Anda di halaman 1dari 9

Perjuangan Dakwah

Rasulullah SAW
1. Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Makkah
2. Strategi Dakwah Rasulullah SAW di Makkah
3. Reaksi Kafir Quraisy terhadap Dakwah
Rasulullah SAW
4. Contoh-Contoh Penyiksaan Kafir Quraisy
terhadap Rasulullah SAW dan Para
Pengikutnya
5. Peristiwa Hijrah Kaum Muslimin

Nama : Ristu Adetya Pratiwi

No. Absen : 29

Kelas : X MIPA 1
“Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW”

1. Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Makkah

Substansi dakwah Rasulullah SAW di Makkah yang  didakwahkan


Rasulullah SAW adalah sebagai berikut :

a. Keesaan Allah SWT


Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja
dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain
Allah SWT, yang menyamai-Nya.
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah
SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam
perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar.

b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan


Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah
akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni
kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan
senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang
menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam
akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan.
Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan
banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur dan
dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan.

c. Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan
jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya
apabila selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau
meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila
durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya,
dan alangkah ruginya orang yang mengotori jiwanya.

d. Persaudaraan dan Persatuan


Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan
persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan.Islam mengajarkan bahwa
sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai
dan sayang-menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di
antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R.
Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan.
Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya
tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk
memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa, yakni para fakir miskin
dan anak-anak yatim telantar.
2. Strategi Dakwah Rasulullah SAW di Makkah

Strategi dakwah Rasulullah SAW tersebut sebagai berikut:

 Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun


Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW
menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya.
Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah
Rasulullah SAW tersebut adalah:
 Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun
ke-10 dari kenabian)
 Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang
tinggal serumah dengannya)
 Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW)
 Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW)
 Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil)

Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah sehingga beberapa orang kawan


dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
 Abdul Amar dari Bani Zuhrah
 Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
 Utsman bin Affan
 Zubair bin Awam
 Sa’ad bin Abu Waqqas
 Thalhah bin Ubaidillah.

Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi,


yang namanya sudah disebutkan di atas, disebut dengan Assabiqunal Awwalun
(pemeluk Islam generasi awal).

 Dakwah secara terang-terangan


Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.

Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini


antara lain sebaga berikut:
1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk
menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau
banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat
dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin
Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah,
terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah
untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri
masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu:
 Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW)
 Umar bin Khattab.

Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk


di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang
masuk Islam antara lain:
 Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
 Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
 Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).

Pertemuan umat Islam Yatsrib


dengan Rasulullah SAW pada
 Gelombang pertama tahun 620 gelombang ketiga ini, terjadi
pada M, telah masuk Islam dari suku tahun ke-13 dari kenabian dan
Aus dan Khazraj sebanyak 6 menghasilkan Bai’atul Aqabah.
orang.
IsiBai’atul Aqabah tersebut
 Gelombang kedua tahun 621 M, merupakan pernyataan umat
sebanyak 13 orang, dan pada Islam Yatsrib bahwa mereka
akan gelombang ketiga tahun melindungi dan membela
berikutnya lebih banyak lagi.
Diantaranya Abu Jabir Abdullah Rasulullah SAW. Selain itu,
bin Amr, pimpinan kaum mereka memohon kepada
Salamah. Rasulullah SAW dan para
pengikutnya agar berhijrah ke
Yatsrib.

3. Reaksi Kafir Quraisy terhadap dakwah Rasulullah SAW


Reaksi Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW di Mekah sangat
keras, kaum kafir Quraisy terus berupaya menggalang kekuatan agar Rasulullah
SAW dan upayanya dalam penyebaran ajaran Islam dapat dihentikan. Berbagai
upaya mereka lakukan, mulai mengajak berdialog dengan mengiming-imingi
bermacam-macam bantuan hingga kekerasan yang dilakukan pada Rasulullah saw.
dan para sahabat serta pengikut ajarannya. Puncak dari kejengkelan mereka adalah
dengan cara memboikot Rasulullah saw. dan para sahabatnya serta pengikutnya
dari boikot ekonomi dan politik.
Apa yang menyebabkan mereka begitu keras menolak dan geram pada
ajaran yang dibawa Rasulullah SAW? Apa yang salah dengan ajaran mengenai
kebenaran dan kasih sayang yang adalah idaman semua manusia beradab?
Sebetulnya mereka mengetahui dan memahami betul bahwa ajaran Ilahi yang
dibawa Rasulullah SAW adalah ajaran yang lurus dan benar.

Ada beberapa alasan mengapa kaum kafir menolak dan menentang ajaran
yang dibawa Rasulullah SAW diantaranya adalah sebagai berikut.

 Kesombongan dan Keangkuhan


Bangsa Arab jahiliah dikenal sebagai bangsa yang sangat angkuh dan
sombong. Kesombongan mereka tercermin dari sya’ir-sya’ir yang mereka buat,
terutama kesombongan kaum Quraisy yang merasa suku mereka yang paling
terhormat dan paling berpengaruh. Mereka tidak menerima ajaran persamaan hak
dan derajat yang dibawa Islam. Oleh karenanya, mengakui dan menerima ajaran
Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW akan menurunkan dan menjatuhkan
derajat dan martabat serta mengancam kedudukan mereka.

 Fanatisme Buta pada Leluhur


Kebiasaan yang sudah mengakar kuat dan turun-temurun dalam melakukan
penyembahan berhala dan kemusyrikan lainnya, menyebabkan mereka sangat sulit
menerima ajaran tauhid dan menyembah Allah SWT yang Ahad. Kebiasaan itu
sudah mengkristal dan berakar, mereka sangat sulit diberikan pemahaman
bertauhid.
Tuhan untuk mereka diwujudkan dalam bentuk berhala-berhala yang
mereka buat sendiri sejak ratusan tahun
lalu. Fanatisme pada ajaran leluhur jelas- Fakta tersebut ditegaskan oleh Allah
jelas sudah menenggelamkan mereka ke Swt. dalam firmannya: “Dan apabila
dalam kesesatan yang nyata. dikatakan kepada mereka, “Marilah
(mengikuti) apa yang diturunkan Allah
Swt. dan (mengikuti) Rasul.” Mereka
menjawab, “Cukuplah bagi kami apa
yang kami dapati nenek moyang kami
(mengerjakannya).” Apakah (mereka
akan mengikuti) juga nenek moyang
mereka walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui apa-apa
dan tidak (pula) mendapat petunjuk?”
(Q.S. al- Mā’idah/5:104)
4. Contoh-Contoh Penyiksaan Kafir
Quraisy terhadap Rasulullah SAW
dan Para Pengikutnya
 Contoh-Contoh Penyiksaan Quraisy terhadap Rasulullah saw. dan Para
Pengikutnya
Berikut adalah contoh-contoh penyiksaan Kafir Quraisy terhadap
Rasulullah SAW dan para pengikutnya:

1. Suatu hari, Abu Jahal melihat Rasulullah SAW di Śafa, ia mencerca


dan menghina tetapi tidak ditanggapi oleh Rasulullah SAW dan ia beranjak
pulang. Kemudian, Abu Jahal pun bergabung dengan kelompoknya kaum
Quraisy di samping Ka’bah. Mendengar kejadian tersebut, Hamzah, paman
Rasulullah SAW marah seraya bangkit mencari Abu Jahal. Ia kemudian
menemukan Abu Jahal yang sedang duduk di samping Ka’bah dengan
kelompoknya kaum Quraisy. Tanpa banyak bicara, ia langsung mengangkat
busur dan memukulkannya ke kepala Abu Jahal hingga tengkoraknya terluka.
“Engkau mencerca dia “Rasulullah SAW” padahal aku sudah memeluk
agamanya. Aku menempuh jalan yang ia tempuh. Jika mampu, ayo, lawan aku”
tantang Hamzah.

2. Suatu hari, Uqbah bin Abi Mu’iţ melihat Rasulullah SAW bertawaf,
lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Rasulullah SAW dengan sorbannya dan
menyeret ke luar masjid. Beberapa orang datang menolong Rasulullah SAW
karena takut kepada Bani Hasyim.

3. Penyiksaan lain dilakukan oleh pamannya sendiri, yaitu Abu Lahab


dan istrinya Ummu Jamil yang tiada tara kejinya. Rasulullah SAW bertetangga
dengan mereka. Mereka tak pernah berheni melemparkan barang-barang kotor
kepadanya. Suatu hari mereka melemparkan kotoran domba ke kepala Nabi.
Sekali lagi Hamzah membalasnya dengan menimpakan barang yang sama ke
kepala Abu Lahab.

4. Quraisy memboikot kaum muslimin Kau m Quraisy memutuskan


segala bentuk hubungan perkawinan dan perdagangan dengan Bani Hasyim.
Persetujuan pemboikotan ini dibuat dalam bentuk piagam, ditandatangani
bersama dan digantungkan di Ka’bah. Perisiwa ini terjadi pada tahun ke-7
kenabian dan berlangsung selama iga tahun. Pemboikotan ini mengakibatkan
kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan bagi kaum muslimin. Untuk
meringankan penderitaan kaum muslimin, mereka pindah ke suatu lembah di
luar Kota Mekah.

5. Peristiwa Hijrah Kaum Muslimin


Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah menjadi peristiwa besar
bagi Umat Islam. Hal ini punya makna mendalam bagi Kaum Muslimin dunia.
Peristiwa itu kemudian menjadi awal tahun kalender Islam dan diperingati hingga
sekarang.

Sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad telah berdakwah menyebarkan


Islam di Mekah. Semula, Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Syiar Islam
kemudian dilakukan dengan terang-terangan.

Kaum Kafir Quraisy yang sejak semula memusuhi Nabi semakin gencar.
Desakan dan Intimidasi terjadi setiap waktu. Namun, saat Nabi perlu dukungan,
datanglah masa sulit. Sang istri, Siti Khadijah, wafat. Padahal Siti Khadijah menjadi
salah satu motivator bagi Nabi dalam menyebarkan Islam.

Setelah Khadijah, pamah Nabi, Abu Thalib, juga meninggal dunia. Semasa
hidup, Abu Thalib lah yang menjadi pembela Nabi dari kebengisan kafir Quraisy.
Dengan wafatnya Abu Thalib, kaum kafir Quraisy semakin semena-mena.
Wafatnya Siti Khadijah dan Abu Thalib membuat Nabi berada dalam suasana duka.

Pada masa-masa yang disebut sebagai tahun duka cita itu, terjadilah peristiwa
luar biasa, yaitu Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab, sekitar rahun 621 Masehi. Pada
peristiwa itu, turunlah perintah salat lima waktu.

Setelah peristiwa itu, Nabi kembali melanjutkan dakwahnya di Mekah.


Pengalaman luar biasa itu diceritakan pada pengikutnya. Namun, kabar itu
membuat kaum kafir Quraisy semakin menekan. Mereka menuduh Nabi berbohong.

Pada 621 M itu pula, datanglah sejumlah orang dari Madinah, menemui Nabi
di Bukit Aqaba. Mereka memeluk Agama Islam. Peristiwa tersebut dikenal dengan
Bai’at Aqaba I.

Tahun berikutnya, atau 622 M, datanglah 73 orang dari Madinah ke Mekah.


Mereka merupakan Suku Aus dan Khazraj yang semula ingin berhaji. Mereka
kemudian menemui Nabi dan mengajak berhijrah ke Madinah. Mereka menyatakan
siap membela dan melindungi Nabi dan para pengikutnya dari Mekah. Peristiwa ini
dikenal dengan Bai’at Aqabah II.

Kondisi kaum muslim di Mekah juga semakin terdesak setelah kaum kafir
Quraisy melakukan boikot kepada Nabi Muhammad dan para pengikutnya yang
berasal dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Kaum Quraisy melarang setiap
perdagangan dan bisnis dengan pengikut Nabi.

Selain itu, semua orang dilarang menikah dengan kaum muslimin. Tak ada
yang diperkenankan bergaul dengan pengikut Nabi Muhammad. Mereka juga
mendukung kelompok-kelompok yang memusuhi Nabi Muhammad. Boikot inilah
yang membuat kaum muslimin semakin terdesak.
Dalam upaya menyelamatkan dakwah Islam dari gangguan kafir Quraisy,
Nabi Muhammad, atas perintah Allah, memutuskan hijrah dari Mekah ke Madinah.
Namun sebelumnya, Nabi telah memerintahkan Kaum Mukminin agar hijrah
terlebih dahulu ke Madinah. Para sahabat pun segera berangkat secara diam-diam
agar tidak dihadang oleh kelompok kafir Quraisy.

Anda mungkin juga menyukai