Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERJUANGAN RASULULLAH

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
KELOMPOK 2
NUR ANNISA APRIANI
SYAMSANI PASYA
NURUL APIDAH
NUR FADILAH
PUTRI
RISWALDI
SRI FEBRIANI

SMA NEGERI 4 TAKALAR


TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Masa Kejayaan Islam ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran PAI (Pendidikan
Agama Islam). Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah Masa Kejayaan Islam ini. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Masa Kejayaan Islam ini sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Masa Kejayaan
Islam ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Lahirnya Islam Dan Perjuangan Nabi Muhammad Saw
1. Respons masyarakat Makkah terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW
2. Langkah – langkah kafir Quraisy untuk menghadang dakwah Nabi
3. Hijrah ke Habsyi ( Ethiopia )
4. Hijrah ke Habsyi yang kedua
5. Isra dan Mikraj
6. Penaklukan Kota Mekah (Fathul Makkah)
B. Periode Khulafaurrosyidin
C. Periode Klasik
D. Tokoh Tokoh Pada Masa Kejayaan Islam
1. Ibnu Rusyd (520-595 H)
2. Al-Ghazali (450-505 H)
3. AI-Kindi (805-873 M)
4. AI -Farabi (872-950 M)
5. Ibnu Sina (980-1037 M)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang sejarawan Barat, Jacques C. Reister, menyatakan bahwa selama lima
ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatan, ilmu pengetahuan, dan
peradaban yang sangat tinggi. Seorang sejarawan dari Scotlandia Montgomery
Watt juga memberikan pernyataan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh
proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi
dinamonya, Barat bukanlah apa-apa.
Barack Obama, mantan presiden Amerika memberikan pernyataan bahwa
Peradaban yang berkembang saat ini berutang besar pada Islam. Beberapa
pernyataan tersebut menggambarkan bahwa siapa pun sesungguhnya tak akan
bisa mengelak untuk mengakui keagungan peradaban Islam pada masa lalu.
Sumbangsih peradaban Islam bagi dunia, termasuk dunia Barat denyutnya masih
terasa hingga hari ini. Meski banyak ditutup-tutupi, pengaruh peradaban Islam
terhadap kemajuan Barat saat ini tetaplah nyata.
Dengan mengenang kembali masa-masa kejayaan dulu, diharapkan umat Islam
akan mampu melihat kembali kebesaran peradaban Islam masa lalu sekaligus
mengembalikan potensi untuk hadir pada masa kini dan masa yang akan datang
untuk yang kedua kalinya. Selain meretrospeksi keagungan peradaban Islam masa
lalu, diharapkan ada upaya untuk memproyeksi sekaligus merekonstruksi kembali
masa depan peradaban Islam. Peradaban Barat yang berkembang saat ini,
sesungguhnya sudah mulai tampak kerapuhan dan tanda-tanda kemundurannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perjuangan Nabi Muhammad SAW dan memperjuangkan dan
mendakwahkan Islam?
2. Apa faktor yang menyebabkan islam berkembang pada masa kejayaan?
3. Siapa saja tokoh Tokoh yang berpengaruh pada masa kejayaan Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perjuangan Nabi Muhammad SAW dan memperjuangkan
dan mendakwahkan Islam
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menyebabkan islam berkembang pada
masa kejayaan
3. Untuk mengetahui tokoh Tokoh yang berpengaruh pada masa kejayaan Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lahirnya Islam Dan Perjuangan Nabi Muhammad Saw


Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang sangat
mundur. Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan yang lain
merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah ketika itu merupakan
tempat suci bagi bangsa Arab. karena di tempat tersebut terdapat berhala-berhala
agama mereka dan juga terdapat Sumur Zamzam dan yang paling penting adalah
Ka'bah.

1. Respons masyarakat Makkah terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW


Dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW baik secara diam – diam maupun terang
– terangan menjadi perhatian dan perbincangan serius di kalangan masyarakat
Makkah. Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa ajaran yang di bawa
oleh Nabi Muhammad SAW tidak mempunyai dasar dan tujuan yang jelas. Oleh
karena itu mereka tidak peduli dan menentang habis – habisan hingga Islam
lenyap dari Makkah, mereka menghina, mendzolimi, dan mengancam akan
membunuh Nabi dan para pengikutnya.
Dalam menghadapi tanggapan yang tidak menyenangkan dan rintangan yang
tidak ringan ini, Rasulullah SAW tetap terus berda`wah tanpa ada rasa takut dan
gentar, meskipun beliau bertaruh nyawa.

2. Langkah – langkah kafir Quraisy untuk menghadang dakwah Nabi


1) Memfitnah Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan Muhammad gila,
Muhammad pembohong dan ajaran yang dibawanya sesat, dll.
2) Menghasut serta mengancam Abi Tholib apabila ia tidak bisa menghentikan
da`wah Nabi. Kemudian pada suatu ketika Abi Tholib membujuk Nabi
Muhammad SAW agar bersedia menghentikan kegiatan da`wahnya, karena
banyak tokoh Quraisy yang mengancamnya bila ia tidak berhasil membujuk Nabi
untuk menghentikan da`wahnya. Namun, permohonan pamannya itu tidak
dikabulkan.
3) Pendekatan melalui jalur kekeluargaan, Abu Jahal dan Abu Sufyan sebagai
perwakilan dari keluarga mendatangi Abi Tholib, mereka berkata kepadanya :”
Hai Abi Tholib kamu sudah tua, kamu harus menjaga dirimu jangan membela
Muhammad, jika hal ini kamu lakukan terus, maka keluarga kita akan terpecah
belah”. Tapi langkah ini tidak membuahkan hasil, lantaran tekad Muhammad
begitu kuat, meskipun beliau harus bertaruh nyawa.
4) Membujuk dan menawarkan pemuda yang sebaya dengan Muhammad yang
bernama Amrah ibnu Walid. Mereka berkata :” Wahai Abu Tholib, Muhammad
saya tukar dengan pemuda ini, periharalah orang ini dan serahkan Muhammad
kepada kami untuk kami bunuh”. Mendengar tawaran yang menghina ini, Abi
Tholib marah seraya berkata dengan lantang :” Wahai orang – orang kasar,
silahkan kalian mau berbuat apa saja, aku tidak akan takut”. Lalu, Abi Tholib
mengundang keluarga Bani Hasyim untuk memohon bantuan dan ikut menjaga
Muhammad dari ancaman dan penganiayaan kaum Quraisy.
5) Para tokoh Quraisy mengutus kepada Utbah Ibnu Robi`ah untuk menemui
Muhammad, dengan menawarkan beberapa pilihan, ia berkata kepada Nabi “
Wahai Muhammad bila kamu menginginkan harta kekayaan, saya sanggup
menyediakannya, bila menginginkan pangkat, maka saya sanggup mengangkatmu
menjadi raja, dan bila menginginkan wanita cantik, maka aku sanggup
mencarikannya”. Mendengar tawaran itu Nabi menjawab dengan tegas melalui
Surah As – Sajdah ayat 1 – 37. Mendengar jawaban dari Nabi, maka Utbah
tertunduk merasa malu dan dalam hati kecilnya membenarkan ajaran Islam dan
dia masuk Islam, kemudian dia pulang kekaumnya seraya mengajak kepada
kaumnya untuk memeluk agama Islam.
6) Diplomasi dan negosiasi Setelah upaya paksa dan bujuk rayu tidak berhasil
sementara umat Islam semakin berkembang, maka para tokoh quraisy mengajak
diplomasi dan negosiasi dengan Nabi. Mereka berkata :” Wahai Muhammad
hendaknya kau menyembah tuhannya orang – orang quraisy dan orang – orang
quraisy menyembah tuhanmu”. Atas kejadian ini maka turunlah Surah Al Kafirun
: “ 1) Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!. 2) aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah, 3) dan kamu bukan penyembah Tuhan yang
aku sembah, 4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6)
Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”.
Setelah permohonan untuk saling menyembah Tuhan tidak di terima, maka
mereka mengajukan permohonan yang lain, yaitu : agar Muhammad mau
mengganti Qur`an yang ada itu dengan Qur`an yang lain. Maka turunlah ayat 15
Surah Yunus :
Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya atas
kemauanku sendiri. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Aku
benar-benar takut akan azab hari yang besar (Kiamat) jika mendurhakai
Tuhanku.”
Pemboikotan terhadap Nabi dan Umat Islam Kegagalan kaum Quraisy dalam
membujuk Nabi untuk meninggalkan da`wahnya justru membuat posisi umat
Islam di Makkah semakin kuat. Menguatnya posisi umat Islam, membuat kaum
quraisy semakin kejam dan tidak manusiawi. Mereka menempuh cara – cara baru
untuk melumpuhkan kekuatan Nabi Muhammad SAW yang bersandar pada
perlindungan Bani Hasyim. Mereka membuat piagam pemboikotan untuk
memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim.

3. Hijrah ke Habsyi ( Ethiopia )


yang pertama Penganiayaan dan penyiksaan oleh kaum Quraisy terhadap umat
Islam yang di luar batas perikemanusiaan membuat Nabi Muhammad SAW tidak
tahan untuk melihatnya. Maka akhirnya Nabi Muhammad SAW menganjurkan
kepada para shohabatnya untuk hijrah / mengungsi ke Habsyi. Anjuran tersebut di
tanggapi secara positif oleh para shohabatnya. Dan kemudian berangkatlah
mereka ke Habsyi dengan jumlah 11 orang laki – laki dan 4 orang wanita. Lalu, di
susul oleh rombongan yang kedua hingga mencapai 70 orang. Kedatangan umat
Islam ke Habsyi di sambut baik oleh Raja Nejus / Najasi, bahkan mereka di
ijinkan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan yang mereka anut.
4. Hijrah ke Habsyi yang kedua
Umat Islam yang hijroh ke Habsyi gelombang pertama berlangsung selama 2
bulan, setelah itu mereka kembali ke Makkah lagi. Melihat keberhasilan umat
Islam bertahan dan mendapat perlindungan di Habsyi serta jumlah umat Islam di
Makkah semakin bertambah banyak, maka kaum Quraisy semakin geram dan
semakin meningkatkan penganiayaan terhadap umat Islam.
Oleh karena itu, Nabi menyarankan kepada umat Islam untuk hijroh ke Habsyi
yang kedua. Hijroh yang kedua ini diikuti oleh 101 orang diantaranya terdapat 18
orang wanita dan dipimpin oleh Ja`far bin Abi Tholib.
Hijroh yang kedua ini masih mendapat sambutan hangat dari Raja Nejus.
Kebaikan Raja Nejus ini membuat marah orang – orang Quraisy. Mereka
mengutus `Amr bin `Ash dan Abdullah bin Robi`ah menghadap Raja Nejus untuk
menghasutnya agar tidak memperlakukan kebaikan terhadap umat Islam dan agar
mengembalikan mereka ke Makkah. Menanggapi hasutan tersebut Raja Nejus
bersikap hati – hati, kemudian Raja memanggil perwakilan umat Islam untuk
dimintai penjelasan apa yang sesungguhnya terjadi, lantas Ja`far bin Abi Tholib
bertindak sebagai wakil dan juru bicara umat Islam untuk memberi penjelasan
sesuatu yang sesungguhnya terjadi ( tentang Islam ) dengan membaca Surah
Maryam dari awal sampai ayat ke 33.
Mendengar penjelasan tersebut akhirnya Raja Nejus masuk Islam berikut para
pembesar kerajaan dan para pendetanya. Atas peristiwa ini maka turunlah ayat 82
Surah Al Maidah, artinya : “Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi
dan orang-orang musyrik. Dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” Yang demikian itu karena
di antara mereka terdapat para pendeta dan para rahib, (juga) karena mereka tidak
menyombongkan diri”. Tidak lama dari peristiwa ini meninggallah Raja Nejus
dan setelah Malaikat Jibril memberitahu kepada Nabi Muhammad SAW, maka
beliau menyolati janazah secara ghoib. Dan inilah awal mula sholat janazah bil
ghoib. Hijrah dan Misi ke Thoif Pada tahun ke 10 dari kenabian di kenal dengan
tahun duka ( ‫ )عَا ُم ْالح ُْز ِن‬karena pada tahun ini istrinya, Khotidjah dan pamannya,
Abu Tholib meninggal dalam waktu yang berdekatan ( +/- 1 bulan ).
Dengan meninggalnya kedua orang tersebut, maka kaum Quraisy semakin berani
mengganggu dan menyakiti Nabi. Karena penderitaan yang di alami Nabi
semakin berat, maka beliau dengan di dampingi oleh Zaid bin Kharitsah hijroh ke
Thoif untuk memohon bantuan dan perlindungan dari keluarganya yang ada di
kota itu, yaitu Kinanah yang bergelar Abu Jalail dan Mas`ud yang bergelar Abu
Kuhal. Mereka adalah para pembesar dan penguasa di Thoif. Harapan untuk
mendapat bantuan dan perlindungan dari keluarganya yang ada di Thoif ternyata
gagal dan hampa, karena mereka telah dihasut oleh Abu Jahal. Bahkan Nabi di
usir dan di hina dengan cara – cara yang tidak manusiawi, beliau dilempari batu
oleh para pemuda hingga luka dan berdarah.

5. Isra dan Mikraj


Setelah +/- 1 bulan di Thoif Nabi kembali ke Makkah, kaum Quraisy semakin
menjadi – jadi dan semakin meningkatkan penghinaan dan penganiayaannya.
Disaat menghadapi ujian yang maha berat dan tingkat perjuangan sudah pada
puncaknya ini, maka beliau diperintah oleh Allah untuk menjalankan Isra Mikraj
dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho dan Mikraj ke Sidrotil Muntaha untuk
melihat sebagian dari ayat – ayat Allah dan untuk bertemu dengan-Nya.

6. Penaklukan Kota Mekah (Fathul Makkah)


Pada tahun 622, Nabi Muhammad dan pengikutnya pindah dari Mekah ke
Madinah. Peristiwa ini dinamai Hijrah. Semenjak peristiwa itu dimulailah
Kalender Islam atau kalender Hijriyah.
Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad dengan
hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama
kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota
Mekah. Setelah Nabi Muhammad wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah
penguasaan Islam.
Awal bulan Dzulqa’dah tahun 6 Hijriyah, Nabi Muhammad beserta kaum
Muslimin datang ke Mekkah untuk menjalankan ibadah umroh. Mereka juga
membawa 10 ekor unta untuk dijadikan hewan kurban.
Kaum Muslimin sangat antusias dengan perjalanan umroh ini. Mereka tidak sabar
untuk kembali berpijak di kota kelahirannya, Mekkah.

Di tengah perjalanan, tepatnya di Hudaibiyah, kaum Muslimin diadang oleh kaum


Kafir Quraisy. Mereka menanyakan maksud kedatangan kaum Muslimin ke Kota
Mekkah.
Rasulullah pun mengatakan bahwa kedatangannya bersama pasukan kaum
Muslimin hanyalah untuk melaksanakan ibadah umroh dan menyembelih hewan
kurban. Namun kaum Quraisy tetap menolak kedatangan mereka dan tidak
memperbolehkannya melanjutkan perjalanan.
Melihat penolakan tersebut, Rasulullah akhirnya mengutus Utsman bin Affan
untuk menemui pimpinan Mekkah. Utsman diutus untuk menjelaskan maksud dan
tujuan kedatangan kaum Muslimin ke Mekkah. Namun para pimpinan Mekkah
tetap menolak kedatangan mereka.
Karena penolakan ini akhirnya Rasulullah mengusulkan sebuah perundingan.
Mereka sepakat dan perundingan pun dilaksanakan. Rasulullah maju sebagai
delegasi kaum Muslimin dan Suhayl bin Amr sebagai delegasi kaum Quraisy.

Perundingan yang berjalan sangat alot ini akhirnya menghasilkan kesepakatan.


Kesepakatan ini kemudian dikenal dengan Perjanjian Hudaibiyah. Adapun isi
perjanjian tersebut adalah:
Genjatan senjata antara kaum Muslim dan Quraisy Mekkah selama 10 tahun.
Jika ada yang datang kepada Muhammad tanpa seizin keluarganya, maka ia harus
dikembalikan. Tapi jika ada yang datang kepada kaum Quraisy, maka dia tidak
akan dikembalikan.
Dibebaskan kepada seluruh kalangan yang ada di Arab untuk menjalani
kerjasama dengan kaum Muslim dan Quraisy.
Pada tahun tersebut kaum Muslimin belum diperbolehkan memasuki Mekkah.
Kaum Muslimin diizinkan untuk memasuki Mekkah di tahun berikutnya selama
tiga hari dan hanya boleh bersenjatakan pedang tanpa dihunus.

Perjanjian hudaibiyah ini diyakini kaum Muslim sebagai langkah awal untuk
kembali menguasai Kota Mekkah. Harapan mereka untuk menyebarkan agama
Islam di sana pun kembali tumbuh.
Mengutip dari buku Mekkah: kota suci, kekuasaan, dan teladan Ibrahim, ada dua
faktor yang mendorong kaum Muslim untuk menguasai Mekkah. Pertama adalah
kepemimpinan Mekkah yang mulai rapuh. Kedua, jumlah pengikut Islam yang
mulai bertambah. Dua faktor ini membuat rasa optimistis di dalam diri kaum
Muslimin bertambah dan kembali semangat memperjuangkan Islam.
Singkat cerita, setelah 20 hari menjalankan ibadah umroh di Mekkah, akhirnya
Rasulullah dan para sahabat kembali ke Madinah. Semua berjalan seperti semula,
sampai datang kabar dari Mekkah bahwa kaum Quraisy melanggar perjanjian
yang telah disepakati.
Suku Bakr dibantu oleh kaum Quraisy Mekkah melakukan penyergapan kepada
suku Khuzaah. Bahkan mereka membunuh salah satu tokoh Muslim dari suku
Khuzaah.

Pelanggaran yang dilakukan itu membuat Rasulullah geram dan memutuskan


untuk menyerbu Kota Mekkah. Kaum quraisy yang menyadari pelanggaran
tersebut akhirnya mengutus Abu Sufyan ke Madinah untuk melakukan diplomasi.
Abu Sufyan bahkan menemui beberapa sahabat Rasulullah seperti Ali bin Abi
Thalib dan Utsman bin Affan. Namun kaum Muslimin tidak menghiraukannya.
Karena putus asa tidak bisa melakukan diplomasi dengan kaum Muslimin, Abu
Sufyan pun kembali ke Mekkah.
Rasulullah bersama pasukannya bersiap diri untuk memasuki Kota Mekkah.
Setelah bertahun-tahun jumlah pasukan Rasulullah semakin besar. Sebanyak 10
ribu pasukan siap datang ke Mekkah untuk melakukan pembebasan.
Rasulullah membagi pasukannya ke jalan yang berbeda. Ketika pasukan Muslim
menyerbu Mekkah, kaum Quraisy hanya bisa pasrah. Mereka tidak mampu
melawan pasukan Muslim yang sebesar itu.
Abu Sufyan dan pemimpin Mekkah lainnya menyerah kepada Rasulullah.
Akhirnya Rasulullah bersama pasukan Muslim pun menang dan berhasil
menguasai Mekkah tanpa pertumpahan darah.
Rasulullah mengampuni seluruh penduduk Mekkah dan melarang pasukannya
melakukan pertumpahan darah. Pada 17 Ramadhan tahun 8 Hijriyah, Mekkah
dibebaskan dari kaum Quraisy Mekkah. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai
Fathu Makkah.
Saat itu juga berhala-berhala di sekitar Ka’bah dihancurkan. Setelah Ka’bah
dibersihkan dari berhala, Rasulullah SAW mengutus Bilal bin Rabbah untuk
mengumandangkan azan pertama kalinya.

B. Periode Khulafaurrosyidin
Sepeninggalnya Muhammad, Abu Bakar, seorang sahabat terdekatnya, terpilih
sebagai khalifah (bahasa Arab: ‫ خليفة‬, translit. khalīfah, har. 'penerus') pertama.
Meskipun dalam kedudukan khalifah tetap ada aura otoritas agama, khalifah sama
sekali tidak mengakui kenabian.[13] Sejumlah kepala suku menolak untuk
melanjutkan perjanjian yang mereka buat dengan Muhammad kepada Abu Bakar,
sehingga mereka menahan pembayaran zakat dan beberapa justru mengaku
sebagai nabi.[13] Abu Bakar mempertahankan kekuasaannya melalui kampanye
militer yang sukses, dikenal dengan sebutan Perang Riddah, yang momentumnya
diteruskan ke wilayah Kekaisaran Romawi Timur dan Sasaniyah.[14] Di akhir
masa khalifah kedua, Umar, pasukan-pasukan Arab, yang jumlah barisan
perangnya semakin membengkak karena tambahan pemberontak yang kalah[15]
dan mantan pasukan pembantu kerajaan,[16] mengalahkan Syam dan Mesir, dua
provinsi Romawi Timur, sedangkan Sasaniyah kehilangan teritori barat mereka,
yang sisanya akan menyusul segera setelahnya.[13]
Umar memperbaiki administrasi imperium yang masih muda ini, memerintahkan
peningkatkan saluran irigasi dan ikut serta berperan dalam pembentukan kota-kata
seperti Basra. Dekat dengan orang-orang miskin, dia tinggal di sebuah pondok
tanah liat sederhana tanpa pintu dan berjalan mengelilingi jalanan setiap malam.
Setelah mencari keterangan dengan orang-orang miskin, Umar mendirikan
Baitulmal,[17][18][19] sebuah institusi kesejahteraan untuk kaum miskin,
berkebutuhan, lansia, yatim, janda, dan penyandang disabilitas yang Muslim dan
non-Muslim. Baitulmal beroperasi ratusan tahun di bawah Kekhalifahan Rasyidin
di abad ke-7 hingga ke periode Umayyah dan juga ke era Abbasiyah. Umar juga
mengenalkan pensiun untuk lansia dan tunjangan untuk anak.[20][21][22][23]
Ketika dia merasa bahwa seorang gubernur atau komandan menjadi terpikat pada
kekayaan atau tidak memenuhi standar administrasi yang dibutuhkan, dia
memindahnya dari jabatannya.[24] Ekspansi sebagian dihentikan antara 638 dan
639 selama tahun-tahun kelaparan di Semenanjung Arab dan wabah berat di
Syam, tetapi di akhir masa berkuasanya Umar, Suriah, Mesir, Mesopotamia, dan
sebagian besar Persia telah menjadi bagian dari negara Islam.

Bagian-bagian timur Kekaisaran Romawi Timur yang ditaklukkan oleh Arab


Populasi Yahudi lokal dan Kristen pribumi, yang tinggal sebagai minoritas agama
dan dibebani pajak (sementara Muslim membayar "Zakat") untuk membiayai
Perang-perang Romawi Timur dan Sasaniyah, sering membantu Muslim
mengambil alih tanah mereka dari Bizantium dan Persia, menghasilkan
penaklukan-penaklukan yang luar biasa kilat.[25][26] Seiring ditaklukkannya
area-area baru, mereka juga memanfaatkan perdagangan bebas dengan wilayah
lain di negara Islam yang tengah tumbuh tersebut, sementara, untuk mendukung
kegiatan komersial, pajak diterapkan pada kekayaan alih-alih perdagangan.[27]
Orang-orang muslim membayar zakat hartanya untuk diberikan kepada orang-
orang miskin. Sejak Piagam Madinah, naskah yang dibuat oleh Nabi Muhammad,
orang-orang Yahudi dan Kristen tetap menggunakan hukum dan hakim mereka
sendiri.[28][29][30] Untuk membantu perluasan negara yang cepat ini, sistem
pengumpulan pajak Romawi Timur dan Persia dipertahankan dan rakyat
membayar pajak per kapita yang lebih rendah dari masa Romawi Timur dan
Persia.

Pada 639, Umar menunjuk Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai gubernur Syam
setelah gubernur sebelumnya meninggal dalam sebuah wabah di antara 25.000
orang lebih.[31][32] Untuk menghentikan usikan Romawi Timur dari arah laut
selama Peperangan Romawi Timur-Arab, pada 649 Muawiyah menyusun satu
angkatan laut, dengan personilnya adalah para pelaut Kristen monofisit, Koptik,
dan Kristen Suriah Yakubiyah serta pasukan Muslim, yang mengalahkan
angkatan laut Bizantium pada Pertempuran Foinikos pada 655, membuka Laut
Tengah untuk kapal-kapal Muslim.[33][34][35][36]

Pasukan-pasukan Muslim awal berkemah jauh dari kota karena Umar khawatir
kalau mereka dapat terpikat oleh harta dan kemewahan, menjauhi peribadahan
kepada Allah, mengumpulkan kekayaan, dan membentuk dinasti.[24][37][38][39]
Dengan tetap berada di kemah-kemah ini jauh dari kota juga memastikan tidak
adanya tekanan bagi penduduk lokal sehingga tetap berjalan normal. Beberapa
pangkalan kemah ini kemudian tumbuh menjadi kota seperti Basrah dan Kufah di
Iraq dan Fustat di Mesir.[40]

Ketika Umar dibunuh pada 644, Utsman bin Affan, sepupu dari kakek dan dua
kali menantu Muhammad, menjadi khalifah berikutnya. Karena bahasa Arab
ditulis tanpa vokal, beragam penutur dialek bahasa Arab dan bahasa lain
membaca Quran dengan variasi fonetis yang dapat mengubah artinya. Ketika
Utsman bin Affan menyadari hal ini, dia memerintahkan penyusunan satu salinan
standar Quran dan salinan-salinannya dikirim ke beberapa pusat wilayah
kekuasaan Islam yang terus meluas.[41]

Seiring Utsman menua, Marwan bin al-Hakam, seorang kerabat dari Muawiyah,
menyelinap ke dalam kekosongan, menjadi sekretarisnya dan perlahan mengambil
kendali. Ketika Utsman dibunuh pada 656, Ali bin Abi Thalib, sepupu dan
menantu Muhammad, menaiki posisi khalifah dan memindah ibukota ke Kufah di
Iraq. Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Suriah, dan Marwan bin al-Hakam
menuntut penangkapan pelaku pembunuhan. Marwan menggerakkan setiap orang
dan membuat konflik, yang membuahkan Perang saudara Islam pertama ("Fitnah
pertama"). Ali dibunuh oleh Khawarij pada 661. Enam bulan kemudian pada 661,
demi kepentingan perdamaian, putra Ali, Hasan, membuat perjanjian damai
dengan Muawiyah. Dalam Perjanjian Hasan–Mu'awiyah, Hasan menyerahkan
kekuasaan kepada Muawiyah dengan syarat dia akan berbuat adil kepada rakyat
dan tidak membuat dinasti setelah dia meninggal.[42][43] Muawiyah pada
akhirnya melanggar persyaratan tersebut dan memulai Dinasti Umayyah,
beribukat Damaskus.[44] Husain bin Ali, yang saat itu adalah satu-satunya cucu
Muhammad yang masih hidup, menolak untuk berbaiat ke keluarga Umayyah.
Dia terbunuh di Pertempuran Karbala di tahun yang sama, di peristiwa yang
masih diperingati sebagai hari berkabung oleh Syiah, Hari Asyura. Kerusuhan,
yang dikenal dengan Fitnah kedua, berlanjut, tetapi kekuasaan Muslim terus
meluas di bawah Muawiyah ke Rodos, Kreta, Kabul, Bukhara, dan Samarkand,
dan juga meluas ke Afrika Utara. Pada 664, pasukan Arab menaklukkan Kabul,
[45] dan pada 665 mendesak sampai ke Magrib.[46]

C. Periode Klasik
Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650-1250 M. Periode ini disebut
Periode Klasik. Pada kurun waktu itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan
Umayyah atau sering disebut Daulah Umayyah dan Kerajaan Abbasiyah yang
sering disebut Daulah Abbasiyah. Pada masa Bani Umayyah, perkembangan
Islam ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya
bangunan-bangunan sebagai pusat dakwah Islam. Kemajuan Islam pada masa ini
meliputi: bidang politik, keagamaan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial,
dan bidang militer.
Perkembangan Islam pada masa Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang
ilmu pengetahuan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang
militer. Kemajuan umat Islam pada masa Bani Umayyah atau Bani Abbasiyah
tidak terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, disebabkan oleh faktor internal dan
faktor eksternal.

a. Faktor Internal
 Konsistensi dan istikamah umat Islam kepada ajaran Islam,
 Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju,
 Islam sebagai rahmat seluruh alam,
 Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai
kehidupan duniawi dan ukhrawi.
b. Faktor Eksternal
 Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang
lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.
Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting. Persia banyak berjasa dalam
bidang pemerintahan, perkembangan ilmu filsafat, dan sastra. Adapun
pengaruh Yunani masuk melalui berbagai macam terjemahan dalam
banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
 Gerakan terjemahan pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan kitab-
kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan
terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang
astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.

Selain faktor tersebut di atas, kejayaan Islam ini disebabkan pula oleh adanya
gerakan ilmiah atau etos keilmuan dari para ulama yang ada pada Periode
Klasik tersebut, antara lain seperti berikut.
 Melaksanakan ajaran al-Qur’an secara maksimal. Al-Qur’an di dalamnya
banyak ayat menyuruh kita menggunakan akal untuk berpikir.
 Melaksanakan isi hadis. Banyak hadis yang menyuruh kita untuk terus-
menerus menuntut ilmu, meskipun harus ke negeri Cina. Bukan hanya
ilmu agama yang dicari, tetapi ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan
kehidupan manusia di dunia ini.
 Mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad. Contohnya ilmu
pengetahuan umum dengan mempelajari ilmu filsafat Yunani. Maka, pada
saat itu banyak bermunculan ulama fiqih, tauhid (kalam), tafsir, hadis,
ulama bidang sains (ilmu kedokteran, matematika, optik, kimia, fisika,
geografi), dan lain-lain.
 Ulama yang berdiri sendiri serta menolak untuk menjadi pegawai
pemerintahan.

D. Tokoh Tokoh Pada Masa Kejayaan Islam


Berikut tokoh-tokoh muslim yang telah menyumbangkan karyanya untuk
peradaban umat manusia.
1. Ibnu Rusyd (520-595 H)
Nama lengkapnya Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di Cordova
(Spanyol) pada tahun 520 H. dan wafat di Marakesy (Maroko) pada tahun 595 H.
Beliau menguasai ilmu fiqih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika
astronomi, kedokteran, dan filsafat. Karya-karya beliau antara lain: Kitab Bidayat
al-Mujtahid (kitab yang membahas tentang fiqih), Kuliyat Fi At-Tib (buku
tentang kedokteran yang dijadikan pegangan bagi para mahasiswa kedokteran di
Eropa), Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat. Ibnu Rusyd
berpendapat antara filsafat dan agama Islam tidak bertentangan, bahkan Islam
menganjurkan para pemeluknya untuk mempelajari ilmu filsafat.

2. Al-Ghazali (450-505 H)
Nama lengkapnya Abu Hamid al-Ghazali, lahir di Desa Gazalah, dekat Tus, Iran
Utara pada tahun 450 H. Beliau wafat pada tahun 505 H di Tus Iran Utara. Beliau
dididik dalam keluarga dan guru yang zuhud (hidup sederhana dan tidak tamak
terhadap duniawi). Beliau belajar di Madrasah Imam AI-Juwaeni. Setelah beliau
menderita sakit, beliau ber-uzla (mengasingkan diri dari khalayak ramai dengan
niat beribadah mendekatkan diri kepada Allah Swt.). Beliau pun kemudian
menjalani kehidupan tasawuf selama 10 tahun di Damaskus, Jerusalem, Mekah,
Madinah, dan Tus. Adapun jasa-jasa beliau terhadap umat Islam antara lain
sebagai berikut.
Memimpin Madrasah Nizamiyah di Bagdad dan sekaligus sebagai guru besarnya.
Mendirikan madrasah untuk para calon ahli fiqih di Tus.
Menulis berbagai macam buku yang jumlahnya mencapai 288 buah, mengenai
tasawuf, teologi, filsafat, logika, dan fiqih.
Di antara bukunya yang terkenal, yaitu Ihya ‘Ulµm ad-Din, membahas masalah-
masalah ilmu akidah, ibadah, akhlak, dan tasawuf berdasarkan al-Qur’an dan
hadis. Dalam bidang filsafat, beliau menulis At-Tahafu (tidak konsistennya para
filsuf). Al-Ghazali merupakan ulama yang sangat berpengaruh di dunia Islam
sehingga mendapat gelar Hujjatul Islam (bukti kebenaran Islam).

3. AI-Kindi (805-873 M)
Nama lengkapnya Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahir di Kufah pada tahun 805 M
dan wafat di Bagdad pada tahun 873 M. AI-Kindi termasuk cendekiawan muslim
yang produktif. Hasil karyanya di bidang-bidang filsafat, logika, astronomi,
kedokteran, ilmu jiwa, politik, musik, dan matematika. Beliau berpendapat,
bahwa filsafat tidak bertentangan dengan agama karena sama-sama
membicarakan tentang kebenaran. Beliau juga merupakan satu-satunya filosof
Islam dari Arab. Ia disebut Failasuf al-Arab (filosof orang Arab).

4. AI -Farabi (872-950 M)
Nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi.
Beliau lahir di Farabi Transoxania pada tahun 872 M dan wafat di Damsyik pada
tahun 950 M. Beliau keturunan Turki. Al-Farabi menekuni berbagai bidang ilmu
pengetahuan, antara lain: logika, musik, kemiliteran, metafisika, ilmu alam,
teologi, dan astronomi. Di antara karya ilmiahnya yang terkenal berjudul Ar-Royu
Ahlul al-Madinah wa aI-Fadilah (pemikiran tentang penduduk negara utama).
5. Ibnu Sina (980-1037 M)
Nama lengkapnya Abu Ali AI-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa
Afsyana dekat Bukhara, wafat dan dimakamkan di Hamazan. Beliau belajar
bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi Islam, dan ilmu
kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia telah terkenal dan dipanggil untuk mengobati
Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur. Beliau menulis lebih dari 200 buku dan di
antara karyanya yang terkenal berjudul Al-Qanµn fi at-Tib, yaitu ensiklopedi
tentang ilmu kedokteran dan Al-Syifa, ensiklopedi tentang filsafat dan ilmu
pengetahuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang sangat
mundur. Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan yang lain
merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah ketika itu merupakan
tempat suci bagi bangsa Arab. karena di tempat tersebut terdapat berhala-berhala
agama mereka dan juga terdapat Sumur Zamzam dan yang paling penting adalah
Ka'bah.
Pada tahun 622, Nabi Muhammad dan pengikutnya pindah dari Mekah ke
Madinah. Peristiwa ini dinamai Hijrah. Semenjak peristiwa itu dimulailah
Kalender Islam atau kalender Hijriyah.
Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad dengan
hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama
kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota
Mekah. Setelah Nabi Muhammad wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah
penguasaan Islam.
Kemajuan umat Islam pada masa Bani Umayyah atau Bani Abbasiyah tidak
terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal
 Konsistensi dan istikamah umat Islam kepada ajaran Islam,
 Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju,
 Islam sebagai rahmat seluruh alam,
 Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai
kehidupan duniawi dan ukhrawi.
b. Faktor Eksternal
 Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada
saat itu sangat penting. Persia banyak berjasa dalam bidang pemerintahan,
perkembangan ilmu filsafat, dan sastra. Adapun pengaruh Yunani masuk melalui
berbagai macam terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
 Gerakan terjemahan pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan kitab-
kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat
dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.

B. Saran
Sebagai generasi muda Islam, bangkit dan singsingkan lengan baju, untuk
menggapai kembali kejayaan Islam sebagaimana Islam pernah mengukir sejarah
peradaban dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://doc.lalacomputer.com/makalah-masa-kejayaan-islam/
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Islam
3. https://kumparan.com/berita-hari-ini/peristiwa-fathu-makkah-pembebasan-kota-
mekkah-atas-kaum-kafir-quraisy-1v9bvI9c0Yq/full

Anda mungkin juga menyukai