Anda di halaman 1dari 10

KAUM SOFIS DAN SOKRATES

Filsafat
Pra-sokrates
telah
memandang alam semesta dengan
rupa-rupa
cara.
Kaum
sofis
memusatkan seluruh perhatiannya
pada manusia. Sokrates mencari
obyek penyelidikannya di bumi yakni
manusia. Jadi dalam jaman ini,
manusia menjadi obyek pertama dan
utama untuk penyelidikan filsafat.
Kaum sofis.
Sophist
menunjukkan
seseorang
yang menipu orang lain dengan
mempergunakan
argumentasiargumentasi yang tidak sah.
Faktor munculnya sofistik:
1. Athena berkembang pesat dalam
bidang politik dan ekonomi. Di
bawah pimpinan Perikles polis
inilah yang menjadi pusat seluruh
dunia yunani. Para sofis tidak
membatasi aktivitasnya pada polis
1

Athena saja. Mereka adalah guruguru yang berpergian keliling dari


satu kota ke kota lain. Tetapi
Athena sbg pusat cultural yang
baru mempunyai daya tarik khusus
untuk kaum sofis.
2. kebutuhan akan pendidikan yang
dirasakan di seluruh Hellas pada
waktu itu. Bahasa merupakan alat
politik yang terpenting dalam
masyarakat
Yunani.
Sukses
tidaknya dalam bidang politik
sebagian besar tergantung pada
kemahiran berbahasa. Kaum sofis
memenuhi
kebutuhan
akan
pendidikan. Mereka mengajarkan
ilmu seperti matematika, astronomi
dan
tatabahasa.
Kaum
sofis
mempunyai jasa-jasa besar dalam
mengembangkan ilmu retorika atau
ilmu berpidato.
3. Orang Yunani menginsyafi bahwa
kebudayaan yunani berlainan dari
kebudayaan-kebudayaan
lain.
2

Kaum sofis umumnya berpendapat


bahwa
hidup
sosial
tidak
mempunyai
dasar
kodrati.
Protagoras mengatakan manusia
adalah ukuran segala sesuatu.
Dengan demikian kaum sofis jatuh
dalam relativisme di bidang tingkah
laku
etis.
Relativisme
berpandangan bahwa baik buruk
dan benar salah tergantung pada
manusia bersangkutan.
Beberapa tokoh kaum sofis:
a. Protagoras.
- Manusia adalah ukuran segalagalanya. Relativisme.
- perbuatan yang sama, serentak
dapat dicela dan serentak juga
dipuji. Seni berdebat menjadi cocok
- Negara tidak berdasarkan kodrat,
tetapi diadakan oleh manusia
sendiri.
b. Gorgias.

Ia mempertahankan tiga pendirian:


1. Tidak ada sesuatu pun. 2.
Seandainya sesuatu ada, maka itu
tidak dapat dikenal. 3. Seandainya
sesuatu
dapat
dikenal,
maka
pengetahuan
itu
tidak
bisa
disampaikan kepada orang lain. Jadi
ia termasuk nihilism (anggapan
bahwa tidak ada sesuatu pun atau
bahwa tidak ada sesuatu pun yang
bernilai)
Retorika dianggap Gorgias sebagai
seni untuk meyakinkan. Oleh karena
itu
tidak
cukup
alasan-alasan
diarahkan kepada akal budi, tetapi
juga perasaan harus disentuh.
c. Hippias.
Kodrat manusawi merupakan dasar
bagi tingkah laku manusia dan
susunan masyarakat.
d. Prodikos.

Prodikos menganut suatu pandangan


hidup yang pesimistis. Kematian
diangapnya sebagai jalan untuk
melepaskan diri dari kesusahan
dalam
hidup
manusia.
Agama
merupakan penemuan manusia.
e. Kritias.
Agama ditemukan oleh penguasapenguasa Negara yang licik.

Pengaruh sofistik:
Negatif:
- Banyak nilai tradisional dalam
bidang agama dan moralitas
mulai roboh.
- Peranan polis sebagai kesatuan
sosial-politik mulai merosot.
- Ilmu
berpidato dan kemahiran
berbahasa menampilkan bahaya
bahwa teknik berpidato akan

dipergunakan
untuk
maksudmaksud yang jahat.
Positif
- Para sofis mengakibatkan suatu
revolusi intelektual di yunani.
- Menciptakan gaya bahasa yang
baru.
- Mengambil
manusia
sebagai
obyek bagi pemikiran filsafat.
- Meletakkan
fundamen
untuk
pendidikan sistematis bagi kaum
muda.
- Mempersiapkan kelahiran filsafat
baru.

Sokrates
Sokrates memilih manusia sebagai
obyek penyelidikannya. Manusia sbg
makhluk yang mengenal, yang harus

mengatur tingkah lakunya sendiri,


dan yang hidup dalam masyarakat.
Sokrates
tidak
menyetujui
relativisme. Menurut Sokrates ada
kebenaran obyektif, yang tidak
tergantung pada individu. Dalam
kehidupan sehari-hari, ada perilaku
yang baik dan tidak baik, yang
pantas dan yang tidak pantas
dilakukan. Penentuan yang baik dan
tidak baik, pantas dan tidak pantas
tidak
terletak
pada
kekuatan
argumentasi
orang
per
orang,
melainkan
pada
sesuatu
yang
sifatnya universal. Berbuat jahat di
mana pun adalah buruk, sedangkan
berbuat
baik
pasti
merupakan
kebaikan.
Metodenya disebut dialektika, yang
berarti
bercakap-cakap
atau
berdialog. Sokrates tidak menyelidiki
fakta-fakta, melainkan menganalisa
pendapat-pendapat atau tuturan
yang dikemukakan orang. Sokrates
7

sendiri membandingkan metodenya


ini dg metode seorang bidan dalam
membantu persalinan. Tetapi ia tidak
menolong persalinan, melainkan ia
membidani
jiwa-jiwa.
Sokrates
sendiri
tidak
menyampaikan
pengetahuan,
tetapi
dengan
pertanyaan-pertanyaan
ia
membidani
pengetahuan
yang
terdapat dalam jiwa orang lain. Dan
dg pertanyaan lebih lanjut ia
menguji pikiran-pikiran yang sudah
dilahirkan.
Filsafat Sokrates banyak membahas
masalah-masalah
etika.
Ia
beranggapan bahwa yang paling
utama dalam kehidupan bukanlah
kekayaan
atau
kehormatan,
melainkan kesehatan jiwa. Prasyarat
utama dalam hidup manusia adalah
jiwa yang sehat. Jiwa manusia harus
sehat terlebih dulu agar tujuantujuan hidup yang lainnya dapat
diraih. Tujuan hidup yang paling
8

utama
adalah
kebahagiaan
(eudaimonia). Jalan atau cara untuk
mencapai kebahagiaan adalah arte
(kebajikan). Sokrates berpendirian
bahwa
keutamaan
adalah
pengetahuan.
Atas dasar ini ada
tiga hal menurut Sokrates:
1. manusia tidak berbuat salah
dengan sengaja. Ia berbuat salah
karena ketidaktahuan. Seandaianya
ia tahu apakah yang baik baginya,
ia akan melakukannya.
2. keutamaan itu satu adanya
(menyeluruh).
3. keutamaan dapat diajarkan pada
orang lain.
Tugas Negara ialah memajukan
kebahagiaan para warga Negara dan
membuat jiwa mereka menjadi
sebaik mungkin. Akibatnya seorang
penguasa Negara harus mempunyai
pengertian mengenai yang baik

Sumber:
Bertens, Sejarah Filsafat Yunani,
Kanisius, Yogyakarta, 1989.
Zainal Abidin, Pengantar Filsafat
Barat, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2011.

10

Anda mungkin juga menyukai