Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

(Islam Pada Masa Rasulullah SAW)


Dosen Pengampu : Dr. H. Masykur Hakim, MA

SEMESTER 5B PAI

Disusun Oleh :

1. Lulu ilhilma
2. Gina Fajriah
3. Qory Nida Zakiyah

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AT-TAQWA UJUNG HARAPAN
DESA. BAHAGIA KEC.BABELAN-KAB.BEKASI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikanpenulis dan kelancaran sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.Selawat serta salam saya kirimkan kepada baginda nabi kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis juga menggucapkan syukur kepada Allah SWTyang telah melimpahkan


nikmatnya sehingga penulis bisa mengerjakan makalah dalam keadaan yang sehat baik
fisik maupun akal fikiran. Makalah yang berjudul “Islam pada masa Rasulullah SAW”.

Selain itu makalah ini juga berguna untuk menambah wawasan tentang Nash,
Mufassar dan Muhkam, bagi saya dan pembaca.Penulis menyadari bahwa tulisan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih ada kesalahan dan kekurangan di
dalamnya.

Oleh karena itu, penulis menghaturkan permohonan maaf apa bila terdapat
kesalahan dalam makalah. Penulis pun berharap pembacamakalah ini dapat
memberikan makalah yang lebih sempurna lagi.

Bekasi, 09 September 2022

Penulis

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

BAB I ......................................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4

BAB II........................................................................................................................................ 5

A. Islam di Makkah ....................................................................................................... 5

B. Islam di Madinah ...................................................................................................... 8

BAB III .................................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang kemunculan islam, tentu tidak bisa lepas dari sosok
Muhammad SAW sebagai pembawa risalahnya. Pada sekitar tahun 610 M islam
diperkenalkan oleh Allah kepada Muhammad yang ditandai dengan turunnya wahyu
pertama di makkah. Sejak inilah kemudian islam disebarkan di sekitar makkah, atau
bahkan di seluruh jazirah arab.

Sebagai pembawa risalah yang dipilih oleh Allah, Nabi Muhamma SAW
senantiasa selalu berdakwah, meskipun banyak rintangan yang harus beliau lewati.
Dalam jangka waktu kurang lebih 22 tahun, beliau berjuang dengan sepenuh hati,
melakukan transformasi budaya, dari alam jahili ke alam Islam yang bersendikan
tauhid, kemerdekaan, persaudaraan, ukhuwah, persatuan dan keadilan.

Perjalanan nabi Muhammad dalam berdakwah semenjak diutus sebagai


rasulullah dapat diklasifikasikan menjadi dua preode. Pertama, preode Makkah. Pada
masa ini beliau melakukan transformasi melalui dakwah bissiri (dengan sembunyi-
sembunyi), lalu dakwah bijahri (terang-terangan). Kedua, masa di Madinah (Yatsrib).
Masa ini diawali dengan berhijrah ke Madinah beserta para kaum Muhajirin, yang
selanjutnya beliau mulai menata masyarakat sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Keadaan Islam di Makkah?


2. Bagaimana Keadaan Islam di Madinah?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam di Makkah

1. Awal Munculnya Islam

Masyarakat arab sebelum islam datang dikenal dengan masyarakat jahiliyah.


Mereka hidup dalam bentuk masyarakat yang terkotak kotak, yang dibangun
dengan system kabilah-kabilah, bersuku-suku, yang mana antara kelompok yang
satu dengan lainnya seringkali terjadi pertumbuhan darah, bahkan mereka sudah
terbiasa melakukan kekerasan dan pembunuhan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya.

Kompleksitas masalah yang terjadi pada masyarakat arab jahiliyah inilah yang
membuat nabi Muhammad termotivasi untuk mencari jalan keluar dengan cara
mengasingkan diri berkhulwat di Gua Hira’. Di sana Nabi Muhammad berhari-hari
dan berbulan-bulan melakukan kontemplasi dan bertafakur. Tidak henti-hentianya
ia melakukan hal tersebut sampai menjelang usianya yang keempat puluh. Dan
akhirnya pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat pembawa wahyu
datang dengan membawa wahyu yang pertama: “Bacalah dengan nama tuhanmu
yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan tuhanmu itu maha mulia. Dia telah mengajar dengan Qolam. Dia telah
mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui” (QS. al-Alaq ayat:1-5’).

Dengan turunnya ayat di atas, merupakan sebuah petanda bahwasanya


Muhammad telah resmi diangkat sebagai seorang Nabi. Sekeligus mengakhiri
zaman jahiliyah masyarakat arab. Dan selang beberapa bulan kemudian beliau
menerima wahyu yang berisi perintah untuk mendakwahkan islam kepada semua
manusia. Hal tersebut tergamabar dalam surat al-Muddatsir ayat 1-7:

“hai orang-orang berkemul, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan


tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlan, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi dengan maksud
mendapatkan balasan yang lebih banyak. Dan untuk memenuhi perintah
tuhanmu bersabarlah”, (Q,S. al-Mdtssir, 1-7).

Dengan diturunkannya ayat di atas, memberikan sebuah pengertian bahwa


sejak itulah nabi Muhammad secara defacto telah resmi diangkat menjadi rasulullah
dengan mengemban tugas untuk memberi peringatan bagi seluruh manusia.

2. Setrategi Dakwah Islam Di Makkah


a. Dakwah bil-Sirri (Diam-diam)
5
Pada awal perjalanannya, nabi Muhammada melakukan dakwah dengan
cara diam-diam sirri. beliau menyampaikan dakwahnya pada keluarga keluarga
terdekat dan juga pada orang-orang yang diyakini akan menerima seruannya.
hal ini beliau lakukan sejak turunnya surah al-Muddatstsir, yang mana isi
kandungan ayat tersebut adalah perintah untuk melakukan seruan dan
peringatan kepada umat manusia.

Adapun orang pertama yang masuk islam adalah Khatijah yang tidak
lain adalah istri rasulullah, baru kemudian disusul oleh Ali bin Abi Thalib yang
waktu itu baru berumur 10 tahun. Kemudian disusul oleh Abu Bakar yang
merupakan sahabat nabi sejak masa kecil.

Dakwah secara diam-diam ini terus beliau lakukan selama tiga tahun,
dan berhasil mengajak belasan orang memeluk islam. Meskipun nabi
berdakwah dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi tetap saja kaum Quraisy
memusuhi dan mengejek umat islam.

b. Dakwah bil-Jahri (terang terangan)

Setelah beberapa tahun Rasulullah hanya berdakwah secara sembunyi-


sembunyi, maka datanglah seruan untuk berdakwa secara terang-terangan dan
tidak mempedulikan sikap orang-orang yang menentangnya. Sebagaimana
terkandung dalam firman allah:

Artinya: maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa


yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang
musyrik. Sesungguhnya kami memelihara kamu dari pada (kejahatan)
orang-orang yang memperolok-olokkan kamu (Q.S. al-Hajr ayat 214-
216).

Setelah turun ayat ini, Rasulullah SAW, menyampaikan dakwahnya


kepada seluruh lapisan masyarakat kota Mekah yang pluralistik, dari golongan
bangsawan sampai golongan budak serta pendatang kota Mekah yang
mempunyai agama berbeda dan berbagai suku. Untuk berdakwah secara terang-
terangan ini beliau menjadikan bukit “shofa” sebagai tempat dakwahnya.
Rasulullah SAW. Menyampaikan dakwah dibukit Shofa selama dua kali,
namun orang-orang banyak yang mendustakanya. Sebagian ada yang menerima
dan sebagian ada yang menolaknya dengan kasar.

Rasulullah SAW bersabda : “Selamatkan diri kalian dari bahaya api


neraka, sesungguhnya saya memberi peringatan kepada kalian dari siksa yang
pedih.” Dan Abu-Lahab menjawab : “Binasalah hai Muhammad ! Adakah
engkau mengumpulkan kami hanya untuk ini saja?

6
Sehubungan dengan hinaan Abu Lahap ini, maka turunlah surat Al
Lahab sebagai berikut :

Artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia


akan binasa, tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang
ia usahakan, kelak Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak, dan
(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali
dari sabut”.

Sikap Rasulullah Saw, dalam dakwah Islam, meliputi; pertama, tidak


terdapat sikap pribadi yang menuju sifat yang berlebih-lebihan dan memuji
unuk kepentingan pribadinya dan gaya bicaranya simpatik (dapat
diterima), kedua, dan tidak terdapat sikap pribadi sifat kemewah-mewahan
menyebabkan orang terkejut dan mencegah akan manusia yang lemah.

Setelah peristiwa Thaif itulah bermulalah sikap kaum quraisy memusuhi


rasulullah secara terang-terangan. Mereka mengobarkan api permusuhan dan
mereka sepakat untuk menentang rasulullah, dan menyakiti para pengikutnya
agar mereka kembali ke dalam agama lamanya, yaitu penyembah Lata dan
Uzza. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima factor yang mendorong orang Quraisy
menentang seruan islam. Pertama, mereka tidak dapat membedakan antara
kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan
Muhammad sama halnya dengan tunduk kepada kepemimpinan bani abdul
muthalib, padahal hal tersebut sangat tidak diinginkan oleh mereka.

Kedua, nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan


dan hamba sahaya. Ketiga, para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran
tentang kebangkitan kembali dan pembalasan hari akhirat. Keempat, taklid
kepada nenek moyang adalah keniasaan yang sudah berakar pada bangsa
arab. Kelima, pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai
penghalang rezeki.

3. Dua Perjanjian Penting Periode Makkah

Setelah nabi Muhammad melakukakan Isra’ dan Mikraj, suatu perkembangan


besar terjadi bagi kemajuan islam. Embrio kemajuan tersebut datang dari sejumlah
penduduk yasrib yang berhaji ke Makkah. Mereka terdiri dari duan suku, yaitu suku
‘Aus dan Khazraj, datang menemui nabi Muhammad dan melakukan perjanjian
yang kemudian dikenal dengan perjanjian Aqobah.

a) Perjanjian Aqobah I

Proses terjadinya perjanjian aqobah I di awali dengan datangnya rombongan


dari Madinah di Makkah, mereka datang untuk menunaikan haji, lalu
7
kedatangan mereka diketahui oleh nabi, maka beliau segera menemui mereka
di dekat bukit aqabah untuk menyampaikan seruan islam. Mendengar dakwah
yang disampaikan oleh nabi, kemudian mereka berkata: bangsa kami telah lama
terjadi permusuhan, yaitu antara suku Khajraj dan suku ‘Aus. Mereka benar-
benar merindukan perdamaian. Kiranya tuhan mempersatukan mereka kembali
dengan perantaraan enkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh karena itu
kami akan berdakwah agar mereka mengatahui agama yang kami terima dari
engkau.

Setelah berselang dua tahuan, yaitu pada tahun ke dua belas, mereka datang
lagi menemui nabi dengan jumlah 12 orang (10 kaum Khajraj dan 2 kaum ‘Aus).
Mereka menemui nabi pada tempat yang sama, yang mana dalam pertemuan ini
mereka telah membuat suatu perjanjian dengan nabi yang kemudian dikenal
dengan Perjanjian Aqobah I ”perjanjian wanita”.

b) Perjanjian Aqobah II

Pada musim haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari madinah makin
tambah banyak, yaitu berjumlah 73 orang, diantaranya 2 orang perempuan dari
suku ‘Aus. Mereka kemudian menemui nabi pada tempat yang sama dengan
pertemuan-pertemuan sebelumnya, pertemuan ini kemudian dikenal dengan
Perjanjian Aqobah II (perjanjian peperangan).

B. Islam di Madinah

1. Hijrah Starting Kebangkitan Islam

Sebelum kedatangan nabi, kota ini bernama Yatsrib. Penduduknya sangat


majemuk, mereka terdiri dari kabilah-kabilah dan suku-suku, dan terbesar adalah
suku aus dan khazraj. Mereka menganut agama yang bermacam-macam,
diantaranya adalah nasrani, yahudi, majusi, sabi’I, dan lain-lain. Sebagai suku yang
dominan, suku Aus dan Khazraj seringkali hidup dalam pertikaian yang melibatkan
sentiment keagamaan.

Secara giografis Madinah sangat berbeda dengan mekkah yang terdiri dari
padang pasir dan tandus. Madinah tanahnya yang subur sehingga penduduknya
bercocok tanam seperti kurma. Keadaan ini menjadikan masyarakat madinah
mempunyai corak berbeda dengan masyarakat lainnya, mereka hidup dengan pola
yang sederhana, solidaritas masyarakatnya sangat kuat.

Sekitar pada tahun 622 M. nabi Muhammad beserta pengikutnya berhijrah ke


madinah. Keputusan berhijrah sebenarnya telah dipertimbangkan sejak jauh-jauh
hari sebelumnya, keputusan tersebut didasarkan pada beberapa
pertimbangan: pertama, beratnya perlawanan dan siksaan Quraisy makkah terhadap
8
nabi dan para pengikutnya. Kedua, adanya harapan dan tawaran dari sebagian
masyarakat madinah karena adanya konflik. Ketiga, dilihat dari lingkungannnya,
madinah dianggap lebih memungkinkan untuk masa depan islam. Kelima, adanya
perintah allah untuk melakukan hijrah ke sana.

Hijrah, yang mengakhiri pereode makkah dan mengawali pereode Madinah,


merupakan titik balik perkembangan dan kejayaan islam. Pada pereode ini
rasulullah berusaha membangun dasar-dasar suatu masyarakat yang menjungjung
tinggi nilai-nilai keadaban (civility), sebagaimana yang di ajarkan dalam agamanya.
Untuk mencapai cita-cita pembangunan masyarakat yang beradab, nabi
Muhammad melakukan langkah-langkah sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr.
Ahmad Syalabi, diantaranya:

Pertama, mendirikan masjid. Masjid yang pertama kali dibangun adalah masjid
Quba yang terletak di pinggiran kota madinah. Masjid ini tidak hanya berfungsi
sebagai tempat beribadah, tetapi juga digunakan berbagai macam kegiatan, seperti,
tempat belajar agama, latihan berperang, mengadili perkara-perkara, dan
administrasi negara. Jadi masjid ini mempunyai multifungsi, satu sisi berfungsi
untuk mengembangkan kehidupan spiritual, dan pada sisi yang lain untuk
melakukan konsolidasi sosial.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwasanya dijadikannya masjid sebagai


media tranformasi baik yang sifatnya dirosi ataupun sebagai konsolidasi social
berkontribusi pada peradaban islam. Melalui media ini tampak keakraban antara
nabi dana para sahabat, dan begitu juga terjadi pada hubungan antara sahabat
dengan sahabat yang lain baik muhajirin dan anshar.

Kedua, mempersatukan sahabat ansor dan muhajirin. Untuk membangun suatu


masyarakat yang dicita-citakan, maka sebelum mempersatukan komponen
masyarakat yang lebih luas dan majmuk, langkah pertama yang dilakukan adalah
mempersatukan antara sahabat ansor dan sahabat muhajirin. Dari komunitas
keagamaan inilah kemudian lahir sebuah negara islam yang lebih besar. Masyarakat
baru yang terdiri atas masyarakat anshar dan muhajirin dibangun atas dasar agama,
bukan hubungan darah.

Ketiga, kerjasama antar komponen penduduk madinah, baik muslim dan


nonmuslim. Langka ini dilakukan mengingat penduduk madinah yang majemuk,
tentu, dengan tujuan untuk menjalin harmoni antar golongan muslim dan
nonmuslim sehingga tercipta suatu hubungan kerjasama yang baik antara
mereka. Keempat, meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan social untuk
masyarakat baru.

9
Dari beberapa langkah yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Secara
implisit menegaskan bahwasanya islam sejak awal telah memberikan kontribusi
besar terhadap eksistensi masyarakat arab khususnya masyarakat Madinah dan dan
umumnya pada konstruksi konsep negara medern.

2. Sahifah; Bangsa dan Negara Islam

Piagam Madinah merupakan basis kajian untuk mendapatkan wawasan tentang


social dan politik, karena hampir semua pengkaji sejarah Islam mengakui “bahwa”
Piagama Madinah” merupakan instrumen hukum ,politik yang membuat komunitas
Islam dan non Islam. Saat itu menuai kebebasan dan kemerdekaan di bawah
kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Bahkan oleh sebagian pakar ilmu politik
piagam ini dianggap sebagai konstitusi atau undang-undang dasar pertama bagi
“Negara Islam” yang didirikan Nabi Saw di Madinah.

Dalam sejarah kebudayaan islam, adanya “Piagam Madinah”, mempunyai


kontribusi besar atau bahkan merupakan prasyarat pada terwujudnya sejarah
perubahan masyarakat Arab. Sebab dengan instrument itulah Nabi kemudian
membangun masyarakat baru yang berbeda dari masyarakat manapun pada waktu
itu.

Masyarakat yang dibangun oleh Nabi tersebut diikat oleh tali kepentingan dan
cita-cita bersama. Setiap warga negara dituntut untuk menaati kontrak sosial
(perjanjian) yang dibuat bersama. Masyarakat ini lahir berdasarkan kontrak sosial
yang dibuat dan disetujui bersama oleh seluruh penduduk Yasrib (Madinah) dan
sekitarnya yang terekam dalam sebuah piagam yang dikenal dengan nama Piagam
Madinah.

Masyarakat yang mendukung piagam ini jelas memperlihatkan karakter


masyarakat majemuk, baik ditinjau dari segi etnis, budaya, dan agama. Di dalamnya
terdapat etnis Arab, Muslim, Yahudi, dan Arab nonMuslim. Keberadaan Piagam
Madinah juga sangat terkait dengan perjalanan politik Nabi dalam memimpin
masyarakat Madinah yang sangat plural. Piagam ini dibuat sebagai salah satu siasat
Nabi untuk membina kesatuan hidup berbagai golongan warga Madinah. Oleh
karena itu, dalam piagam ini dirumuskan kebebasan beragama, hubungan
antarkelompok, kewajiban mempertahankan kesatuan hidup dan sebagainya.

Munawir Sjadzali, menerangkan bahwa ada dua poin penting yang merupakan
inti Piagam Madinah, yaitu antara lain sebagai berikut: pertama, Semua pemeluk
agama Islam merupakan satu komunitas (umat) meskipun berasal dari banyak
suku. Kedua, hubungan Islam dengan komunitas lain didasarkan pada prinsip untuk
bertetangga, baik saling membantu dalam menghadapi musuh membela mereka
yang teraniaya, saling menasehati, dan menghormati kebebasan beragama. Watak

10
masyarakat yang dibina oleh Nabi adalah berpegang kepada prinsip kemerdekaan
berpendapat dan menyerahkan urusan kemasyarakatan kepada umat sendiri.

Sedangkan Piagam Madinah menurut Ali. K. secara garis besar mengandung


pokok ketentuan antara lain:

a. Seluruh masyarakat yang turut menandatangi bersatu membentuk satu


kesatuan kebangsaan.
b. Jika salah satu kelompok yang turut menandatangani piagam ini diserang
oleh musuh, maka kelompok yang lain harus membelanya dengan
menggalan kekuatan gabungan.
c. Tidak suatu kelompokpun diperkenankan mengadakan persekutuan dengan
kafir Quraisy atau memberikan perlindungan kepada mereka atau
membantu mereka mengadakan perlawanan terhadap masyarakat madinah.
d. Orang islam, yahudi dan seluruh warga madinah yang lain bebas memeluk
agama dan keyakinan masing-masing dan mereka dijamin kebebasannya
dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-
masing. Tidak seorangpun yang diperkenankan mencampuri urusan agama
lain.
e. Urusan pribadi atu perorangan, atau perkara-perkara kecil kelompok
nonmuslim tidak harus melibatkan pihak-pihak yang lain secara
keseluruhan
f. Setiap bentuk penindasan dilarang.
g. Mulai hari ini segala bentuk pertumbuhan darah, pembunuhan, dan
pengeniayaan diharamkan di seluruh negri muslimin.
h. Muhammad, rasulullah, menjadi kepala republic madinah dan memegang
kekuasaan peradilan yang tinggi.

Penjelasan di atas memberikan sebuah gambaran bawasanya masyarakat


yang di impikan rasulullah yang kemudian dituangkan dalam Piagam Madinah
adalah bertumpu pada beberapa asas yang sangat fundamental:

Pertama, Asas kebebasan beragama. Negara mengakui dan melindungi


setiap kelompok untuk beribadah menurut agamanya masing-masing.

Kedua, asas persamaan. Semua orang mempunyai kedudukan yang sama


sebagai anggota masyarakat, wajib saling membantu dan tidak boleh
seorangpun diperlakukan secara buruk.

Ketiga, Asas kebersamaan. Setiap dan semua anggota masyarakat


mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negra. Keempat, Asas
keadilan ataupun asas perdamaian yang berkeadilan. Kelima, Asas
musyawarah. Maka dengan demikian, peraturan yang dibuat oleh nabi yang

11
telah didasarkan pada beberapa asas tersebut senantiasa mendapat sambutan
dari seluruh lapisan masyarakat madinah kaculai bagi kalangan kaum munafik,
sehingga islam dalam waktu yang tidal lama mampu menjadi kekuatan besar
dijazirah arab.

3. Polarisasi Islam Di Madinah

Usaha-usaha awal yang telah dilakukan Nabi Muhammad di madinah seperti


dikemukakan di atas, khususnya usaha penataan masyarakat dan pembentukan
konstitusi piagam madinah, ternyata melahirkan polarisasi dan dinamika social
yang luar biasa baik yang positif atau negatif. sisi positifnya dalam artian, suatu
keadaan yang harmunis dan beradab, sehingga memungknkan misi nabi berjalan
dengan baik. Namun pada sisi lain ada aspek negatif yang diawali dengan
pelanggaran-pelanggaran oleh orang yahudi terhadap kesepakatan yang telah dibuat
bersama. Sehingga menimbulkan peperangan-peperangan antara orang mulim
dengan orang musyrik dan orang kafir.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada masa rasulullah, islam tampil menjadi kekuatan baru ditengah-tengah


kekuatan kabilah-kabilah dan suku-suku yang mengakar kuat di kalangan masyarakat
arab. Dalam diskursus sejarah perdaban islam, kajian islam pada masa nabi Muhammad
dapat dipetakan menjadi dua bagian, yaitu periode Makkah dan periode Madinah.

Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah awalmulanya mentranformasikan


nilai-nilai dan ajaran islam di Makkah. Yang paling penting dalam masa ini adalah
ajaran tentang tauhid, yaitu mengesakan tuhan dari makhluk selain dzatnya. Sedangkan
pola dakwah yang digunakan oleh rasulullaha ada dua cara: pertama, dengan cara
sembunyi-sembunyi bissirri. Cara ini dilakkan oleh nabi pada awal kerasulannya
selama tiga tahun. Kedua, dakwah dengan terang-terangan biljahri. Cara ini dilkukan
oleh nabi Muhammad mulai masa keempat kerasulannya sampai masa ketujuh.

Islam pada periode Makkah tidak banyak berkembang, karena tekanan dari
orang-orang musyrik Quraisy. Mereka melakukan berbagai cara untuk mengahalangi
nabi menyebarkan islam, diantaranya adalah menyakiti orang-orang yang memeluk
islam, lebih-lebih pada golongan mustad’afin dan hamba sahaya.

Setelah nabi hijrah ke madinah, islam mempunyai sejarah baru. Dalam waktu
yang relative singkat islam mampu menjadi kekuatan domenan di wilayah tersebut.
Islam mampu menjadi landasan moral, social dan politik. Bahkan nabi dengan tuntunan
wahyu, membuat suatu keputusan-keputusan yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwasanya islam di madinah berbeda


dengan di makkah. Di makkah islam diperkenalkan oleh Nabi Muhammad lebih pada
aspek tauhid dan moralitas. Berbeda dengan itu, di Madinah islam menjadi regulasi
social. Islam menjadi aturan yang mengatur relasi antara masyarakat sekitarnya. Hal
tersebut, tertuang dalam 47 pasal yang ada di Piagam Madinah.

13
DAFTAR PUSTAKA

• K. Ali, Study of Islamic History, terj. Cet. Ke-2, Jakarta: Grafindo Persada, 1997.
• M. Yh. Houtsma (ed), Encyclopaedia Islam, Vol. 7, at al. Jakarta: Karim, 2000.
• Mahayudin, Hj Yahaya & Ahmad Jelani Halwi, Sejarah Islam, Slangor: Fajar Bakti
Sdn, 1995.
• Munawwir, Sjadzali, , Islam dan tata negara: ajaran, sejarah, dan pemikiran, Edisi V,
Jakarta: UI Press,1993.
• Nurhakim, Moh., Sejarah dan Peradaban Islam, Malang: UMM Pres, 2004), 28.
• Syalabi, Ahmad, sejarah dan kebudayan islam, jilid I, terj., cet. Ke-9 ,Jakarta: Al-Husna
Zikra, 1997.
• Sukarja, Ahmad, piagam madinah dan undangundang dasar 1945: Kajian Perbandingan
Tentang Dasar Hidup Bersama dalam Masyarakat Yang Majemuk, Cetakan 1. Jakarta:
UI Press, 1995.
• Shiddiqi, Nourouzzaman, Jeram-jeram peradaban Muslim, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996.
• Yatim, Badri, Sejarah Perdaban Islam, Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.

14

Anda mungkin juga menyukai