Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MENELADANI PERJUANGAN DAKWAH


RASULULLAH SAW DI MEKAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mapel : Pendidikan Agama Islam
Nama Guru: Ibu Jazimah, S. Ag.

Nama kelompok
Rayhan avriza akbar
Rahmad andhika dwi maghriba
Muhammad lingga pratama
Muhammad alfin syahidillah

SMAN 3 PANGKALAN BUN


2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang , puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah nya sehingga saya dapat
merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul “ MENELADANI
PERJUANGAN DAKWAH RASULULLAH SAW DI MEKAH” tepat pada waktunya .
Dalam makalah ini kami menguraikan mengenai MENELADANI PERJUANGAN DAKWAH
RASULULLAH SAW DI MEKAH
. Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada saya
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa pendatang. Harapan saya
semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memenuhi tugas dari Ibu Jazimah, S. Ag. Amin

Pangkalan Bun, April 2022


BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Kewajiban dakwah merupakan suatu kewajiban yang telah Allah perintahkan kepada kita semua
sebagai umat islam untuk menyampaikan risalah kebenaran islam. Pada hakikatnya, dakwah bukan
hanya kewajiban Nabi ataupun para Rasul yang mempunyai amanah khusus untuk menyampaikan
setiap kebenaran dan ketauhidan Allah, namun juga menjadi kewajiban setiap umat islam yang
mempercayai dan meyakini akan kebenaran islam sebagai Rahmatan lil Alamin. Sehingga, Islam
tidak hanya dipandang dari satu sisi saja melainkan berbagai tinjauan yang akan mengantarkan kita
kepada pemahaman yang menyeluruh. Dan salah satu media yang bisa kita gunakan untuk
menyampaikan risalah kebenaran islam ialah melalui dakwah.
Dakwah islamiyyah sudah dimulai saat pertama kali Nabi Muhammad menerima washilah ataupun
tanggung jawab untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kejahiliyyahan hidup yang pada saat
itu telah mencapai klimaks kegelapan yang mencekam. Allah memerintahkan Rasulullah supaya
menyampaikan kebenaran risalah tentang keesaan Allah. Bukan hanya itu, Rasulullah diperintahkan
untuk mengenalkan aturan hidup yang jelas bagi umat manusia. Dan aturan-aturan hidup yang Allah
maksudkan adalah islam sebagai dinnullah yang termaktub dalam konsep wahyu berupa Al-qur’an.
Dan satu hal lagi, dakwah bukan saja kewajiban para ulama, melainkan kewajiban bagi setiap kaum
muslimin. Bukan hanya milik para umara, melainkan harus adanya kerja sama dari berbagai kalangan
untuk mensukseskan dakwah islamiyyah ini. Sehingga, di akhir zaman kelak kemenangan islam
benar-benar bisa dirasakan.
BAB II
Pembahasan

A. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah


Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab
waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul
terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah
berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah atau rumah Allah
SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan
Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan
bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.

B. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul


Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13
tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap
berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Muhammad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau Rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat
Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5.
(bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan , dan telah menciptakan manusia dari
segumpal darah , bacalah dan tuhan-mulah yang maha pemurah, yang mengajar manusia dengan
prantaraan kalam, dan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.. ) Turunnya ayat Al-
Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-
Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran
Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-
622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak
4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan
Surah Makkiyyah.

C. Ajaran Islam Periode Mekah


Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah
sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan

D. Strategi Dakwah Rasulullah Periode Mekah


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan
kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini
kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai
berikut:

a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 Tahun


Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk
Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya Orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut
adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian),
Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid
bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat
Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
Ø Abdul Amar dari Bani Zuhrah dan Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
Ø Utsman bin Affan
Ø Zubair bin Awam
Ø Sa’ad bin Abu Waqqas dan Thalhah bin Ubaidillah.

b. Dakwah secara terang-terangan


Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah
turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-
terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26 asy-syu’ara (para penyiar): 214-
216.(dan berikanlah peringatan kepada kerbarat-kerabatmu yang teerdekat, dan rendahkanlah
dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang orang beriman. Jika mereka
mendurhakaimu maka katakanlah sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang kamu kerjakan.)
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:

1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan
mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat
dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin
Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari
kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin
Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar
bin Khattab (581-644 M). Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk
di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara
lain:

1.                        Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.

2.                        Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.

3.                        Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).

            Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6
orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.

  Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi
pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut
merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah
SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke
Yatsrib.

D. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah


SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab
kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
a. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan
hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW
(Islam) melarangnya.
b. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati
yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab
neraka.
c. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama
dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
d. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah
SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
· Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-
Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir
Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
· Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara
mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan
ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan
terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW
menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk
berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan.
Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah
normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun,
dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi. Akhirnya, Rasulullah SAW
menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin
Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya
wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun
wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).

2. Sejarah Dakwah Di periode Madinah


a. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah
berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu
umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan
dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam
agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni
berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan
dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib (negeri Islam)
adalah:
* Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri Quraisy.
Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib
(Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
* Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga dapat
meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan
meninggikan agama-Nya (Islam)
b. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari
semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW,
tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran
Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang
terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang
sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk
Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk
bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam
(umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah
ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh
para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan
terbentuk masyarakat madani di Madinah.Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang
belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari
ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa
beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan
kesadarn sendiri. Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam,
bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan
agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah,
kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-
Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menusun
kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu
tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan perang, tetapi bertujuan
untuk:
· Membela diri, kehormatan, dan harta.
· Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.( Islam)
· Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.

Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara yang merdeka dan
berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam,
bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa
Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi. Oleh karena itu,
bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam dan
agamanya.

Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya
tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :
a. Perang Mut’ah
b. Perang Tabuk
c. Perang Badar
d. Perang Uhud
e. Perang Khandaq
f. Perang Hunain

C. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah


Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
adalah:
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini kebenaran
Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah itu harus meyakini
kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah An-Nahl,
16: 12
3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan $petunjuk Allah
SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 10\$\\
4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk
memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.

D. Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut


adalah:
a. Membangun Masjid
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba, yang
berjarak ± 5 km, sebelah barata daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal
tahun pertama hijrah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid
Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.

Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di
Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan
batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat
dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a.,
Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib k.w.

D. Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode Madinah


Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan kaum
Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung halaman mereka
dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara ikhlas dan hanya mengharap keridaan Allah SWT.
Sebagai contoh, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib
dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin
Malik.
2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya menciptakan suasana tentram
dan aman agar masyarakat muslim yang dibina itu dapat terpelihara dan bertahan, Rasulullah SAW
membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di kota Madinah
dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan rasul sebelumnya.
Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai wewenang
penuh terhadap anggits golongannya.
b. Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu untuk
melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada serangan
dari luar
c. Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian itu.
Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah
SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah).
d. Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh Nabi
Muhammad SAW.

BAB III
Penutup
KESIMPULAN
Dakwah adalah proses yang terus menerus akan dan harus dilakukan,
tidak hanya oleh Bani Umayah, melainkan semua umat islam senantiasa
melaksanakan dakwah sebagai sebuah kewajiban dalam menyampaikan
kebenaran islam yang sesungguhnya. Sampai sekarang pun ghiroh perjuangan
dakwah islamiyyah berada dalam setiap jiwa kaum muslimin. Karena mereka
yakin bahwasanya kebenaran tak akan pernah bisa terkalahkan oleh kebatilan,
jikalau timbul kebutuhan akan kebenaran itu sendiri di kalangan umat islam.
Dan satu hal lagi, dakwah bukan saja kewajiban para ulama, melainkan
kewajiban bagi setiap kaum muslimin. Bukan hanya milik para umaro,
melainkan harus adanya kerja sama dari berbagai kalangan untuk mensukseskan
dakwah islamiyyah ini. Sehingga, di akhir zaman kelak kemenangan islam
benar-benar bisa dirasakan.
Begitu pesat perjalanan dakwah yang telah dilakukan oleh kaum
muslimin, dan begitu banyak pula hambatan yang menerpa proses dakwah itu
sendiri. Tidak hanya dulu, bahkan sekarang pun banyak hambatan yang
menerjang umat islam untuk menyampaikan risalah islam yang kaafah.
Banyaknya para penentang dakwah islam, jangan kita jadikan sebagai
penghalang bagi kesuksesan dakwah kita melainkan harus kita jadikan sebagai
media atau alat untuk meningkatkan ghiroh perjuangan dakwah yang kita
lakukan.
Hikmah sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain, dengan
persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshardapat
memberikan rasa aman dan tentram, persatuan dan saling menghormati antar
agama, menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah,
yang kaya dan miskin, emahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut
aturan Allah swt, memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin
hubungan dengan Allah swt dan antara manusia dengan manusia, Kita
mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia
maupun di akhirat, menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama
Islam dan terciptanya hubungan yang kondusif.

Daftar Pustaka
http://waralovelygaze.blogspot.com › ...
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH DAN MADINAH

Anda mungkin juga menyukai