Anda di halaman 1dari 34

A.

Konsep Teoritis
1.
Manfaat amtsal al-Qur’an
Keberadaan amtsal dalam al-Qur’an memberikan pengaruh
yang kuat baik dari sisi untuk memahami kemukjizatan al-Qur’an
maupun untuk memahami isi kandungan yang terdapat di
dalamnya. Salah satu sisi kemukjizatan al-Qur’an terdapat pada
keindahan tata bahasa serta keindahan dan kepastian dari makna al-
Qur’an, hal inilah yang menjadikan al-Qur’an mampu melemahkan
semua argumen orang-orang yang mengingkarinya. Nyatanya
amtsal al-Qur’an tidaklah sama dengan amtsal yang digunakan
dalam ilmu balaghah dalam bahasa Arab, amtsal al-Qur’an jauh
lebih indah dan memiliki makna yamg mendalam. Amtsal al-
Qur’an mengalahkan semua amtsal yang terdapat di tengah-tengah
bangsa Arab.1
Jika ditinjau dari pemahaman dan pengamalan isi
kandungan al-Qur’an maka amtsal al-Qur’an memiliki banyak
manfaat, yaitu:
1) Memberikan peringatan dan pembelajaran bagi orang yang
diberikan amtsal.
2) Memotivasi orang-orang yang membaca ataupun
mendengarnya untuk melaksanankan suatu pekerjaan.
3) Memotivasi pembacanya untuk menjauhi suatu perbuatan yang
terlarang atau tercela.
4) Penggunaan matsal akan menjadikan suatu perkara yang rumit
menjadi mudah dipahami dan diamalkan.2
Amtsal merupakan salah satu dari gaya bahasa al-Qur’an
yang Menampilkan sisi keindahan bahasa al-Qur’an. Bahkan selain
sisi keindahan, amtsal juga mampu memberikan menjadikan pesan

1
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hal 60
2
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hal 64.
dari al-Qur’an membekas secara mendalam terhadap jiwa manusia
dan menjadikan akal berpikir secara mendalam. Perumpamaan al-
Qur’an membicarakan hal yang bersifat duniawi dan juga hal yang
terkait dengan akhirat yang tidak bisa dijangkau oleh akal manusia.
Oleh sebab itu, bahasa amtsal terangkai indah, padat, dan mudah
dipahami.
Bentuk kata-kata yang menggunakan analogi menjadikan
pesan yang ingin disampaikan mudah untuk dimengerti karena
seakan-akan memberikan gambaran nyata sehingga orang yang
mendengar atau membaca seolah-olah berhadapan dengan
kenyataan yang sesungguhnya, baik itu pesan yang berisi nasihat,
peringatan maupun motivasi. Berikut manfaat amtsal bagi
manusia:3
1) Menuangkan sesuatu hal ke dalam suatu bentuk gambaran yang
nyata yang dapat dirasakan oleh indera manusia. Tujuannya
adalah agar konsep tersebut mudah dimengerti oleh akal.
Sesuatu yang abstrak sangat sulit untuk dipahami sehingga
timbullah suatu keraguan. Contohnya seperti perumpamaan
harta yang diinfakkan karena riya’ di dalam surah al-Baqarah
ayat 264:
ُ ِ‫ص َدقَاتِ ُك ْم بِ ْال َمنِّ َواأْل َ َذ ٰى َكالَّ ِذي يُ ْنف‬
‫ق َمالَهُ ِرئَا َء‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ْب ِطلُوا‬
‫صابَهُ َوابِ ٌل‬َ َ ‫ان َعلَ ْي ِه تُ َرابٌ فَأ‬ َ ‫اس َواَل ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۖ فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل‬
ٍ ‫ص ْف َو‬ ِ َّ‫الن‬
َ‫ص ْلدًا ۖ اَل يَ ْق ِدرُونَ َعلَ ٰى َش ْي ٍء ِم َّما َك َسبُوا ۗ َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْال َكافِ ِرين‬
َ ُ‫فَتَ َر َكه‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan
dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah

3
dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
2) Menunjukkan makna yang sebenarnya dengan cara
mengungkapkan sesuatu yang jauh dari pikiran menjadi sesuatu
yang dekat dengan pikiran atau sesuatu yang gaib menjadi
tampak dengan jelas. Seperti dalam surah al-Baqarah ayat 275,
yaitu:
ِّ‫الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا اَل يَقُو ُمونَ إِاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَخَ بَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمس‬
َ ِ‫ۚ ٰ َذل‬
ٌ‫ك بِأَنَّهُ ْم قَالُوا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّربَا ۗ َوأَ َح َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا ۚ فَ َم ْن َجا َءهُ َموْ ِعظَة‬
َ ِ‫ِم ْن َربِّ ِه فَا ْنتَهَ ٰى فَلَهُ َما َسلَفَ َوأَ ْم ُرهُ إِلَى هَّللا ِ ۖ َو َم ْن عَا َد فَأُو ٰلَئ‬
ِ َّ‫ك أَصْ َحابُ الن‬
‫ار ۖ هُ ْم فِيهَا‬
َ‫خَالِ ُدون‬
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.
3) Sebagai motivasi bagi orang-orang yang mendengarnya
sehingga muncul perasaan gembira dan semangat.
Perumpamaan ini dapat dijumpai di dalam surah al-Baqarah
ayat 261:
ِّ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُكل‬ ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَهُ ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَ ْنبَت‬
‫ضا ِعفُ لِ َم ْن يَ َشا ُء ۗ َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم‬ َ ُ‫ُس ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهَّللا ُ ي‬
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
4) Mengumpulkan makna-makna yang indah kepada suatu bahasa
yang padat dan menarik seperti pada amtsal Kaminah dan
mursalah.
5) Sebagai filter atau penyaring agar seseorang menjauhkan diri
dari sesuatu yang tercela. Perumpamaan ini terdapat pada surah
al-Hujurat ayat 12:
‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ إِ َّن بَع‬
َ ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا ۚ أَي ُِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا‬
ُ ‫يَ ْغتَبْ بَ ْع‬
‫تَوَّابٌ َر ِحي ٌم‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
6) Memberikan apresiasi terhadap pencapaian yang telah
dilakukan. Seperti dalam surah al-Fath ayat 29, yaitu:
ِ َّ‫ُم َح َّم ٌد َرسُو ُل هَّللا ِ ۚ َوالَّ ِذينَ َم َعهُ أَ ِش َّدا ُء َعلَى ْال ُكف‬
‫ار ُر َح َما ُء بَ ْينَهُ ْم ۖ تَ َراهُ ْم ُر َّكعًا‬
‫ُس َّجدًا يَ ْبتَ ُغونَ فَضْ اًل ِمنَ هَّللا ِ َو ِرضْ َوانًا ۖ ِسي َماهُ ْم فِي ُوجُو ِه ِه ْم ِم ْن أَثَ ِر ال ُّسجُو ِد ۚ ٰ َذلِكَ َمثَلُهُ ْم‬
‫ظ فَا ْستَ َو ٰى َعلَ ٰى سُوقِ ِه‬ َ َ‫طأَهُ فَآ َز َرهُ فَا ْستَ ْغل‬ ْ ‫ع أَ ْخ َر َج َش‬
ٍ ْ‫فِي التَّوْ َرا ِة ۚ َو َمثَلُهُ ْم فِي اإْل ِ ْن ِجي ِل َك َزر‬
ً‫ت ِم ْنهُ ْم َم ْغفِ َرة‬ َ َّ‫الزرَّا َع لِيَ ِغيظَ بِ ِه ُم ْال ُكف‬
ِ ‫ار ۗ َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬ ُّ ُ‫يُ ْع ِجب‬
‫َوأَجْ رًا َع ِظي ًما‬
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-
orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-
orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-
orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar.

7) Menunjukkan sesuatu yang memiliki sifat yang tidak disukai


oleh orang lain seperti pada surah al-A’raf ayat 175-176:
ِ ‫َوا ْت ُل َعلَ ْي ِه ْم نَبَأ َ الَّ ِذي آتَ ْينَاهُ آيَاتِنَا فَا ْن َسلَ َخ ِم ْنهَا فَأ َ ْتبَ َعهُ ال َّش ْيطَانُ فَ َكانَ ِمنَ ْالغ‬
َ‫َاوين‬
Artinya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang
yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan
tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada
ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda),
maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Sedangkan menurut Quraish Shihab,4 manfaat amtsal dapat
dilihat pada beberapa sisi, yaitu:
1) Nasihat, seperti dalam surah ar-Ra’d ayat 17, yaitu:
‫َرهَا فَاحْ تَ َم َل ال َّس ْي ُل زَ بَدًا َرابِيًا ۚ َو ِم َّما‬ ِ ‫ت أَوْ ِديَةٌ بِقَد‬ ْ َ‫أَ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَ َسال‬
ۚ ‫ق َو ْالبَا ِط َل‬ َّ ‫ك يَضْ ِربُ هَّللا ُ ْال َح‬ َ ِ‫َاع زَ بَ ٌد ِم ْثلُهُ ۚ َك ٰ َذل‬
ٍ ‫ار ا ْبتِغَا َء ِح ْليَ ٍة أَوْ َمت‬ ِ َّ‫يُوقِ ُدونَ َعلَ ْي ِه فِي الن‬
‫ك يَضْ ِربُ هَّللا ُ اأْل َ ْمثَا َل‬ َ ِ‫ض ۚ َك ٰ َذل‬
ِ ْ‫ث فِي اأْل َر‬ ُ ‫اس فَيَ ْم ُك‬ َ َّ‫فَأ َ َّما ال َّزبَ ُد فَيَ ْذهَبُ ُجفَا ًء ۖ َوأَ َّما َما يَ ْنفَ ُع الن‬

4
Shihab, Ensiklopedia …, hal 613
Artinya: Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit,
maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya,
maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa
(logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan
atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar
dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu
yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada
manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan.
2) Peringatan seperti dalam surah Ibrahim ayat 45, yaitu:
َ ‫َو َس َك ْنتُ ْم فِي َم َسا ِك ِن الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا أَ ْنفُ َسهُ ْم َوتَبَيَّنَ لَ ُك ْم َك ْيفَ فَ َع ْلنَا بِ ِه ْم َو‬
‫ض َر ْبنَا لَ ُك ُم‬
‫اأْل َ ْمثَا َل‬
Artinya: Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat
kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri,
dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat
terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa
perumpamaan"
3) Anjuran agar manusia berfikir dan mempelajari sejarah atau
peristiwa masa lalu seperti pada surah al-Furqan ayat 39:
‫ض َر ْبنَا لَهُ اأْل َ ْمثَا َل ۖ َو ُكاًّل تَبَّرْ نَا تَ ْتبِيرًا‬
َ ‫َو ُكاًّل‬
Artinya: Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka
perumpamaan dan masing-masing mereka itu benar benar telah
Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya.
a. Nilai Pendidikan dalam Amtsal Al-Qur’an
Amtsal al-Qur’an mengandung banyak makna pendidikan
di dalamnya, Sebagaimana yang diterbangkan di dalam surah az-
Zumar ayat 27:
َ‫اس فِي ٰهَ َذا ْالقُرْ آ ِن ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُون‬
ِ َّ‫ض َر ْبنَا لِلن‬
َ ‫َولَقَ ْد‬
Artinya: Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia
dalam Al Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka
dapat pelajaran.
Dengan banyak merenungi isi kandungan ayat di atas maka
akan banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari perumpamaan-
perumpamaan di dalam al-Qur’an khususnya di bidang
pendidikan.5yaitu:
1) Mempermudah mengingat dan memahami sesuatu
Manusia mudah mengingat perumpamaan-
perumpamaan yang ada di dalam al-Qur’an karena
perumpamaan yang ditampilkan di dalam al-Qur’an merupakan
hal yang sering ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari,
karena sesuatu yang lebih dikenal akan mudah diingat
dibandingkan sesuatu yang asing seperti di dalam surah
Ibrahim ayat 24 dan 25 yang menggunakan perumpamaan
pohon yang baik, Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari
sering ditemukan pohon yang baik.
‫ت َوفَرْ ُعهَا فِي‬ ٌ ِ‫ب هَّللا ُ َمثَاًل َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َج َر ٍة طَيِّبَ ٍة أَصْ لُهَا ثَاب‬
َ ‫ض َر‬َ َ‫أَلَ ْم تَ َر َك ْيف‬
ِ َّ‫) تُ ْؤتِي أُ ُكلَهَا ُك َّل ِحي ٍن بِإ ِ ْذ ِن َربِّهَا ۗ َويَضْ ِربُ هَّللا ُ اأْل َ ْمثَا َل لِلن‬24(‫ال َّس َما ِء‬
( َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُون‬
)25
Artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit (24). Pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. (25)
2) Melatih untuk berfikir

5
Fitriah M. Suud, Amtsal al-Qur’an: Sebuah Kajian Dalam Psikologis Islam, (Aceh: Universitas
Serambi Mekkah), hal 11-13.
Perumpamaan dan perbandingan menjadikan pikiran
manusia lebih terlatih untuk beranalogi sehingga terbiasa untuk
membuat kesimpulan yang benar. Guru tidak hanya bertugas
memberikan informasi terhadap anak didik, namun juga harus
mampu mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka,
menemukan pengetahuan baru, merenungi lingkungan dan
alam semesta serta berfikir kritis. Bahkan semangat Islam
dalam menumbuhkan pemikiran kritis pada anak didik jauh
lebih dahulu dibandingkan para ahli barat mengemukakan
teori-teori mereka.6
Amtsal Melatih manusia untuk berfikir dengan
menggunakan kalimat tanya (istifham), mengingat (tadakkur),
merenungkan (taammul) dan qiyas:7
3) Pemakaian kalimat istifham
Dalam disiplin ilmu balagah, istifham biasanya
digunakan untuk membangkitkan kesadaran pendengar
sehingga timbullah rasa malu, menahan diri, dan jawabanpun
menjadi jelas. Kalimat istifham ini berfungsi untuk
membungkam lawan bicara, menolah suatu pemikiran,
mencela, mengingkari dan lain sebagainya.
Kajian klasik dan modern menyimpulakn bahwa
istifham merupakan metode dialogis al-Qur’an yang paling
banyak digunakan di dalam al-Qur’an. Contohnya seprti Allah
mengajukan suatu pertanyaan dan menjawabnya. Istifham ini
dimaksudkan untuk menarik perhatian lawan bicara.
4) Perintah untuk mengingat (tadhakkur) dan merenung
(taammul)

6
Fitriah M. Suud, Amtsal al-Qur’an: Sebuah Kajian Dalam Psikologis Islam, (Aceh: Universitas
Serambi Mekkah), hal 11
7
M. fatiha, aspek-aspek pedagogies dalam amtsal al-Qur’an (kajianmetodologis, motivasi, berfikir
kritis,dalam pembelajaran islam integratif), TA’DIBIA jurnal ilmiah pendidikan agama islam vol.6
no. 6 2 nop 2016, mojokerto:, hal 11-13
Dalam al-Qur’an telah tegas dikatakan bahwa manusia
merupakan makhluk yang memiliki akal untuk berfikir,
meskipun al-Qur’an juga mencela sifat manusia yang pelupa
dan lalai. Manusia diperintahkan untuk banyak mengingat
Allah, nikmat-Nya, tugas serta tujuan diciptakannya manusia di
samping itu manusia diperintahkan pula untuk mengingat
kebinasaan kaum-kaum terdahulu yang disebabkan mereka
telah lupa terhadap Allah.
Amtsal menambah pengetahuan dan menjaga ingatan,
karena hal-hal yang abstak tidak selalu tersimpan di dalam hati
dan diingat oleh akal. Maka perumpamaan yang bersifat
konkret akan mengingatkan pada hal yang bersifat abstrak.
Sehingga disimpulkan bahwa perumpamaan merupakan suatu
gambaran dihadapan seseorang yang selalu tertanam kuat pada
akal dan selalu ada dalam ingatan, sehingga hal ini merupakan
salah satu fungsi amtsal terhadap pendidikan8.
5) Memahami persoalan abstrak
Dengan amtsal suatu konsep yang abstrak bisa
dipahami melalui konsep yang konkret yang dapat diindrai.
Jadi amtsal bermanfaat mempermudah akal memahami
sesuatu. Misalnya seperti perumpamaan yang dibuat Allah
tentang orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ seperti
debu di atas batu licin, kemudian batu licin itu ditimpa air
hujan lebat sehingga semua debu di atas batu tersebut hanyut
dibawa air hujan. Oleh sebab itu amtsal akan mengetuk jiwa
manusia dan membuka pikirannya sehingga mampu meresapi
pesan-pesan dari ayat al-Qur’an. Tersentuhnya hati dan
terbukanya pikiran merupakan kunci untuk mendapatkan
hidayah dari Allah.
8
M. fatiha, aspek-aspek pedagogies dalam amtsal al-Qur’an (kajianmetodologis, motivasi, berfikir
kritis,dalam pembelajaran islam integratif), TA’DIBIA jurnal ilmiah pendidikan agama islam vol.6
no. 6 2 nop 2016, mojokerto:, hal 12-13
6) Memberikan motivasi melaksanakan kebaikan dan menjauhi
larangan
Pemberian amtsal akan mendorong seseorang untuk
melakukan kebaikan. Contohnya seperti perumpamaan orang-
orang yang menafkahkan hartanya karena Allah akan Allah
berikan balasan yang berlipat ganda. Seperti dalam surah al-
Baqarah ayat 261:
ِّ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُكل‬ ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَهُ ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَ ْنبَت‬
‫ضا ِعفُ لِ َم ْن يَ َشا ُء ۗ َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم‬ َ ُ‫ُس ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهَّللا ُ ي‬
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Begitu pula sebaliknya, amtsal akan mendorong
seseorang menjauhi suatu larangan, seperti larangan
menggunjing yang diumpamakan seperti orang yang memakan
bangkai sesama manusia. (surah al-Hujurat:12)9
‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل‬
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ إِ َّن بَع‬
‫ض ُك ْم بَ ْعضًا ۚ أَيُ ِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا‬ ُ ‫تَ َج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَبْ بَ ْع‬
‫فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ تَوَّابٌ َر ِحي ٌم‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu
sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah

9
Fitriah M. Suud, Amtsal al-Qur’an: Sebuah Kajian Dalam Psikologis Islam, (Aceh: Universitas
Serambi Mekkah), hal 12.
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang.
Untuk memotivasi peserta didik melakukan kebaikan
dan menjauhi larangan, maka diperlukan targhib dan tarhib.
Targib adalah salah satu cara mendidik denyan memberikan
berita gembira atau janji baik lisan ataupun tulisan agar
seseorang termotivasi berbuat kebaikan. Sedangkan tarhib
adalah pendidikan dengan cara menyampaikan berita buru dan
ancaman agar seseorang merasa takut dan menjauhi keburukan
dan segala hal yang merugikan.
Pada peserta didik, penggunaan kedua metode ini harus
disesuaikan dengan keadaan masing-masing peserta didik,
karena ada peserta didik yang menyadari tugas dan
kewajibannya setelah diberi nasihat dan diiming-imingi dengan
hadiah dan adapula peserta didik yangbaru sadar ketika diberi
ancaman.
Namun di sisi lain, manusia pada dasarnya menyukai
kebahagiaan dan membenci kesengsaraan. Maka Allah
menganugrahkan manusia akal agar mereka belajar dan
mengambil pelajaran untuk bekal kehidupan. Adapun metode
targhib dan tarhib ini dirasa mampu untuk mengarahkan tabiat
manusia.
Targhib menjanjikan kepada orang yang beriman apa
saja yang mereka sukai dari kebaikan dunia dan kebaikan di
akhirat. Targhib memacu manusia agar menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya agar mendapat surga dan
ridha Allah. Sedangkan tarhib mengancam manusia dengan
sesuatu yang tidak mereka sukai yaitu siksaan apabila mereka
melanggar perintahnya dan mengerjaakn larangannya. Tujuan
dari tarhib ini adalah agar manusia menjauhi keburukan
sehingga tidak mendapat siksaan.
Targhib dan tarhib mengandung dua hal, yaitu khauf
dan raja. Sejak lahir manusia telah dibekali dengan dua hal ini.
Paduan kauf dan raja’ akan membentuk suatu pandanagn hidup
tertentu pada diri manusia. Seluruh tuntutan al-Qur’an
dibingkai oleh kedua hal ini. Metode ini akan memberikan
dampak pada kejaiwaan peserta didik sehingga diharapkan
terdapat perubahan sikap, pola pikir dan tingkah laku pada diri
mereka ke arah yang lebih baik.10
7) Pemberian pujian
Terkadang amtsal ditujukan sebagai pujian untuk orang
yang diberikan tamsil tersebut seperti firman Allah dalam
memuji para sahabat yang pada awalnya hanya minoritas
namun pada akhirnya menjadi golongan yang kuat dan
mengagumkan karena keteguhan dan kesabaran hati mereka.
Dalam dunia pendidikan pemberian pujian dimaksudkan
sebagai reward.11
8) Efektif atau efisien
Amtsal lebih berbekas pada jiwa dan lebih kuat efeknya
dalam menyampaikan nasihat dan peringatan. Di dalam al-
Qur’an Allah banyak menyampaikan amtsal sebagai peringatan
dan pelajaran bagi manusia. Bahasa yang digunakan
merupakan bahasa yang indah dan singkat sehingga ini dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi kita dalam agar dalam proses
mendidik hendaknya menyampaikan nasihat dengan bahasa
yang indah dan singkat serta dapat diterima oleh akal.
Dengan demikian, apabila pendidikan dilihat sebagai
suatu komponen lengkap yang terdiri atas tujuan, metode,
materi dan media yang digunakan, maka amtsal al-Qur’an
10
M. fatiha, aspek-aspek pedagogies dalam amtsal al-Qur’an (kajianmetodologis, motivasi,
berfikir kritis,dalam pembelajaran islam integratif), TA’DIBIA jurnal ilmiah pendidikan agama
islam vol.6 no. 6 2 nop 2016, mojokerto:, hal 8-10.
11
Fitriah M. Suud, Amtsal al-Qur’an: Sebuah Kajian Dalam Psikologis Islam, (Aceh: Universitas
Serambi Mekkah), hal 13
dapat dijadikan sebagai rujukan. Misalnya dalam hal tujuan,
amtsal bertujuan untuk menjadikan manusia menggunakan
akalnya untuk berfikir.
Metode perumpamaan dalam pendidikan salah satunya
bertujuan agar peserta didik mampu membuat kesimpulan yang
logis dari konsep dan fakta yang ada, sehingga dari matsal
tersebut peserta didik mampu mengambil hikmahnya dan
mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.12
Amtsal bukan hanya sebatas peng ibaratan, namun ia
adaklah seni untuk mengungkapkan suatu konsep dan gagasan
yang bersifat abstrak jiwa, nafsu, surga, neraka, ganjaran,
kepuasan adalah hal-hal abstrak yang sulit untuk dipahami
secara gamblang. Maka fungsi dari perumpamaan tersebut
adalah untuk menjelaskan sesuatu yang bersifat abstrak tadi
menjadi konkret. Sehingga penggunaan amtsal tersebut seperti
orang yang menggunakan cermin. Di dalam cermin tersebut ia
akan bisa melihat apa yang ada di depan dan yang ada
dibelakangnya secara jelas. Perumpamaan tersebut akan
menjadikan ia merasa melihat hal yang abstrak secara nyata.
Dan dengan perumpamaan tersebut jiwanya menjadi tenang
dan hatinya terasa lapang.13
Sehingga dalam pembelajaran, pendidik dapat
menjadikan perumpamaan ini sebagai salah satu strategi dalam
mengajar. Pendidik dapat menjadikan perumpamaan untuk
menghilangkan kejenuhan peserta didik dalam belajar dengan
mengambil perumpamaan yang menarik dan indah terkait
pelajaran yang disampaikan.

12
Marhub nuryadin, metode amtsal metode al-qur’an membangun Karakter, jurnal al tarbawi al
haditsah vol 1 no 1, 2016. hal 17-18
13
Junaidi arsyad, Metode Perumpamaan dalam Praktik Mengajar Rasulullah, NIZHAMIYYAH:
Jurnal pendidikan isalm dan teknologi pendidikan vol VII No 1, januari-juni 2017, hal 6
Dalam menggunakan perumpamaan pendidik harus
menggunakan perumpamaan yang selevel, Tujuannya agar
peserta didik tidak kebingungan dengan perumpamaan tersebut.
Metode perumpamaan ini mampu memberikan
pemahaman yang mendalam kepada peserta didik bahkan
terhadap hal-hal yang sulit untuk dicerna akal sekalipun.
Apabila pikiran dan perasaan peserta didik telah tersentuh
maka akan mudah mengarahkan peserta didik kepada akhlak
mulia dan kesadaran yang tinggi.
b. Peran amtsal al-Qur’an dalam psikologis pendidikan Islam
Aspek psikologis amtsal al-Qur’an adalah sebagai berikut14, yaitu:
1) Meneguhkan hati
Perumpamaan-perumpamaan yang ada di dalam al-
Qur’an akan menguatkan hati orang-orang yang sedang
bersedih hati dan juga mengokokkan hati agar terus berada di
jalan kebaikan dan kebenaran.
2) Menumbuhkan suasana positif di dalam jiwa
Jiwa akan mudah menerima suatu pesan apabila pesan
tersebut disampaikan dalam bahasa yang indah. Sama halnya
seperti menumbuhkan kecintaan pada suatu pelajaran sehingga
dengan kecintaan tersebut mempermudah seseorang untuk
memahami pelajaran. Maka hendaknya pendidik selalu
menggunakan kata-kata yang indah dan positif dalam
pembelajaran seperti amtsal ini.
3) Memberikan motivasi
Anak yang cerdas apabila tidak memiliki motivasi yang
kuat maka tidak hasil belajarnya tidak akan maksimal dan juga
anak-anak dengan kecerdasan rata-rata dapat ditingkatkan

14
Fitriah M. Suud, Amtsal al-Qur’an: Sebuah Kajian Dalam Psikologis Islam, (Aceh: Universitas
Serambi Mekkah), hal 13-16
minat belajar dan kesuksesannya apabila selalu diberikan
motivasi.
Pemberian motivasi merupakan hal yang sangat penting
di dalam pendidikan. Kata-kata yang indah dan positif
dorongan semangat bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Hal ini dikarenakan kata-kata yang baik akan menstimulasi
hormon enchapalin dan hormone endorphin (hormon bahagia)
sehingga anak didik akan lebih siap dalam belajar apabila
fisiknya dipenuhi hormon ini.
Dalam tiga ranah pendidikan yaitu, kognitif, afektif, dan
psikomotor, al-Qur’an mampu memberikan stimulus yang
sangat baik dalam aspek psikologis pendidikan. Hal ini karena
al-Qur’an mampu memunculkan perasaan ketuhanan dan
mampu mengarahkan perilaku ke arah yang lebih baik.
Psikologis Islam menjelaskan bahwa al-Qur’an adalah
rujukan pertama dan utama dalam pengembangan psikologis
Islam. Aspek psikologis yang dimaksud di atas hanya sebagian
besar dan masih bersifat umum, maka jika ingin mengkaji lebih
lanjut maka bisa melihat ayat-ayat amtsal di dalam al-Qur’an.15
Piaget menyebutkan bahwa dalam psikologis
perkembangan, bahwa anak-anak di usia sekolah (7-11 tahun)
telah memasuki pemikiran operasional konkret.16 Masa ini anak
mulai dapat menangkap hal-hal yang logis dan konkret yang
dilihat di alam nyata. Sehingga hal ini sejalan dengan tujuan
amtsal yaitu menyampaikan hal yang abstrak dengan
perumpamaan dari benda alam sekitar yang bersifat konkret.
Pada masa ini anak telah mampu berfikir secara logis
mengenai benda-benda konkret dan mengelompokkannya ke
dalam bentuk yang berbeda. Pada usia ini mereka mampu
15
Fuad Nashori, Agenda Psikologis Islam, (Yogyakarta, 2010), hal 64.
16
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, terj. Triwibowo B.S, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2008), hal 48.
berpikir logis, dan mampu memahami sejumlah konsep hitung-
hitungan sederhana. Pada usia ini anak tidak mengandalkan
informasi dari panca indra untuk memahami alam sekitar,
mereka sudah mampu membedakan apa yang mereka lihat
dengan kenyataan yang sebenarnya serta apa yang bersifat
sementara dan yang bersifat tetap. Seperti mereka akan
mengetahui bahwa air dari gelas yang pendek jika dipindahkan
ke dalam gelas yang lebih tinggi maka jumlah airnya tetap akan
sama. Hal ini dikarenakan mereka tidak lagi mengandalkan
persepsi penglihatan namun juga sudah mampu menggunakan
logika.
Suatu hal yang nyata atau konkret lebih mudah untuk
dipahami, namun sebagian orang tidak mengerti kenapa hal
tersebut terjadi. Padahal semua itu telah dijelaskan dalam ilmu
psikologis faal yaitu salah satu cabang ilmu psikologis yang
membahas perilaku manusia dan kaitannya dengan fungsi serta
kerja alat-alat tubuh.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa alat-alat tubuh
manusia memiliki fungsi yang meliputi kemampuan kognisi,
afeksi dan konasi. Salah satu hal yang dipelajari di dalam
psikologis adalah sistem syaraf, cara kerja otak, serta emosi
manusia dan lain sebagainya.17
1. Pengertian Metode Pembelajaran
a. Pengertian metode
Secara etimologis, istilah metode berasal dari bahasa
Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yakni
“metha” yang memiliki berarti melalui atau melewati dan “hodos”
yang berarti jalan atau cara. Sehingga metode diartikan sebagai
suatu jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan.18 Dalam bahasa
17

18
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
hal. 40.
Arab metode diartikan dengan kata thariqah yang bermakna jalan,
cara, sistem atau langkah-langkah strategis yang harus
dipersiapkan untuk melakukan sebuah pekerjaan. Sedangkan dalam
bahasa Indonesia, metode dapat juga disinonimkan dengan kata
cara.19
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, metode dapat
diartikan sebagai cara yang teratur dan sistematis guna mencapai
maksud, atau dapat diartikan sebagai cara kerja yang tersistematis
sehingga memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai.20
Metode dapat juga diartikan sebagai cara atau jalan yang
harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, metode
juga dapat diartikan sebagai suatu saran untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data untuk pengembangan suatu disiplin
ilmu.21 Sehingga metode termasuk salah satu komponen-komponen
pendidikan yang sangat menentukan pencapaian dari tujuan suatu
kegiatan pendidikan.22
Winarto Surakhmad berpendapat bahwa metode merupakan
cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. 23 Metode
juga diartikan sebagai cara yang digunakan agar materi
pembelajaran tersampaikan kepada anak didik.24 Sedangkan
Abuddin Nata berpendapat bahwa metode yang
berhubungan dengan teori, konsep serta wawasan yang berkaitan
dengan berbagai disiplin ilmu disebut dengan metode pengajaran.
Di sisi lain ilmu yang mengkaji tentang berbagai macam metode
19
Ramayulis, Metodologi Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hal 2-3
20
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), hal. 581.
21
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama, 2005), hal.
143.
22
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), cet. V, hal 60.
23
Winarno, Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1998), hal. 96.
24
Jalaluddin dan Usman Said, “Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996), cet II, hal. 52.
yang berkaitan dengan pengajaran itu sendiri disebut dengan
metodologi pengajaran.25
Muhammad Ahiyah al Abrasy mendefinisikan metode
sebagai jalan yang harus diikuti agar siswa paham dengan semua
materi pembelajaran. Sehingga metode dapat di simpulkan sebagai
jalan, cara, langkah, strategi yang mesti dilalui untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
b. Pengertian pembelajaran
Menurut Moh, Surya, belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan oleh seorang individu guna mendapatkan
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan yang
meropidan hasil pengalaman individu tersebut dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.26
Menurut Corey, pembelajaran merupakan suatu proses
dimana sebuah lingkungan diatur sedemikian rupa agar seorang
individu dapat melakukan suatu tingkah laku dan respon terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan bagian khusus dari
pendidikan.27
Menurut Budimansyah, pembelajaran merupakan sebuah
perubahan dalam kemampuan, sikap dan perilaku peserta didik
yang bersifat relative permanen sebagai akibat dari pengalaman
atau latihan, sehingga perubahan kemampuan yang bersifat
sementara dan kemudian kembali pada perilaku awal
mengindikasikan bahwa belum terjadinya pembelajaran meskipun
sudah dilakukan pengajaran.

25
Abuddin Nata, Prespektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: KencanaPrenada
Media Grup, 2011), cet.2. hal 176.
26
Sifa Siti Mukrimah, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: UPI, 2014), hlm. 33.
27
Sifa Siti Mukrimah, ibid, hal. 35.
Sedangkan dalam UUSPN nomor 20 tahun 2003,
pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik
dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. 28
c. Pengertian metode pembelajaran
Kemampuan memilih metode pembelajaran merupakan
salah satu kemampuan terpenting yang harus dimiliki oleh seorang
guru. Hal ini dikarenakan kemampuan memilih metode
pembelajaran yang efektif akan mampu menciptakan kondisi kelas
yang kondusif. Pemilihan metode pembelajaran yang efektif juga
mempertimbangkan apakah metode tersebut relevan dan tepat
dengan kemampuan dan kecakapan yang harus dimiliki oleh
peserta didik.
Metode pelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk
menghadirkan interaksi antara guru dan siswa yang kemudian
berakibat terjadinya transformasi kemampuan dari guru terhadap
siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.29
Perbedaan dalam pemilihan metode pembelajaran berakibat
pada situasi yang dihasilkan berbeda pula. Oleh sebab itu Analisa
perencanaan mengenai suatu metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran sangat diperlukan, dengan mempertimbangkan
situasi apa yang ingin diciptakan dan kemampuan apa yang
diharapkan. Ringkasnya tidak ada satupun metode yang dapat
dikatakan benar-benar efektif dalam suatu pembelajaran untuk
semua situasi dan tujuan.
Abu Ahmadi mendefinisikan metode mengajar sebagai
suatu pengetahuan mengenai tata cara mengajar yang digunakan
oleh guru atau instruktur.30

28
Sri Hayati, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperativ Learning, (Jakarta: Graha Cendekia,
2017), hal. 2-3.
29
Mohammad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat Dasar,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 10.
30
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 52.
Omar Mohammad berpendapat bahwa metode mengajar
bermakna segala kegiatan terarah yang dikerjakan oleh guru dalam
mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta
didik serta suasana alam sekitar dan dalam rangka menolong
siswa-siswanya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang diharapkan dari tingkah laku mereka.31
Ramayulis mendefinisikan metode mengajar sebagai cara
guru berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.32 Sehingga disimpulkan bahwa metode pembelajaran
jika dikaitkan dengan pendidikan agama Islam bermakna jalan,
cara, strategi atau langkah-langkah untuk menanamkan nilai-nilai
keislaman pada jiwa anak sehingga tumbuh menjadi seorang yang
berkepribadian islami.
d. Macam-Macam Metode dalam Pembelajaran
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara menyampaikan materi
pembelajaran melalui penuturan atau lisan. Karena dilakukan
dengan lisan maka metode ini termasuk metode yang cukup
murah, namun di sisi lain metode ini menuntut seorang
pendidikan agar mampu meningkatkan kualitas personalitas
pendidik tersebut. Di mulai dari penggunaan gaya bahasa,
prosedur, sikap, kemudahan bahasa, kelancaran berbicara,
sistematika pendidik dalam menyampaikan materi, serta
penguaasaan pendidik terhadap materi itu sendiri. metode
pembelajaran yang menjadikan guru sebagai pusat dari
pembelajaran. Dalam metode ceramah ini guru dituntut aktif
unruk menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan materi
yang diajarkan, Sedangkan siswa hanya duduk dan
mendengarkan dengan cermat serta menulis catatan tentang

31
Omar Muhammad, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal 553.
32
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: kalam mulia, 2008),hal 3.
pokok materi yang diajarkan oleh guru. Akan tetapimetode ini
akan efektif digunakan jika pendidik memiliki keterampilan
menjelaskan (explaining skill) serta kemampuan memilih serta
menggunakan media pembelajaran yang tepat.33
2) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan metode pembelajaran
dimana guru bertanya Sedangkan siswa menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh guru atau sebaliknya. Metode tanya jawab
dilakukan sebagai evaluasi terhadap materi yang telah
diajarkan, sebagai salah satu cara merangsang siswa terfokus
kepada materi yang seddang diajarkan,sebagai selingan selama
dalam waktu pembelajaran serta untuk mengerahkan
kemampuan berpikir siswa. Kesulitan yang sering ditemukan
pada metode ini adalah kesulitan pendidik dalam merumuskan
pertanyaan yang jelas, lugas dan mudah dipahami peserta didik.
Metode ini memungkinkan pendidik dan peserta didik untuk
melakukan komunikasi multi arah, tidak hanya terbatas dialog
antara pendidik dengan peserta didik, namun juga antara
peserta didik itu sendiri. Metode ini membantu peserta didik
lebih berani berpendapat dengan argument yang logis serta
berani dalam bertanya mengenai hal-hal yang tidak mereka
pahami atau hal-hal yang menurut mereka ganjil.34
3) Metode Diskusi
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk
mengerahkan kemampuan berfikir siswa. Diskusi selalu
diarahkan untuk memecahkan masalah. Dari diskusi tersebut
dihasilkanlah berbagai macam pendapat yang pada akhirnya
merujuk pada satu kesimpulan khusus. Dalam metode ini ada

33
Mohamad syarif sumantri, strategi pemebelajaran teori dan praktik di tingkat dasar, (Jakarta:
rajawali press, 2015), hal. 59-60.
34
Ibid, hal.
61-62.
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, apakah setiap
anak mau mengemukakan pendapatnya, Kedua, apakah setiap
siswa menjaga dan mematuhi etika dalam berbicara atu
berpendapat. Ketiga, terakhir perhatikan apakah pembicaraan
tersebut mampu memecahkan persoalan diskusi atau tidak.
4) Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Metode ini dilakukan dengancara memberikan siswa
tugas khusus di luar jam pelajaran. Dalam praktik, metode ini
tidak hanya dilakukan di rumah, namun juga bisa dilakukan di
luar rumah seperti labortoriun, perpustakaan, di taman dan
sebagainya. Metode resistasi ini dilakukan agar semua
pengetahuan yang diterima lebih dipahami oleh peserta didik,
agar peserta didik lebih aktif dalam menggali materi yang
dipelajari.
5) Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode demonstrasi adalah metode mengajar, dimana
guru, siswa atau orang lain diminta untuk memperagakan suatu
kegiatan yang berhubungan dengan materi yang diajarkan,
misalnya proses mengambil wudhu atau tata cara sholat.
Sedangkan metode eksperimen adalah metode
pengajaran dimana guru dan peserta didik menegrjakan sesuatu
sebagai latihan dari apa yang diketahui.
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan dalam islam mengacu pada tiga
terminologi, yaitu al tarbiyah, al ta’dib, dan al ta’lim. Dari Ketiga
istilah tersebut, term al tarbiyah lebih sering digunakan
dibandinkan term al ta’dib dan al ta’lim. Kata al tarbiyah berasal
dari kata rabb. Kata rabb ini memiliki banyak makna, namun pada
dasarnya merujuk pada makna tumbuh, berkembang, merawat,
mengatur, memelihara dan menjaga kelestarian. Adapun istilah al
ta’lim bersifat lebih umum darial tarbiyah karena mencakup segala
hal yang bersifat teoritis, pengetahuan dan keterampilan dalam
hidup serta pedoman dan arahan dalam berperilaku sehari-hari.
Sedangkan untuk kata al ta’dib, yang berarti pengetahuan
dan pemahaman yang ditanamkan kedalam diri manusia secara
bertahap tentang segala hal yang mencakup segaal sesuatu dalam
tatanan penciptaan. Makna ini sangat luas dan mendalam
mengingat di dalam term al ta’dib mengandung arti ilmu, ,
keadilan, kearifan, kebijaksanaan, pengajaran pengasuhan yang
baik sehingga makna kata al tarbiyah dan al ta’lim telah tercakup di
dalam term al ta’dib. Sehingga dari pendidikan agama islam,
diharapkan individu dapat menjalankan kehidupannya Sesuai
dengan nilai-nilai keislaman.35
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang
berperan untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi baik
secara fisik, intelektual, sosial maupun spritual yang terdapat pada
siswa dengan cara memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki
serta mengaturnya sehingga siswa tersebut dapat tumbuh dan
terbina secara optimal.36
Pendidikan sebenarnya merupakan proses perubahan
menuju perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi
manusia melalui pengetahuan.37
Sedangkan pendidikan agama islam berarti upaya sadar dan
terencana dalm menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami,
menghayati, serta mengimani ajaran agama islam, diikuti dengan
ssikap menghormati penganut agama lain dalam hubungannya

35
Al Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2003), hal. 25-
30.
36
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta, Kencana,2010), Hal 8.
37
Mahfud Junaedi, Ilmu Pendidikan Islam Filsafat dan Pengembangan, (Semarang: Rasail, 2010),
Hal. 10.
dengan kerukunan umat beragama hingga terwujud kesatuan serta
persatuan bangsa.38
M. Arifin mendefinisikan pendidikan agama islam sebagai
proses yang yang mengangkat derajat manusia sesuai dengan
kemampuan dasar dan kemampuan yang dipelajarinya guna
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik.39
Pendidikan agama islam merupakan usaha yang berupa
pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam, serta
menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi ataupun
kehidupan bermasyarakat ketika kelak selesai pendidikannya.40
Untuk mencapai hal yang demikian, pendidikan harus
dimulai dari sedini mungkin agar kelak Ketika anak telah dewasa,
pendidikan yang pernah ditanamkan benar-benar melekat pada jiwa
anak sehingga akan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran
islam dengan baik di dalam hidupnya.
Sehingga dengan demikian pendidikan agama Islam dapat
disimpulkan sebagai suatu proses membentuk sikap, tingkah laku
dan kepribadian yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Adanya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah
atau madrasah bertujuan agar keimanan siswa mengenai agama
Islam terus tumbuh dan meningkat. Proses penanaman nilai-nilai
keimanan ini dilakukan dengan pemberian serta pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengamalan siswa
mengenai agama Islam. Dengan adanya Pendidikan Agama Islam
di sekolah, diharapkan para siswa menjadi manusia yang beriman,

38
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan
Implemenasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 130.
39
Aat Syafaat dan Sohari Sahrani, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hal 15-16.
40
H. TB. Aat Syafaat, et. Al., Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan
Remaja (Juvenile Delinquency), (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hlm. 16.
bertakwa, cinta tanah air serta mampu menggapai cita-cita yang
lebih tinggi.41
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan berfungsi sebagai
media pengembangan potensi-potensi dari individu agar dapat
bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat dalam menghadapi
tantangan yang selalu berubah.42
Fungsi dari pendidikan agama islam adalah untuk
membimbing individu supaya mampu menjalankan amanah dari
Allah SWT yaitu sebagai hamba Allah SWT yang selalu
mengabdikan diri kepada Allah SWT.43
Sementara itu, yang dimaksud dengan tujuan adalah hal
yang diharapkan ketika suatu kegiatan atau usaha telah selesai
dilaksanakan. Pendidikan merupakan salah satu bentuk usaha atau
kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu dan juga kegiatan
tersebut memiliki proses yang bertahap dan bertingkat. Tujuan
pendidikan pada dasarnya tidak bersifat statis, namun justru
bersifat dinamis sesuai dengan keseluruhan dari kepribadian
seseorang terkait dengan seluruh aspek kehidupannya.44
Tujuan pendidikan islam pada garis besarnya bertumpu
pada beberapa aspek. Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia.
Sesuai dengan tujuan penciptaan dari Manusia yaitu untuk
beribadah dan mengabdi kepada Allah, maka tujuan pendidikan
agama islam mestinya selaras dengan tujuan tersebut. Hal ini telah
jelas diketahui di dalan surah Az-Zariat ayat 51:
Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Surah: Az-
Zariat: 56)

41
Ibid, hal 135
42
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2008). Hal. 305.
43
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 24.
44
Zakiah Drajat, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 29.
Kedua, manusia adalah makhluk yang unik, karena
semenjak manusia dilahirkan, mereka telah membawa beberapa
potensi bawaan seperti fitrah, bakat, minat, sifat dan karakter yang
mengarahkan manusia untuk senentiasa cenderung pada kebenaran
dari Allah SWT.
Ketiga, tuntutan dari masyarakat, tuntutan ini berupa
tanggungjawab untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang telah
berakar pada kehidupan masyarakat serta pemenuhan terhadap
tuntutan kebutuhan pokok dan antisipasi mobilitas perkembangan
dunia modern.
Keempat, sisi dalam dimensi kehidupan ideal dalam Islam.
Ajaran islam mengandung nilai-nilai kehidupan yang sangat mulia,
dimensi ini mengarahkan manusia agar menjadikan usaha di dunia
sebagai bekat untuk akhirat dalam meraih surga Allah SWT,
sebagai cita-cita tertinggi dari seorang mukmin. Atas dasar itulah
nilai Islam mendorong manusia agar tidak terbelenggu rantai
duniawi dan selalu menjadikan kebahagiaan di akhirat sebagai
tujuan akhir.45
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
e. Ruang lingkup aspek-aspek yang diajarkan dalam Pendidikan
Agama Islam di sekolah dan di madrasah tidak berbeda, keduanya
mencakup lima aspek. Meskipun demikian terdapat perbedaan
Pendidikan Agama Islam di sekolah dan di madrasah, dimana jam
pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah lebih singkat
dibandingkan dengan jam pelajaran Pendidikan Agama Islam di
madrasah. Adapun ruang lingkup pendidikan agama islam di
sekolah dan di madrasah adalah sebagai berikut, yaitu Alquran dan
hadis, akidah, akhlak, fikih, serta sejarah kebudayaan Islam. Dari
semua aspek yang dipelajari dalam pendidikan agama islam, dapat

45
Abdul Mujib Dan Jusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2006), hal 71-72.
disimpulkan bahwa pendidikan agama islam sangat menitik
fokuskan pada keseimbanganhubungan antara manusia dengan
dirinya, manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia
dengan lingkungannya serta hubungan manusia dengan Allah
SWT.
f. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam
Dua dasar, dan landasan dari pendidikan agama islam yaitu
alqur’an dan sunnah. Penetapan alqur’an dan sunnah sebagai dasar
dari pendidikan agama islam tidak hanya berdasarkan dari keimana
semata, namun karena kebenaran Alquran dan sunnah sebagai
dasar pendidikan agama islam dapat diterima oleh nalar manusia
serta dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman hidup
manusia. Sebagai pedoman pendidikan agama islam, Alquran tidak
memiliki keraguan di dalamnya sebagaimana yang dijelaskan
dalam surah al Baqarah ayat 2:
Artinya: Kitab (al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Surat al Baqarah: 2)
Sedangkan hadis dipahami sebagai segala sesuatu yang di
sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun ketetapan dari beliau. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
surat al Ahzab (33) ayat 21.
Artinya: sesungguhnya telah ada pada (diri)Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
banyak menyebut Allah. (Q.S al- Ahzab: 21).46
Ayat tersebut menjadi dalil bahwa kepribadian Rasullah
harus diteladani bagi orang-orang yang beriman.47
B. Penelitian yang Relevan

46
Departemen RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm. 420.
47
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema
Insani, 2000). Hal. 841.
1. Muhammad Rifki (2017) Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Penelitian
beliau berjudul “Matsal Serangga Dalam Al-Quran (Studi Kritis Tafsir
Kementrian Agama)”. Skripsi ini membahas tentang tiga ayat dalan al-
qur’an yang membahas serangga sebagai perumpamaan. Pertama surah
al-Hajj ayat 73 yang membahas tentang lalat, kedua surah al-ankabut
ayat 41, dan yang ketiga dalam surah al-baqarah ayat 26. Dalam
pengumpulan data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
(library research) atau kualitatif dengan sumber primer yaitu Kitab
Tafsir Kementrian Agama Islam. Dari penelitian ini dapat diambil
kesimpulan yaitu dari tiga ayat matsal mengenai serangga tersebut,
didapatlah informasi tambahan mengenai lalat, laba-laba dan nyamuk
dalam kajian saintifik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu sama-sama meneliti metode amtsal, namun
penulis berfokus dengan metode amtsal pada surah Ibrahim ayat 24-25
sebagai metode pendidikan sedangkan Muhammad Rifki berfokus
pada amtsal serangga dalam al-Qur’an.
2. Ridwan Wening Panggalih (2017). Penelitian beliau berjudul,
“Efektifites Metode “Amtsal” Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Di
MTs Al-Falah Maos Kelas VII”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat efektifitas metode amtsal (perumpamaan) dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Akidah
Akhlak di Kelas VIII MTs Al Fatah Maos. Pada penelitian ini, beliau
menggunakan metode quasi eksperimen, untuk mengumpulkan data
penulis menggunakan metode field work research (penelitian
lapangan) dan untuk analisis data penulis menggunakan teknik analisis
kuantitatif. Dari penelitian tersebut diperolehlah u-hitung=116< u-
tabel=127 dan nilai p=0,022 < α=0.05, sehingga Ho ditolah dan Ha
diterima. Sehingga kesimpulannya metode amtsal letih tinggi tingkat
efektifitasnya dibandingkan dengan metode konvensional dengan skor
indeks N-Gain 0,57. Antara penelitian penulis dengan penelitian
ridwan terdapat persamaan yaitu sama-sama membahas metode
amtsal, namun penulis menggunakan pendekatan studi kepustakaan
sedangkan penelitian Ridwan menggunakan pendekatan studi
lapangan.
3. Miftahul Jannah (2014) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah. Penelitiannya
berjudul “Metode Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Al-
Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125-126”.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui metode pendidikan Islam yang terkadung dalam surat an-
Nahl ayat 125-126. Skripsi ini menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu menganalisa masalah dengan mengumpukan data-data
kepustakaan kemudian data tersebut dideskriptifkan dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Hasil penelitian ini menyimpulan bahwa di
dalam surat an-nahl ayat 125-126 mengandung metode penelitian
mauizhah atau nasehat, diskusi dan hukuman. Persamaan penelitian
Miftahul Jannah dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-
sama meneliti tantang metode pendidikan dalam al-Qur’an, namun
penulis memfokuskan penelitian pada metode amtsal di dalam surah
Ibrahim ayat 24-25 sedangkan Miftahul Jannah fokus pada metode
pendidikan dalam surah an-Nahl ayat 125-126.
4. Annisa Khanza Fauziah (2017) Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Penelitiannya berjudul “Metode Pendidikan Dalam Prespektif Al-
Qur’an (Kajian Tafsir Terhadap Surat An-Nahl Ayat 125-128)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tafsir surat an-nahl. Metode
penelitian dari skripsi ini adalah jenis penelitian kulitatif dengan kajian
studi kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data
diambil dari sumber-sumber kepustakaan, kemudian dianalisis dengan
metode tahlili. Sumber primer dari penelitian ini adalah kitab-kitab
tafsir. Dari penelitian ini penulis mendapatkan kesimpulan bahwa
dalam surah an-nahl terkandung beberapa metode pendidikan, yaitu:
metode hikmah, metode mau’izhah hasanah, dan metode jidal.
Persamaan penelitian Annisa Khanza Fauziah dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu sama-sama berfokus pada metode pendidikan di
dalam al-Qur’an, namun penulis berfokus pada surah Ibrahim ayat 24-
25 sedangkan penelitian Annisa Khaza Fauziah berfokus pada surah
an-Nahl ayat 125-128.

C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan
(library research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang
menjadikan perpustakaan sebagai tempat untuk mendapatkan data
penelitiannya. Intinya penelitian kepustakaan membatasi penelitiannya
hanya pada bahan-bahan koleksi pustaka saja tanpa melakukan
penelitian lapangan. Bahan koleksi yang digunakan meliputi buku,
jurnal, karya ilmiah dan lain sebagainya.48
Penelitian ini deskriptif sebagai ciri khas dari penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan
memahami phenomena yang dialami oleh subjek penelitian secara
keseluruhandan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu uraian khusus yang bersifat ilmiah dan dengan
menggunakan berbagai metode ilmiah.49
bersifat kualitatif adalah penelitian pustaka dan untuk
mendapatkan kesimpulan dari pokok permasalahan yang penulis
analisa, maka penulis melakukan penelitian kepustakaan (library
research). Hal ini dilakukan dengan cara meneliti kitab tafsir al-Qur’an
dan buku lain yang menunjang data penelitian
48
Mestika Zed, metode penelitian kepustakaan. (Jakarta: Yayasan obor Indonesia,
2008). Hlm. 1-2.
49
Kaelan, metodologi penelitian kualitatifinterdisipliner bidang sosial, budaya, Filsafat, seni,
agama dan humaniora
2. Sumber Data
Karena studi ini terkait ayat al-Qur’an, maka penulis menjadikan
al-Qur’an sebagai rujukan utama atau sumber data primer . Sedangkan
kepustakaan yang bersifat sekunder adalah kitab tafsir, buku-buku
keagamaan, serta jurnal dan artikel yang terkait dengan tema.
3. Metode pengumpulan data
Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan studi
dokumentasi yaitu menelaah referensi dan literatur yang berkaitan
dengan tema yang dibahas dari berbagai sumber seperti buku, jurnal,
laporan penelitian dan lain-lainnya.50 dokumentasi berasal dari kata
dokumen yang artinya barang-barang tertulis penelitian menghimpun
mencatat dokumen-dokumen yang menjadi sumber penelitian
Karena studi ini terkait ayat al-Qur’an, maka penulis
menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan utama. Sedangkan kepustakaan
yang bersifat sekunder adalah kitab tafsir, buku-buku keagamaan, serta
jurnal dan artikel yang terkait dengan tema.
4. Teknik analisis data
Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, penulis
menggunakan metode tafsir tahlili. Metode ini merupakan metode
yang menganalisis tafsir ayat berdasarkan makna setiap kata dan
susunan kalimatnya. Metode ini juga menerangkan ayat-ayat al-Qur’an
dari segi urutan ayat atau surat dalam mushaf, kandungan lafaznya.
Hubungan ayat-ayat dan surat-suratnya. Sebab turunnya, hadis yang
berkaitan dengan ayat tersebut serta pendapat dari mufassir lainnya.51
Adapun prosedur metode ini yaitu: menguraikan makna yang
dikandung oleh ayat serta berbagai aspek yang terkadung di dalam ayat
tersebut seperti pengertian kosa kata, konotasi kalimat, sebab turunnya
ayat, kaitannya dengan ayat sebelum dan sesudahnya, dengan hadis
nabi yang terkait serta pendapat para mufassir.
50

51
Hujair A.H. Sanaky, Metode Tafsir (Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti
Warna atau Corak Mufassirin), Al-Mawarid edisi XVIII Tahun 2008, hlm 274.
5. Metode pengolahan data
Agar data yang terkumpul dapat menjadi bahasan yang akurat,
maka penulis menggunakan metode yang bersifat kualitatif dengan
cara berfikir: pertama, deduktif, yaitu penulis menjabarkan data secara
umum kemudian diambil kesimpulan yang bersifat khusus. kedua,
induktif, yaitu penulis meninjau hal-hal yang bersifat khusus untuk
diuraikan secara umum. Ketiga, komparatif, yaitu penulis meninjau
beberapa pendapat, membandingkannya pendapat tersebut dan
kemudian mengkompromikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.


Abdul Djalal¸ Ulum al-Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), hal 326.
Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Penerj M. Abdul ghoffar, (Jakarta:
Pustaka Imam Syafi’i, 2008), hal 108.
Achmadi, Ideologi. 2005. Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ahmad Tafsir. 2007. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,
Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an, Jilid II, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal 35.
Dudung, Abdullah Harun. 1990. Tamsil dalam al-Qur’an Membina Orang
Beriman. Jakarta: Kalam Mulia.
Haidar Bagir. 2019. Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia. Bandung: Mizan
Pustaka.
Kadar M. Yusuf. 2016. Studi Al-Qur’an. Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Kinerja Guru (PK Guru), Jakarta: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan.
Inanna, Peran Pendidikan Dalam Membangun Karakter Bangsa Yang Bermoral,
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol 1 No 1 Januari 2018, hlm, 3.
M. Fatiha, Aspek-Aspek Pedagogies dalam Amtsal Al-Qur’an (Kajian
Metodologis, Motivasi, Berfikir Kritis dalam Pembelajaran Islam
Integratif), TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol 6 No 2
November 2016, hlm 6.
Mahbub Nuryadien, Metode Amtsal:metode al-Quraan Membangun Karakter,
Jurnal Al Tarbawi Al Haditsah Vol 1 No 1, hlm 2-3.
Mahmud Yunus,Tafsir al-Qur’anul Karim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1988
Mustafa Usman. 2000. Al-Balaqah Al Wadihah, terj. Mujiyo Nurkholis Dkk,
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nurjannah Rianie, Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam (Sebuah
Perbandingan dalam Konsep Teori Pendidikan Islam dan Barat). Jurnal:
Management of Education, Volume 1.
Nurkholis, “Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi”, Jurnal
Kependidikan, Vol. 1 No. 1 November 2013,
Rusydie Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadith, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2015), Hal 111-112.
Rosihan Anwar, Ilmu Tafsir, (Bandusng: Pustaka Setia, 2005), hal 92-93
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Semarang, Pustaka
Rizki Putra, 2009), hal 167
Hifni Bek Dayyab (Dkk), Kaidah Tata Bahasa Arab, Nahwu Saraf, Balagah,
Bayan, Badi’, terj. (Jakarta: Chatibul Umam, Darul ‘Ulum, 1990). Hal
495.
1. Shihab, Ensiklopedia …, hal 613
Fitriah M. Suud, Amtsal al-Qur’an: Sebuah Kajian Dalam Psikologis Islam,
(Aceh: Universitas Serambi Mekkah), hal 12-13.
Fuad Nashori, Agenda Psikologis Islam, (Yogyakarta, 2010), hal 64.
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, terj. Triwibowo B.S, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2008), hal 48.
Muh. Daming. K, al-amtsal al-mu’miniin, al-adl: jurnal studi ilmu hukum islam
dan pranata sosial, vol. 4 no. januari 2011, (Kendari: jurusan Syariah
STAIN Kendari, hal 47-48.

Anda mungkin juga menyukai