Anda di halaman 1dari 10

NIM NAMA KELAS

: 1206179 : MUHAMMAD IRFAN ILMY : IB MUDIK MENUJU KOTA KELAHIRAN1

Apabila kita cermati dengan saksama, ternyata tradisi mudik atau pulang kembali ke kampung halaman sudah terjadi sejak zaman Rasulullah dulu. Kebiasaan muslim yang hanya ada di Indonesia ini mungkin terinspirasi dari kehidupan zaman Rasulullah. Setelah berjuang meninggalkan sanak famili, meninggalkan kota kelahiran, tinggal di negeri orang yang notabene memiliki kultur dan bahasa yang berbeda akhirnya tiba saatnya untuk bersua kembali dengan segala yang ditinggalkan itu dan pulang dengan membawa kemenangan, yaitu penghasilan atau kemapanan secara financial ( mudik di Indonesia ). Lain halnya dengan mudik kaum Muslimin saat itu. Kaum Muslimin kembali ke kampung halaman bukan untuk tujuan kesenangan duniawi saja, melainkan mengemban misi penyebaran ajaran yang hak yang dibawa oleh sang Nabi panutan, yaitu Rasulullah saw. ***

Seseorang yang merantau ke negeri orang ataupun keluar dari kampung halamannya tentu dalam hati kecilnya selalu teringat dengan tempat tinggalnya terdahulu. Begitupun dengan Rasulullah dan kaum muslimin pada saat itu. Beliau dan para pengikutnya merantau ( Hijrah ) pada saat itu bukan hanya karena tuntutan kesenangan atau karena tujuan duniawi, melainkan karena sebuah misi yang sangat besar, yaitu untuk melindungi sebuah ajaran yang terancam apabila tidak segera pindah atau berlindung di negeri orang lain. Hijrahnya Rasulullah bersama para pengikutnya merupakan keputusan yang penuh perhitungan. Keputusan ini bukan keputusan yang diambil dengan intuisi atau spekulasi belaka, melainkan dengan pemikiran yang matang dan atas dasar petunjuk dari Allah SWT.
1

Makkah, maksud judul tersebut adalah penaklukan kota Makkah (Futuh Makkah )

***

Setelah sekian lama meninggalkan tempat kelahiran, pasti ada kerinduan yang amat mendalam untuk bisa kembali ke tanah tersebut. Sama halnya dengan Rasulullah dan para pengikutnya. Semuanya berniat untuk kembali ke kota makkah yang merupakan kota tempat mereka dilahirkan, dibesarkan, dan bercengkrama denga keluarga mereka. kembalinya Rasulullah dan para pengikutnya ini lazim disebut Futuh Makkah ( pembukaan atau penaklukan Kota Makkah ). Perjalanan panjang yang dilalui ini merupakan perjalanan yang melelahkan dan penuh perjuangan, karena sepanjang perjalanannya menemui berbagai halangan, rintangan, tekanan atau perlawanan dari pihak kaum Quraisy. Namun, itu semua merupakan bumbu yang memberikan rasa nikmat dan gurih terhadap perjuangan kaum Muslimin dalam mencapai kemenangan yang hakiki, yaitu berjayanya ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW . ***

Penaklukan kota Makkah tidak bisa terlepas dari proses hijrah Nabi Muhammad saw beserta pengikutnya. Karena hijrah tersebut ke beberapa wilayah pada saat itu,yakni ke Habsy, Thaif ( dilakukan sendiri) dan Madinah (Ahmad, 2008: 315) merupakan fase yang harus dilalui oleh mereka hingga sampai kepada momen yang tepat untuk membebaskan Makkah dari kaum Musyrikin. Seiring dakwah Islam yang terang- terangan maka hal tersebut mengakibatkan tekanantekanan, ancaman bahkan penganiayaan dari pihak kaum kafir Quraisy. Sehingga Hijrah merupakan jalan keluar yang tepat dengan tujuan untuk mencari perlindungan keamanan. Hijrah itu sendiri memiliki beberapa faktor yang menyebabkannya. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Cobaan dan tekanan 2. Adanya jaminan keamanan (perlindungan) bagi kelangsungan dakwah Islam 3. Pendustaan kaum Quraisy terhadap Rasulullah dan ajarannya 4. Kekhawatiran akan terjadinya petaka bagi Agama

5. Diizinkannya kaum Muslimin untuk berperang ( Ahmad, 2008:315-317) ***

Sebelum peristiwa besar penaklukan Makkah terjadi ada kejadian yang merupakan salah satu faktor penyebab peristiwa ini dilaksanakan, yakni pelanggaran perjanjian Hudaibiyah oleh pihak Kaum Quraisy. Pelanggaran tersebut adalah mengkhianati salah satu kesepakatan pada perjanjian Hudaibiyah, yakni Kedua belah pihak akan melakukan gencatan senjata selama 10 tahun. Sepanjang waktu itu, setiap orang terjamin keamanannya dan kedua belah pihak harus menahan diri dari segala tindakan penekanan, pemaksaan, penggangguan, pencurian, suap menyuap, atau pengkhianatan ( Ahmad, 2008:643). Sedangkan menurut al-Umuri ( 2010: 495 ) Suku Quraisy telah melakukan pelanggaran yang sangat fatal, yaitu dengan memberikan bantuan berupa sejumlah kuda, persenjataan dan sejumlah prajurit terhadap sekutunya Bani Bakr untuk menyerang khuzaah, sekutu kaum Muslimin. Bani Bakr melakukan serangan scara mendadak di sumur yang disebut dengan Al-Watir, terletak di tanah Khuzaah. Maka khuzaah akhirnya minta bantuan kepada kaum Muslimin. Amr bin Salim Al-Khuzai pergi ke Madinah, lalu ia melantunkan beberapa bait syair di hadapan Rasulullah saw dengan maksud meminta bantuan kepada beliau. Beliaupun bersabda : Engkau pasti akan ditolong wahai Amr bin Salim. Terkait hal ini Lings ( 552) menyatakan hal yang senada, yaitu Meskipun ada perjanjian, beberapa orang Bakr tetap melanjutkan perseteruan mereka dengan Khuzaah. Tak lama setelah penaklukan Amr ke Syria, suatu kabilah Bakr menyerang Khuzaah di malam hari, hingga seorang diantara mereka terbunuh. Dalam pertempuran selanjutnya, ada yang terjadi di dalam kawasan suci. Quraisy menolong sekutu mereka itu dengan memberi senjata; dan satu-dua orang Quraisy terlibat dalam pertempuran di tengah kegelapan malam itu. Bani Kab dari Khuzaah segera mengirim deputasi ke Madinah untuk menginformasikan apa yang terjadi kepada Nabi dan meminta pertolongannya. Beliau mengatakan kepada mereka supaya menyerhakan persoalan tersebut kepadanya dan menyuruh mereka pulang ke wilayahnya. Ketika mereka pergi, beliau menemui Aisyah,

yang melihat beliau tampak geram. Beliau meminta air untuk berwudhu dan Aisyah mendengar beliau berkata-seakan berkata pada dirinya sendiri, Aku tak akan ditolong jika aku tidak menolong keturunan Kab. Ahmad (2008:733 ) dalam bukunya menceritakan peristiwa yang sama ini. Pada suatu malam, Bani Bakr ( pihak Quraisy) menyerang Bani Khuzaah (pihak Muhammad) yang tinggal di dekat sebuah mata air bernama al-Watir. Mata air ini terletak di daerha Makkah hilir. Mereka dibantu oleh beberapa orang Quraisy. Waktu itu, orang- orang Quraisy berkata, Muhammad tidak akan mengetahui tindakan kita. Mudah- mudahan malam ini tidak ada seorangpun yang melihat kita. Mereka juga memberi bantuan persenjataan dan kendaraan kepada bani Bakr dalam penyerangan terhadap Bani Khuzaah. Setelah itu, mereka bersamasama menyerang Bani Khuzaah demi membalas dendam kepada Rasulullah. Maka berangkatlah Amru ibn Salim al-Khuzai dari Bani Khuzaah ke Madinah untuk meminta bantuan kaum Muslimin. Sesampainya di hadapan Rasulullah, Amru ibn Salim mengutarakan maksud kedatangannya melalui beberapa bait syir yang berisi permohonan bantuan. Rasulullah pun bersabda, Amru ibn Salim, kami semua akan membela kalian ! Sesaat kemudian, gumpalan awan berarak- arak memayungi mereka di tempat itu. Rasulullah bersabda, Lihatlah, awan pun menyambut bantuan untuk Bani Kaab. Melihat peristiwa tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa kaum Kafir Quraisy itu sangatlah licik dan menghalalkan segala cara agar ajaran yang dibawa oleh Rasulullah tidak berkembang dengan pesat apalagi sampai mencapai kejayaan. Mereka sangat tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Apa yang dilakukan Quraisy tersebut merupakan pelanggaran besar dan nyata terhadap perjanjian Hudaibiyah, sekaligus sebagai penindasan kejam atas sekutu kaum Muslimin. Kaum Quraisy telah sampai kepada sikap yang amat membahayakaan. (al-Umuri, 2010, : 495) Disebutkan dalam satu riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar di alMathalib al-Aliyah dan satu riwayat lain di al-Fath, sebelum perang meletus Rasulullah sempat mengirimkan surat kepada kaum Quraisy. Dalam surat itu,

beliau mengajukan tiga pilihan kepada mereka : membayar denda (diyat) untuk kematian orang-orang Bani Khuzaah, mencabut dukungan terhadap Bani Bakr, atau perang. Ternyata kaum Quraisy memilih perang (Ahmad, 2008:734-735) Ternyata setelah beberapa waktu mereka sadar bahwa tindakan yang dilakukannya itu melanggar perjanjian perdamaian Hudaibiyah. Tak lama kemudian, mereka menyesal dan memutuskan untuk mengirim Abu Sufyan ke Madinah untuk memperbaharui isi perjanjian. Akan tetapi, ia gagal mendapatkan harapannya memperbaharui isi perjanjian tersebut (al-Umuri, 2010:496) Upaya Abu sufyan untuk membujuk Rasulullah agar perjanjian Hudaibiyah diperpanjang tidak digubris oleh beliau. Abu Sufyan sempat meminta bantuan kepada Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib, sampai Fatimah agar ia membujuk Rasulullah lewat perantara cucu Rasullah, yaitu Hasan bin Ali. Namun, segala upaya Abu Sufyan tersebut sia-sia. Ia pun kembali kepada kaumnya dengan tangan hampa. Riwayat lain menuturkan, setibanya di Madinah, Abu Sufyan tidak langsung menemui Rasulullah, tetapi terlebih dahulu menemui putrinya yang juga istri beliau, Ummu Habibah. Sewaktu Abu Sufyan hendak duduk diatas lapik Rasulullah, Ummu Habibah bergegas melipatnya. Abu Sufyan pun terperangah dan bertanya, Putriku, engkau melipatnya karena lapik itu memang tidak bisa dipakai, ataukah karena lapik itu tidak boleh kududuki ?. Ummu Habibah terus terang, Ini adalah lapik Rasulullah, sedangkan ayah adalah seorang musyrik yang kotor. Itu sebabnya aku tidak suka duduk diatasnya. Dengan berang, Abu Sufyan menghardik, Putriku, engkau akan menyesal kelak ! . Abu Sufyan bergegas keluar mendatangi Rasulullah dan mengutarakan maksudnya. Namun, beliau mengabaikannya dan tak bicara sepatah kata pun. (Ahmad, 2008:735-737) Singkat cerita, pihak Quraisy yang tawaran pembaharuan perjanjian Hudaibiyahnya di tolak oleh Nabi Muhammad akhirnya berputus asa dan galau. karena ketakutan pihak Quraisy tersebut, akhirnya mereka menyetujui usulan dari Abu Sufyan untuk kembali menemui Nabi Muhammad saw. Lings ( 561) menyebutkan bahwa Abu Sufyan disertai Hakim, sepupu Khadijah, yang melakukan sesuatu yang terbaik untuk menghentikan peperangan Badr, dan

Budayl dari Khuzaah yang membantu Nabi pada Hudaibiyah dan baru- baru ini menemani beberapa orang sukunya ke Madinah berkaitan dengan runtuhnya perjanjian itu. Sesampainya di tempat tujuan dan melakukan beberapa pembicaraan dengan Rasulullah, akhirnya Rasulullah berkata kepada mereka bertiga. Bersaksilah bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku adalah UtusanNya. Hakim dan Budayl langsung menyatakan keimanannya, tapi Abu Sufyan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan kemudian diam. Ketika diminta untuk mengucapkan syahadat kedua, ia berkata, Hai Muhammad, dihatiku masih ada ganjalan tentang hal ini, berilah aku waktu. ( Lings, 562). Setelah itu, Rasulullah meminta pamannya Abbas untuk mengajak Abu Sufyan dan kedua orang tersebut untuk bermalam di tenda yang ada. Dan akhirnya setelah mendengar adzan subuh, diceritakan bahwa Abu Sufyan merasa bergetar hatinya dan kagum dengan apa yang dilakukan oleh pengikut Nabi ( wudhu, shalat ). Abu Sufyan meminta kepada Abbas untuk mengantarnya kepada Nabi Muhammad, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah. Setelah itu maka secara resmi, orang yang selalu memusuhi Nabi dan ajarannya kini mengakui kebenaran ajaran yang dibawa oleh beliau. ***

Abbas meminta Rasulullah agar memberikan sesuatu kepada Abu Sufyan karena Abu Sufyan adalah orang yang suka dipuji dan dibangga-banggakan. Rasulullah menyetujui permintaan Abbas. Beliau pun bersabda, Barangsiapa masuk ke dalam rumah Abu Sufyan, ia terjamin keamanannya. Rasulullah memerintahkan Abbas agar tidak membawa Abu Sufyan memasuki Makkah sebelum pasukan Muslimin lewat. Beliau bersabda, Abbas tahanlah ia di celah lembah Khutam sampai seluruh pasukan Muslimin lewat agar ia bisa melihatnya ! Abbas melaksanakan sebagaiman yang diperintahkan. Abu Sufyan dibwanya melalui lorong- lorong sempit di sela- sela gunung, kemudian berhenti di situ. Sesaat kemudian, lewatlah pasukan Muslimin. Terlihat sebuah pasukan dalam jumlah besar, dimana setiap kelompok membawa panji-panjinya masing-masing berjalan berarak-arak di depan mata Abu Sufyan. Hal itu tak ayal

membuat hati Abu Sufyan ciut sekaligus terheran-heran dengan besarnya kekuatan kaum Muslimin. Katanya kepada Abbas, Demi Allah, kini kerajaan kemenakanmu telah sedemikian besar. Abbas mencerca, Celakalah engkau, Abu Sufyan ! Ini nubuwat, bukan kekuasaan ! Abu Sufyan menjawab, Kalau begitu, sekarang aku benar-benar percaya. (Ahmad, 2008:743) Lalu, setelah Abu Sufyan melihat dengan matanya sendiri betapa besarnya kekuatan kaum Muslimin, langsung pergi untuk mengabari kaumnya dan

memberitahukan bahwa mereka tidak akan sanggup untuk melawannya. Abu Sufyan pun memberitahukan perihal sabda Rasulullah Bahwa barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan maka mereka akan aman, begitu pun yang masuk mesjid. Ahmad (2008:744) menyebutkan orang-orang pun berhamburan ke rumah Abu Sufyan dan ke Mesjid. *** Bendera Anshar dipegang Saad bin Ubadah. Ketika menginspeksi pasukannya dan melewati tempat Abu Sufyan, Saad berkata : Hari ini adalah hari pembantaian, hari dihalalkannya Kabah. Lalu Abu Sufyan pun mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Maka beliau bersabda: Saad berdusta. Justru hari ini adalah hari diagungkannya Kabah oleh Allah dan hari dimana Kabah diberi Kiswah kain untuk menutupinya. Lalu beliau mengambil panji perang dari tangan Saad bin Ubadah dan menyerahkannya kepada anaknya yang bernama Qais. Kemudian Saad memohon kepada Rasulullah saw untuk mengambilnya kembali dari tangan anaknya, Qais, karena khawatir terjadi kesalahan. Lalu beliaupun mengambilnya kembali dari tangan Qais. (al-Umuri, 2010:501) Riwayat lain menuturkan , waktu itu Rasulullah menyerahkan panji-panji Anshar kepada Zubair ibn Awwam sehingga Zubair masuk ke Makkah dengan membawa dua buah panji-panji pasukan. Berdasarkan riwayat dari az-Zuhri, Musa ibn Uqbah meyakinkan bahwa Rasulullah menyerahkan panji-panji Anshar kepada Zubair. ( Ahmad, 2010:745)

Di Marri Dzuhran, Rasulullah saw memerintahkan pasukannya untuk bersegera menuju Makkah. Lalu beliau mulai menunjuk beberapa panglima dan membagi pasukan menjadi tiga kelompok; sayap kanan, sayap kiri, dan di tengah. Khalid bin Al-Walid ditunjuk untuk memimpin sayap kanan. Sedangkan AzZubar bin Al-Awwam ditunjuk sebagai panglima di sayap kiri. Sementara Abu Ubaidilah ditunjuk untuk memimpin pasukan pejalan kaki. Panji Rasulullah berwarna hitam sedangkan panji brigadenya berwarna putih. (al-Umuri, 2010:501) Al-Waqidi menyebutkan secara rinci tentang pembagian pasukan Muslimin ke dalam beberapa satuan, penetapan para pemegang panji- panji dan bendera setiap satuan, nama-nama utusan yang dikirim Rasulullah untuk menyeru suku-suku Arab di sekitar Madinah, jumlah pasukan Muslimin, serta persiapan logistik setiap suku. ( Ahmad, 2010:745) Ketika pasukan sudah memasuki kota, dari pihak Makkah tidak ada perlawanan, kecuali pasukan Khalid bin Walid yang berhadapan dengan perlawanan dari mereka yang tinggal di daerah bagian bawah Makkah. Mereka ini terdiri dari orang-orang Quraisy yang paling keras memusuhi Muhammad dan yang ikut serta dengan Bani Bakr melanggar perjanjian Hudaibiyah dengan mengadakan serangan terhadap Khuzaah. Mereka ini tidak mau memenuhi seruan Abu Sufyan. Bahkan mereka telah menyiapkan diri hendak berperang, sementara yang lain dari golongan mereka juga sudah bersiap-siap akan melarikan diri. Mereka dipimpin oleh Safwan, Suhail dan Ikrimah bin Abi Jahl. ( Haekal, 2010:470) Rasulullah saw memasuki Makkah dari tempat yang tinggi dari arah Kada. Sementara Khalid bin Al-Walid masuk dari arah bawahnya. Perlawanan orang-orang Quraisy sangat kecil, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq bahwa orang-orang Islam yang terbunuh di Al-Khandamah ketika terjadi pertempuran antara Khalid bin Al-Walid dengan sebagian orang-orang musyrikin hanya 3 pasukan berkuda, dimana orang-orang musyrikin yang terbunuh sebanyak 12 orang. Musa bin Uqbah menyebutkan bahwa yang terbunuh dari kalangan Musyrikin sekitar 24 orang. Al-Waqidi mengatakan bahwa yang terbunuh dari Quraisy sebanyak 28 orang. Terdapat juga riwayat dhaif yang dibawa oleh Imam

Ath-Thabrani yang menyebutkan bahwa yang terbunuh dari Quraisy sebanyak 70 orang. (al-Umuri, 2010:502). Sedangkan dari pihak kaum muslimin yang meninggal dua orang. Menurut Ibnu Hisyam ( , 645) kedua orang tersebut adalah Kurz bin Jabir warga Bani Muharib bin Fihr dan Khunais bin Khalid bin Rabiah bin Ashram sekutuu bani Munqidz. Awalnya mereka berdua berada di pasukan berkuda Khalid bin Walid, namun keduanya memisahkan diri dari Khalid bin Walid dan menempuh jalan lain hingga akhirnya terbunuh; Khunais bin Khalid terbunuh sebelum Kurz bin Jabir. Setelah Khunais bin Khalid terbunuh, Kurz bin Jabir meletakkan jenazahnya di antara kedua kakinya, lalu ia berperang sambil melantunkan syair, hingga ia akhirnya ia gugur : Shafra dari Bani Fihr yang berwajah bening dan dada bersih telah mengetahui bahwa aku akan berperang membela Abu Sakhr (Ibnu Hisyam, : 645)

Melihat malapetaka yang sekarang sedang menimpa, Safwan, Suhail dan Ikrimah cepat-cepat angkat kaki melarikan diri, dengan meninggalkan orangorang yang tadinya mereka kerahkan mengadakan perlawanan menghadapi kekuatan dan pukulan Khalid yang heroik itu. Dalam pada itu Muhammad dengan pasukan Muhajirin yang kini di atas sebuah dataran tinggi sedang menyusur turun menuju Makkah, dengan keyakinan hendak membebaskannya dalam keadaan aman dan damai. Dilihatnya kota itu dengan segala isinya, dilihatnya pula kilatan pedang di bagian bawah kota serta pasuka Khalid yang sedang mengejar-ngejar mereka yang menyerangnya itu. Di sini ia merasa sedih sekali dan berteriak geram dengan mengingatkan kembali akan perintahnya untuk tidak mengadakan pertempuran. Setelah diketahuinya kemudian apa yang terjadi, teringat ia bahwa yang sudah dikehendaki Tuhan itulah yang baik. ( Haekal, 2010: 470)

ORANG-ORANG YANG DIPERINTAHKAN AGAR DIBUNUH OLEH RASULULLAH

Anda mungkin juga menyukai