arus sosial, tepatnya menjadi moralitas
kolektifmasyarakat.Singkatnya, Islam dalam hal ini memanusia atau
mengindividu pada fase Mekkah.
6
Mekkah. Lain halnya dengan masyarakat Yatsrib yang justru terbuka menerima
dakwah Rasulullah SAW.
Demikian peristiwa bai’at itu dapat dilihat dalam dua sudut pandang, yaitu:
sudut pandang teologis dan sudut pandang politik. Pengakuan mereka akan ke-
Esaan Allah dan kerasulan Muhammad adalah perisiwa yang bersifat teologis,
sedangkan kesedian merekauntuk loyal kepada Muhammad sebagai pemimpin
adalah peristiwa politik, tepatnya apa yang dalam ilmu politikdisebut sebagai
kontrak sosial, yaitu penyerahan hak-hak kekuasaan kepada Nabi untuk
mengatur kehidupan sosial dan politik mereka.
Fakta itu menunjukan bahwa antara Muhammad dan penduduk Yatsrib itu
telah terjadi “fakta persekutuan”. Karena kedua pihak mencapai kesepakatan
supaya saling menjaga dan melindungi keselamatan bersama. Dalam
bai’atkedua tergambar pula adanya penyerahan hak kekuasaan diridari peserta
bai’atkepada Nabi yang mereka akui sebagai pemimpin mereka. Dalam ilmu
politik disebut dengan kontrak sosial. Peristiwa tersebut mengantarkan umat
Islam dari kelompok kecil manusia yang lemah menjadi satu komunitas politik
7
yang kuat di Madinah di bawah komando NabiMuhammad SAW. Sehingga
dikatakan, dua bai’atitu adalah dasar fundamen yang mengantarkan umat Islam
menjadi komunitas masyarakat negara. Kedua peristiwa itu dianggap sebagai
pondasi pertama bangunan Negara Islam.
8
universal, yaitu kepemimpinan yang diorientasikan untuk memaksimalkan
kebaikan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan sekaligus menumpas
segala kezhaliman dan ketidakadilan di masyarakat.
Sampai pada titik ini, tepatlah jika dikatakan bahwa Muhammad dalam
menjalankan misi kenabiannya menyampaikan risalah Islam tidak hanya
menggunakan pendekatan agama atau spiritual, melainkan juga menggunakan
pendekatan-pendekatan yang bersifat politik. Yakni mendayagunakan segala
sumber daya dan kesempatan politik yang ada untuk memudahkan misinya
dalam menyebarkan agama Islam. Singkatnya, Muhammad, dalam membumika
Islam selain menggunakan cara-cara agama, ia juga menggunakan tindakan-
tindakan atau langkah-langkah politik, yaitu mengorganisasi masyarakat ke
dalam suatutatanan sosial-politik dengan membentuk sistem hukum sebagai
pedoman bersama dalam bertindak dan berinteraksi, serta membentuk sistem
kekuasaan sebagai satu orientasi loyalitas bersama yang sah dan berlegitimasi,
yakni sah secara hukum juga diakui oleh masyarakat, yakni masyarakat
Yatstrib.
1. Kondisi Sosial
a. Rasulullah lahir dan dibesarkan di kota Mekkah. Kondisi masyarakat
Arab saat itu dikenal dengan bangsa yang nomade dan mempunyai
budaya fanatisme kesukuan yang tinggi. Seringkali terjadi peperangan
9
antar suku karena berbagai kepentingan di dalam Karakteristik orang-
orangnya kasar, keras dan temperamental. Hal ini dipengaruhi oleh
faktor alam dan letak geografis negaranya yang bertanah tandus,
berpasir, berdebu dan berbatu dengan ketersediaan air yang terbatas.
Masyarakat Arab memberlakukan piramida sosial secara ketat.
b. Perbudakan menjadi hal yang biasa berkembang pada kehidupan sosial
saat itu. Seorang budak tidak akan memperoleh hak-haknya sebagai
manusia. Kebiasaan masyarakat Arab yang menyesatkan dan jauh dari
nilai moral adalah berbuat kerusakan seperti berjudi, minum khamer,
berzina, berperang dan membunuh anak-anak perempuan hidup-hidup
karena karena dianggap aib keluarga.
c. Agama yang dianut masyarakat kala itu agama peninggalan nenek
moyang mereka yaitu paganisme, meskipun ada diantara mereka yang
menganut agama Yahudi dan Nasrani.Di dalam paganisme mereka
berhubungan atau menyembah Tuhan melalui perantaraan berhala.
Ka’bah sebelum datangnya Islam menjadi pusat kegiatan keagamaan
mereka. Berhala banyak ditempatkan di tempat suci tersebut. Sebagai
tempat suci Ka’bah banyak dikunjungi peziarah dari agama asli nenek
moyang mereka maupun masyarakat penganut Yahudi. Bangsa Arab
juga menganut dinamisme, animesme, kepercayaan bahwa benda-
benda mempunyai kekuatan.
d. Dalam bidang bahasa dan kesusateraan masyarakat Arab dikenal
sebagai bangsa yang pandai membuat syair. Syair merupakan seni yang
indah dan sangat dihargai masyarakat kala itu, sehingga seorang
penyair akan mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi. Mereka juga
dikenal sebagai bangsa yang memiliki hafalan yang kuat. Kehadiran
Nabi Muhammad pada masyarakat Arab telah mempengaruhi segala
aspek kehidupan sosial masyarakat saat itu. Telah terjadi pergeseran
tentang konsep ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek sosial,
budaya, hukum kemasyarakatan. Dalam waktu relatif singkat
Muhammad SAW telah berhasil membawa bangsa Arab dari
masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang berketuhanan.
10
2. Kondisi Budaya
Salah satu kelebihan bangsa Arab adalah terletak pada bahasanya,
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa rumpun yang palin sempurna
dan mampu bertahan dari seleksi alam hingga Islam datang. Kemudian
mengalami perkembangannya yang sangat pesat. Sehingga, Philip K.
Hitti dalam bukunya A History of the Arabs memberikan penilaian,
bahwa keberhasilan penyebaran Islam di antaranya didukung oleh
keluasan bahasa Arab, khususnya bahasa Arab Al-Qur’an10
Pada dasarnya masyarakat Arab memiliki sejumlah sifat-sifat positif
dan kelebihan tertentu. Seperti sifat dermawan, pemberani, setia, ramah
sederhana, cinta kebebesan, ingatannya kuat, dan pandai bersyair.
Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain yang dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup.
11
Muhammad Saw. Ia pun di percaya menjadi hakim, Ia lantas membentangkan
kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh
pemimpin suku memengang tepi kain dan mengangkatnya secara bersama-
sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad meletakkan batu itu
pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat di selesaikan
dengan bijaksana, dan semua kepala suku merasa puas dengan cara
penyelesaian seperti itu.
12
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Kondisi sosial budaya Makkah tercermin dalam sistem klan dan nilai-nilai
patriarki yang kuat, yang menjadi tantangan tersendiri dalam menyebarkan
dakwah. Namun, dakwah periodesasi menunjukkan adaptabilitas Nabi
Muhammad SAW dalam menghadapi berbagai lapisan masyarakat dengan cara
yang sesuai dengan konteks budaya mereka.
13
penuh dengan tantangan tersebut. Kesimpulan ini menegaskan bahwa dakwah
periodesasi di Makkah merupakan sebuah perjalanan penuh inspirasi yang
memberikan pelajaran tentang keberanian, kesabaran, dan keteguhan dalam
menghadapi berbagai rintangan dalam menegakkan kebenaran.
B Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Ya'kub, A. M. (1997). Sejarah dan Metode Dakwah nabi. Jakarta: Pustaka Fisdaus
.
15