Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM DI MASA RASULULLAH

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

2022

KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah,

Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya kepada kami berupa kesehatan dan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa sholawat serta
salam kami haturkan kepada nabi kita Muhammad SAW, semoga kelak kita
mendapat syafaatnya di hari akhir. Amiinn ya Robbal Alamin.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Zeid B.


Smeer, Lc, M.A sebagai dosen pengampu mata kuliah Studi al-Qur’an dan Hadits
yang telah membimbing kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASBABUL NUZUL” dengan lancar dan tepat waktu. Harapan kami
sebagai penyusun, dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca
untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, sehingga dalam


penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnan makalah ini, dan kami jadikan sebagai pelajaran dalam menulis
makalah untuk kedepannya. Terima kasih

Malang, 17 September 2022

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah peradaban Islam di zaman Rasulullah?
C. Tujuan
1. Untuk sejarah peradaban Islam di zaman Rasulullah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fase Kelahiran Rasulullah

B. Fase Diutusnya Rasulullah


Proses diutusnya Nabi Muhammad menjadi Rasul itu dibagi menjadi dua
fase, yaitu:
1) Fase Makkah
Pada usia 40 tahun Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul dengan
bukti diturukannya surah al-‘Alaq ayat 1-5 di Gua Hira. Melalui malaikat
jibril Allah mengutus Nabi saw. menjadi seorang khalifah di muka bumi
ini untuk membimbing dan mengajarkan agama rahmatal lil ‘alamin.
Dalam menyebarkan agama Islam, beliau berdakwah dengan dua cara,
yaitu:
1. Berdakwah secara sembunyi-sembunyi
Cara ini dilatarbelakang karena pada saat itu penduduk
Makkah menyembah berhala dan beranggapan patung-patung
tersebut suci. Dengan itu, cara ini paling aman dan bijaksana dalam
membuat perubahan di Makkah.
Untuk menjalankan misinya, beliau mulai mengenalkan
Islam kepada keluarga, kerabat, sahabat-sahabat, dan orang yang
mengenal beliau. Karena mereka pasti sudah paham dan mengenal
kepribadian beliau dengan itu mereka lebih mudah menerima dan
merespon dengan baik apa yang Rasul dakwahkan. Kemudian,
orang-orang yang percaya apa yang disampaikan Rasul diberi gelar
as-Sabiqun al-Awwalun (orang-orang yang paling terdahulu dan
pertama masuk Islam), orang-orang tersebut diantara:
a. Khadijah binti Khuwailid (Istri beliau ummul mukmini)
b. Zaid bin Haritsah bin Syarahil, maula (mantak budak)
c. Ali bin Abi Thalib (sepupu beliau saw.)
d. Abu Bakar ash-Shiddiq, dengan kegigihan beliau dan
kepribadian beliau yang lemah lembut, disenangi,
luwes,suka berbuat baik, dan berbudi luhur, sehingga
banyak yang ikut masuk dan percaya akan ajaran Rasul.
Dan dengan itu Abu Bakar membantu untuk menyebarkan
agama Islam di kalangannya yang sering berinteraksi.
e. Utsman bin Affan al-Umawi
f. Az-Zubair bin al-Awwam al-Asadi
g. Abdurrahman bin Auf az-Zuhri
h. Sa’ad bin Abi Waqqash az-Zuhri
i. Thalhah bin Ubaidillah at-Taimi
j. Bilal bin Rabah al-Habasyi
k. Abu Ubaidah, dan masih banyak lagi.

Ibnu Hisyam menjumlahkan mereka lebih dari 40 orang dan


semua dari marga Quraisy. Mereka semua masuk Islam secara
sembunyi-sembunyi, begitu pula Rasulullah dalam mengajarkan
agama Islam. Dan setelah itu, Allah menurunkan wahyu surat al-
muddatsir, surat yang pendek-pendek ayatnya, berakhiran indah
dan kokoh, berintonasi menyejukkan, memikat, dan tertata suasana
yang lembut. Ayat tersebut membahas tentang penyucian diri,
mencela pengotoran dengan gemerlap dunia, dan melukiskan surga
dan neraka begitu jelas.

Dakwah ini dilakukan selama tiga tahun dengan sembunyi-


sembunyi dan bersifat individu. Dan selama Rasul melakukan
dakwah ini kaum Quraisy tidak mempermasalahkan hal ini, karena
mereka beranggapan bahwa Rasul tidak menyinggung agama atau
tuhan meraka. Setalah tiga thun, baru Allah menurunkan ayat
kepada Rasul untuk melakukan dakwah secara terang-terangan
(jahriyyah) dan menentang kebatialn serta menetarang berahala
mereka. Pada saat itu, kaum muslimin sudah memiliki fondasi
ukhuwwah dan ta’awun yang kuat, sehingga mereka sudah siap
untuk menyebarkan agama Islam dengan terang-terangan.

2. Berdakwah secara terang-terangan


Setelah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi,
beliau diperintahkan Allah untuk melakukan dakwah secara terang-
terangan. Beliau memulai dari keluarga besarnya, Abu Lahab
paman beliau menentang apa yang Rasul sampaikan, sehingga Abu
Lahab menyuruh Rasul untuk meninggalkan agama barunya. Akan
tetapi, beda dengan paman satunya yaitu Abu Thalib, beliau paman
yang membantu, mempercayai, dan siap menjadi garda terdepan
untuk melindunginya. Dengan semangat itu, Rasul menyeru
kepada Bani Fihr, Bani ‘Adi untuk berkumpul di Bukit Shafa. Di
sana Rasulullah menjelaskan tentang agama Islam, sebagian dari
mereka percaya, dan ada juga yang tida mempercayainya, seperti
Abu Lahab sehingga pada saat itu turunlah surah al-Lahab:1.
Kemudian turunlah surah al-Hajr: 94 yang artinya “maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah daroi orang-orang
yang musyrik.” Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan
Rasul untuk secra aterang-terang di berkumpulnya kaum musyrik
bahkan Rasulullah secara terang-terangan melakukan shalat di
halaman Ka’bah, dan hal ini menarik beberapa orang unutk masuk
dalam agama Islam. Akna tetapi, hal itu menyababkan konflik
antar anggota keluarga yang mualaf dan musyrikin. Hal ini
menyebabkan kaum Quraisy gerah dan menyakitkan mereka.
Setelah itu, mulai bermunculan pemikiran-pemikiran untuk
mencegah dakwah Nabi saw. bahkan mereka menuduh Rasulullah
sebagai penyihir, pembohong, gila, dan parahnya mereka
meludahi, serta melempari batu kepada badan beliau. Dengan
kesabarannya, beliau tidak mengijinkan malaikat Jibril
mengangakat gunung untuk kaum Quraisy. Walaupun Rasul sudah
mendapatkan cacian, dan perlakuan yang tidak baik, ketika dari
salah satu pencaci atau pembenci Rasul yang sakit beliau
mencarinya, dan beliau berkunjung kerumahnya untuk
menjeguknya.
Adapun faktor yang menyebabkan kaum Quraisy
menentang ajaran Nabi saw.,1 diantarnya:
a. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasan yang panten
pada bangsa arab.
b. Penjual patung beranggapan Islam penghalang rezeki.
c. Nabi saw. menyeru kepada hak bangsawan kepada budak.
2) Fase Madinah
Sebelum Islam masuk di Madinah, kota ini bernama
Yastrib yang memiliki dua suku bangsa yaitu Arab dan Yahudi,
kedua suku tersebut saling bermusuhan faktor perdagangan. Pada
saat itu kegiatan dagang dikuasai oleh kaum Yahudi, karena
mereka menggunakan siasat untuk memecah belah kaum Arab
yaitu suku Aus dan Khazraj. Dan itu menghasilkan keberuntungan
untuk kaum Yahudi karena mereka bisa merebut kembali posisi

1
113 artikel
kuat dibidang ekonomi. Peperangan antara suku Aus dan Khazraj
dinamakan perang Bu’as yang terjadi pada tahun 618 M. Setelah
itu, mereka sadar akibat dari permusuhan mereka, dan keduanya
berdamai.
Suku Khazraj pergi ke Makkah dan pada saat itu Nabi saw.
mengunjuingi kemah mereka. Di sana beliau memperkenalkan
Islam dan mengajak mereka untuk bertauhid kepada Allah SWT.
Dan mereka menerima dan berjanji akan menyebarkan Islam di
Yastrib, dikarenakan sebelumnya mereka sudah mendengar ajaran
taurat dari kaum Yahudi dan hal itu tidak asing bagi mereka.
Kondisi di Madinah sangat berbeda jika dibandingkan
dengan kota Makkah, karena penduduk di Madinah lebih merespon
dengan baik apa yang disampaikan Rasulullah. Di kota ini, Nabi
saw.dan Islam sudah dikenal sebelum Rasulullah ke sana, karena
suku Khazraj sudah menyebarkan Islam di sana.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, agama Islam
berkembang dengan baik karena penduduk Yastrib berhaji ke
Makkah. Kemudian, Rasulullah memperintahkan para sahabat
untuk pindah ke Madinah dalam kurun waktu dua bulan dengan
jumlah 150 orang sudah meninggalkan kota Makkah untuk mencari
perlindungan di Yastrib.
Kabar bahwa Islam semakin berkembang sudah sampai
ketelinga kaum Quraisy , sehingga membuat gelisah dan khawatir.
Kemudian, mereka memikirkan bagaimana cara memberhentikan
dakwah beliau. Karena jika dibiarkan mereka takut akan
mengalami kehancuran bukan hanay dibidang agama saja, tapi
dibidang ekonomi juga karena Yastrib bekerjasama antara Makkah
dan Syam dalam apek perniagaan.
Dan menurut mereka jalan satu-satunya untuk
memberhentikan dakwah Nabi saw. adalah membunuhnya. Akan
tetapi, mereka bingung bagaimana caranya dan pasti keluarga tidak
tinggal diam, bahkan mereka akan membalasa siapa yang telah
membunuh Rasulullah. Kemudian Abu Lahab mengungkapkan
pendapatnya bagaimana masing-masing kabilah harus memilih
seorng pemuda yang akan membunuh bersama-sama. Dengan itu
semua kabilah bertanggungjawab atas kematian Nabi saw.
Pada malam harinya, Nabi saw. mengajak Abu Bakar untuk
hijrah ke Yastrib, karena beliau sudah tahu apa yang akan terjadi.
Dan beliau memerintah Ali bin Abi Thalib menepati tempat tidur
beliau, agar kaum musyrikin tahu bahwa beliau tidur. Dan mereka
tahu bahwa yang tidur bukan Nabi saw. akan tetapi Ali bin Abi
Thalib.
Pada malam 27 Shafar tahun ke-14 dari kenabian atau 12
September 622 M,2 Nabi saw hijrah dari Makkah ke Madinah
bertujuan untuk menyebarkan agama Islam menjadi lebih pesat.
Selama 13 tahun berdakwah di Makkah beliau sudah ssering
mengalami pertentangan, permusuhan, celaan, dan kekerasan.
Akan tetapi, di kota Madinah ini masyarakatnya lebih menrima
ajaran Rasulullah. Karena itu Islam lebih pesat di Madinah.
Peradapan atau kebudayaan pada masa Rasulullah saw.
yang paling dahsyat adalah perubahan sosial. Suatu perubahan
mendasar dari kobobrokan moral (jahiliyah) menuju moralitas
yang beradab. Menurut Ahmad Al-Husairy dalam karyanya, bahwa
kebudayaan masa Nabi saw. dilandasi dengan asas-asas yang
diciptakan beliau dan di bawah bimbingan Allah,3 diantarnya
sebagai berikut:
a) Perkembangan Masjid Nabawi
Sebelum masjid Nabawi dibangun, Rasulullah
menunggangi unta dan unta beliau berhenti disatu
titik. Dan kemudian Rasulullah membangun masjid
Nabawi ditempat tersebut. dalam proses
pembangunan beliau ikut serta dalam memindahkan
dan mengangkat batu-batu. Pada saat itu kiblat
2
116
3
116
dihadapkan di Baitul Maqdis. Dan masjid ini selesai
pada bulan Syawal bertepatan Rasulullah menikahi
Aisyah. Pada saat itu juga, Yastrib dikenal dengan
Madinatur Rasul atau Madinah Al-Munawwarah.
Fungsi masjid pada saat itu bukan hanya sebagai
tempat ibadah, akan tetapi sebagai tempat belajar,
memutuskan perkara, muamalah, dan perayaan.
b) Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Ansar
Dalam hal ini, Rasulullah mengukuhkan ikatan
persaudaraan antara dua golongan dan
mempersatukan kembali. Bahkan sekarang kedua
golongan tersebut, bagaikan saudara kandung yang
saling membantu dan apa yang dimiliki Ansar akan
disediakan penuh untuk Muhajirin.
c) Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum
Islam dan non-Islam
Di Madinah terdapat tiga golongan yaitu kaum
Muslimin, non Muslimin, orang-orang arab, dan
orang Yahudi. Di sini Rasulullah menerapkan
toleransi, menjaga keamanan, kedamian, dan saling
membantu.
d) Peletakan asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial

Rasulullah adalah kepala negara bagi penduduk


Madinah.4 Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam
semakin kuat. Setelah itu, Rasulullah membangun
kesatuan internal dengan mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Ansar agar tidak terjadi konflik seperti,
kaum Aus dan Khazraj. Karena menurut beliau langkah
ini sangat tepat untuk meredam keretakan sosial yang
ditimbulkan oleh kaum Yahudi.
4
118
Setelah itu, Rasulullah membentuk sistem politik
baru dan mempersatukan seluruh masyarkat Madinah,
supaya fondasi yang akan dibangun lebih kuat. Beliau
dan para elemennya membuat Piagama Madinah atau
konstitusi yang disebut UUDNI yang pertama yang
bertujuan untuk mengatur berjalannya sistem politik
dan sosial masyarakat pada waktu itu. Sejarah mencatat,
Islam telah mengenalkan sistme kehidupan masyarkat
majemuk (kebhinekaan) melalui Piagam ini. Piagam ini
menjelaskan bagaimana menciptakan masyarkat yang
adil, terbuka, demokratis, negara ideal, dan bertanggung
jawab sosial-politik. Hal ini terjadi setelah dua tahun
Rasulullah hijrah ke Madinah.

Anda mungkin juga menyukai