● Pengertian hijrah
Hijrah berasal dari bahasa arab “ ”ﻫ ْﺠ َﺮة
ِ yang artinya: pindah, menjauhi atau menghindari.
Kerasnya sesuatu ( ;)اﻟﻬﺠﺮ اﻟﻬﺠﯿﺮ اﻟﻬﺎﺟﺮةberarti tengah hari di waktu panas sangat menyengat
(keras).Adapun menurut istilah yakni Hijrah artinya menjauhi sesuatu dengan sangat keras
karena adanya ketidak setujuaan dan kebencian. Pada zaman Nabi ada dua macam hijrah
yakni Hijrah ke Abisina dan hijrah ke Madina.
Habsyi (habasyah) disebut juga Abbesinia adalah negeri yang terletak di Afrika timur.
Sekarang negeri itu bernama Ethiopia. Raja Habsyi saat itu bernama Negus atau Najasi. Raja
Negus adalah raja yang beragama Nasrani (Kristen). Sebagian besar penduduk Habsyi saat
itu juga memeluk agama nasrani. Pada bulan rajab tahun ke 5 kenabian, berangkatlah
rombongan kaum muslimin ke Habsyi. Mereka membawa harapan yang besar bahwa di
Habsyi akan terlindung dari penderitaan yang disebabkan oleh kekejaman kaum kafir
Quraisy. Rasulullah Saw berpesan agar kaum muslimin tinggal di Habsyi sampai Allah Swt
memberi jalan keluar dari penderitaan yang menimpa kaum muslimin. Dengan adanya
siksaan demi siksaan yang terus menerus dilakukan kaum kafir Quraisy kepada kaum
muslimin, terutama kaum muslimin yang tergolong lemah secara ekonomi. Mereka sangat
menderita, karena penderitaan mereka inilah maka Rasulullah SAW. meminta para
sahabatnya untuk hijrah ke Habsyi demi menyelamatkan agama mereka di sisi raja Najasyi,
Rasulullah SAW. tahu bahwa Raja Habsyi sangat adil dan tak pernah berbuat aniaya pada
sesama manusia, kaum muslimin akan aman disana, terutama keamanan sebagian besar kaum
muslimin yang mengkhawatirkan diri dan keluarga mereka dari kaum kafir Quraisy. Hijrah
ke Habsyi dilakukan kaum muslimin dalam dua gelombang, rombongan pertama kaum
muslimin yang berjumlah lebih kurang 11 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, pada tahun
ke 5 bulan ke tujuh kenabian. Dilanjutkan dengan rombongan hijrah kedua hingga
keseluruhannya berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Di antara mereka
terdapat Utsman bin Affan beserta isterinya, Ruqayah binti Muhammad, Zubair bin Awwan,
Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abu Thalib sebagai pemimpin rombongan dan lain-lain.
Rombongan ini mendapat sambutan yang baik dan penghormatan dari Raja Najasyi, namun
Kaum Quraisy berusaha merusak kedudukan mereka di Habsyi. Maka mereka mengirim
utusan dipimpin Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin ’Ash serta memberi hadiah untuk
raja dan memintanya agar menyerahkan kaum muslimin kepada mereka. Mereka mengatakan
kepada raja bahwa kaum muslimin menjelekjelekkan Isa dan ibundanya. Tatkala raja Najasyi
menanyakan hal tersebut kepada kaum muslimin, dan merekapun menjelaskan pandangan
Islam tentang Isa dengan sebenar-benarnya, maka raja mengamankan mereka dan menolak
untuk menyerahkan mereka kepada Kaum Quraisy. Tidak hanya itu kaum Quraisy juga
melakukan pemboikotan atau pengucilan terhadap kaum muslimin dari pergaulan dengan
masyarakat Mekkah, yang digantungkan di dinding Ka’bah, berisi antara lain :
1. Tidak boleh melakukan jual beli kepada bani Hasyim, bani Muthalib dan umat Islam.
2. Dilarang mengadakan perdamaian dengan keluarga bani Hasyim, bani Mutholib dan umat
Islam, kecuali Nabi Muhammad Saw. diserahkan atau menyerahkan diri pada kaum kafir
Quraisy.
3. Dilarang berbicara, mengunjungi orang sakit dari keluarga bani Hasyim, bani Mutholib
dan umat Islam.
4. Dilarang mengadakan pernikahan dengan keluarga bani Hasyim, bani Mutholib dan umat
Islam.
5. Pemukiman umat Islam dikucilkan di bagian utara kota Mekkah dan dijaga ketat oleh
kaum kafir Quraisy sehingga mereka tidak dapat berhubungan dengan masyarakat Mekkah
atau di luar Mekkah. Masih dalam tahun yang sama, di Bulan Ramadhan, Nabi Muhammad
Saw. pergi ke Mekkah. Di sana telah berkumpul sekelompok besar kaum kafir Quraisy, lalu
beliau berdiri di antara mereka. Namun tiba-tiba beliau membaca surat an-Najm, padahal
orang-orang kafir belum pernah mendengarkan kalam Allah, mengingat sebelumnya mereka
selalu berwasiat agar tidak mendengar ucapan Rasulullah Saw sedikitpun.
Ketika beliau mengejutkan mereka dengan surat ini, dan mengetuk telinga mereka dengan
kalam Allah Swt. yang sangat menarik ini satu persatu dari mereka tetap ditempatnya
mendengarkan kalam Ilahi tersebut.
Di hati mereka tidak terlintas apapun selain kalam Ilahi ini, sampai ketika beliau membaca
ayat:
Setelah baiat Aqabah yang kedua (musim haji tahun 13 kenabian) maka kaum muslimin
Mekah berbondong-bondong hijrah ke Madinah. Tidak lebih dari dua bulan dan beberapa
hari setelah itu hampir seluruh sahabat sudah hijrah ke Madinah. Tinggal tersisa Rasulullah,
Abu Bakar, Ali dan beberapa sahabat yang lainnya di Mekah. Orang-orang kafir Quraisy
melihat ini sebagai ancaman besar, karena bisa jadi kaum muslimin di Madinah akan menjadi
pusat kekuatan baru yang mengganggu eksistensi mereka.
Maka “Parlemen Quraisy” (Darul Nadwa) membuat kesepakatan keji untuk membunuh Nabi
Muhammad. Mereka mengumpulkan pemuda dari masing-masing kabilah Quraisy untuk
mengepung dan membunuh Nabi Muhammad di malam hari. Tetapi Allah Maha Mampu
membalas makar mereka. Allah berfirman,
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik
Pembalas tipu daya.” (QS. Al Anfal: 30)
Allah menurunkan wahyu kepada RasulNya izin untuk berhijrah. Rasulullah pun
memberitahu sahabat dekatnya, Abu Bakar bahwa Allah telah mengizinkannya berhijrah dan
Abu Bakar pun meminta agar diperbolehkan menemani beliau hijrah. Pada malam harinya
Rasulullah memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan beliau tidur diatas
ranjangnya. Malam itu juga orang-orang Quraisy mengepung rumah Rasulullah. Tetapi Allah
Maha Mampu, Allah menutupi pandangan mereka saat Nabi Muhammad keluar rumah.
Malam itu Nabi Muhammad kemudian pergi ke rumah Abu Bakar yang akan menemani
beliau keluar dari Mekah. Malam itu adalah malam ke 27 bulan Shofar tahun ke-14 kenabian
atau tahun pertama hijriah (bertepatan 12 atau 13 Desember 622M). Mereka tinggal di sebuah
gua di gunung Tsur selama kurang lebih 3 hari. Allah kisahkan dalam Al Qur’an saat
Rasulullah dan Abu Bakar di gua ini. Allah berfirman,
ﻻ ﺗَ ْﺤ َﺰ ْن إ ﱠن ﱠ
اﷲ ِ َ ﺎﺣﺒِ ِﻪ
ِ ﺼ ُ وا ﺛَﺎﻧِ َﻲ ْاﺛﻨَﯿْﻦ إ ْذ ُﻫ َﻤﺎ ِﻓﻲ ْاﻟ َﻐﺎر إ ْذ ﯾ َُﻘ
َ ِﻮل ﻟ ِِ ِ ِ َ اﷲ إِ ْذ أَ ْﺧ َﺮ َﺟ ُﻪ اﻟﱠ ِﺬ
ْ ﯾﻦ َﻛ َﻔ ُﺮ ﺼ َﺮ ُه ﱡ َ َﻨﺼ ُﺮو ُه َﻓ َﻘ ْﺪ ﻧ إﱠ
ُ َﻻ ﺗ ِ
ﱡ ْ ْ ﱢ ُ َ
ٌ اﻟﺴﻔﻠﻰ َو َﻛﻠِ َﻤﺔ اﷲ ِﻫ َﻲ اﻟﻌُﻠﯿَﺎ َواﷲ َﻋ ِﺰ
ﯾﺰ ْ ْ
ﯾﻦ َﻛ َﻔ ُﺮوا ﱡ ﱠ َ َ ﱠ َ َ ﱡ
َ ﻧﺰل اﷲ َﺳ ِﻜﯿﻨَﺘَ ُﻪ َﻋﻠ ْﯿ ِﻪ َوأﯾﱠ َﺪ ُه ﺑِ ُﺠﻨُﻮ ٍد ﻟ ْﻢ ﺗَ َﺮ ْو َﻫﺎ َو َﺟ َﻌﻞ َﻛﻠِ َﻤﺔ اﻟ ِﺬَ َ
َ َﻣ َﻌﻨَﺎ َﻓﺄ
َﺣ ِﻜﯿ ٌﻢ
Kemudian awal bulan Rabi’ awwal mereka melanjutkan perjalanan ke arah tepi laut Merah
kemudian ke utara menuju Madinah. Mereka sengaja menempuh jalan yang tidak biasa
menuju Madinah untuk mengecoh orang-orang kafir Quraisy. Kaum Quraisy mengadakan
sayembara dengan hadiah yang begitu besar (100 ekor onta) bagi siapa saja yang bisa
menangkap Nabi Muhammad dan Abu Bakar baik hidup maupun mati. Suraqah bin Malik
sempat mampu mengejar keduanya tetapi kemudian jatuh beberapa kali dan akhirnya masuk
Islam. Nabi Muhammad dan Abu Bakar pun sampai di Madinah dengan selamat.
Sebelum masuk kota Madinah beliau singgah dulu di daerah Quba’ beberapa hari dan
mendirikan masjid disana (Masjid Quba’). Kemudian beliau masuk kota Madinah disambut
kaum muslimin (Muhajirin dan Anshor) dengan penuh kebahagiaan. Hal pertama kali beliau
lakukan adalah mendirikan masjid (Masjid Nabawi) kemudian mempersaudarakan sahabat
Muhajirin dan Anshor. Beliau kemudian juga membuat pernjanjian dengan penduduk
Madinah dan sekitarnya baik dari kalangan kaum muslimin, ahli kitab (yahudi) maupun yang
lainnya. Dengan demikian, dimulailah marhalah atau fase dakwah baru Rasulullah di
Madinah.