Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan .................................................................................................... 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Agama- yang tumbuh dan berkembang di kalangan umat manusia dari
zaman ke zaman dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu
agama yang berasal dari hasil budaya atau kreasi umat manusia (agama alam
atau agama bumi), dan agama yang berasal dari Tuhan (wahyu Illahy atau
agama samawi/langit).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja agama-agama besar yang ada di dunia?
2. Bagaimana sejarah awal agama-agama besar di dunia?
3. Apa saja ajaran di dalam agama-agama besar di dunia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui agama-agama besar yang ada di dunia.
2. Untuk mengetahui sejarah awal agama-agama besar di dunia.
3. Untuk mengetahui ajaran di dalam agama-agama besar di dunia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
dan tentunya ada yang sangat menolaknya. Tantangan hebat tersebut datan
dari kaumnya sendiri yaitu suku Quraisy.
1
Samruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau, 2013), hlm
28-69.
6
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada
mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke
dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel.” (Matius 10:5-6)
Telah jelas bahwa Yesus menegaskan dirinya hanya untuk Bani Israil.
Namun para misionaris mengklaim bahwa hal itu hanya berlaku sebelum
kebangkitan. Setelah dibangkitkan maka misinya untuk umat manusia seluruh
dunia. Perubahan mendasar ini berangkat dari ajaran Paulus, seorang Yahudi
dari Tarsus yang mengaku-aku sebagai murid Yesus.
Ajaran Paulus inilah, -ditulis pada 49 M (Galatia-, yang mempengaruhi
Injil-injil yang ditulis sesudahnya yakni injil Markus (55 M), Injil Matius (60-
an M), Injil Yohanes (80 M), dan Injil Lukas (60 M). Paulus, Yahudi dari
Tarsus, di dalam banyak ayat Injil digambarkan sebagai seorang murid yang
banyak tidak patuh pada Yesus, bahkan Yesus dalam banyak ayat memarahi
dia hingga menendangnya.
Paulus inilah yang kemudian mengubah ajaran Nabi Isa as. yang
berhaluan paganisme Yahudi. Namun hal ini terjadi tidak terlepas dari kondisi
sosial budaya bangsa Yahudi sebelum masa Nabi Isa. Turun. Minimal ada tiga
kondisi yang bisa kita telaah. Pertama, Aqidah orang-orang Yahudi telah
terkontaminasi kepercayaan Paganisme Babilonia.
Sekitar 50 tahun (586-535 SM) bangsa Yahudi berada di pengasingan
di Babilonia yang masyarakatnya menyembah berhala. Kedua, pada tahun 334
SM, Alexander raja Yunani menguasai bangsa Yahudi dan menyebarkan
faham Filsafat yang kemudian mempengaruhi pemikiran orang-orang Yahudi.
Ketiga, bangsa-bangsa yang menaklukan orang-orang Yahudi adalah penganut
politeisme. Ini pun berpengaruh kepada aqidah bangsa Yahudi.
Ketika Nabi Isa as, menyampaikan ajaran Allah SWT, pengaruh
kepercayaan paganisme memang sudah mengakar kuat di tengah-tengah
masyarakat, maka terjadilah penyimpangan pemahaman oleh Paulus terhadap
ajaran yang dibawa Nabi Isa as. Paulus pun mengklaim bahwa telah bertemu
7
Yesus (Isa) dan diangkat sebagai rasulnya. Ia kemudian mengajarkan ajaran
Isa yang telah dicampur adukkan dengan filsafat Yunani dan Paganisme.
Allah SWT sudah mengingatkan hal ini dalam Surah Al Baqarah ayat
87,
“..Dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al kitab (Taurat)
kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu
dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat)
kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus.
Apakah Setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran)
yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka
beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang
lain) kamu bunuh?”
Tiga abad setelah peristiwa penyaliban, pengikut ajaran Nabi Isa as.
berkembang dengan beragam corak pemahamannya. Terjadi bentrokan
diantara mereka antara kalangan yang pro ajaran Tauhid dari Nabi Isa as.
dengan yang kontra. Mereka yang kontra notabene adalah kelompok pro
ajaran Paulus yang paganis. Peperangan ini sampai mengancam keutuhan
kerajaan Roma.
Karenanya, atas usulan Konstantin diadakanlah Muktamar di Nicea
pada tahun 325 M yang dihadiri sekitar 2048 orang dengan pendiriannya
masing-masing. Terjadi perdebatan yang sengit dan tak ada titik temu.
Akhirnya Konstantin yang cenderung pada paganis memanggil 318 orang
yang berfaham Paulus dan menyatakan dukungannya. Setelah itu muktamar
dilanjutkan, sementara itu peserta lainnya melakukan walk out.
Di dalam muktamar ini banyak dipilih doktrin-doktrin dan syiar–syiar
ibadah secara voting (tanggal paskah, peranan uskup, dan tentu saja tentang
ketuhanan Yesus). Setelah itu diadakanlah revisi terhadap Injil. Sementara
injil-injil lain yang bertentangan dimusnahkan. Dan orang yang berani
membaca injil terlarang itu akan dicap sebagai heretis (berlaku bid’ah).
8
C. Sejarah Lahirnya Agama Hindu
Asal usul agama hindu dimulai dari masuknya bangsa arya ke india
sejak tahun 1500 SM. Dari masuknya agama arya ke Indonesia membawa
perubahan besar dalam tata kehidupan masyarakat di india.perubahan terjadi
karena bangsa arya mengadakan integrasi kebudayaan dengan bangsa Dravida
sehingga dari situ lahirlah agama hindu.
Selain itu bangsa arya juga menulis kitab-kitab weda sebagai
keyakinan dan kepercayaan dari agama hindu, misalnya kitab suci seperti Reg
Weda,Sama Weda,Yayur Weda dan Atharwa Weda.
Asal-usul agama hindu didasarkan juga pada corak kehidupan
masyarakat hindu yang berkeyakinan terhadap kepercayaan pada dewa-dewa
yang mengatur corak kehidupan pada mereka masing-masing.dari corak
kehidupan masyarakat tersebut dapat dibedakan menjadi (4) kasta,
diantaranya:
1. kasta Brahmana'(yakni kasta Keagamaaan), yang terdiri dari
para pendeta
2. kasta Ksatria'(yakni kasta pemerintahan),yang terdiri dari para
raja juga keluarganya,para bangsawan dan para prajurit
3. kasta Waisya'(yakni kasta pertanian dan perdagangan),yang
terdiri dari para pengusaha,para pedagang,dan juga para petani
4. kasta Sudra'(yakni kasta kaum pekerja keras), yang terdiri dari
para pelayan, pekerja keras, juga rakyat jelata.
5. Kasta-kasta tersebut memiliki makna sebagai pembeda dari
struktur maupun golongan kehidupan dimana kepercayaan
agama hindu itu bersifat politeisme (memuja banyak dewa),
yang dimana dari pemujaan terhadap dewa tersebut dibuatkan
patung-patung yang sesuai dengan peranan dewa-dewa tersebut
dalam kehidupan manusia.
Dari tujuan dibuatnya patung-patung tersebut sebagai simbol dari
dewa-dewa yang disembahnya misalnya seperti Dewa Brahmana'sebagai
Dewa Pencipta,Dewa Wisnu sebagai Dewa Pelindung,dan Dewa Siwa sebagai
9
Dewa pelebur atau pembinasa.ketiga Dewa tersebut diberi nama Trimurti yang
artinya penguasa.adapun dewa-dewa lainya seperti dewi saraswati sebagai dei
kesenian dan ilmu pengetahuan,Dewi Sri sebagai Dewi Kesenian.selain itu
umat hindu beranggapan bahwa, tempat suci adalah tempat yang hanya
digunakan untuk bersemayamnya para dewa saja sehingga umat hindu
tersbiasa mengadakan ziarah ke tempat-tempat suci untuk memohon
keselamatan dan kesejahteraan bagi umat di dunia.
Umat hindu mempunyai suatu kepercayaan dalam hal bersuci dimana
mereka beranggapan bahwa Air sungai gangga dapat mensucikan segala dosa
walau betapapun besarnya begitulapula tulang dan abu orang mati yang sudah
dibakar dibuang keedalam air sungai gangga tersebut dimana mereka
berkeyakinan bahwa dari situ orang yang meninggal langsung akan masuk
kedalam surga.
10
Sejarah Buddha GautamaMembahas tentang keberadaan agama
Buddha tidak dapat dilepaskan dari sosok Siddharta Gautama sebagai penemu
dan juga penyebar ajaran Buddha. Siddharta Gautama menemukan dan
mengajarkan agama Buddha setelah mencapai suatu pencerahan secara
sempurna atau disebut penyadaran penuh. Tahun kelahirannya bervariasi dan
tidak ada sumber yang pasti.
Siddharta Gautama atau Buddha lahir sekitar abad 4 hingga 6 SM di
kerajaan kecil yang terletak di bawah kaki gunung Himalaya, tepatnya di
Lumbini, Nepal. Ayahnya, Raja Suddhodana, adalah seorang kepala suku klan
Shakya. Ibunya meninggal tidak lama setelah Siddharta lahir. Dikatakan
bahwa 12 tahun sebelum kelahirannya, para Brahmana telah meramalkan
bahwa ia akan menjadi pendeta legendaris atau seorang raja yang agung. Ia
akan menjadi pertapa apabila melihat orang sakit, orang tua, orang meninggal
dan seorang pertapa. Karena ia termasuk ke dalam wangsa Ksatriya, maka
ayahnya tidak ingin Siddharta menjadi pertapa dan tidak meneruskan tahta
sang ayah.
Untuk mencegahnya menjadi seorang pertapa, ayahnya menjaga agar
Siddharta tetap berada di dalam lingkungan istana sehingga Gautama hidup di
lingkungan kemewahan sebagai seorang pangeran dari sukunya, dilindungi
dari dunia luar, diajar oleh para Brahmana, serta dilatih dalam bidang
panahan, keahlian berpedang, gulat, berenang, dan lari. Ketika sudah cukup
umur, ia menikah dan mempunyai seorang anak lelaki. Walaupun memiliki
segalanya, beliau tidak pernah merasa cukup. Selalu ada sesuatu yang
menariknya untuk keluar ke dunia dibalik dinding istananya. Pada suatu saat
di jalanan Kapilavastu di usianya yang berada di akhir 20an, Ia menemukan
tiga hal sederhana: seorang lelaki yang sakit, seorang lelaki tua, dan mayat
yang sedang dibawa ke tempat pembakaran.
Tidak ada hal yang mempersiapkannya untuk pengalaman semacam ini
selama hidupnya. Ia baru mengetahui bahwa semua orang akan menjadi tua,
sakit dan bisa meninggal. Hal tersebut memicu berbagai pertanyaan yang
membawanya terus mengeksplorasi dan melihat seorang pertapa yang
11
mengundurkan diri dari kehidupan duniawi dan mencari pembebasan dari
ketakutan manusia akan kematian dan penderitaan. Pada usia 29 tahun,
Siddharta meninggalkan kerajaannya, istri dan anaknya yang baru lahir untuk
menjadi seorang pertapa dan bertujuan untuk menemukan cara untuk
menghilangkan penderitaan universal yang dipahaminya sebagai salah satu
ciri kehidupan manusia. 2
2
Ali, A. Mukti, dkk, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988),
hlm. 77-90.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14