Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam Waktu : 17:00-18:30 WIB

Dosen : Lukmanul Hakim, Ph.D. Prodi/ Semester : MSI

Hari, Tanggal : Rabu, 19 Januari 2022 Sifat Ujian :

Petunjuk:

1. Mulailah ujian dengan membaca Basmalah.


2. Dahulukan pertanyaan yang anda anggap lebih mudah, dengan tetap menulis jawaban
sesuai nomor urut soal.
3. Percaya kepada kemampuan sendiri
4. Akhiri segala usaha/aktivitas anda dengan Hamdalah, do’a dan tawakal
=========================================================================================

1. Jelaskan bagaimana langkah tahapan dakwah yang dilakukan nabi pada periode Makkah
dan signifikansinya bagi kelanjutan dakwah nabi!
2. Bagimanakah strategi apa saja yang dilakukan rasulullah dalam menjalankan dakwah nya
pada periode Makkah dan relevansinya dengan dakwah saat ini!
3. Jelaskan awal mula sejarah bani saljuk dan dampaknya bagi perkembangan dan kemajuan
Islam saat itu!
4. Jelaskan kemajuan yang dicapai oleh   dinasti abbasiyah dan mengapa hal tersebut dapat
terjadi! Jelaskan peran khalifah dan menterinya serta kaum cendekiawannya dalam
konteks kemajuan Islam!
5. Bagaimanakah Turki Utsmani dapat jatuh dalam sekularisme, jelaskan jawaban anda dan
relevansinya dengan pemikiran yang muncul pada saat ini dalam konteks dakwah Islam?

Selamat mengerjakan
Nama Mahasiswa : Nurul Qodriah Royani Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

NIM : 20200520100032 Prodi : MSI/ Smt I & II

JAWABAN.

1. Periode Mekkah
Dalam periode ini, terdapat dua phase dakwah yang dilakukan Rasululoh Saw. selama di
Kota Mekkah, yaitu secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
a. Dakwah Rasululloh Saw. secara Sembunyi-sembunyi
Dakwah pada tahap ini berlangsung selama 3 tahun. Rasululloh Saw. melakukan
dakwahnya ini tidak secara terbuka di masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menghindari tindakan-
tindakan buruk kaum Quraisy yang fanatik akan kemusyrikan. Dengan cara ini, Rasululloh Saw.
melakukan pendekatan dakwahnya ini kepada orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal
baik sebelumnya.
Adapun orang-orang yang pertama kali masuk Islam ialah istrinya Siti Khodijah binti
Khuwailid r.a., Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsa (mantan budak Rasululloh dan anak
angkatnya), Abu Bakar bin Abi Kufahah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman
bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lainnya.
Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari 3o orang, Rasululloh Saw. memilih
rumah salah satu dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam sebagai tempat pertemuan
untuk melakukan pembinaan dan pengajaran.
Berdasarkan langkah dakwah ini, Jumhur Fuqaha berpendapat bahwa bila kaum muslimin
berada pada posisi lemah, rapuh kekuatannya dan khawatir hancur binasa oleh kekuatan lawan,
maka mereka wajib memelihara diri dan agamanya dengan cara melakukan dakwah secara
sirriyah. (Fiqh Sirah, Dr. Ramadhan Al-Buthi :177)
Bila kita simpulkan pada tahap dakwah yang pertama ini, Rasululloh Saw. lebih berfokus
pada pembinaan dan pengkaderan (marhalah tatsqif wa takwin) untuk memantapkan akidahnya,
dalam pembentukan syakhsiyah Islamiyah, dan juga dalam pembentukan kelompok dakwah.
b. Dakwah Rasulullah Saw. Secara Terang-terangan
Tahap ini dilakukan Rasululloh Saw. beserta pengikutnya setelah mendapat perintah dari
Alloh Swt., sebagaimana dalam firman-Nya :

(94:‫فَاصْ َد ْع بِ َماتُْؤ َم ُر َواَ ِرضْ َع ِن ْال ُم ْش ٍر ِك ْينَ ) الحجر‬

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan


(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. (QS. Al-Hijr : 94)
Dakwah pada tahap ini segera mendapat reaksi keras dari orang-orang kafir Mekkah.
Siksaan dan penganiyayaan datang bertubi-tubi. Pada tahap ini, para pengikut Rasululloh
sungguh-sungguh diuji sampai sejauh mana kualitas iman mereka setelah tiga tahun dibina
mentalnya di Darul Arqom.
Dakwah Rasululloh Saw. pada tahap ini juga merupakan pertarungan pemikiran antara
pemikiran jahiliyah dengan Islam, antara adat istiadat, budaya dan kepercayaan nenek moyang
dan Islam. Hal ini tersurat pada ayat-ayat Makiyyah yang pada umumnya mengajak manusia
untuk memikirkan kejadian alam semesta, agar meninggalkan kepercayaan nenek moyang.
Contohnya, seperti dalam QS. Al-Zuhruf : 23-24.
Tahap dakwah ini berjalan selama 10 tahun dan rumah Rasululloh Saw. Menjadi pusat
perhatian pengikut-pengikut beliau sebagai tempat menimba ilmu dan menerima wahyu.
Pembinaan dan pengkaderan di Darul Arqam dilaksanakan secara selektif, intensif dan kontinyu
dengan memilih pribadi-pribadi yang dinilai mampu mengemban dakwah.
Dakwah Rasul pun semakin gencar, ruang lingkupnya semakin luas dan sasarannya lebih
ditujukan kepada jamaah di tempat-tempat ramai, seperti pasar, ka’bah di musim haji, di tempat-
tempat orang melakukan thawaf dan lain-lain. Rasululloh pun mendatangi sekitar 14 kabilah
sebagai media dakwahnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di pihak Kaum Quraisy bahwa
mereka akan menerima dakwah dan menjadi pendukung Rasululloh serta mengadakan
perlawanan kepada Kaum Quraisy. Bila itu terjadi, tentu akan merusak citra mereka di kalangan
bangsa Arab, apalagi bila kepercayaan dan kebudayaan mereka dihinakan. Sebelum semuanya
terjadi, akhirnya mereka mengutus Walid bin Mughirah, ‘Ash bin Wali, Aswad bin Muthalib,
Ummayah bin Khalaf untuk menghadap Rasululloh dan menawarkan kerjasama ibadah dalam
agama. Yakni, Kaum Quraisy akan menambah apa yang disembah Kaum Muslimin dan Kaum
Muslimin harus bersedia menyembah apa yang disembah Kaum Musyrikin. Saat itu Alloh Swt.
menurunkan Surat Al-Kafirun sebagai penolakan atas penawaran tersebut yang dibacakan
Rasululloh kepada mereka. (Sirah Al-Halabiyah)
Pada tahap yang penuh rintangan ini, ruang gerak dakwah Rasululloh semakin sempit, hal
ini dikarenakan orang-orang yang sangat Rasul cintai dan sebagai pelindung dakwah Rasul sudah
tiada, yakni istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abi Thalib. Karena itu, kemudian Rasululloh
berusaha mencari pendukung di Kota Tha’if, tetapi tidak berhasil bahkan beliau disambut dengan
penghinaan dan penganiyayaan fisik. Tahun-tahun tersebut merupakan saat-saat paling sulit bagi
Rasululloh dan para pengikutnya. Kemana pun Rasululloh pergi, Abu Lahab dan kawan-
kawannya selalu mengikuti dan mengatakan kepada kaum yang didatangi Rasululloh, bahwa ia
adalah pendusta dan pembohong yang ingin mengubah agama nenek moyang mereka. Di tengah
situasi itu, Rasululloh sering menyendiri, mengadukan persoalannya kepada Alloh Swt. hingga
Alloh meng-Isra dan Mi’rajkan beliau (Rasululloh). Ini menumbuhkan kembali kekuatan dalam
diri Rasululloh, bahwa kekuasaan Alloh meliputi segala sesuatu.
Pada saat musim haji, datanglah serombongan orang dari Suku Aus dan Khajraj dari
Yastrib (Madinah). Kesempatan ini digunakan oleh Rasululloh untuk menyampaikan dakwah.
Ketika rombongan ini mendengar ajakan Rasululloh, satu sama lain berpandangan sambil
berkata :
“Demi Alloh, dia ini benar-benar seorang Nabi yang dijanjikan orang-orang Yahudi
kepada kami.”
Dengan sangat terbukanya mereka menerima dakwah Rasululloh saraya berkata :
“Kami tinggalkan kaum kami disana dan tidak ada pertentangan serta permusuhan
antara kaum kami dengan kaum lain, mudah-mudahan Alloh Swt. mempertemukan mereka
denganmu dan menerima dakwahmu, maka tidak ada lagi orang yang paling mulia darimu.”
(Sirah Ibnu Hisyam I : 428)
Tahun kedua belas kenabian, 12 orang dai Madinah datang kepada Rasululloh Saw. dan
masuk Islam. Mereka membai’at Rasululloh yang kemudian dikenal dengan Bai’ah Aqabah I,
yang isinya :
“Tidak menyekutukan Alloh, tidak mencuri, tidak berzina dan tidak membunuh anak-
anak kecil, tidak berbohong dan tidak menentang Rasululloh dalam perbuatan Ma’ruf.” (HR.
Bukhari)
Sekembalinya mereka dari ibadah haji, Rasululloh mengutus Mush’ab bin Umair
bersama mereka ke Madinah untuk mengajarkan Al-Qur’an dan hukum-hukum agama. Setelah
semakin banyak penduduk Madinah masuk Islam, Mush’ab bin Umair mengirimkan surat
kepada Rasululloh di Mekkah, memberitahukan tentang keinginannya untuk mengumpulkan
mereka semua seperti kebiasaan penduduk Yahudi mengumpulkan anak dan isterinya pada hari
sabtu (Hari Sabath). Rasululloh memberi izin, tapi harus dilakukan pada hari jum’at dan
memerintahkan agar melakukan sholat dua rakaat apabila matahari telah condong.” (Sirah Al-
Halabiyah II : 168)
Musim haji berikutnya, pada tahun ketiga belas kanabian, Mush’ab bin Umair kembali ke
Mekkah bersama 75 orang Islam dan mereka melakukan bai’at kepada Rasululloh, dan bai’at ini
dinamakan Bai’ah Aqabah II.
Isi Bai’ah Aqabah II ini pada dasarnya tidak berbeda dengan yang pertama, yakni mereka
akan tetap berpegang teguh kepada Islam dan berjanji untuk patuh dan taat dengan ikhlas kepada
agama Alloh serta meninggalkan larangan-Nya. Bedanya, pada Baia’ah Aqabah II ini ada isyarat
tegas tentang kesediaan mereka untuk berjihad dan membela Rasululloh dengan jalan apapun
dalam rangka menegakkan dakwah Islam. Selesai melakukan bai’at, Rasululloh Saw. menunjuk
12 orang untuk bertindak sebagai pimpinan masing-masing qabilah mereka. Abbas bin Ubadah,
salah seorang dari mereka berkata kepada Rasululloh
“Demi Alloh yang mengutusmu dengan benar, bila engkau mengijinkan, kami akan
perangi Penduduk Mina besok pagi dengan pedang-pedang kami.”
Mendengar ini, Rasululloh menjawab :
“Kita belum diperintahkan untuk itu, dan lebih baik kembalilah kalian ke kendaraanmu
masing-masing.” (Sirah Al-Halabiyah II : 176)
Dari jawaban Rasululloh seperti itu, jelaslah bahwa sebelum hijrah ke Madinah dan
membangun negara disana, kewajiban jihad belum diperintahkan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dakwah Rasululloh dalam Periode Mekkah adalah dakwah dalam rangka
memperkenalkan Islam melalui dakwah fikriyah, kemudian membina umat, mengatur barisan
dan menyusun kekuatan untuk kemudian hijrah ke Madinah dan membangun Khilafah Islamiyah
serta mengumumkan perang kepada orang-orang yang menentang dakwah Islam.
2. Al-Bayanuni seperti dikutip oleh Kustadi, membagi strategi dakwah dalam tiga bentuk, yaitu
strategi sentimentil (al-manhaj al-‘athifi), adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan
menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan,
memanggil dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang memuaskan. Strategi rasional
(almanhaj al- ‘aqli), dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal
pikiran.15 Strategi indrawi (al-manhaj al-hissi) juga dapat dinamakan dengan strategi eksperimen
atau strategi ilmiah. Didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang
berorientasi pada pancaindera dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan percobaan. Penentuan
strategi dakwah juga berdasarkan surah Al-Baqarah: 129 dan 151, Ali-‘Imran: 164, dan Al-Jumu’ah:
“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al
Quran) dan Al-Hikmah (As- Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Al- Baqarah: 129).
“ Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yangberiman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul darigolongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah,membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Al kitab danAl hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalahbenar-
benar dalam kesesatan yang nyata.”(Ali-‘Imran: 164)
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab
dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.”(Al-Jumu’ah: 2).
Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan tiga strategi dakwah, yaitu strategitilawah yang bergerak lebih
banyak pada ranah kognitif (pemikiran) yang transformasinya melewati indera pendengaran (al-
sam’) dan indera penglihatan(al-abshar) serta ditambah akal yang sehat (al-af idah). Strategi
tazkiyah (menyucikan jiwa), menyucikan jiwa manusia. Kekotoran jiwa dapatmenimbulkan
berbagai masalah baik individu atau sosial, bahkan menimbulkanberbagai penyakit, baik penyakit
hati atau badan dan strategi ta’lim yang bersifat lebih mendalam, dilakukan secara formal dan
sistematis.

3. Kesultanan Saljuk pada awalnya adalah sebuah suku kecil di wilayah Turki yang berkembang
pesat serta telah mampu mengendalikan kekuasaan Islam di seluruh dunia pada abad tengah. Sebuah
khilafah terbesar dalam sejarah Islam yang dipegang orang Arab, tunduk dalam aturan kesultanan
bangsa Turki. Dinasti yang satu ini juga menarik dikaji disamping peranan Turki Usmani yang
terkenal dalam sejarah perkembangan dan pemikiran Islam, Sebab, pada umumnya masyarakat Islam
lebih akrab dengan perjuangan Turki Usmani, karena mereka berkembang sampai masuknya abad
modern. Sedangkan dinasti Salajiqah juga berperan terutama padabad tengah.
Dinasti Saljuk merupakan kelompok bangsa Turki yang berasal dari suku Ghuzz. Dinasti Saljuk
dinisbatkan kepada nenek moyang mereka yang bernama Saljuk ibn Tuqaq (Dukak). Ia merupakan
salah seorang anggota suku Ghuzz yang berada di Klinik, dan akhirnya menjadi kepala suku Ghuzz
yang dihormati dan dipatuhi perintahnya.
Dinasti Saljuk merupakan kelompok bangsa Turki yang berasal dari suku Ghuzz. Dinasti Saljuk
dinisbatkan kepada ne- nek moyang mereka yang bernama Saljuk ibn Tuqaq (Dukak). Negeri asal
mereka terletak di kawasan utara laut Kaspia dan laut Aral dan mereka memeluk agama Islam pada
akh- ir abad ke 4 H/10M dan lebih kepada mazhab sunni. Perkembangan Dinasti Saljuk dibantu oleh
situasi politik di wilayah Transoksania. Pada saat itu terjadi persaingan politik antara dinasti
Samaniyah dengan dinasti Khaniyyah, dalam persaingan ini Saljuk cenderung untuk membantu
dinasti Samaniyah. Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh dinasti Ghaznawiyah, Saljuk
menyatakan memerdekakan diri. Thugrul memproklamir- kan berdirinya dinasti Saljuk. Pada tahun
432 H/1040 M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Disaat
kepemimpinan Thugrul Beginilah, pada tahun 1055 M dinasti Saljuk memasuki Baghdad
menggantikan dinasti Buwaihi. Sebelumnya Thugrul berhasil merebut daerah Marwa dan Naisabur
dari kekuasaan Ghaznawi, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan. Pada tahun ini
juga Thugrul Bek mendap- at gelar dari khalifah Abbasiyah dengan Rukh al-Daulah Yamin Amir al-
Muminin. Meskipun Bagdad dapat dikuasai, namun tidak dijadikan pusat pemerintahan. Thugrul Bek
memilih kota Naisabur dan kemudian kota Ray sebagai pusat pemerintahan. Dinasti-dinasti ini
sebel- umnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan dinasti Saljuk kembali mengakui kedudukan
Bagdad. Bahkan mereka menjalin keutuhan dan keamanan Abbasiyah.
Megahnya sejumlah monumen dan masjid membuktikan bahwa pada masa pemerintahan Dinasti
Seljuk justru ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat di Dunia Islam.
Ada dua institusi penting yang berkembang pesat  pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk, yakni
madrasah dan rumah sakit. Pada masa itu, madrasah dan rumah sakit dibangun di mana-mana.
Madrasah, perpustakaan dan rumah sakit bermunculan di wilayah-wilayah yang dikuasai Dinasti
Seljuk, seperti kota Baghdad, Merv, Isfahan, Nishapur, Mosul, Damaskus, Kairo, Aleppo, Amid
(Diyarbakir), Konya, Kayseri dan Malatya.
Insititusi itu berkembang menjadi pusat-pusat kebudayaan Seljuk Islam. Pada masa
pemerintahan Dinasti Seljuk, arsitektur bangunan banyak yang terbuat dari batu-batuan yang tahan
lama. Sehingga berbagai macam bangunan yang dibangun bangsa Seljuk kebanyakan masih bertahan
selama beberapa abad.
Salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan dan sastra  tidak padam pada masa pemerintahan
Dinasti Seljuk adalah banyaknya para ilmuwan dan intelektual Muslim yang terus mengembangkan
ilmunya.
Beberapa penulis besar yang karyanya masih bisa dinikmati pada saat ini antara lain karya
Jalaladdin-i Rumi Hakani, Senayi, Nizami, Attar, Mevlan, dan Sa'di. Para penulis besar tersebut
hidup dan mempersembahkan karya-karyanya kepada para sultan Dinasti Seljuk.
4. Berikut kemajuan-kemajuan yang berhasil diraih masa Abbasiyah:

Dalam literatur sejarah Islam, Baghdad dikenal sebagai pusat peradaban Islam, baik dalam bidang
sains, budaya dan sastra

a. Administratif pemerintahan dengan biro-bironya.


b. Sistem organisasi militer.
c. Administrasi wilayah pemerintahan.

d. Pertanian, perdagangan, dan industri

e. Islamisasi pemerintahan

f. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat Islam,
teologi, hukum (fiqh) dan etika Islam, sastra, seni, dan penerjemahan.

g. Pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan
tinggi; perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.

Biro-biro pemerintahan Abbasiyah

Dalam menjalankan sistem teknis pemerintahan, Dinasti Abbasiyah memiliki kantor


pengawas (dewan az-zimani) yang pertama kali diperkenalkan oleh Al-Mahdi; dewan
korespondensi atau kantor arsip (dewan at-taqwi) yang menangani semua surat resmi, dokumen
politik serta instruksi dan ketetapan khalifah; dewan penyelidik keluhan; departemen kepolisian
dan pos.Dewan penyelidik keluhan (dewan an-nazhar fi al-mazhalini) adalah jenis pengadilan
tingkat banding, atau pengadilan tinggi untuk menagani kasus-kasus yang diputuskan secara
keliru pada departemen administratif dan politik. Cikal bakal dewan ini dapat dilacak pada masa
Dinasti Umayah, karena Al-Mawardi meriwayatkan bahwa Abd Al-Malik adalah khalifah
pertama yang menyediakan satu hari khusus untuk mendengar secara langsung permohonan dan
keluhan rakyatnya. Umar II meneruskan praktik tersebut. Prakrik ini kemudian diperkenalkan
oleh Al-Mahdi ke dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Penggantinya Al-Hadi, Harun, Al-
Ma’mun, dan khalifah selanjutnya menerima keluhan itu dalam sebuah dengar publik; Al-
Muhtadi (869-870) adalah khalifah terakhir yang memelihara kebiasaan tersebut. Raja
Normandia, Roger II (1130-1154) memperkenalkan lembaga tersebut ke Silsilia yang kemudian
mengakar di daratan Eropa.

Sistem militer

Sistem militer terorganisasi dengan baik, berdisiplin tinggi, serta mendapat pelatihan dan
pengajaran secara reguler. Pasukan pengawal khalifah (hams) mungkin merupakan satu-satunya
pasukan tetap yang masing-masing mengepalai sekelompok pasukan. Selain mereka, ada juga
pasukan bayaran dan sukarelawan, serta sejumlah pasukan dari berbagai suku dan distrik.
Pasukan tetap (jund) yang bertugas aktif disebut mustaziqah (pasukan yang dibayar secara
berkala oleh pemerintah). Unit pasukan lainnya disebut muta-thawwi’ah (sukarelawan), yang
hanya menerima gaji ketika bertugas. Kelompok sukarelawan ini direkrut dari orang badui, para
petani, dan orang kota. Pasukan pengawal istana memperoleh bayaran lebih tinggi, bersenjata
lengkap, dan berseragam. Pada masa-masa awal pemerintahan khalifah Dinasti Abbasiyah, rata-
rata gaji pasukan infanteri, disamping gaji dan santunan rutin sekitar 960 dirham pertahun,
pasukan kavaleri menerima dua kali lipat dari itu.

Wilayah pemerintahan

Pembagian wilayah kerajaan Umayah ke dalam provinsi yang dipimpin oleh seorang
gubernur (tunggal amir atau ‘amil) sama dengan pola pemerintahan pada masa kekuasaan
Bizantium dan Persia. Pembagian ini tidak mengalami perubahan berarti pada masa Dinasti
Abbasiyah.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis,
para khalifah adalah tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama
sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang
politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Sebenarnya zaman keemasan
Bani Abbas telah dimulai sejak Khalifah Abu J’'far al-Mansur serta pada masa Khalifah al-
Mahdi (775-785 M.), akan tetapi popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa
khalifah Harun al-Rashid (786-809 M.) dan putranya al- Ma’mun 813-833 M.). Kekayaan
banyak dimanfaatkan Harun al-Rashid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan
dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.
Disamping itu, pemandianpemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman
keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan
tak tertandingi. Khalifah-khalifah Bani Abbas secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu
pengetahuan dengan mendatangkan naskahnaskah kuno dari berbagai pusat peradaban
sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunia islam. Para
ulama muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga
muncul pada masa ini. Perkembangan pesat peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi
imperium yang menjadi penghubung Dunia Timur dan Barat. Stabilitas politik yang relatif baik
terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam.

5. Lahirnya Ide-ide pembaruan sebagai dampak dari masuknya paham-paham Barat ke Turki seperti
Westernisme. Nasionalisme, dan sekularisme, menyadarkan golongan pembaruan Turki di bawah
pimpinan Mustafa Kemal Ataturk yang lebih agresif untuk meninjau kembali sistem pemerintahan
Kesultanan Turki dengan lembaga plitiknya syaikhul Islam. Ketertinggalan Turki dalam kancah
politik dunia akhir abad ke 19 memasuki abad ke 20,mendorong Kemal Ataturk untuk mengambil
alih kekuasaan dan merubah sistem pemerintahan dari Kesultanan Turki menjadi Republik Turki.
Melalui sekularismenya, Kemal Ataturk, melaksanakan pembaharuan Turki dengan cara (1),
mereformasi Negara yaitu merubah Turki dari Kesultanan menjadi Republik. (2),mereformasi agama
bertujuan untuk merasionalisasikan agama yaitumemisahkan agama dari urusan negara dan
mengakhiri kekuasaan Syaikhul Islamsebagai sebuah lembaga agama dalam masalah politik, sosial
dan kebudayaan. (3), mereformasi bahasa yaitu merubah tulisan Arab dan diganti dengan tulisan
Latin. (4), mereformasi hukum yaitu dengan menggantikan Undang-Undang Syariah yang berlaku di
Turki kepada Undang-Undang Sipil Swiss. (5), mereformasi pendidikan.
Sekularisme Turki ini penting sebagai bahan tambahan pembelajaran pada mata kuliah sejarah
Islam, karena Turki sebagai sebuah negara Islam yang kuat dan diperhitungkan dunia, dalam waktu
yang relatif singkat dapat dirubuah menjadi sebuah negara sekular oleh seorang Kemal Ataturk.
Tindakan Kemal ini, disatu sisi dipuji disisi lain dia dicaci, tetapi yang pasti kondisi ini merupakan
proses pembelajaran bagi dunia Islam dalam menghadapi perubahan pandangan zaman dengan
dominasi dunia Barat terhadap berbagai aspek kehidupan dunia Timur termasuk Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai