Anda di halaman 1dari 35

TUGAS AGAMA ISLAM

DAKWAH RASULULLAH SAW


PERIODE MADINAH

DISUSUN OLEH :

NAMA ANGGOTA
( X-1 )

: - Mhd. Fria Fachrama Sumitro


- Izhaty Mouliza Nadra ( X-

4)
- Sophia Azura ( X-4 )
- Ahmad Fadli Nasution ( X4)
- Nindya Arummy ( X-4 )

MATA PELAJARAN

: AGAMA ISLAM

SMANEGERI 4, PEMATANGSIANTAR
TP. 2016 / 2017

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
ridha dan inayahnya kami dapat menyusun makalah sejarah peradaban Islam
yang berjudul DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH. Tak lupa salawat
serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluargannya, beserta
sahabat - sahabatnya.
Sebagai seorang muslim patut dan sepantasnya kita mengetahui sejarah
Nabi kita semua. Dengan mengetahui sejarahnya, maka dapat kita jadikan
sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari. Namun pertanyaannya, apakah
kita mengetahui siapa Rasulullah itu ? Bagaimana sejarah hidupnya ? Bagaimana
mau mencontohnya kalau tidak mengetahuinya ?
Maka daripada itu, dalam makalah ini dijelaskan sejarah dakwah Rasulullah
SAW ketika berada di Madinah. Kami berharap makalah ini bisa bermaanfaat bagi
kita semua, terutama sebagai pengingat dan sebagai bahan kajian bagi kita
semua.
Tentu dalam penulisan ini tidak kami kupas secara komprehenship
dikarenakan keterbatasan kami semua. Tentu juga tidak akan lepas dari
kesalahan penulisan. Mohon krtik dan sarannya untuk kemajuan dan perbaikan
kami semua.

Pematangsiantar, 13 April 2016

PENULIS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3.Tujuan pembahasan ........................................................................................................ 2
1.4.Manfaat dan kegunaan pembahasan

2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.2.1
2.2.2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1. SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH
Arti dan Tujuan Hijrah Rasulullah SAW ke Madinah
Latar Belakang Rasulullah Berhijrah
Perjalanan Hijrah Rasulullah SAW ke Madinah
Sebelum Rasulullah Hijrah ke Madinah
Faktor yang Mendorong Hijrahnya Rasulullah SAW
2.2. HAMBATAN DAN KESULITAN DAKWAH RASULULLAH SAW SELAMA DI MADINAH
Hambatan dan Kesulitan Dakwah Rasulullah SAW di Madinah
Beberapa Peperangan dengan Orang Kafir
2.3. REAKSI KAUM KAFIR QURAISY TERHADAP DAKWAH RASULULLAH SAW
2.4. HIKMAH DAKWAH RASULULLAH SAW SELAMA DI MADINAH
2.5 SIKAP DAN PERILAKU YANG MENCERMINKAN DAKWAH RASULULLAH DI
MADINAH

BAB III : PENUTUP


3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I :
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Di kota mekkah telah kita ketahui bahwa bangsa quraisy dengan segala
upaya akan melumpuhkan gerakan Muhammad Saw. Hal ini di buktikan dengan
pemboikotan yang dilakukan mereka kepada Bani Hasyim dan Bani Mutahlib.
Pemboikotan tersebut tertulis di atas kertas shahifah atau plakat yang di
gantungkan di kakbah dan tidak akan di cabut sebelum Nabi Muhammad Saw.
Menghentikan gerakannya.
Nabi Muhammad Saw. Merasakan bahwa tidak lagi sesuai di jadikan pusat
dakwah Islam beliau bersama zaid bin haritsah hijrah ke thaif untuk berdakwah
ajaran itu ditolak dengan kasar. Nabi Saw. Di usir, di soraki dan dikejar-kejar
sambil di lempari dengan batu. Walaupun terluka dan sakit, Beliau tetap sabar
dan berlapang dada serta ikhlas. Meghadapi cobaan yang di hadapinya.
Saat mengahadapi ujian yang berat Nabi Saw bersama pengikutnya di
perintahkan oleh Allah SWT untuk mengalami isra dan miraj ke baitul maqbis di
palestina, kemudian naik kelangit hingga ke sidratul muntaha.
Kejadian isra dan miraj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari
kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Oleh karena itu, kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan sejarah
dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan
sehari-hari. Telah kita ketahui bersama bahwa umat islam pada saat sekarang ini
lebih banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh
dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah dan pra kehidupan
Rasulullah SAW.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.

Apakah arti dan tujuan hijrah Rasulullah SAW ke Madinah ?

2.

Bagaimana sejarah dakwah Rasulullah SAW selama di Madinah ?

3. Apakah hambatan dan kesulitan dakwah Rasulullah SAW selama di


Madinah ?
4. Bagaimana substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW selama di
Madinah ?
5.

Apakah hikmah dakwah Rasulullah SAW selama di Madinah ?

~1~

~1~

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.

Arti dan tujuan hijrah Rasulullah SAW ke Madinah.

2.

Sejarah dakwah Rasulullah SAW selama di Madinah.

3.

Hambatan dan kesulitan dakwah Rasulullah SAW selama di Madinah.

4.

Substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW selama di Madinah.

5.

Hikmah dakwah Rasulullah SAW selama di Madinah.

1.4. MANFAAT PEMBAHASAN


Dari pembahasan makalah ini, maka diperoleh beberapa manfaatnya, yaitu :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah dakwah Rasulullah
SAW periode
Madinah.
2.

Mengetahui sejarah peristiwa Hijrah Rasulullah ke Madinah.

3. Mengetahui strategi dan substansi yang digunakan Rasulullah dalam


menyampaikan dakwahnya.
4.

Mengetahui apa saja hikmah dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah.

5. Mengetahui cara yang dapat dilakukan untuk menyebarkan dan menegakkan


nilai-nilai Islam.

~2~

BAB II :
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW


Periode Madinah
2.1.1. Arti dan Tujuan Hijrah Rasulullah SAW ke Madinah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam.
Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan
dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang
disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena
di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan,
sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian
umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar memperoleh
keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat
Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun
pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah ( negeri kafir )
ke Yastrib (negeri Islam) adalah:
Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan
kaum kafri Quraisy. Bahkan pada malam hari ketika Rasulullah SAW
meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah),
pagi harinya rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan
maksud untuk membunuhnya.
2. Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta
beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad
di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya
(Islam).
1.

Artinya: Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka


dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di
dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja
mereka bertawakal. (Q.S. An-Nahl, 16: 41-42)

2.1.2. Latar Belakang Rasulullah Berhijrah


Selama 13 tahun hidup di kota Mekkah, Rasulullah saw. beserta para
pengikutnya sering mengalami cobaan besar dan siksaan yang sangat pedih. Di
samping itu hak kemerdekaan mereka dirampas. Mereka diusir dan harta benda
mereka disita. Siksaan pedih berupa dera cambuk sangat meresahkan para
sahabat dan kaum muslimin pada umumnya. Badan mereka dipanggang, kabel
sejenis serabut dikatkan pada tubuh karena tidak mau tunduk kepada selain
Allah, seperti Bilal bin Rabah orang yang kuat imannya dan bersih hatinya,
disiksa oleh Umay bin Khalaf untuk meninggalkan agama tauhid, namun ia tetap
teguh mempertahankan keimanannya. Itulah tekanan yang sangat dahsyat
dialami Rasulullah beserta pengikutnya selama menyampaikan dakwah demi
tersebarnya risalah tauhid di tengah-tengah kaum kafir Quraisy.
Namun ancaman dan tindakan kekerasan yang dialami Rasulullah saw.
tersebut masih bisa dilalui dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman.
Tekanan itu baru dirasakan sangat meresahkan bagi Rasulullah saw. Setelah
Khadijah, istri Rasululah saw. Meninggal dunia. dirinya telah kehilangan istri
tercinta tempat curahan kasih sayangnya. Kesedihan itu kembali bertambah
setelah tidak lama berselang paman Rasulullah saw. yaitu Abu Thalib juga
bepulang ke rahmatullah. Kematian Abu Thalib ini menyebabkan Rasullah saw.
telah kehilangan pelindung setia yang senantiasa melindunginya dari berbagai
macam ancaman. Kepergian Abu Thalib untuk selama-lamanya ini telah memberi
peluang kepada kaum kafir Quraisy untuk tidak segan-segan melakukan tindakan
kekerasan kepada Rasulullah saw. berserta para pengikutnya. Kaum musyrikin
Quraisy semakin gila melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin.
Keadaan tersebut telah membuat kehidupan umat Islam di Mekah sudah
tidak kondusif lagi, oleh karena itu setelah melakukan perjanjian aqabah yang ke
dua di mana ada 73 jamaah haji dari datang dari yatsrib meminta kepada
Rasulullah agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan melindungi
Rasulullah dari segala ancaman. Hal ini membuat Rasulullah segera
memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Dalam waktu dua bulan
hampir semua kaum muslimin sekitar 150 orang telah meninggalkan kota
Mekkah.
Secara teologis, hijrah ini merupakan perintah langsung Allah kepada nabi,
dimana Allah berperan dalam menyiapkan, merencanakan, dan memberikan
perlindungan. Salah satu bentuk perlindungan Allah kepada Nabi saat
melaksanakan hijrah tertuang dalam firman-Nya berikut.

Artinya:
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah
kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan
keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang
kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang
rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. ( QS. at-Taubah (9) : 40)

Menurut al-Faruqi bahwa yang melatar belakangi hijrah Rasulullah saw. ke


Madinah adalah gerakan untuk mencari keselamatan. Dan ini merupakan upaya
untuk mencari tempat yang dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi
perkembangan keimanan baru sekaligus untuk menata ulang masyarakat
muslim, baik sebagai tatanan sosial maupun Negara. Hal tersebut dipertegas
oleh Abdullah al-Hatib, bahwa hijrah selain penghindaran dari fitnah dan cobaan,
juga juga untuk menjalin ikatan yang kuat, menghimpun kekuatan, memperoleh
daerah strategis untuk membentuk suatu kekuatan politik.
Sedangkan menurut Ali Syariati bahwa hal lain yang mendorong hijrahnya
Rasulullah saw. dan kaum Muslimin ke Madinah adalah
1. Mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran dan Aqidah ke wilayahwilayah lain dalam rangka menunaikan tugas risalah kemanusiaan yang
universal,
serta
melaksanakan
tanggung
jawab
dalam
rangka
menyadarkan, membebaskan dan menyelamatkan umat manusia dari
kehancuran aqidah.
2. Mengaharapkan
tercapainya
kemungkinan-kemungkinan
baru
dan
ditemukannya lingkungan yang mendukung perjuagan di luar wilayah
sosial-politik yang zalim, guna melakukan perjuangan menentang
kezaliman tersebut.
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa latar belakang hijranya
Rasulullah saw. beserta kaum muslimin tidak lain adalah untuk menyelamatkan
diri dan juga juga menyelamatkan Agama tauhid, risalah kebenaran yang sedang
berada dalam tanggung jawabnya. Hijrah tersebut bukan berarti lari dari
tanggung jawab karena tidak tahan menerima tantangan, melainkan hijrah itu
dilakukan, semata-mata untuk mencari tempat yang kondusif untuk selanjutnya
menyusun kekuatan baru demi tercapainya kemenangan yang diharapkan.

2.1.3. Perjalanan Hijrah Rasulullah SAW ke Madinah


Setelah penggerogotan orang-orang kafir Quraisy semakin menjadi-jadi,
maka Nabi saw. Langsung menginstruksikan agar para sahabatnya untuk segera
berhijrah ke Yastrib, sejak saat itu kota Mekah menjadi kosong dari populasi
muslim. yang tersisa hanya Nabi saw., Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib.
Sebenarnya Abu Bakar pun sudah berniat untuk mengikuti jejak orang-orang
muslim yang telah berhijrah sebelumnya, Namun ketika ia meminta izin kepada
Nabi saw. akan maksud itu, Nabi menjawab dengan cara sungguh-sungguh,
mengingat situasi yang semakin kritis. Nabi mengatakan kepada Abu Bakar
Jangan tergesah-gesah, mudah-mudahan Allah swt. memberimu seorang
teman.
Pernyataan tersebut membuat Abu Bakar sangat gembira, karena dia
berharap mudah-mudahan teman yang dimaksud Nabi saw. adalah dirinya
sendiri. Ungkapan Nabi saw. dan harapan Abu Bakar tersebut menunjukkan
bahwa keputusan hijrahnya Nabi saw. ke Madinah sangat rahasia, sehingga
sahabat terdekatnyapun nyaris tidak mengetahuinya. Bahkan sebagian besar
dari pengikutnya memperkirakan bahwa Nabi saw. akan tetap di Mekah

melanjutkan
berhijrah.

perjuangannya,

setelah

memerintahkan

pengikutnya

untuk

Sementara itu berita-berita yang datang dari Yatsrib semakin


menghawatirkan Quraisy, sebab kaum muhajirin semua telah berkumpul di
Yatsrib dan penduduk negeri tersebut menyambutnya dengan penuh kemuliaan.
Kenyataan ini membuat orang-orang Quraisy menjadi curiga jangan-jangan
Muhammad juga akan keluar dari Mekah bergabung dengan sahabat-sahabatnya
di sana. Dengan alasan ini, mereka pun mengadakan pertemuan di Dar al-Nadwa
dan memutuskan Muhammad harus dibunuh beramai-ramai. Pertemuan tersebut
diabadikan
oleh
Allah
dalam
Q.S.
al-Anfal
(8):
30
yaitu:

Artinya:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya
itu.
dan
Allah
sebaik-baik
pembalas
tipu
daya.
(Q.S. al-Anfal (8): 30).
Setelah kesepakatan kaum Quraisy untuk menghabisi nyawa Rasulullah saw.
maka Malaikat Jibril datang menemui Nabi dan mengabarkan kepadanya tentang
persekongkolan kaumnya. Dia menyuruh Nabi untuk segera pergi meninggalkan
rumanya dan menetapkan waktu untuk berhijrah. Setelah itu Nabi saw. pun pergi
ke rumah Abu Bakar untuk menyampaikan bahwa Allah telah mengizinkannya
untuk berhijrah sambil merancang strategi perjalanannya. Di sinilah dimulainya
kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal manusia dalam
sejarah mencari kebenaran dan mempertahankan keyakinan dan keimanan yang
penuh resiko dan bahaya.
Setelah matahari terbenam, malam telah mencapai keheningan, pemudapemuda yang sudah dipersiapkan Quraisy untuk membunuh nabi sudah
mengepung rumahnya. Pada saat-saat yang kritis itu, Nabi menyampaikan
kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidurnya dengan menggunakan
selimut yang biasa dipakainya. Kemudian Nabi saw. keluar rumah menyibak
kepungan mereka. Para pembunuh bayaran ini tidak melihat Nabi sedikit pun,
karena Allah telah membutakan mereka sehingga mereka tidak bisa melihat,
sebagaimana yang dijelasakan dalam al-Quran Q.S. Yasin (36) : 9 sebagai
berikut :

Artinya:
Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding
(pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat.
Rasulullah saw. meninggalkan rumah pada malam hari tanggal 27 shafar
tahun 14 Nubuwah, lalu menuju rumah Abu Bakar kemudian pergi meninggalkan
Mekah melewati jalur selatan, jalur yang berlawanan dengan jalur utama ke
Madinah yang mengarah ke utara. Keduanya menempuh jalan ini sekitar lima mil
hingga tiba di gunung Tsaur lalu kemudian memasuki seguah gua yang berada di
puncak gunung yang di sebut gua Tsaur. Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di Gua
tersebut selama tiga malam.

Setelah 7 hari perjalanan, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar tiba di
Quba, sebuah desa yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka
beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin
Hindun. Di halaman rumah ini Nabi Muhammad SAW membangun sebuah masjid
yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang
dibangun Nabi Muhammad SAW sebagai pusat peribadatan.

Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi Muhammad SAW.
Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut
perhitungan mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang,
seharusnya Nabi Muhammad SAW sudah tiba di Yatsrib.
Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke
arah Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi Muhammad SAW
dan rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia,
mereka mengelu-elukan kedatangan Nabi Muhammad SAW. Mereka berbaris di
sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala' al-Badru, yang isinya:
Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wad'i (celah-celah bukit). Kami
wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang
yang diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami
taati. Setiap orang ingin agar Nabi Muhammad SAW singgah dan menginap di
rumahnya.
Tetapi Nabi Muhammad SAW hanya berkata,
" Aku akan menginap di mana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan
sekehendak hatinya. "
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan
Suhail, di depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi
Muhammad SAW memilih rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap
sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi Muhammad SAW tinggal di rumah Abu
Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah
untuknya.
Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madnah an-Nab (kota nabi).
Orang sering pula menyebutnya Madnah al-Munawwarah (kota yang bercahaya),
karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh
tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai
dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah,
selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode
Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis
periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam
tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah
orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar.
Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk
Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan
tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab,
tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:

Artinya: Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)


rahmat bagi semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya, 21: 107)

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah


masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran
Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah,
kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh
para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk
Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi
umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di
dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang
terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang
masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula
orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha
menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan
agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy
penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
2.2.4 Sebelum Rasulullah Hijrah ke Madinah
Pada abad ke 5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di Mekah, bangsa Quraisy
dengan segala upaya berusaha melumpuhkan gerakan Rasulullah SAW. Hal ini
dibuktikan dengan pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib
(keluarga besar Rasulullah SAW). Beberapa pemboikotan tersebut antara lain :
1.
2.
3.
4.

Memutuskan hubungan perkawinan.


Memutuskan hubungan jual beli.
Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi.
Tidak ada tolong menolong.

Pemboikotan itu tertulis di atas selembar sahitah atau plakat yang


digantungkan
di
Kakbah
dan
tidak
akan
dicabut
sebelum Rasulullah SAW menghentikan gerakannya. Selama tiga tahun lamanya
Bani Hasyim dan Bani Muthalib menderita kemiskinan akibat pemboikotan itu.
Banyak pengikut Rasulullah yang menyingkir ke luar kota Mekah untuk
mempertahankan hidup untuk menyelamatkan diri. Ujian bagi Rasulullah
SAW juga bertambah berat dengan wafatnya dua orang yang sangat dicintainya,
yaitu pamannya, Abu Thalib dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah.
Peristiwa tersebut yang terjadi pada tahun ke 10 dari masa kenabian (620 M)
dalam sejarah disebut Amul Huzni (tahun kesedihan atau tahun duka cita).
Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orang Quraisy makin berani dan
leluasa mengganggu dan menghalangi Rasulullah SAW. Mereka berani melempar
kotoran ke punggung Nabi, bahkan beliau hampir meninggal karena ada orang
yang hendak mencekiknya. Nabi Muhammad SAW merasakan bahwa dakwah di
Mekah tidak lagi sesuai sebagai pusat dakwah Islam. Oleh karena itu, beliau
bersama Zaid bin Haritsah pergi hijrah ke Thaif untuk berdakwah. Ajaran
Rasulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka pun mengusir, menyoraki

dan mengejar Rasulullah sambil di lempari dengan batu. Saat itu Rasulullah
SAW sempat berlindung di bawah kebun anggur di kebun Utba dan Syaiba (anak
Rabia). Meski demikian terluka, Rasulullah SAW tetap sabar dan berlapang dada
serta ikhlas. Kesulitan dan hambatan yang terus-menerus menimpa Muhammad
SAW dan pengikutnya dihadapi dengan sabar dan tawakal.

Saat mengahadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah berada
pada puncaknya, Rasulullah SAW di perintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani
Isra dan Miraj dari Mekah menuju ke Baitul Maqdis di Palestina, dan selanjutnya
naik ke langit hingga ke Sidratul Muntaha (QS Al-Isra (17) : 1). Kejadian Isra dan
Miraj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621 M)
di tempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah SWT dari peristiwa isra dan miraj antar lain sebagai berikut :
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Yang tidak
pernah diberikan Allah SWT. Kepada manusia dan nabi-nabi sebelumnya.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau sebagai rasul
untuk terus menyerukan agama Allah SWT kepada seluruh umat manusia.
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana mereka beriman
dan percaya kepada kejadian yang menakjubkan itu yang hanya ditempuh
dalam waktu semalam.
Peristiwa ini dijadikan olok-olok oleh kaum Quraisy dan menuduh Nabi
Muhammad SAW sudah gila. Meski demikian, ada orang yang beriman atau
percaya terhadap kejadian ini, yaitu Abu Bakar sehingga nama beliau
ditambahkan dengan gelar As Sidik.
2.2.5

Faktor yang Mendorong Hijrahnya Rasulullah SAW

Berikut adalah beberapa faktor yang mendorong hijrahnya Rasulullah SAW :


1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yastrib, karena :
Pada tahun 621 M telah datang 13 orang penduduk Yatsrib menemui
Nabi Muhammad SAW di bukit Akabah. (Perjanjian Aqabah Pertama)
Pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib
ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Saat itu mereka
tampaknya datang untuk melakukan haji, tetapi sesungguhnya
kedatangan mereka adalah untuk menjumpai rasulullah SAW dan
mengundang beliau agar pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan
membela dan mempertahankan serta melindungi Rasulullah besert
para pengikut dan keluarganya seperti melindungi keluarga mereka
sendiri. Perjanjian ini disebut Perjanjian Aqabah II. Akhirnya,
Rasululah SAW menyuruhlah sahabat-sahabat Nabi pindah bersama.
2. Rencana pembunuhan Rasulullah SAW oleh kaum Quraisy yang hasil
kesepakatannya diputuskan oleh pemuka-pemuka Quraisy di Darun
Nadwah. Mereka menyatakan bahwa :
Mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah
berkuasa di Yatsrib. Pasti Muhammad akan menyerang kafilah-kafilah
dagang Quraisy yang pulang pergi ke Syam. Hal itu akan
mengakibatkan kerugian bagi perniagaan mereka.
Membunuh Rasulullah sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib. Dengan
cara setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh
sehingga apabila Rasulullah SAW terbunuh, keluarganya tidak akan
mampu membela diri di hadapan seluruh suku Quraisy, kemudian
mengepung rumah Rasulullah SAW dan akan membunuhnya di saat
fajar, yakni ketika Rasulullah SAW akan melaksanakan sholat Subuh.

2.2
Hambatan
Rasulullah SAW

dan

Kesulitan

Dakwah

selama di Madinah
Ketika Nabi berada di Madinah, serangan dari kaum Musyrik tidaklah
berhenti. Ini terbukti dengan adanya beberapa perlawanan yang sering dilakukan
Rasululllah terhadap kaum Musyrik.

2.2.1.

Hambatan dan Kesulitan Dakwah Rasulullah SAW di Madinah

2.2.1.1. Kaum Munafik Menyakiti Rasulullah saw


Orang-orang munafik dari kabilah Aus dan Khazraj serta kaum Yahudi
dipimpin oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Setelah kedatangan Islam di Madinah
sebagian besar umatnya berbondong-bondong masuk Islam. Maka ia menjadi
kecewa dan gusar. Maka mereka mulai melakukan tipu muslihat terhadap Islam,
membolak-balik persoalan-persoalan kaum muslimin.

Artinya : Di antara orang Arab Baduwi yang di sekelilingimu itu, ada orangorang munafik, dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan
dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi)
Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan kami siksa dua kali
kemudian mereka akan dikembalikan ke azab yang besar. (QS. At-Taubah : 101).
2.2.1.2

Orang Yahudi Menyakiti Kaum Muslimin

Peristiwa ini ketika Nabi Muhammad mencoba untuk memindahkan kiblat


umat Islam dari Masjid Aqsa ke Masjidil Haram (Kabah). Banyak kaum Yahudi
mencoba untuk menghalanginya yaitu orang-orang yang kurang pikirannya
sehingga tidak dapat maksud pemindahan kiblat.

Artinya :Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan


berkata :Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul
Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya? Katakanlah :
Kepunyaan Allah lah Timur dan Barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. (Al Baqarah :142).
Di waktu Nabi Muhammad saw berada di Mekah di tengah-tengah kaum
musyrik beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16 atau 17 bulan Nabi
berada di Madinah di tengah-tengah orang Yahudi dan Nasrani beliau disuruh
oleh Tuhan untuk mengambil Kabah menjadi kiblat, terutama sekali untuk
memberi pengertian bahwa dalam ibadat salat itu bukanlah arah Baitul Maqdis
dan Kabah itu menjadi tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Tuhan. Untuk
persatuan umat Islam, Allah menjadikan Kabah sebagai kiblat.
2.2.1.3.

Sikap Orang-Orang Arab Badui Terhadap Islam

Orang-orang Badui yang berdiam di sekitar Madinah selalu menghindar dari


tanggung jawab perintah Islam. Mereka bersifat munafik terhadap perintah-

perintah Islam,
Hudaibiyah :

ini

digambarkan

alam

firmah

Allah

swt,

ketika

perang

Artinya : Orang-orang Baduwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan


mengatakan : Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka
mohonkanlah ampunan untuk kami, mereka mengucapkan dengan lidahnya
apa yang tidak ada dalam hatinya . (QS. Al-Fath : 11).
2.2.1.4.

Tuduhan Terhadap Aisyah r.a

Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah saw Aisyah r.a. Ummul
Muminin, sehabis perang dengan Bani Mushtaliq bulan Syaban 5 H. Peperangan
ini diikuti oleh kaum munafik dan turut pula Aisyah dengan Nabi berdasarkan
undian diantara istri-istri beliau. Dalam perjalanan mereka kembali dari
peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. Aisyah keluar dari sekedupnya
untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba dia merasa kalungnya
hilang, lalu dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat
dengan persangkaan bahwa Aisyah masih ada dalam sekedup. Setelah Aisyah
mengetahui, sekedupnya sudah berangkat dia duduk ditempatnya dan
mengharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat di
tempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu Muathal, ditemukannya
seseorang sedang tidur sendirian dan dia terkejut serasa mengucapkan : Inna
lillahi wa inna ilaihi rajiun, istri Rasul ! Aisyah terbangun. Lalu dia dipersilahkan
oleh Shafwan untuk mengendarai untanya. Shafwan berjalan menuntun unta
sampai mereka tiba di Madinah. Orang-orang yang melihat mereka
membicarakannya menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desasdesus. Kemudian kaum munafik membesar-besarkannya dengan menyebut
Aisyah berselingkuh dengan Shafwan, maka fitnah atas Aisyah itupun
bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum
muslimin.
2.2.2

Beberapa Peperangan dengan Orang Kafir

Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya
dalam surah Al-Hajj (22):39 dan Al-Baqarah (2):190, maka kemudian Rasulullah
SAW dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan
dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi

Artinya: Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena


Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu (Q.S. Al-Hajj, 22:39)

Artinya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,


(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para
pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih
harta rampasan pernah, tetapi bertujuan untuk:
1. Membela diri, kehormatan, dan harta.
2. Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka
yang hendak menganutnya.
3. Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara
Persia dan Romawi.
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu
negar yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha
menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para
penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi
dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi. Oleh
karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas dan
menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa
Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam
sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :
2.2.2.1.

Perang Mutah

Peperangan Mutah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam


mendapat kesulitan menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari
Romawi. Beberapa pahlawan gugur melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu
orang itu. Melihat kenyataanyang tidak berimbang ini, Khalid ibn Walid, yang
sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan
untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah
menjangkau seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir

seluruh Jazirah Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan


diri dalam Islam.
Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah
ternyata menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh
karena itu, secara sepihak orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian
tersebut.

2.2.2.2.

Perang Tabuk

Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah


Arab, Syria, yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar
itu bergabung Bani Ghassan dan Bani Lachmides.
Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang
menyediakan diri siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan
Islam yang besar pula. Melihat besarnya pasukaDi sini beliau membuat beberapa
perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian, daerah perbatasan itu
dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk merupakan perang
terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.
Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW seperti :

2.2.2.3.

Perang Badar

Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan
kaum musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan
puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin
Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai
upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan
senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja,
kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak
pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas
dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya
menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai
syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (Q.S. 3:
123).

Artinya: Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal
kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada
Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.(Q.S. Ali-Imran: 123).

Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum


muslimin. Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang
dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi
Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan
tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan
menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang masih buta
aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa
pun tetap dibebaskan juga.
Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan
perjanjian dengan suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan
dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku
itu hanya memuja kekuatan semata.
Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku
Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu
mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.
2.2.2.4.

Perang Uhud

Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar


merupakan pukulan berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada
tahun 3 H, mereka berangkat menuju Madinah membawa tidak kurang dari 3000
pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid ibn
Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju besi.
Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar
1000 (seribu) orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay,
seorang munafik dengan 300 orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah.
Mereka melanggar perjanjian dan disiplin perang.
Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan
perjalanan. Beberapa kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua
pasukan bertemu. Perang dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajurit-prajurit
Islam dapat memukul mundur tentaramusuh yang lebih besar itu. Pasukan
berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal menembus benteng pasukan
pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi perang yang jitu,
pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan pasukan yang lebih
besar.
Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-tiba gagal karena godaan
harta peninggalan musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan
perang tanpa menghiraukan gerakan musuh, termasuk didalamnya anggota
pasukan pemanah yang telah diperingatkan Nabi agar tidak meninggalkan
posnya.
Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh.
Khalid bin Walid berhasil melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan
Quraisy yang tadinya sudah kabur berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi
porak poranda dan tak mampu menangkis serangan tersebut. Satu persatu

pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri terkena serangan musuh. Perang ini
berakhir dengan70 orang pejuang Islam syahid di medan laga.
Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan
tindakan tegas. Bani Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang
berkomplot dengan Abdullah ibn Ubay, diusir ke luar kota. Kebanyakan mereka
mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya, yaitu Bani Quraizah,
Masih tetap di Madinah.
2.2.2.5.

Perang Khandaq

Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum
muslimin Madinah melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke
Khaibar yang bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga
disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa suku).
Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi,
sahabat Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit
pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka. Karena itulah perang ini disebut
sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah
dengan mendirikan perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya.
Pengepungan ini cukup membuat masyarakat Madinah menderita karena
hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu
diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani
Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin.
Setelah sebulan mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu
berkurang. Sementara itu pada malam hari angin dan badai turun dengan amat
kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh
perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan
pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzb: 25-26.

Artinya: Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka
penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan
Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah
Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia menurunkan orang-orang ahli kitab (Bani
Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari bentengbenteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka.

sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. (Q.S.
Al-Ahzb: 25-26)
2.2.2.6.

Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin
untuk mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung
sekitar 1.400 orang kaum muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan,
bulan yang dilarang adanya perang. Untuk itu mereka mengenakan pakaian
ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri, bukan untuk
berperang.
Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak
beberapa kilometer dari Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum
muslimin masuk ke Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk
berjaga-jaga.
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah,
yang isinya :
1. Selama sepuluh tahun diberlakukan gencatan senjata antara kaum Quraisy
penduduk Mekah dan umat Islam penuduk Madinah
2. Orang Islam dari kaum Quraisy yang datang kepada umat Islam, tanpa
seizin walinya hendaklah ditolak oleh umat Islam
3. Kaum Quraisy, tidak akan menolak orang-orang Islam yang kembali dan
bergabung degan mereka
4. Tiap kabilah yang ingin masuk dalam persekutuan dengan kaum Quraisy,
atau dengan kaum Muslimin dibolehkan dan tidak akan mendapat
rintangan
5. Kaum Muslimin tidak jadi mengerjakan umrah saat itu, mereka harus
kembali ke Madinah, dan boleh mengerjakan umrah di tahun berikutnya,
dengan persyaratan :
Kaum Muslimin memasuki kota Mekah setelah penduduknya untuk
sementara keluar dari kota Mekah
Kaum Muslimin memasuki kota Mekah, tidak boleh membawa senjata
Kaum Muslimin tidak boleh berada di dalm kota Mekah lebih dari tiga
hari-tiga malam.
Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tersebut sebenarnya adalah berusaha
merebut dan menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke
daerah-daerah lain.
Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :
1. Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui
konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, diharapkan Islam dapat tersebar ke
luar.
2. Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh
dukungan yang besar, karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan
dan pengaruh yang besar di kalangan bangsa Arab.
Kaum kafir Quraisy mengetahui, bahwa perjanjian Hudaibiyah itu sangat
menguntungkan kaum Muslimin. Umat Islam semakin kuat, karena hampir

seluruh semenanjung Arab, termasuk suku-suku bagsa Arab yang paling selatan
telah menggabungkan diri kepada Islam. Sejumlah orang dari Bani Khuzaah
yang berada di bawah perlindungan Islam. Sejumlah orang dari Bani Khuzaah
mereka bunuh dan selebihnya mereka cerai-beraikan. Bani Khuzaah segera
mengadu kepada Rasulullah SAW dan mohon keadilan.
Mendapat pengaduan seperti itu kemudian Rasulullah SAW dengan 10.000
bala tentaranya berangkat menuju kota Mekah untuk membebaskan kota Mekah
dari para penguasa kafir yang zalim, yang telah melakukan pembunuhan secara
kejam terhadap umat Islam dari Bani Khuzaah.
Rasulullah SAW sebenarnya tidak menginginkan terjadinya peperanagn,
yang sudah tentu akan menelan banyak korban jiwa. Untuk itu, Rasulullah SAW
dan bala tentaranya berkemah di pinggiran kota Mekah dengan maksud agar
kaum kafir Quraisy melihat sendiri, kekuatan besar dari bala entara kaum
Muslimin.
Taktik Rasulullah SAW seperi itu ternyata berhasil, sehingga dua orang
pemimpin Quraisy yaitu Abbas (paman Rasulullah SAW) dan Abu Sufyan (seorang
bangsawan Quraisy yang lahir tahun 567 M dan wafat tahun 652 M) datang
menemui Rasulullah SAW dan menyatakan diri masuk Islam.
Dengan masuk Islamnya kedua orang pemimpin kaum kafir Quraisy itu, dan
bala tentaranya dapat memasuki kota Mekah dengan aman dan memebebaskan
kota itu dari para penguasa kaum kafir Quraisy yang zalim. Pembebasan kota
Mekah ini terjadi pada tahun 8 H secara damai tanpa adanya pertumpahan
darah.
Bahkan setelah itu kaum Quraisy berbondong-bondong menyatakan diri
masuk Islam, menerima ajakan Rasulullah dengan kerelaan hati. Kemudian
bersama-sama bala tentara Islam mereka membersihkan Kabah dari berhalaberhala dan menghancurkan berhala-berhala itu.
Kaum Muslimin masih menghadapai kaum musyrikin, yang semula
bersekutu dengan kaum kafir Quraisy yang telah masuk Islam itu, yaitu: Bani
Saqif, Bani Hawazin, Bani Nasr, dan Bani Jusyam. Kaum musyrikin tersebut
bersatu di bawah pimpinan Malik bin Auf (Bani Nasr) berangkat menuju Mekah
untuk menyerang kaum Muslimin, yang telah menghancurkan behala-berhla
yang mereka sembah.
2.2.2.7.

Perang Hunain

Mendengar berita bahwa kaum musyrikin itu akan menyerang umat Islam,
Nabi mengerahkan kira-kira 12.000 tentara menuju Hunain untuk menghadapi
mereka. Pasukan ini dipimpin langsung oleh beliau sehingga umat Islam
memenangkan pertempuran dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan
ditaklukkannya Bani Tsaqif dan Bani Hawazin, seluruh Jazirah Arab berada di
bawah kepemimpinan Nabi. Rasulullah dan umat Islam memperoleh
kemenangan yang gilang-gemilang.

Artinya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu
Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (Q.S. An-Nasr, 110: 1-3)

2.3
Substansi
Rasulullah SAW

dan

Strategi

Dakwah

selama di Madinah
Pokok-pokok pikiran yang dijadikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah
SAW selama di Madinah adalah :
1. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin Dengan Anshar
2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya
menciptakan suasana tentram dan aman agar masyarakat muslim yang
dibina itu dapat terpelihara dan bertahan, Rasulullah SAW membuat
perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang berdiam di
kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh
nabi dan rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut :
Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing
golongan
mempunyai
wewenang
penuh
terhadap
anggota golongannya.
Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong
dan saling mebantu untuk melawan siapa saja yang memerangi
mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada serangan dari
luar
Kota Madinah adalah kota suci yang wajib dihormati oleh mereka
yang terikat dengan perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara
muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan kepada Allah SWT
dan rasul. (Al Quran dan sunah).
Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang
disetujui dipegang oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Meletakkan dasar-dasar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam.
Melalui wahyu yang turun di kota Madinah dimana sebagian besar
berkaitan dengan pembinaan hukum Islam, Nabi Muhammad SAW dapat
menetapkan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat muslim dalam
berbagai aspek kehidupan, baik di lapangan politik, ekonomi, sosial, dan
lain-lain.
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan
pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari Baldatun Thiyibatun Warabbun
Ghafur dan Madinah disebut Madinatul Munawwarah.
2.3.1
Islam

Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam Mewujudkan Masyarakat

Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam adalah


sebagai berikut :
2.3.1.

Membangun Masjid

Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah
Masjid Quba, yang berjarak 5 km, sebelah barata daya Madinah. Masjid Quba
dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622
M).
Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau
mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah
Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya
adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh
kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima
dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar, Umar bin Khatab,
Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib.
Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah
sebagai berikut :
1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah,
dan akhlak
2. Masjid merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat,
salat Tarawih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha.
3. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang
bersumber kepada Al-Qur;an dan Hadis
4. Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan
sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan
5. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai
tempat penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya
kepada yang berhak menerimanya, terutama para fakir miskin dan anakanak yatim terlantar.
6. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tmpat
pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang
menderita luka akibat perang melawan orang-orang kafir. Sejarah mencata
adanya seorang perawat wanita terkenal pada masa Rasulullah SAW yang
bernama Rafidah
Rasulullah SAW menjadikan masjid sebagai tempat
bermusyawarah dengan para sahabatnya. Masalah-masalah yang
dimusyawarahkan antara lain: usaha-usaha untuk memajukan Islam, dan
strategi peperangan melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh
kemenangan.
2.3.2.

Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar

Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang


berhijrah ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli
Madinah yang memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.

Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar dan Umar bin Khatab
tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga terwujud
persatuan yang tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang
Muhajrin mencari dan mengangkat seorang dari kalangan Ansar menjadi
saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah SWT.
Demikian juga sebaliknya orang Ansar.
Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib
sebagai saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh
seluruh sahabat misalnya :
1. Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang
pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya,
yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW
2. Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid
3. Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar)
4. Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Saad bin Rabi (Ansar)
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk
Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasangsepasang, layaknya seperti saudara senasib.
Persaudaraan secara sepasangsepasang seperti tersebut, ternyata
membuahkan hasil sesama Muhajirin dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan
yang lebih baik. Mereka saling mencintai, saling menyayangi, hormaymenghormati, dan tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin
berupa tempat tinggal, sandang-pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun
kaum Muhajirin tidak diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga
untuk mencari nafkah agar dapat hidup mandiri. Misalnya, Abdurrahman bin Auf
menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib menjadi
petani kurma.
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata
pencaharian oleh Rasulullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang
beratap yang disebut Suffa dan mereka dinamakan Ahlus Suffa (penghuni Suffa).
Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi oleh kaum Muhajirin dan kaum Ansar
secara bergotong-royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu anatara lain mempelajari dan
menghafal Al-Quran dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada yang lain.
Sedangkan apabila terjadi perang anatara kaum Muslimin dengan kaum kafir,
mereka ikut berperang.
2.3.3.
Islam

Perjanjian Bantu-Membantu antara Umat Islam dan Umat Non-

Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari


tiga golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir dan Bani
Quraizah) dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam.
Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek
kehidupan termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan,
ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang harus

dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong


sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan Islam,
mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan mereka dilindungi oleh
kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai.
Piagam ini pastilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam
atau bukan Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara
Islam yang adil, membangun serta digeruni oleh musuh-musuh Islam.
Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-Islam
dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara lain:
1. Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak
pribadi, keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan
penduduk Madinah berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang
membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang yang
mematuhi peraturan.
2. Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan
beragama.
3. Seluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum
Yahudi dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka
hendaknya saling membantu dalam bidang moril dan materil. Apabila
Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk Madinah harus bantumembantu dalam mempertahankan kota Madinah .
4. Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala
perkara dan perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan
kepada Rasulullah SAW untuk diadili sebagaimana mestinya.
2.3.4.
Meletakkan Dasar-dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang
Islami demi Terwujudnya
2.3.4.1. Masyarakat Madani
Islam tidak hanya mengajarkan bidang akidah dan ibadah, tetapi
mengajarkan juga bidang politik, ekonomi, dan sosial, yang kesemuanya
berumber pada Al-Quran dan Hadis.
Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam Islam,
sehingga masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam
merupakan keharusan. Rasulullah SAW selain sebagai seorang nabi dan rasul,
juga tampil sebagai seorang kepala negara (khalifah).
Sebagai kepala negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi setiap
sistem politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat
mengangkat wakil-wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat,
peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntutan Al-Quran dan Hadis.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. An-Nisa, : 59).
Dalam bidang ekonomi Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bahwa
sistem ekonomi Islam itu harus dapat menjamin terwujudnya keadilan
sosial.Dalam bidang sosial kemasyarakatan, Rasulullah SAW telah meletakkan
dasar antara lain adanya persamaan derajat di anatar semua individu, semua
golongan, dan semua bangsa. Sesuatau yang memebdakan derajat manusia
ialah amal salehnya atau hidupnya yang bermanfaat. firman Allah SWT :

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. AlHujurat, 49: 13).
2.3.5

Dakwah Islamiah Keluar Jazirah Arabiah

Rasulullah SAW menyeru umat manusia di luar Jazirah Arab agar memeluk
agama Islam, dengan jalan mengirim utusan untuk menyampaikan surat dakwah
Rasulullah SAW kepada para penguasa atau para pembesar mereka.
Para penguasa atau para pembesar negar yang dikirimi surat dakwah
Rasulullah SAW itu seperti:
2.3.5.1.

Heraclius, Kaisar Romawi Timur

Yang menerima surat dakwah Rasulullah, melalui utusannya Dihijah bin


Khalifah. Heraclius tidak menerima seruan dakwah Rasulullah itu, karena tidak
mendapat persetujuan dari para pembesar negara dan para pendeta. Namun
surat dakwah itu dibalasnya dengan tutur kata sopan, di samping mengirimkan
hadiah untuk Rasulullah SAW.
2.3.5.2.

Muqauqis, Gubernur Romawi di Mesir

Rasulullah SAW mengirim surat dakwah kepada Muqauqis melalui utusannya


yang bernama Hatib. Setelah surat itu dibaca Muqauqis belum bisa menerima
seruan untuk masuk Islam, namun dia menyampaikan surat balasan kepada
Rasulullah SAW dan mengirim hadiah-hadiah berupa seorang budak wanita,
kuda, keledai, dan pakaian-pakaian.

2.3.5.3.

Syahinsyah, Kaisar Persia

Syahinsyah adalah penguasa yang lalim dan sombong. Karena


kesombongannya surat dakwah Rasulullah SAW itu dirobek-robeknya.
Mengetahui surat dakwah itu dirobek-robek, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa
Syahinsyah yang sombong itu akan dibunuh oleh anaknya sendiri pada malam
Selasa tanggal 10 Jumadil Awal tahun ke-7 hijriah. Apa yang diucapkan Rasulullah
SAW ternyata sesuai dengan kenyataan. Syahinsyah dibunuh oleh anaknya
sendiri Asy-Syirwaih karena kelalimannya.
Kemudian surat dakwah Rasulullah SAW dikirimkan pula kepada An-Najasyi
(Raja Ethiophi), Al-Munzir bin Sawi (Raja Bahrain), Hudzah bin Ali (Raja
Yamamah), dan Al-Haris (Gubernur Romawi di Syam). Di antara. Penguasapenguasa tersebut yang menerima seruan dakwah Rasulullah SAW, hanyalah AlMunzir bin Sawi penguasa Bahrain yang menyatakan masuk Islam dan mengajak
para pembesar negara dan rakyatnya agar masuk Islam.

2.4.
Hikmah
selama di

Dakwah

Rasulullah

SAW

Madinah
Hikmah dakwah Rasulullah SAW selama di Madinah, Antara lain :
1. Terjadinya persaudaraan sebagaimana yang dilakukan oleh kaum muhajirin
dan ansar yang dapat memberikan rasa aman, tentram, serta memperkuat
ukhuwah Islamiyah.
2. Sikap penjaga persatuan dan saling menghormati antar sesama pemeluk
agama.
3. Memahami bahwa umat islam harus berpegang pada aturan Allah.
4. Menjadikan perjuangan Rasulullah sebagai sumber inspirasi dan motivasi
dalam menyiarkan islam berdasarkan peraturan Allah.
5. Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah,
yang kaya dan miskin.
6. Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik
di dunia maupun di akhirat
7. Terciptanya hubungan yang kondusif

2.5.
Sikap
dan
Mencerminkan Dakwah

Perilaku

yang

Rasulullah di Madinah
1. Mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad SAW adalah rasul
dan nabi penutup para nabi
2. Mencintai Rasulullah dan berkomitmen melaksanakan Al-Quran dan AlHadist
3. Mensosialisasikan Sunnah Nabi SAW
4. Gemar dan senang membaca buku sejarah nabi nabi

5. Memelihara silaturahim dengan sesama manusia, khusunya ke sesame


muslim
6. Berkunjung ke tanah suci Mekkah atau Madinah untuk melihat atau
menapak tilas perjuangan Nabi Muhammad
7. Mempelajari dan memahami Al-Quran dan hadis-hadisnya
8. Senantiasa berjihad di jalan Allah
9. Aktif atau ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari
besar Islam
10.
Merawat dan melestarikan tempat ibadah ( masjid )
11.
Menekuni dan mempelajari warisan Nabi SAW

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Rasulullah SAW memiliki keteladanan yang luar biasa. Ketika berada dalam
kesulitan dan perjuangan mendakwah islam yang banyak memiliki halangan,
beliau tetap sabar, ikhlas, dan penuh ketabahan tanpa sedikitpun berbuat kasar
kepada kaum quraisy. Rasulullah saw. Bersama pengikutnya dengan hati lapang
dan iklas meninggalkan segala harta benda dan keluarga yang sangat dicintai
untuk hijrah ke kota madinah, yang nama lainnya madinatul munawarah dengan
tujuan mendakwahkan agama islam kepada seluruh umat manusia.
Keimanan semua umat islam harus di buktikan dengan mempercayai nabi
muhammad melakukan isra dan mikraj hanya dalam waktu satu malam yang
tidak semua orang bisa mempercayainya.
Dan bagaimana kita sebagai umat islam untuk menjadikan beliau sebagai
contoh dan suri tauladan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam
lingkungan keluarga, agama, masyarakat, dan bernegara.
3.2.

Saran

Dengan peristiwa yang dialami Nabi Muhammad SAW dalam dakwah nya
pada periode Madinah. Banyak hal-hal yang tidak biasa dialami oleh Rasulullah
SAW, seperti saat eliau melakukan Isra dan Mikraj hanya dalam waktu semalam.
Dengan demikian, peristiwa pada dakwah Rasulullah periode ini harus kita
teladani dan harus kita percayai hanya dengan iman dan jadikan semua kisah
perjalanan Rasulullah pada dakwah periode Madinah ini sebagai keteladanan
untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri. 2006. Keteladanan Rasulullah SAW Periode Madinah.


Nurlailah, Farhan. 2012. Dakwah Rasulullah SAW Periode Meadinah.
http://islamadalahrahmah.blogspot.co.id/2011/02/hijrah-rasulullah-kemadinah.html
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/67923-Tafsir_Al-Quran,_Surat_AtTaubah_Ayat_40-42
http://ferlylilly08.blogspot.co.id/2014/01/makalah-strategi-dakwah-rasulullahsaw.html

Anda mungkin juga menyukai