Anda di halaman 1dari 2

Nama:Oktavia mashumah

Kelas:5 PAI B

Matkul:Perbandingan mazhab

Sejarah qunut nazilah pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pascatragedi Bir Ma’unah
pada bulan Shafar ke-4 Hijriyah (Mei 625 H). Kala itu, 70 sahabat yang diutus oleh Nabi SAW untuk
berdakwah ke wilayah Najd dibantai kaum kafir di Bir Ma’unah. Peristiwa ini mengguratkan kesedihan
yang mendalam pada diri Rasulullah SAW . Beliaupun mendoakan kejelekan para pelakunya selama satu
bulan penuh. Doa itulah yang kemudian disebut dengan doa qunut nazilah dan terus diamalkan kaum
muslimin hingga kini, terutama ketika sedang menghadapi bahaya atau malapetaka.

bnu Hajar dalam Fathul Bari juga memaparkan kisah yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-
nya, menyebut ada perjanjian antara kaum musyrikin dengan Rasulullah SAW. Mereka adalah kelompok
yang tidak ikut memerangi beliau. Mereka yang mengadakan perjanjian dengan beliau adalah Bani Amir
yang dipimpin oleh Abu Barra Amir bin Malik bin Ja’far si Pemain Tombak. Kala itu datang Abu Barra
menemui Rasulullah SAW di Madinah, kemudian oleh beliau diajak kepada Islam.

Ia tidak menyambutnya, namun juga tidak menunjukkan sikap penolakan. Kemudian dia berkata:
“Wahai Rasulullah, seandainya engkau mengutus sahabat-sahabatmu kepada penduduk Najd untuk
mengajak mereka kepada Islam, aku berharap mereka akan menyambutnya.” Beliau SAW berkata: “Aku
mengkhawatirkan perlakuan penduduk Najd atas mereka.” Abu Barra meyakinkan Nabi SAW. “Aku yang
menjamin mereka.” Rasulullah SAW kemudian mengutus 70 orang sahabat yang ahli membaca Al-
Quran, termasuk pemuka kaum muslimin pilihan. Mereka tiba di sebuah tempat bernama Bir Ma’unah,
sebuah daerah yang terletak antara wilayah Bani ‘Amir dan kampung Bani Sulaim. Setibanya di sana,
mereka mengutus Haram bin Milhan, saudara Ummu Sulaim bintu Milhan, membawa surat Rasulullah
SAW kepada Amir bin Thufail. Amir bin Thufail tidak menghiraukan surat itu, bahkan memberi isyarat
agar seseorang membunuh Haram. Ketika orang itu menikamkan tombaknya dan Haram melihat darah,
dia berkata: “Demi Rabb Kakbah, aku beruntung.”

Amir bin Thufail kemudian menghasut orang-orang Bani Amir agar memerangi rombongan sahabat
lainnya, namun mereka menolak karena adanya perlindungan Abu Barra. Diapun menghasut Bani Sulaim
dan ajakan ini disambut oleh Ushaiyyah, Ri’i, dan Dzakwan. Merekapun datang mengepung para sahabat
Rasulullah SAW lalu membunuh mereka kecuali Ka’b bin Zaid bin An-Najjar yang ketika itu terluka dan
terbaring bersama jenazah lainnya. Dia hidup hingga terjadinya peristiwa Khandaq. Akhirnya Rasulullah
SAW melakukan qunut selama sebulan mendoakan kejelekan terhadap orang-orang yang membunuh
para qurra` sahabat-sahabat beliau di Bir Ma’unah. Belum pernah para sahabat melihat Rasulullah SAW
begitu berduka dibandingkan ketika mendengar berita ini.

Imam Al-Bukhari menceritakan dari Anas bin Malik ra: “Rasulullah SAW qunut selama satu bulan ketika
para qurra` itu terbunuh. Dan aku belum pernah melihat Rasulullah SAW begitu berduka dibandingkan
ketika kejadian tersebut.” Ibnu Jarir meriwayatkan pula dalam Tarikh-nya, sebagaimana dinukil oleh
Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad (3/247), bahwa pada saat pembantaian tersebut, Amr bin Umayyah
Adh-Dhamari dan Al-Mundzir bin ‘Uqbah bin ‘Amir tinggal di pekarangan kaum muslimin. Mereka tidak
mengetahui adanya peristiwa pembantaian itu melainkan karena adanya burung-burung yang mengitari
tempat kejadian tersebut. Akhirnya mereka melihat kenyataan yang memilukan itu. Selanjutnya mereka
berembug apa yang mesti dilakukan. Amr bin Umayyah berpendapat sebaiknya mereka kembali untuk
menceritakan kejadian pahit ini kepada Rasulullah SAW. Namun Al-Mundzir menolak dan lebih suka
turun menyerang kaum musyrikin.

Setibanya di Al-Qarqarah sebuah wilayah dekat Al-Arhadhiyah, sekitar 8 pos dari Madinah dia berhenti
berteduh di bawah sebuah pohon. Kemudian datanglah dua laki-laki Bani Kilab dan turut berteduh di
tempat itu juga. Ketika keduanya tertidur, Amr menyergap mereka dan dia beranggapan bahwa ia telah
membalaskan dendam para sahabatnya. Ternyata keduanya mempunyai ikatan perjanjian dengan
Rasulullah SAW yang tidak disadarinya. Setelah tiba di Madinah, dia ceritakan semuanya kepada
Rasulullah SAW dan beliau pun berkata: “Sungguh kamu telah membunuh mereka berdua, tentu saya
akan tebus keduanya.
” Dari kisah ini, ulama menyimpulkan bahwa qunut yang dilakukan oleh Rasulullah SAW hanyalah qunut
nazilah yang beliau lakukan selama satu bulan, mendoakan kejelekan terhadap Bani Lihyan, ‘Ushaiyyah.
Qunut secara bahasa mempunyai makna beragam, yaitu ketaatan, sholat, berdiri lama, diam, dan
berdoa. Makna terakhir inilah yang paling masyhur.

Al-Imam Ahmad dan lainnya dari hadis Anas bin Malik ra meriwayatkan: “Bahwasanya Nabi SAW qunut
selama satu bulan lalu meninggalkannya.” Sedangkan qunut ketika ada musibah atau bencana yang
menimpa (nazilah) adalah seperti qunut yang dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra ketika para sahabat
memerangi Musailamah Al-Kadzdzab dan ahli kitab. Juga qunut yang dilakukan Umar bin Khattab dan Ali
bin Abi Thalib ketika menghadapi pasukan Mu’awiyah dan penduduk Syam.

Menurut mazhab Syafi’i, hukum qunut nazilah adalah sunnah ketika terjadi malapetaka atau bahaya
yang menimpa kaum muslimin atau sebagiannya. Sedangkan waktu pelaksanaannya adalah ketika
berdiri bangun dari ruku’ (i’tidal) dalam kelima shalat fardhu.

Anda mungkin juga menyukai