Anda di halaman 1dari 22

NATURALISME

HUMANISME DAN EKSISTENSIALISME


PROBLEM KEJAHATAN
PLURALITAS AGAMA

FILSAFAT AGAMA
KELOMPOK 5

ANDIKA PRASETIAWAN (200911004)


AFDHA ALIF MILANO
HUSEIN AHMED
KOKO NURUL KAMAL
NATURALISME

Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai


keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan
bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh
manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan
waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains
alam.
Istilah naturalisme adalah kebalikan dari istilah
supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap
alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar
alam.
NATURALISME

Makna “Naturalisme”. Mengatakan bahwa barang sesuatu bersifat alami,


mempunyai sejumlah makna. Dua di antaranya secara khusus penting bagi
kita.
(1) Merupakan hasil berlakunya hukum alam fisik.

Misalnya, saya mengatakan, “Gerhana matahari merupakan gejala alami”, dan


yang saya maksudkan ialah, bahwa gerhana matahari terjadi sesuai dengan
hukum gerakan benda angkasa.

(2) Terjadi menurut kodrat atau wataknya sendiri.


Misalnya saya mengatakan, “Secara alami (wajar) ia berbuat demikian”, dan
yang saya maksudkan ialah bahwa perbuatannya itu sesuai dengan watak
atau kodratnyaKesulitan yang paling berat adalah pertentangan yang terbuka
dan yang lazim antara dua hal, yaitu antara sains dan agama.
NATURALISME

Pokok daripada persoalan itu ialah bahwa sains menghendaki


naturalisme, sedangkan agama menghendaki supernaturalisme, dan
kedua hal itu kelihatannya tak dapat disesuaikan.

Kalau Ilmu mempunyai konsep yang pasti tentang alam, agama pun
mempunyai doktrin-doktrin yang mutlak tentang supernatur. Mukjizat dan
doa adalah ajaran agama yang tidak boleh dibantah lagi, seperti Nabi
Ibrahim tidak terbakar oleh api. Menurut hukum alam, api harus
membakar, tetapi dalam kasus Nabi Ibrahim tidak. Di sini, terlihat bahwa
dua konsep tersebut bertentangan satu sama lain.
NATURALISME

Problemnya kemudian adalah kalau agama yang lebih benar, maka teori ilmu
tersingkir, sedangkan kalau teori ilmu yang lebih benar, maka agama tersingkirkan.
Baik ilmu maupun agama menjadikan keharmonisan susunan alam sebagai objek
penelitian dan sarana argumentasi. Ilmu dan agama sama-sama menganjurkan
untuk memperhatikan susunan alam. Hanya saja bagi penganut naturalisme, alam
dijadikan sebagai objek kajian untuk menetapkan teori-teori ilmu, sedangkan para
teolog, alam dijadikan objek kajian untuk mempertegas wujud dan kebesaran
Tuhan.
Struktur ilmiah menuntut keobjektifan, teruji, terbukti, dan pasti. Adapun, struktur
agama menuntut keyakinan (bersifat subjektif) dan tidak perlu dibuktikan, tetapi
dapat diperkuat oleh argumen rasional. Ukuran ilmu dan agama juga berbeda, ilmu
ukurannya adalah salah atau benar, sedangkan agama ukurannya iman dan kafir.
HUMANISME

Humanisme merupakan istilah yang berasal dari kata humanitas yang berarti
pendidikan manusia. Pada pertengahan abad ke-14 humanisme adalah gerakan
filsafat yang muncul di Italia lalu berkembang hingga ke seluruh Eropa. Humanisme
menyatakan bahwa manusia adalah ukuran dari segala sesuatu. Kekuasaan
manusia harus dihidupkan kembali setelah mengalami masa-masa kegelapan.
Maka, filsafat abad pertengahan harus ditinggalkan dan kembali ke filsafat
klasikPico, salah satu tokoh humanisme mengatakan, “Manusia dianugerahi
kebebasan memilh oleh Tuhan dan menjadikannya pusat perhatian dunia. Dengan
posisi itu dia bebas memandang dan memilih yang terbaik. ”Valla, salah satu tokoh
humanisme yang menolak kekuatan agama atas manusia. Manusia berhak menjadi
dirinya sekaligus menentukan nasibnya. Tujuan manusia adalah menikmati dunia
dan bersenang-senang
HUMANISME

Humanisme pada abad awal Renaisans tidak menyangkal keberadaan


Tuhan. Namun, mereka berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah dalam
diri manusia telah memiliki nilai cukup untuk dijadikan sasaran
pengenalan manusia. Tanpa wahyu pun, seseorang mampu berkarya
dengan baik dan sempurna. Beberapa abad kemudian, sekitar abad-19
dan 20 muncul gerakan humanisme yang melepaskan segala hal yang
berkaitan dengan Tuhan dan akhirat serta hanya menerima hidup di
dunia seperti apa adanya
EKSISTENSIALISME

Puncak perkembangan humanisme adalah saat masa eksistensialisme di


Jerman pada abad-19. Bagi eksistensialisme bahwa eksistensi mendahului
esensi (hakikat). Marxisme mengatakan eksistensialisme mengutamakan
manusia sebagai individu yang bebas dan menghilangkan peran Tuhan
dalam hidup. Pada intinya, dia mengutamakan perbaikan manusia dari
segi sosial.

Sedangkan eksistensialisme mengutamakan kemajuan dan perbaikan


diriNietzsche, salah satu tokoh eksistensialisme ekstrem yang tidak hanya
percaya pada Tuhan dia juga menyerang Tuhan. Ia mengatakan bahwa
Tuhan telah mati dan terkubur. Oleh karena itu, para penganut agama
tidak perlu lagi takut akan dosa.
EKSISTENSIALISME

Dalam dunia keyakinan beragama, Nietzsche tidak tertarik untuk meneliti


apakah agama Kristen benar atau palsu yang penting adalah hasilnya. Dia
tidak ragu untuk memilih kebohongan dan kepalsuan asalkan hal-hal
tersebut lebih berhasil dibanding kebenaran. Baginya, “Saat ini tidak ada
gunanya memersoalkan apakah orang-orang percaya kepada Tuhan atau
tidak. Sekarang, Tuhan hanyalah merupakan suatu kata yang tidak berarti,
dan bahkan bukan merupakan konsep. Pada saat manusia sadar dengan
kekuatan yang terpendam dalam dirinya juga kemampuannya untuk
bercinta dan mengatakan ini berasal dari makhluk lain
(Superhuman/gaib), Nietzsche membagi dua aspek tersebut kepada dua
lingkungan.
EKSISTENSIALISME

Nietzsche berusaha membebaskan pikiran manusia dari ide tentang


Tuhan. Dia menyerang nilai-nilai Kristen dan menggantikannya dengan
nilai mulia dan agung. Tidak hanya itu, ia mengajak manusia untuk
menggemparkan pernyataan “Kita telah membunuh Tuhan” J.P Sartre
pada abad ke-20 pernah merasa kehilangan kepercayaan tentang
eksistensi Tuhan. Dia menganggap bahwa Tuhan hanyalah proyeksi dari
manusia. Tuhan tidak terlibat dalam keputusan yang diambil manusia.
Manusia adalah kebebasan dan hanya sebagai kebebasan ia bisa
bertanggung jawab. Bagi Sartre kecemasan dan ketakutanlah yang
membatasi kebebasan manusia.
EKSISTENSIALISME

Untuk itu, Sartre mengungkapkan bahwa untuk menjalani kebebasan. Dia


mengatakan, “Kita tidak bebas untuk bertindak bebas atau tidak”.
Melarikan diri dari kebebasan, juga merupakan salah satu cara untuk
merealisasikan kebebasan kita. Pada dasarnya, humanisme dan
eksistensialisme mendasari konsep ateisme. Manusia sebagai makhluk
yang tertinggi dibanding makhluk lain yang terletak dari kebebasannya
dalam bertindak. Manusia menjadi fokus sentral dan tertinggi yang
berbentuk supernatural
PROBLEMA KEJAHATAN

Adanya kejahatan di jagad raya merupakan problem yang tidak henti-hentinya


diperdebatkan, terutama oleh agamawan dan ilmuwan. Problem yang mendasar
terutama bagi teisme, adalah kenapa kejahatan itu ada, padahal Tuhan Pencipta,
Maha Kuasa, dan Sumber Kebaikan. Timbul suatu pertentangan dalam diri Tuhan,
yaitu Tuhan sebagai sumber kebaikan dan sekaligus kejahatan. kenyataan tersebut
tidak benar secara logika. Dan argumen semacam ini pulalah yang digunakan oleh
kaum ateis untuk menolak teisme.

salah satu susunan argumen ateisme menolak teisme adalah sebgai berikut:Jika
Tuhan maha baik, tentu Dia akan membasmi kejahatanJika Tuhan maha kuasa,
tentu Dia mampu menghancurkan kejahatantetapi kejahatan belum
terhapusKarena itu, Tuhan tidak ada
PROBLEMA KEJAHATAN

Kalau teisme menghadapi problem kejahatan, maka ateisme menghadapi


persoalan kebaikan. Jika alam tidak diciptakan oleh Tuhan yang maha baik. Timbul
pertanyaan dari mana datangnya kebaikan yang di luar jangkauan kodrat manusia,
seperti keteraturan kosmos dan udara yang paling vital bagi kehidupan manusia.
Kalau dikatakan bahwa udara datang dari udara, tentu mustahil sebab tidak
mungkin zat yang sama menciptakan dirinya sendiri, apalagi udara adalah benda
mati. Jadi, ateisme akhirnya menghadapi kesulitan yang tidak gampang
diselesaikan.
Kejahatan pada prinsipnya dapat di bagi menajdi dua macam, yaitu kejahatan
moral dan kejahatan alam. Kejahatan morla berasal dari manusia, sedangkan
kejahatan alam berasal di luar kemampuan manusia. Namun, kedua kejahatan itu
kadnagkala saling terkait.
PROBLEMA KEJAHATAN

Contohnya, seseorang mati terbunuh, bisa karena dibunuh oleh seseorang dan
bisa karena ditenggelamkan banjir misal. Yang pertama karena kejahatan moral,
sedangkan yang kedua karena kejahatan alam. Banjir, yang asalnya adalah
kejahatan alam bisa juga berasal dari manusia karen ahutan dieksploitasi secara
besar-besaran. Perbuatan manusia dapat ditinaju juga dalam dua kategori, yaitu
kategori moral dan agama. Kategori morla menghasilkan nilai baik dan jahat,
sedangkan kategori agama menghasilkan kategori dosa dan pahala.
PROBLEMA KEJAHATAN

Para ahli agama dan filosof berusaha mencari jawaban yang dapat memuaskan
dalam menyelesaikan problematika kejahatan, baik kejahatan moral maupun alam.
Ada beberapa alternatif yang dikemukakan oleh para agamawan dan filosof
tentang kejahatan, yaitu:pertama, kekuasaan mutlak Tuhan harus bersyarat. Tuhan
tidak berkuasa menciptakan sesuatu yang bertentangan dalam dirinya, seperti
Tuhan tidak mampu membuat tali yang mempunyai satu ujung. C.S Louis
mengatakan bahwa Tuhan Maha Kuasa berarti mempunyai kemampuan untuk
mengerjakan segala sesuatu yang memang tabiatnya mungkin dan tidak berbuat
sesuatu yang memang tabiatnya mustahil. Menurutnya perbuatan yang demikian
tidak mengurngi kekuasaan Tuhan. Kedua, kejahatan adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari kebaikan yang lebih tinggi. Adanya kejahatan untuk menuju
kesempurnaan.
PROBLEMA KEJAHATAN

Contohnya seorang ibu yang sakit ketika melahirkan, dia akan segera girang ketika
melihat bayinya lahir dengan selamat.
Ketiga, setiap kejahatan adalah kutukan bagi manusia yang berdosa. Terjadinya
gempa bumi disebabkan oleh penduduk suatu daerah yang berdosa. Hal ini
diperkuat oleh sebagian agamawan bahwa dalam kitab Suci diceritakan kaum Ad’
Samud dan Luth.
Keempat, keyakinan tentang segala sesuatu yang terjadi tidak lepas dari hikmah
Tuhan. karena keterbatasan, manusia tidak mampu mengetahui semua hikmah
yang ada, hanya sedikit yang mampu diketahui, sedangkan yang belum diketahui
sangat banyak. Kendati yang sedikit itu sudah diketahui, belum tentu cocok dengan
hikmah yang ditetapkan Tuhan, karena manusia harus pasrah dan menerima
musibah yang terjadi. Pendapat keempat ini lebih dekat dnegna aliran Asy’ariah
dalam teologi Islam.
PLURALITAS AGAMA

Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang mempunyai makna yang luas, berkaitan
dengan penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda, dan dipergunakan dalam
cara yang berlain-lainan pula: Sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama
seseorang bukanlah sumber satu-satunya yang eksklusif bagi kebenaran, dan dengan
demikian di dalam agama-agama lain pun dapat ditemukan, setidak-tidaknya, suatu
kebenaran dan nilai-nilai yang benar. Sebagai penerimaan atas konsep bahwa dua atau
lebih agama yang sama-sama memiliki klaim-klaim kebenaran yang eksklusif sama-sama
sahih. Pendapat ini seringkali menekankan aspek-aspek bersama yang terdapat dalam
agama-agama. Kadang-kadang juga digunakan sebagai sinonim untuk ekumenisme,
yakni upaya untuk mempromosikan suatu tingkat kesatuan, kerja sama, dan
pemahaman yang lebih baik antar agama-agama atau berbagai denominasi dalam satu
agama. Dan sebagai sinonim untuk toleransi agama, yang merupakan prasyarat untuk
ko-eksistensi harmonis antara berbagai pemeluk agama ataupun denominasi yang
berbeda-beda.
PLURALISME MENURUT BERBAGAI
AGAMA

1. ISLAM
Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama
lain adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman(pluralitas).
Namun anggapan bahwa semua agama adalah sama (pluralisme) tidak
diperkenankan, dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang 'kami'
(Islam) sembah adalah Tuhan yang 'kalian' (non-Islam) sembah. Pada 28 Juli
2005, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa melarang paham
pluralisme dalam agama Islam.[1] Dalam fatwa tersebut, pluralisme didefiniskan
sebagai "Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan
karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk
agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan
agama yang lain salah”.
PLURALISME MENURUT BERBAGAI
AGAMA

Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup
dan berdampingan di surga".Namun, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan
kian disebarkan oleh kalangan Muslim itu sendiri.[Solusi Islam terhadap adanya
pluralisme agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama
masing-masing. Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk
menghilangkan konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas
agama-agama yang ada. Di Indonesia, salah satu kelompok Islam yang dianggap
mendukung pluralisme agama adalah Jaringan Islam Liberal. Di halaman utama
situsnya terulis: "Dengan nama Allah, Tuhan Pengasih, Tuhan Penyayang, Tuhan
segala agama."
PLURALISME MENURUT BERBAGAI
AGAMA

2. Kristen
Dalam dunia Kristen, pluralisme agama pada beberapa dekade terakhir diprakarsai
oleh John Hick. Dalam hal ini dia mengatakan bahwa menurut pandangan
fenomenologis, terminologi pluralisme agama arti sederhananya ialah realitas
bahwa sejarah agama-agama menunjukkan berbagai tradisi serta kemajemukan
yang timbul dari cabang masing-masing agama. Dari sudut pandang filsafat, istilah
ini menyoroti sebuah teori khusus mengenai hubungan antartradisi dengan
berbagai klaim dan rival mereka. Istilah ini mengandung arti berupa teori bahwa
agama-agama besar dunia adalah pembentuk aneka ragam persepsi yang berbeda
mengenai satu puncak hakikat yang misterius.
PLURALISME MENURUT BERBAGAI
AGAMA
3. Buddha
Dengan mencontoh pandangan Sang Buddha tentang toleransi beragama, Raja Asoka
membuat dekret di batu cadas gunung ( hingga kini masih dapat di baca ) yang
berbunyi : “Janganlah kita menghormat agama kita sendiri dengan mencela agama orang
lain. Sebaliknya agama orang lain hendaknya dihormat atas dasar tertentu. Dengan
berbuat begini kita membantu agama kita sendiri untuk berkembang disamping
menguntungkan pula agama lain. Dengan berbuat sebaliknya kita akan merugikan
agama kita sendiri di samping merugikan agama orang lain. Oleh karena itu, barang
siapa menghormat agamanya sendiri dengan mencela agama lain – semata – mata
karena dorongan rasa bakti kepada agamanya dengan berpikir ‘ bagaimana aku dapat
memuliakan agamaku sendiri ‘ maka dengan berbuat demikian ia malah amat merugikan
agamanya sendiri. Oleh karena itu toleransi dan kerukunan beragamalah yang
dianjurkan dengan pengertian, bahwa semua orang selain mendengarkan ajaran
agamanya sendiri juga bersedia untuk mendengarkan ajaran agama yang dianut orang
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai