Petunjuk:
1. Jelaskan bagaimana langkah tahapan dakwah yang dilakukan nabi pada periode Makkah
dan signifikansinya bagi kelanjutan dakwah nabi!
2. Bagimanakah strategi apa saja yang dilakukan rasulullah dalam menjalankan dakwah nya
pada periode Makkah dan relevansinya dengan dakwah saat ini!
3. Jelaskan awal mula sejarah bani saljuk dan dampaknya bagi perkembangan dan kemajuan
Islam saat itu!
4. Jelaskan kemajuan yang dicapai oleh dinasti abbasiyah dan mengapa hal tersebut dapat
terjadi! Jelaskan peran khalifah dan menterinya serta kaum cendekiawannya dalam
konteks kemajuan Islam!
5. Bagaimanakah Turki Utsmani dapat jatuh dalam sekularisme, jelaskan jawaban anda dan
relevansinya dengan pemikiran yang muncul pada saat ini dalam konteks dakwah Islam?
Selamat mengerjakan
Nama Mahasiswa : Nurul Qodriah Royani Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
JAWABAN.
1. Periode Mekkah
Dalam periode ini, terdapat dua phase dakwah yang dilakukan Rasululoh Saw. selama di
Kota Mekkah, yaitu secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
a. Dakwah Rasululloh Saw. secara Sembunyi-sembunyi
Dakwah pada tahap ini berlangsung selama 3 tahun. Rasululloh Saw. melakukan
dakwahnya ini tidak secara terbuka di masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menghindari tindakan-
tindakan buruk kaum Quraisy yang fanatik akan kemusyrikan. Dengan cara ini, Rasululloh Saw.
melakukan pendekatan dakwahnya ini kepada orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal
baik sebelumnya.
Adapun orang-orang yang pertama kali masuk Islam ialah istrinya Siti Khodijah binti
Khuwailid r.a., Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsa (mantan budak Rasululloh dan anak
angkatnya), Abu Bakar bin Abi Kufahah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman
bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lainnya.
Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari 3o orang, Rasululloh Saw. memilih
rumah salah satu dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam sebagai tempat pertemuan
untuk melakukan pembinaan dan pengajaran.
Berdasarkan langkah dakwah ini, Jumhur Fuqaha berpendapat bahwa bila kaum muslimin
berada pada posisi lemah, rapuh kekuatannya dan khawatir hancur binasa oleh kekuatan lawan,
maka mereka wajib memelihara diri dan agamanya dengan cara melakukan dakwah secara
sirriyah. (Fiqh Sirah, Dr. Ramadhan Al-Buthi :177)
Bila kita simpulkan pada tahap dakwah yang pertama ini, Rasululloh Saw. lebih berfokus
pada pembinaan dan pengkaderan (marhalah tatsqif wa takwin) untuk memantapkan akidahnya,
dalam pembentukan syakhsiyah Islamiyah, dan juga dalam pembentukan kelompok dakwah.
b. Dakwah Rasulullah Saw. Secara Terang-terangan
Tahap ini dilakukan Rasululloh Saw. beserta pengikutnya setelah mendapat perintah dari
Alloh Swt., sebagaimana dalam firman-Nya :
3. Kesultanan Saljuk pada awalnya adalah sebuah suku kecil di wilayah Turki yang berkembang
pesat serta telah mampu mengendalikan kekuasaan Islam di seluruh dunia pada abad tengah. Sebuah
khilafah terbesar dalam sejarah Islam yang dipegang orang Arab, tunduk dalam aturan kesultanan
bangsa Turki. Dinasti yang satu ini juga menarik dikaji disamping peranan Turki Usmani yang
terkenal dalam sejarah perkembangan dan pemikiran Islam, Sebab, pada umumnya masyarakat Islam
lebih akrab dengan perjuangan Turki Usmani, karena mereka berkembang sampai masuknya abad
modern. Sedangkan dinasti Salajiqah juga berperan terutama padabad tengah.
Dinasti Saljuk merupakan kelompok bangsa Turki yang berasal dari suku Ghuzz. Dinasti Saljuk
dinisbatkan kepada nenek moyang mereka yang bernama Saljuk ibn Tuqaq (Dukak). Ia merupakan
salah seorang anggota suku Ghuzz yang berada di Klinik, dan akhirnya menjadi kepala suku Ghuzz
yang dihormati dan dipatuhi perintahnya.
Dinasti Saljuk merupakan kelompok bangsa Turki yang berasal dari suku Ghuzz. Dinasti Saljuk
dinisbatkan kepada ne- nek moyang mereka yang bernama Saljuk ibn Tuqaq (Dukak). Negeri asal
mereka terletak di kawasan utara laut Kaspia dan laut Aral dan mereka memeluk agama Islam pada
akh- ir abad ke 4 H/10M dan lebih kepada mazhab sunni. Perkembangan Dinasti Saljuk dibantu oleh
situasi politik di wilayah Transoksania. Pada saat itu terjadi persaingan politik antara dinasti
Samaniyah dengan dinasti Khaniyyah, dalam persaingan ini Saljuk cenderung untuk membantu
dinasti Samaniyah. Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh dinasti Ghaznawiyah, Saljuk
menyatakan memerdekakan diri. Thugrul memproklamir- kan berdirinya dinasti Saljuk. Pada tahun
432 H/1040 M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Disaat
kepemimpinan Thugrul Beginilah, pada tahun 1055 M dinasti Saljuk memasuki Baghdad
menggantikan dinasti Buwaihi. Sebelumnya Thugrul berhasil merebut daerah Marwa dan Naisabur
dari kekuasaan Ghaznawi, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray dan Isfahan. Pada tahun ini
juga Thugrul Bek mendap- at gelar dari khalifah Abbasiyah dengan Rukh al-Daulah Yamin Amir al-
Muminin. Meskipun Bagdad dapat dikuasai, namun tidak dijadikan pusat pemerintahan. Thugrul Bek
memilih kota Naisabur dan kemudian kota Ray sebagai pusat pemerintahan. Dinasti-dinasti ini
sebel- umnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan dinasti Saljuk kembali mengakui kedudukan
Bagdad. Bahkan mereka menjalin keutuhan dan keamanan Abbasiyah.
Megahnya sejumlah monumen dan masjid membuktikan bahwa pada masa pemerintahan Dinasti
Seljuk justru ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat di Dunia Islam.
Ada dua institusi penting yang berkembang pesat pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk, yakni
madrasah dan rumah sakit. Pada masa itu, madrasah dan rumah sakit dibangun di mana-mana.
Madrasah, perpustakaan dan rumah sakit bermunculan di wilayah-wilayah yang dikuasai Dinasti
Seljuk, seperti kota Baghdad, Merv, Isfahan, Nishapur, Mosul, Damaskus, Kairo, Aleppo, Amid
(Diyarbakir), Konya, Kayseri dan Malatya.
Insititusi itu berkembang menjadi pusat-pusat kebudayaan Seljuk Islam. Pada masa
pemerintahan Dinasti Seljuk, arsitektur bangunan banyak yang terbuat dari batu-batuan yang tahan
lama. Sehingga berbagai macam bangunan yang dibangun bangsa Seljuk kebanyakan masih bertahan
selama beberapa abad.
Salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan dan sastra tidak padam pada masa pemerintahan
Dinasti Seljuk adalah banyaknya para ilmuwan dan intelektual Muslim yang terus mengembangkan
ilmunya.
Beberapa penulis besar yang karyanya masih bisa dinikmati pada saat ini antara lain karya
Jalaladdin-i Rumi Hakani, Senayi, Nizami, Attar, Mevlan, dan Sa'di. Para penulis besar tersebut
hidup dan mempersembahkan karya-karyanya kepada para sultan Dinasti Seljuk.
4. Berikut kemajuan-kemajuan yang berhasil diraih masa Abbasiyah:
Dalam literatur sejarah Islam, Baghdad dikenal sebagai pusat peradaban Islam, baik dalam bidang
sains, budaya dan sastra
e. Islamisasi pemerintahan
f. Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat Islam,
teologi, hukum (fiqh) dan etika Islam, sastra, seni, dan penerjemahan.
g. Pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan
tinggi; perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.
Sistem militer
Sistem militer terorganisasi dengan baik, berdisiplin tinggi, serta mendapat pelatihan dan
pengajaran secara reguler. Pasukan pengawal khalifah (hams) mungkin merupakan satu-satunya
pasukan tetap yang masing-masing mengepalai sekelompok pasukan. Selain mereka, ada juga
pasukan bayaran dan sukarelawan, serta sejumlah pasukan dari berbagai suku dan distrik.
Pasukan tetap (jund) yang bertugas aktif disebut mustaziqah (pasukan yang dibayar secara
berkala oleh pemerintah). Unit pasukan lainnya disebut muta-thawwi’ah (sukarelawan), yang
hanya menerima gaji ketika bertugas. Kelompok sukarelawan ini direkrut dari orang badui, para
petani, dan orang kota. Pasukan pengawal istana memperoleh bayaran lebih tinggi, bersenjata
lengkap, dan berseragam. Pada masa-masa awal pemerintahan khalifah Dinasti Abbasiyah, rata-
rata gaji pasukan infanteri, disamping gaji dan santunan rutin sekitar 960 dirham pertahun,
pasukan kavaleri menerima dua kali lipat dari itu.
Wilayah pemerintahan
Pembagian wilayah kerajaan Umayah ke dalam provinsi yang dipimpin oleh seorang
gubernur (tunggal amir atau ‘amil) sama dengan pola pemerintahan pada masa kekuasaan
Bizantium dan Persia. Pembagian ini tidak mengalami perubahan berarti pada masa Dinasti
Abbasiyah.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis,
para khalifah adalah tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama
sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang
politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Sebenarnya zaman keemasan
Bani Abbas telah dimulai sejak Khalifah Abu J’'far al-Mansur serta pada masa Khalifah al-
Mahdi (775-785 M.), akan tetapi popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa
khalifah Harun al-Rashid (786-809 M.) dan putranya al- Ma’mun 813-833 M.). Kekayaan
banyak dimanfaatkan Harun al-Rashid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan
dokter dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.
Disamping itu, pemandianpemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman
keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan
tak tertandingi. Khalifah-khalifah Bani Abbas secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu
pengetahuan dengan mendatangkan naskahnaskah kuno dari berbagai pusat peradaban
sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunia islam. Para
ulama muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga
muncul pada masa ini. Perkembangan pesat peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi
imperium yang menjadi penghubung Dunia Timur dan Barat. Stabilitas politik yang relatif baik
terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam.
5. Lahirnya Ide-ide pembaruan sebagai dampak dari masuknya paham-paham Barat ke Turki seperti
Westernisme. Nasionalisme, dan sekularisme, menyadarkan golongan pembaruan Turki di bawah
pimpinan Mustafa Kemal Ataturk yang lebih agresif untuk meninjau kembali sistem pemerintahan
Kesultanan Turki dengan lembaga plitiknya syaikhul Islam. Ketertinggalan Turki dalam kancah
politik dunia akhir abad ke 19 memasuki abad ke 20,mendorong Kemal Ataturk untuk mengambil
alih kekuasaan dan merubah sistem pemerintahan dari Kesultanan Turki menjadi Republik Turki.
Melalui sekularismenya, Kemal Ataturk, melaksanakan pembaharuan Turki dengan cara (1),
mereformasi Negara yaitu merubah Turki dari Kesultanan menjadi Republik. (2),mereformasi agama
bertujuan untuk merasionalisasikan agama yaitumemisahkan agama dari urusan negara dan
mengakhiri kekuasaan Syaikhul Islamsebagai sebuah lembaga agama dalam masalah politik, sosial
dan kebudayaan. (3), mereformasi bahasa yaitu merubah tulisan Arab dan diganti dengan tulisan
Latin. (4), mereformasi hukum yaitu dengan menggantikan Undang-Undang Syariah yang berlaku di
Turki kepada Undang-Undang Sipil Swiss. (5), mereformasi pendidikan.
Sekularisme Turki ini penting sebagai bahan tambahan pembelajaran pada mata kuliah sejarah
Islam, karena Turki sebagai sebuah negara Islam yang kuat dan diperhitungkan dunia, dalam waktu
yang relatif singkat dapat dirubuah menjadi sebuah negara sekular oleh seorang Kemal Ataturk.
Tindakan Kemal ini, disatu sisi dipuji disisi lain dia dicaci, tetapi yang pasti kondisi ini merupakan
proses pembelajaran bagi dunia Islam dalam menghadapi perubahan pandangan zaman dengan
dominasi dunia Barat terhadap berbagai aspek kehidupan dunia Timur termasuk Indonesia.