Anda di halaman 1dari 7

PROSES PEWARISAN AJARAN ISLAM DARI RASULULLAH HINGGA

SEKARANG

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Aswaja
Dosen Pengampu: Achmad Faisol S.Pd.I., M.Pd.I

Oleh :
Windy Setyawan 2103403031097
Dicto Fiqrislam Akbar 2103403031…

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
SEPTEMBER 2021
BAB I

PENDAHULUAN

Persebaran Islam di dunia cukuplah besar, berdasarkan riset Pew Research Center
2017 yang dirilis majalah BBC memperkirakan Islam akan menjadi agama dengan populasi
terbanyak pada 2075.1 Hal ini menunjukkan proses Islamisasi terus berjalan dan proses ini
seharusnya sudah terjadi sejak lama. Jika melihat kembali sejarah, maka hal ini tidak luput
dari perjuangan rasulullah dalam berdakwah dan menyiarkan agama Islam. Begitupun para
pembesar Islam yang telah melakukan berbagai ekspansi dan mengirim utusan untuk
menyebarkan agama Allah ini.
Proses pewarisan ajaran islam berlangsung dari waktu ke waktu, dengan berbagai
agen-agennya, yakni para sahabat yang meneruskan amanah penyebaran ajaran islam di Arab
dan melebar ke seluruh dunia hingga sampai di Indonesia dan dikembangkan oleh para
ulama/Wali. Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan proses pewarisan ajaran islam dari
jaman rasulullah, para sahabat hingga ulama/wali yang berperan penting dalam penyebaran
ajaran islam di Indonesia.

1
https://www.bbc.com/majalah-39510081
BAB II
PEMBAHASAN
A. Langkah Rasulullah dalam Pewarisan Ajaran Islam
Dakwah Islam tidak dapat memutuskan hubungan dengan Nabi Muhammad SAW
sebagai rujukan untuk melakukan dakwah. Sejarah hidup dan perjuangan Nabi Muhammad
SAW merupakan contoh terbaik bagi keidupan bermasyarakat.
Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwah Islam menggunakan berbagai
macam metode antara lain: metode sembunyi-sembunyi, dakwah secara terbuka, politik
pemerintahan, surat-menyurat, peperangan, pendidikan dan pengajaran agama. 2 Metode ini
adalah bagian metode dakwah Nabi Muhammad SAW dalam mengemban misi dakwah di
Makkah dan Madinah.
a) Fase Mekkah
Fanatisme bangsa quraisy terhadap agama nenek moyang telah membuat Islam sulit
berkembang di Mekkah walaupun Nabi Muhammad sendiri berasal dari suku yang sama.
Kebijakan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan
kepemimpinannya bukan kenabiannya. Implikasinya, dakwah dengan strategi politik yang
memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial
(egalitarisme) lebih tepat dibandingkan oleh aspek kenabiannya dengan melaksanakan
tabligh.3 Ada dua cara dakwah Rasulullah yaitu:
1) Dakwah Secara Diam-Diam
Dengan turunnya perintah untuk menyebarkan ajaran Islam oleh Allah SWT
Rasulullah mulai berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam
di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya. Karena itulah, orang pertama
yang menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat. Seorang demi seorang
diajak agar mau meninggalkan agama menyembah berhala dan hanya mau
menyembah Allah yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan itu berhasil. Orang-orang
yang mula-mula beriman adalah:
1. Istri beliau sendiri, Khadijah;
2. Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Haris;
3. Dari kalangan budak, Blal;
4. Orang tua/tokoh masyarakat,Abu Bakar Al-Shiddiq.4
2
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: al_Ikhlas,1983), hal. 151-158.
3
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hal.
12-13
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) Hal. 19
Setelah Abu Bakar masuk islam, banyak orang-orang yang mengikuti untuk
masuk agama islam. Orang-orang ini terkenal dengan julukan Al-Sabiqun al-
awwalun, orang yang terdahulu masuk islam, seperti: Utsman Ibn Affan, Zubair Ibn
Awwam, Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah binti khathab, Arqam Ibn Abd. Al Arqam,
dan lain-lain. Mereka itu mendapat agama islam langsung dari Rasulullah sendiri.
(Samsul Munir Amin, 2010,66)

2) Dakwah Secara Terbuka


Setelah beberapa lama berdakwa secara individual turunlah perintah agar Nabi
menjalankan dakwa secara terbuka dan langkah berikutnya ialah berdakwa secara
umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada islam secara terang-
terangan. Setelah dakwa terang-terangan itu, pemimpin quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwa Rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi semakin
keras tantangan yang dilancarkan kaum quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima
faktor yang mendorong kekuasaan orang-orang quraisy menentang seruan islam
ialah:
a. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dengan kekuasaan.
b. Nabi muhammad menyeruh kepada hak bangsawan dengan hambah sahaya.
c. Para quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat.
d. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasan yang berurat berakar pada bangsa
arab.
e. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempu para pemimpin quraisy untuk mencegah dakwa Nabi
Muhammad dari cara diplomatik disertai bujuk rayu hingga tindakan kekerasan di
lancarkan untuk menghentikan dakwa Nabi. Namun Nabi Muhammad tetap pada
pendirian untuk menyiarkan agama islam. (Badri Yatim: 20-21)
b) Fase Madinah
Penduduk Yatsrib (Madinah) sebelum islam terdiri dari dua suku bangsa yaitu Arab
dan Yahudi yang keduanya ini saling bermusuhan. Karena kegiatan dagang di Yastrib
dikuasai atau berada di bawah kekuasaan yahudi. Waktu permusuhan dan kebencian antara
kaum yahudi dan arab semakin tajam, kaum yahudi melakukan siasat memecah belah dengan
melakukan intrik dan menyebarkan permusuhan dan kebencian diantara suku Aus dan
Khazraj. Siasat ini berhasil dengan baik dan mereka merebut kembali posisi kuat terutama
dibidang ekonomi. Bahkan siasat yahudi itu mendorong suku khazraj bersekutu dengan bani
qainuqah (yahudi), sedangkan suku aus bersekutu dengan bani quraizah dan bani nadir.
Klimaks dari permusuhan dua suku tersebut adalah perang Bu’as pada tahun 618 M sesuai
perang baik kaum aus maupun khazraj menyadari akibat dari permusuhan mereka sehingga
mereka berdamai.
Setelah kedua suku berdamai dan suku khazraj pergi ke mekkah, dan setelah di
mekkah Nabi Muhammad Saw menemui rombongan mereka pada sebuah kemah. Beliau
memperkenalkan islam dan mengajak mereka agar bertauhid kepada Allah SWT karena
sebelumnya mereka telah mendengar ajaran taurat dari kaum yahudi dan mereka tidak merasa
asing lagi dengan ajaran Nabi maka mereka menyatakan masuk islam dan berjanji akan
mengajak penduduk Yastrib masuk islam. Setibanya di Yastrib mereka bercerita kepada
penduduk tentang Nabi Muhammad Saw, dan agama yang dibawanya serta mengajak mereka
masuk islam. Sejak itu nama Nabi dan Islam menjadi bahan pembicaraan masyarakat Arab di
Yastrib.
Setelah peristiwa Isra dan Mi’raj ada suatu perkembangan besar bagi kemajuan
dakwah islam. Perkembangan datang dari sejumlah penduduk Yastrib (Madinah) yang
berhaji ke Mekkah. Mereka yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Gejala-gejala
kemenangan di Yastrib (Madinah) telah didepan mata Nabi menyuruh para sahabatnya untuk
berpindah kesana. Dalam waktu dua bulan hampir semua kaum muslimin kurang lebih 150
orang telah meninggalkan kota mekkah untuk mencari perlindungan kepada kaum muslimin
yang baru masuk di Yastrib. (Ira. M. Lapidus: 1999, 38)
Kaum Quraisy sangat terperanjat sekali setelah mereka mengetahui bahwa Nabi
mengadakan perjanjian dengan kaum Yastrib sehingga mereka khawatir kalau Muhammad
dapat bergabung dengan pengikut-pengikutnya di Madinah dan dapat membuat markas yang
kuat di sana. Kalau demikian terjadi, maka soalnya bukan hanya mengenai soal agama
semata-mata, tetapi juga menyinggung soal ekonomi yang mungkin saja mengakibatkan
kehancuran perniagaan dan kerobohan rumah tangga mereka karena kota Yastrib terletak
pada lin perniagaan mereka antara Mekkah dengan Syam.

B. Langkah Para Sahabat dalam Pewarisan Ajaran Islam


C. Langkah para Ulama/Wali dalam Pewarisan Ajaran Islam

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pemahaman umat terhadap islam harus melalui al-Qur’an, hadits, maupun ijtihad.
Teks al-Qur’an yang secara global memerlukan penjelasan dari hadits. Alquran menempati
posisi pertama. Kemudian di susul sunnah atau hadis dan ijtihad. Jika melihat begitu luas dan
persuasifnya Alquran dalam menuntun manusia, menjadikannya sebagai kitab utama dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
Selain al-Qur’an dan hadits, dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul
di tengah umat muslim seiring berjalannya waktu, juga perlu ditopang ijtihad sebagai sumber
pengembangan hukum Islam. Namun yang harus menjadi catatan bahwa tidak setiap individu
mampu melakukan ijtihad atau melakukan konsesnsus, selain mereka yang memiliki otoritas
keilmuan dibidangnya.
DAFTAR RUJUKAN

Anda mungkin juga menyukai