Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASWAJA

MASA ISLAM PADA MASA RASULLAH SAW


Dosen Pengampu:

LUTFI AL CHAKIM M.H

Di susun oleh:

Ahmad Khusairi
M. Irfan Maulana
Harun Al Rasyid
Wahyu Akrom Ma’arif
Muhammad Abror Ulin Nuha

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN (SETIA WS)

SEMARANG 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul : Islam pada Masa Rasulullah SAW.

Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satutugas mata kuliah
Peradaban dan Pemikiran Islam, guna lebih mengetahui islam pada masa Rasulullah
SAW. Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat memudahkan kita
semua untuk lebih memahami islam pada masa Rasulullah SAW.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Semarang , 9 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA
PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3` Tujuan Penulisan Makalah………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….3
2.1 Riwayat hidup nabi muhammad saw.............................................................3
2.2 Sejarah awal masa kelahiran islam................................................................3
2.2.1 Periode mekkah……………………………………....……………..5
2.2.2 Periode madinah………………………………………...…………..8
2.2.3 Pengaruh kebudayaan islam……………………...………………...14
BAB III PENUTUP…………………………………………...…………………...14
3.1 Kesimpulan ………...…………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..…………16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT, yang
isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar
dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy
mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri.
Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Makkah
dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk
Islam sangat sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam
semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi-Nya untuk melakukan
dakwah secara terang-terangan.

Kehadiran Nabi Muhammad SAW, identik dengan latar belakang kondisi


masyarakat Arab, khususnya orang-orang mekkah. Kehidupan masyarakat Arab
secara sosiopolitis mencerminkan kehidupan yang rendah. Perbudakan, mabuk,
perzinahan, eksploitsi ekonomi dan perang antar suku menjadi karakter perilaku
mereka. Dari aspek kepercayaan atau agama, orang-orang Arab mekah adalah
penyembah berhala. Berangkat dari kondisi inilah dalam sejarah di catat bahwa
Muhammad sering melakukan kontemplasi (uzlah), untuk mendapatkan suatu
jawaban apa dan bagaimana seharusnya membangun kehidupan masyarakat Arab.
Setelah melalui proses kontemplasi yang cukup lama, tepatnya di gua Hira, akhirnya
nabi muhammmad saw mendaat suatu petunjuk dari ALLAH melalui malaikat jibril
untuk mengubah masyarakat arab mekah.dari sinilah awal sejarah penyebaran dan
perjuanagn dalam menegakkan ajaran islam.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat Nabi Muhammad SAW?
2. Bagaimana sejarah awal masa kelahiran islam?
3. Bagaimana pengaruh aspek kebudayaan pada awal islam lahir?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Dapat mengetahui riwayat hidup Nabi Muhammad SAW secara singkat.


2. Dapat mengetahui sejarah awal masa kelahiran islam.
3. Dapat mengetahui pengaruh aspek kebudayaan pada awal islam lahir.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad Saw lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun
gajah yang bertepatan dengan tanggal 20 April 570 M. Tetapi ada pula pendapat
yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw lahir pada hari senin pagi , tanggal 9
Rabi’ul Awal atau bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April 571 M (Syaikh
Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, 2000:75).

Tahun kelahiran Nabi Muhammad dinamai tahun gajah karena 50 hari


sebelum kelahiran beliau, datang Abrahah al-Habsy, gubernur kerajaan Habsy
(Ethiopia) di Yaman, beserta pasukannya berjumlah 60.000 personel yang
mengendarai gajah untuk menghancurkan ka’bah. Abrahah marah karena gereja
besar (al-Qulles) yang dibangunnya di Shan’a ibu kota Yaman , temboknya dilumuri
kotoran oleh seseorang dari Bani Kinanah. Abrahah mendirikan gereja tersebut
karena melihat bangsa Arab setiap tahun berbondong-bondong ke Mekah untuk
menunaikan ibadah haji ke sana. Namun, usaha Abrahah gagal karena beliau dan
seluruh bala tentaranya dihancurkan oleh Allah Swt. Dengan mendatangkan burung
Ababil yang membawa batu dari neraka dan melempari mereka sehingga terserang
wabah penyakit yang mematikan. Seluruh tentaranya langsung bergelimpangan
bersama gajah-gajahnya, sedangkan Abrahah kembali ke Yaman dan tak lama
kemudian meninggal dunia. Peistiwa ini disebutkan dalam surat al-Fil (105) ayat1-5
(Ratu Suntiah, 2010:30).

Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang


kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya, dan ibunya Aminah binti Wahab dari
bani Zuhrah. Setelah Aminah melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat kakeknya,
Abdul Muthalib, untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran cucunya.
Maka Abdul Muthalib datang dengan perasaan suka cita, lalu membawa beliau ke
dalam Ka’bah, seraya berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Dia
memilihkan nama Muhammad bagi beliau. Nama ini belum pernah dikenal
dikalangan Arab(Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, 2000:75).

3
Ketika ibunya meninggal, Nabi berusia enam tahun. Setelah Aminah
meninggal, Abdul muthalib yang merawat Nabi Muhammad saw selama dua tahun.
Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Wanita yang
pertama kali menyusui beliau setelah ibundanya adalah Tsuwaibah, hamba sahaya
Abu Lahab. Ketika Berusia 12 tahun Nabi Muhammad saw ikut pertama kali dalam
khalifah dagang ke syria (syam) yang dipimpin oleh abu Thalib. Dalam perjalanan
tersebut, ia bertemu dengan pendeta kristen bernama Buhaira di Bushra sebelah
selatan Syria. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai
dengan petunjuk cerita-cerita keristen. Waktu berusia 14 tahun, Nabi Muhammad
saw ikut terlibat dalam perang Fijar ke IV, antara suku Quraisy dan

Kinanah di satu pihak dengan suku Hawazin di pihak lain (Ratu Suntiah, 2010:31) .
Dinamakan Perang Fijar, karena terjadi pelanggaran terhadap kesucian tanah haram
dan bulan-bulan suci. Rasulullah saw ikut bergabung dalam peperangan ini, dengan
cara mengumpulkan anak-anak panah bagi paman-paman beliau, untuk dilemparkan
kembali ke pihak musuh. (Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/184-187; Qalbu
Jaziratil-Arab, hal.260; Muhadharat Tarikil-Umam AlIslamiyah, Al-Khadhry, 1/63)

Ketika usia Rasulullah 40 tahun, 13 tahun sebelum hijriah tepatnya tanggal 17


Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, Allah mengutus beliau kepada seluruh manusia untuk
memberi kabar gembira dan peringatan serta menjadi rahmat sekalian alam. Untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran dan untuk
mewujudkan mereka kepada jalan yang lurus. Pada saat itu Nabi Muhammad sedang
berada di gua Hira, datang malaikat jibril menyampaikan wahyu pertama yaitu 5 ayat
dari surat al-alaq. Setelah wahyu pertama datang, Jibril tidak muncul lagi untuk
beberapa lama. Sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua
Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadaya
untuk menyebarkan ajaran Islam (Q.S. al-Mudatsir (74) ayat 17). Perintah ini
dilanjutkan dengan perintah berikutnya yakni dakwah kepada kerabat yang dekat-
dekat (Q.S as-Syuara (26) ayat 214), kemudian diperintahkan untuk berdakwah
kepada semua umat manuasia secara umum (Q.S al-Hijr (15) ayat 94). (Ratu Suntiah,
2010:33).

4
2.2 Sejarah Awal Masa Kelahiran Islam
Pada awal turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad SAW mulai
berdakwah mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, mengingat sosial politik
pada waktu itu belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya.
Mula-mula Nabi mengajarkan kepada istrinya khadijah unutk beriman kepada Allah,
kemudian di ikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid
ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi
anak angkatnya). Kemuadian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-
angsur ajakan itu diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga
dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn
Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn
Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid dan bebrapa orang
lainnya, mereka semua disebut Assabiquna al Awwalun, artinya orang-orang yang
pertama masuk Islam (Nizar, 2009).

Adapun dakwah nabi Muhammad yang berlangsung sekitar 20 tahun dibagi


dua periode, yaitu periode makkah dan periode madinah:

2.2.1. Periode Mekah


Secara garis beras, periode Mekah dalam kebijakan dakwah yang diterapkan
Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan kepemimpinannya (mengingat
sifat/karakter yang dimiliki kaum Quraisy), bukan kenabiannya. Implikasinya,
dakwah dengan strategi politik yang memunculkan aspek-aspek keteladanannya
dalam menyelesaikan berbagai persoalan atau permasalahan sosial (egalitarisme)
lebih tepat dibandingkan dengan aspek kenabiannya dengan melaksanakan tabligh.
(Thohir, 2009).

Setelah beberapa lama Rasululah melakukan dakwah secara rahasia, maka


turunlah perintah Allah agar beliau melakukan dakwah secara terbuka di hadapan
umum seperti telah dituturkan dalam Al-Qur’an.[9]Langkah pertama yang dilakukan
Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah secara terbuka adalah mengundang dan
menyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib. Langkah dakwah yang diambil Nabi
Muhammad SAW adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap
lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan

5
maupun hamba sahaya. Mula-mula Nabi menyeru penduduk Makkah, kemudian
penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, Nabi juga menyeru orang-orang yang
datang ke Makkah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah
dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang
diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi Muhammad SAW yang tadinya
hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari
kaum wanita, budak, pekerja, dan orangorang yang tak punya. Mekipun kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja
(Badri, 2011).

Sehubung dakwah Nabi itu akan melenyapkan agama dan tradisi nenek
moyangnya, maka kaum Quraisy mengadakan reaksi dengan aksi penindasan,
penyiksaan, dan intimidasi terhadap pengikut Rasul. Namun, para sahabat tetap
memegang teguh aqidah tidak gentar terhadap ancaman dan siksaan pihak kuffar.
Karena itu, kaum Quraisy berusaha melenyapkan Muhammad. Mereka berambisi
menangkap Nabi, namun Abu Thalib senantiasa melindunginya. Faktor-faktor yang
menyebabkan orang Quraisy menentang dakwah Nabi antara lain:

1. Faktor gengsi; Orang Quraisy beranggapan, tunduk / menyerah


kepada Muhammad berarti tunduk dan menyerahkan pimpinan / kekuasaan
kepada keluarga Bani Abdul Muthalib para ketua kabilah takut kehilangan
pengaruh / kekuasaan.
2. Faktor taqlid; yaitu taqlid membuta pada nenek moyangnya dalam
kepercayaan, upacara dan peribadatan serta tata pergaulan yang merupakan
suatu kebiasaan yang sudah berakar dikalangan bangsa Arab. Karena itu,
mereka merasa berat untuk meninggalkannya.

[9]QS. Al-Hijr : 94

6
3. Ajaran Islam menyetarakan antara hamba sahaya dan bangsawan.
Bangsa Quraisy dengan seluruh kabilahnya memandang dan merasa lebih
tinggi derajatnya dibanding bangsa lain, apalagi dengan budak / hamba
sahaya.
Strategi yang dijalankan Nabi dalam berdakwah adalah sebagai berikut,
sebelum mempunyai power, dakwah berjalan dengan diam-diam, setelah banyak
pengikutnya dakwah berjalan terang-terangan, dengan resiko menghadapi teror dari
musuh yang lebih banyak dan kuat. Untuk menghindarkan dari kekejaman dan teror
kuffar pada pengikutnya, Nabi menganjurkan mereka berhijrah ke luar Makkah, yaitu
Habasyah.

Secara politis hijrah ke Habasyah merupakan upaya mencari suaka politik


pada raja yang beragama samawi. Terjadi dua kali hijrah ke Habsyah. Pada hijrah
pertama berangkat dua belas orang pria empat orang wanita, yang dipimpin oleh
Utsman Ibn Affan bersama istrinya Ruqqayah binti Rasulallah. Pada hijrah kedua
berangkat satu rombongan yang terdiri dari delapan puluh tiga laki-laki dan sebelas
orang wanita, dipimpin oleh Ja’far ibn Abi Thalib.

Dengan mengikatnya aniaya Quraisy terhadap Nabi hijrahlah beliau ke Thaif,


ke bani Tsaqif, dengan pengharapan akan memperoleh pertolongan serta mendapat
tambahan pengikut, akan tetapi, kenyataan yang diterima sebaliknya. Nabi di caci
maki, dilempari batu oleh anak-anak, sampai badannya berlumur darah. Hijrah ke
Thaif hanya mendapat satu orang hamba sahaya yang masuk Islam, yaitu Addas.

Ditinjau dari segi taktik dan strategi dakwah, hijrah ke Thaif itu menunjukan
kemauan yang kuat untuk meneruskan dakwah, dengan tidak mengenal putus asa,
selalu berusaha mnencari medan dakwah. Mengalirnya darah dari kaki Nabi,
membuktikan bahwa setiap perjuangan dihadapkan kepada pengorbanan, dan
pengorbanan itu sampai mengancam keselamatan diri pembawa dakwah.

Pengalaman Thaif tidak menyurutkan dakwah Nabi. Pada tahun kesebelas


kerasulan, diwaktu musim haji Nabi mengadakan kontak dakwah dengan jama’ah
haji, tertariklah sekelompok orang Aus dan Khazraj, penduduk kota Yastrib, untuk
masuk Islam. Pada tahun XI masuk tujuh orang, pada tahun XII masuk Islam dua
belas orang, pada tahun berikutnya datang lagi tujuh puluh dua orang penduduk

7
Yastrib menyatakan masuk Islam dan bersumpah setia akan membela serta
melindungi Nabi. Penduduk Yastrib yang sudah masuk Islam itu, memohon kepada
Nabi untuk pindah ke Yastrib. Beliau memberi jawaban sebelum mendapat perintah
dari Allah. ( Subarman, 2008:30-33).

2.2.2. Periode Madinah


Tahun Islam dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke
Madinah di tahun 622 M. Umat Islam di waktu itu masih dalam kedudukan lemah,
tidak sanggup menentang kekuasaan yang dipegang kaum pedagang Quraisy yang
ada di Mekkah. Akhirnya Nabi bersama sahabat dan umat Islam lainnya
meninggalkan kota dan pindah ke Yasrib, yang kemudian terkenal dengan nama
Madinah, yaitu kota Nabi. Di kota ini keadaan Nabi dan umat Islam mengalami
perubahan yang besar. Kalau di Mekkah mereka sebelumnya merupakan umat lemah
yang tertindas, di Madinah mereka mempunyai kedudukan yang baik dan menjadi
umat yang kuat dan dapat berdiri sendiri. Nabi sendiri menjadi kepala dalam
masyarakat yang baru dibentuk itu dan yang akhirnya menjadi sebuah Negara
(Harun, 2008:18).

Setelah kedatangan Nabi ke Madinah, matahari Islam pun bersinar di atas


langit bersih kota Madinah dan cahayanya mulai memancar luas dan membawa
banyak pengaruh dan perubahan bagi masyarakat Madinah.

Salah satu hasil pertamanya adalah keadaan perang yang telah lama
mencekam dua kabilah ‘Aus dan Khazraj berubah menjadi keadaan damai dan
persahabatan. Undang-undang Allah diwahyukan dan kemudian diwujudkan serta
dipraktekkan satu demi satu. Setiap hari, satu bentuk perilaku jahat tentu di basmi
dan di ganti dengan kesalehan dan keadilan.

Nabi pun secara resmi dan otomatis menjadi pemimpin penduduk kota
Madinah. Periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik, Nabi mempunyai
kedudukan tidak hanya sebagai kepala agama saja, tetapi sebagai juga sebagai kepala
negara. Nabi mengajarkan pendidikan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat kepada
masyarakat Madinah sebagai negara baru (Fatah, 2009).

8
1. Pembentukan dan pembinanaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan
sosial dan politik. Dalam hal ini Nabi melaksanakan pendidikan sebagai
berikut:
a. Nabi mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertengkaran antar suku,
dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka
b. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi menganjurkan kepada kaum
Muhajirin untuk usaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan
pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah
d. Menjalin kerjasam dan tolong-menolong dalam membentuk tata kehidupan
masayarakat yang adil dan makmur
e. Shalat jum’at sebagai media komunikasi seluruh umat Islam.
2. Pendidikan sosial dan kewarganegaraan. Pendidikan ini dilakukan melalui:
a. Pendidikan ukuwah (persaudaraan) antar kaum muslimin
b. Pendidikan kesejahteraan sosial dan tolong-menolong
c. Pendidikan kesejahteraan kaum kerabat.
3. Pendidikan anaka dalam Islam. Rasulullah selalu mengingatkan umatnya
antara lain:
a. Agar kita selalu menjaga diri dan anggota keluarga dari api neraka
b. Agar jangan meninnggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan
tidak berdaya menghadapi tantangan
c. Orang yang dimuliakan Allah adalah orang yang berdoa agar dikaruniai
keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
4. Pendidikan pertahanan keamanan dakwah Islam.

Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru ini, Nabi segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat:

• Dasar pertama. Pembangunan masjid, selain untuk tempat shalat, masjid juag
berfungsi sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin,
bermusyawarah, bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan
• Dasar kedua. Ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi
mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dan Anshar, dan ikut

9
membantu kaum Muhajirin tersebut. Dengan demikian, diharapkan setiap
muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan.
• Dasar ketiga. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam, juga
terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih
menganut agama nenek moyang mereka (Yatim, 2008).

Dengan beradanya kekuasaan di tanggan Nabi, Islam pun lebih mudah


disebarkan dan sehingga akhirnya Islam dapat menguasai daerah-daerah yang
dimulai dari Spanyol di sebelah barat sampai ke Filipina di sebelah timur dan Afrika
Tengah di sebelah selatan sampai Danau Aral di sebelah utara (Harun, 2008:19)

Peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah SAW. Yang paling dahsyat
adalah perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral
menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad AlHusairy, diuraikan bahwa
peradaban pada masa Nabi dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh
Muhammad di bawah bimbingan wahyu.

Diantaranya sebagai berikut:

1. Pembangunan Masjid Nabawi


Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti disuatu tempat maka
Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid. Rasulullah
ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut. Beliau mengangkat dan
memindahkan batu-batu masjid itu dengan tangannya sendiri. Saat itu, kiblat
dihadapkan ke Baitul Maqdis. Tiang masjid terbuat dari batang kurma, sedangkan
atapnya dibuat dari pelepah daun kurma. Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat di
samping masjid. Tatkala pembangunan selesai, Rasulullah memasuki pernikahan
dengan Aisyah pada bulan Syawal. Sejak saat itulah, Yastrib dikenal dengan
Madinatur Rasul atau Madinah Al-Munawwarah. Kaum muslimin melakukan
berbagai aktivitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan
perkara mereka, berjual beli maupun perayaan-perayaan. Tempat ini menjadi factor
yang mempersatukan mereka.

10
2. Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.
Dalam Negara islam yang baru dibangun itu, Nabi meletakan dasardasarnya
untuk menata kehidupan sosial dan politik. Dikukuhkannya ikatan persaudaraan
(Ukhwah Islamiyah) antara golongan Anshar dan Muhajirin, dan mempersatukan
suku Aus dan Khazraj yang telah lama bermusuhan dan bersaing (Supriyadi,
2008:63).

Ikatan persaudaraan Anshar dan Muhajirin melebihi ikatan persaudaraan


karena pertalian darah, sebab ikatannya berdasar iman. Terbukti apa yang dimiliki
Anshar disediakan penuh untuk saudaranya Muhajirin. Sebagaimana firman Allah;
dalam surat Al Hasyr [59] ayat 9 ( Subarman, 2008:35).

Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka kemudian


membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta mereka.
Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya persaudaraan yang berdasarkan
keturunan. Dengan persaudaraan ini, Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan
yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah
(Supriyadi, 2008:63).

3. Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin
Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orangorang
arab, serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah,
dan Bani Qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk
terjaminnya sebuah keamanan dan kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah
suasana saling membantu dan toleransi diantara golongan tersebut.

4. Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial


Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam Negara diletakkan
dasar-dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Al-Quran pada periode ini untuk
membangun legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah
dengan perkataan dan tindakannya. Hidupla kota Madinah dalam sebuah kehidupan
yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang
jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat diantara anggota masyarakatnya. Dengan

11
demikian berarti bahwa inilah masyarakat Islam pertama yang dibangun Rasulullah
dengan asas-asasnya yang abadi.

Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada


masyarakat Islam di Yatsrib menjadi Madinah (Madinat Ar-Rasul, Madinah AnNabi,
atau Madinah Al-Munawwarah). Perubahan nama yang bukan terjadi secara
kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad
Saw, yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib dan maju, dan berperadaban;
kedua, membangun masjid. Masjid bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat
saja, tetapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin
dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi.

Disamping itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan; ketiga Nabi
Muhammad Saw membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan), yaitu
mempersaudarakan kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Makkah ke
Yatsrib) dengan Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu kepindahan
Muhajirin di Yatsrib). Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin
dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad Saw membentuk
persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan seagama, disamping bentuk
persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan
darah; keempat, membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam; dan kelima Nabi Muhammad Saw membentuk pasukan tentara
untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh. ( Supriyadi,
2008:64).Perang pertama yang sangat menentukan menentukan masa depan Islam ini
adalah:

a. Perang Badar
b. Perang Uhud
c. Perang Khandaq
d. Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyaratkan, Nabi memimpin sekitar
seribu kaum muslimin berangkat ke makkah, bukan untuk berperang, melainkan
untuk ,melakukan ibadah umrah, karena itu, mereka mengenakan pakaian ihram

12
tanpa membawa senjata. Sebelum tiba di makkah, mereka berkemah di hudaibiyah,
beberapa kilometer dari mekkah. Namun penduduk mekah tidak mengizinkan
mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian yang dikenal dengan nama
Perjanjian Hudaibiyah yang isinya diantaranya:

1. Kaum Muslimin belom boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi


ditangguhkan sampai tahun depan.
2. Lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja.
3. Kaum Muslimin wajib mengembalikan orang-orang Makkah yang
melarikan diri ke Madinah, sedangkan sebaliknya, pihak Quraisy tidak
harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Makkah. 4. Selama
sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah
dan Makkah
5. Tiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum
Muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan. [7]

Setelah Perjanjian Hudaibiyah, situasi jauh lebih tenang dibandingkan dengan


sebelumnya, maka Nabi Muhammad SAW, menyurat kepada sekian penguasa di luar
Jazirah Arab untuk mengajak mereka untuk mengajak mereka memeluk agama
Islam. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW, diutus bukan saja untuk
penduduk Jazirah Arab, tetapi juga untuk seluruh manusia di persada bumi ini.

Pada tahun ke-9 dan 10 H (630-632) setelah penaklukkan Mekkah/Fath


Mekkah, banyak suku dari berbagai pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi
Muhammad menyatakan ketundukan mereka.

Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir (haji wada’) tahun 10 H
(631M), Nabi Muhammad menyampaikan Kotbahnya yang sangat bersejarah. Isi
kotbah itu antara lain:

1). Larangan menumpahkan darah kecuali denga haq

2). Larangan mengambil harta orang lain dengan batil, karena nyawa dan
harta benda adalah suci

3). Larangan riba dan menganiaya

13
4). Perintah untuk memperlakukan istri dengan baik dan lemah lembut dan
menjauhi dosa

5). Semua pertengkaran di zaman jahiliyah harus dimaafkan

6). Balas dendam dengan tebusan darah sebagaimana berlaku di zaman


jahiliyah tidak lagi dibenarkan

7). Persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan

8). Hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik

9). Umat Islam selalu berpegang dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi

Setelah itu, Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah.Dua bulan setelah


itu, Nabi menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang..pada hari
senin, tanggal 12 Rabi’ul awal 11 H/7 juni 632 M, Nabi Muhammad SAW wafat di
rumah istrinya Aisyah (Yatim, 2011)

2.2.3 Pengaruh kebudayaan islam


Masyarakat adalah potret kehidupan masyarakat modern yang diidealkan oleh
banyak orang. Bahkan gambaran tentang masyarakat Madinah seakan menjadi
gambaran masyarakat modern yang sudah mapan dan permanen, sehinggat idak
sedikit komunitas masayrakat yang menginginkan mangulang kembali sejarah
Madinah dalam konteks kehidupan sekarang ini. Madinah adalah kota yang unik dan
memiliki banyak keistimewaan. madinah laksana sebuah putaran roda yang tidak
berhenti dari zaman sebelum masehi hingga sekarang ini. di tengah jatuh bangunnya
sebuah peradaban, tetapi madinah sudah terbukti mampu bertahan dari masa ke masa.
layaknya Mekkah, madinah telah dititahkan Tuhan menjadi salah satu kota suci-Nya.
(Mubin, 2008).

Tingkat heterogenitas ini lebih tinggi lagi manakala dipaparkan bahwa


masing-masing kelompok Muslim, Musyrik Arab, dan Yahudi itu di dalamnya terdiri
dari berbagai kabilah atau sub-kelompok. Kaum muslim sendiri terdiri dari dua
kelompok besar Muhajirin (migran) dan Anshor (non-migran), yang masingmasing
terdiri dari berbagai suku atau kabilah yang punya tradisi bermusuhan karena kuatnya

14
akar sukuisme dalam masyarakat Arab. Keistimewaan Madinah bukan terjadi begitu
saja, akan tetapi melalui proses transformasi sosial yang tidak sederhana. Setelah
mengganti nama Yastrib dengan Madinah, Nabi kemudian melakukan pemetaan dan
sensus penduduk. Barangkali ini merupakan sensus penduduk pertama di dunia.
Dalam sensus tersebut ditemukan kenyataan bahwa Madinah adalah sebuah kota
yang Multikultural. Heterogenitas kultural masyarakat kota Madinah dapat dilihat
dari hasil cacah penduduk yang dilakukan atas perintah Nabi, di mana dari 10.000
jiwa penduduk Madinah kala itu kaum muslim adalah minoritas yakni 1500 orang
(15%). Mayoritas adalah orang musyrik Arab 4500 orang (45%) dan orang Yahudi
4000 orang (40%) (Mubin, 2008).

3.1 KESIMPULAN

Dakwah Rasulullah dari zaman sebelum beliau diutus sebagai nabi dan rasul
sudah memberikan contoh untuk kita bahwa dari suri tauladan akhlak beliau patut
untuk kita contoh dalam keseharian kita.

Seberat apapun yang Rasulullah hadapi Rasulullah selalu bergantung kepada


Allah dengan segala susah payahnya cobaan yang Allah berikan beliau tetap
berpegang teguh dengan ketauhidan dan menjunjung tinggi agama Islam yang beliau
bawa.

Pada masa dakwah yang ada di Mekah Rasulullah bertitik fokus kepada
penampakan agama Allah yakni Islam dan menyuruh kepada -Nya agar tidak ada lagi
kebiasaan khurafat ataupun sembahan sembahan yang tidak semestinya untuk
disembah, untuk menjunjung tinggi tauhidullah. Dakwah Rasulullah secara sirriyah
dan dan terang-terangan itu adalah tahapan bagaimana kita harus menjalani sesuatu
itu secara alami pendekatan yang terdekat untuk didahulukan. Intisari dakwah Islam
yang diberikan Nabi di Makkah selama lebih kurang 13 tahun meliputi: i‟tikad dan
keimanan, amal ibadat, dan akhlak.

Lalu pada masa periode Madinah Rasulullah saat semakin membuat Islam
kuat dengan para sahabat maka dimulailah titik untuk lebih memperluas penyebaran
Islam. Sejarah pemikiran dan peradaban dalam bidang ini sangat berpegang teguh

15
dengan sumber ajaran Al-Qur'an dan Hadist, yang mana dari situ Islam datang
membawa sistem sosial.

Kiranya sampai disini, dari tulisan ini mungki banyak sekali kesalahan atau
yang perlu dikoreksi lagi karna kami masih dalam proses belajar. Semoga membawa
manfaat dan bisa mengamalkan bagaimana Rasulullah dalam pemikiran dan
peradaban Islam diawal kejayaannya. Wallahu‟alam bisshowaab.

16
DAFTAR PUSTAKA

Suntiah, ratu dan maslani.2010. sejarah peradaban islam. Bandung : CV. Insan
Mandiri.

Al-mubarakfury Rahman, Shafiyyursyaikh.2000. Sirah Nabawiyah. Jakarta: pustaka


al-kautsar.

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011).

Thohir Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009).

Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2009).

Subarman, Munir. 2008. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Cirebon: Pangger


Publishing.

Nasution Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta: UII-Pres, 2008).

Fatah Sykur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009).

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).

Mubin, Nurul, Masyarakat Madinah (Islam dan Pembentukan Masyarakat Madani),


dalam Tafsir Tematik Al-Qur’an dan Politik, Center of Exelence for Qur’anic
Studies Development, 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai