Anda di halaman 1dari 6

Nama:Deva Alvyn Budi Nugraha

Absen:12
Kelas:X Ipa 1
SMAN 6 KOTA BEKASI

Tugas Makalah Agama Islam


Hijrah Nabi Periode Madinah
Bagaimana awal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berhijrah ke Madinah?

Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam selesai membaiat pada ‘Aqabah yang kedua, ia
mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke
Madinah. Mereka pun keluar berhijrah secara
berkelompok-kelompok, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tetap tinggal di Makkah menunggu izin hijrah dari
Allah.

Orang yang pertama berhijrah dari Makkah ke Madinah


adalah Abu Salamah bin Abdul Asad kemudian ‘Amir bin
Rabi’ah bersama istrinya Laila. Kemudian ‘Abdullah bin
Jahsy, kemudian sahabat-sahabat lain radhiyallahu
‘anhum, secara berkelompok, selanjutnya Umar bin Al-
Khaththab radhiyallahu ‘anhu bersama saudaranya Zaid
bin ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah.

Tidak ada yang tinggal di Makkah melainkan Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar radhiyallahu
‘anhu, Ali bin Abi Thalib, dan beberapa orang sahabat
karena ditawan serta ada faktor lainnya.

Abu Bakar termasuk sahabat yang paling sering meminta


kepada Rasulullah supaya diizinkan hijrah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada
Abu Bakar, “Janganlah engkau terburu-buru, wahai Abu
Bakar, semoga Allah memberikan kawan yang baik
sewaktu kamu hijrah.” Lalu Abu Bakar pun merasa
tenang dan berharap kawannya itu adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beberapa faktor yang memicu hijrah ke Madinah


 

Pertama: Karena adanya siksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy.


Begitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan dakwah secara
terbuka, berbagai ancaman mulai diarahkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan orang-orang beriman yang mengikutinya. Oleh karena itu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berpikir untuk mencari
perlindungan di luar Makkah. Sehingga terjadilah hijrah kaum muslimin ke
Habsyah, Thaif, dan kemudian ke Madinah.

Kedua: Adanya kekuatan yang akan membantu dan melindungi dakwah,


sehingga memungkinkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah
dengan leluasa. Hal ini sebagaimana tertuang dalam isi Baiat ‘Aqabah kedua.
Yaitu kaum Anshar berjanji akan melindungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagaimana melindungi anak dan istri mereka.

Ketiga: Para pembesar kaum Quraisy dan sebagian besar masyarakat


Makkah menganggap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
pendusta, sehingga mereka tidak mempercayainya. Dengan kondisi seperti
ini, maka beliau ingin mendakwahkan kepada masyarakat lainnya yang mau
menerimanya.

Keempat: Kaum muslimin khawatir agama mereka terfitnah. Ketika ‘Aisyah


radhiyallahu anha ditanya tentang hijrah, beliau berkata,

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم َمخَافَةَ أَ ْن يُ ْفتَنَ َعلَ ْي ِه‬


َ ‫َكانَ ْال ُم ْؤ ِمنُونَ يَفِرُّ أَ َح ُدهُ ْم بِ ِدينِ ِه إِلَى هَّللا ِ تَ َعالَى َوإِلَى َرسُولِ ِه‬

“Kaum mukminun pada masa dahulu, mereka pergi membawa agama


mereka menuju Allah dan Rasul-Nya karena khawatir terfitnah.” (HR.
Bukhari, no. 3900)
Ketika orang-orang musyrik mengetahui banyak sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang berhijrah, mereka berkumpul di Darul Nadwah membicarakan solusi permasalahan ini
yang dihadiri juga bersama mereka oleh Iblis yang menyamar menjadi seorang Syaikh
Najdy, sehingga mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan mengikutsertakan bersama mereka sejumlah orang dari kabilah Quraisy sehingga pada
saat pertumpahan darahnya tidak mungkin Bani Hasyim membuat perlawanan dan mereka
pasti akan menerima diyat (bayaran ganti rugi).

Jibril mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata kepadanya, “Malam ini,
janganlah kamu (Muhammad) tidur di tempat tidur kamu.” Ketika malam datang, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Ali bin Abi Thalib tidur di tempat tidurnya dan
melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ingin dibunuh, padahal sebelumnya beliau adalah orang yang paling dipercayai dan
bertanggung jawab sehingga mereka pernah menitipkan barang-barangnya bersama
Rasulullah saat mereka pergi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dengan membaca firman Allah Ta’ala,

‫) تَ ْن ِزي َل‬4( ‫اط ُم ْستَقِ ٍيم‬ ٍ ‫ص َر‬ِ ‫) َعلَى‬3( ‫ين‬ َ ِ‫ك لَ ِم َن ْال ُمرْ َسل‬
َ َّ‫) إِن‬2( ‫) َو ْالقُرْ آَ ِن ْال َح ِك ِيم‬1(‫يس‬
‫ق ْالقَ ْو ُل َعلَى‬َّ ‫) لَقَ ْد َح‬6(  ‫ون‬ َ ُ‫) لِتُ ْن ِذ َر قَ ْو ًما َما أُ ْن ِذ َر آَبَا ُؤهُ ْم فَهُ ْم َغافِل‬5(  ‫َّح ِيم‬ ِ ‫يز الر‬ ِ ‫ْال َع ِز‬
َ ‫ان فَهُ ْم ُم ْق َمح‬
‫ُون‬ ِ َ‫) إِنَّا َج َع ْلنَا فِي أَ ْعنَاقِ ِه ْم أَ ْغاَل اًل فَ ِه َي إِلَى اأْل َ ْذق‬7(  ‫ون‬ َ ُ‫أَ ْكثَ ِر ِه ْم فَهُ ْم اَل ي ُْؤ ِمن‬
)9(  ‫ُون‬ َ ‫ْصر‬ ِ ‫ًًّدا فَأ َ ْغ َش ْينَاهُ ْم فَهُ ْم اَل يُب‬Wّ ‫ًًّدا َو ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم َس‬Wّ ‫) َو َج َع ْلنَا ِم ْن بَي ِْن أَ ْي ِدي ِه ْم َس‬8(
“Yaasiin. Demi Al Quran yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang
dari rasul-rasul. (Yang berada) diatas jalan yang lurus. (Sebagai wahyu) yang
diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Agar kamu memberi
peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi
peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan
(ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan
mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami
adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan
Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Sama saja bagi
mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak
memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. Sesungguhnya
kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti
peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak
melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala
yang mulia.” (QS. Yasin: 1-9)
Kemudian beliau melemparkan debu ke arah orang kafir yang ada di depan
pintu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dengan leluasa. Pada
peristiwa ini, Allah menurunkan firman-Nya,

َ‫ك ۚ َويَ ْم ُكرُونَ َويَ ْم ُك ُر هَّللا ُ ۖ َوهَّللا ُ خَ ْي ُر ْال َما ِك ِرين‬


َ ‫ك أَوْ ي ُْخ ِرجُو‬
َ ‫ك أَوْ يَ ْقتُلُو‬
َ ‫ك الَّ ِذينَ َكفَرُوا لِي ُْثبِتُو‬
َ ِ‫َوإِ ْذ يَ ْم ُك ُر ب‬

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya


terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu,
atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan
tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfal: 30)

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi ke rumah Abu Bakar


Ash-Shiddiq, mereka berdua pun keluar dari rumah Abu Bakar malam itu
juga menuju gua Tsur (ke arah Yaman).
Sebelumnya, pada tahun 9 Sebelum Tarikh Hijriah (613 M) atau tahun 7 Sebelum Tarikh
Hijriah (615 M) telah ada peristiwa hijrah pertama dari kaum Muslim yang disarankan
Nabi Muhammad untuk menghindari penindasan dari kaum Quraisy di mekkah dengan
hijrah ke Ethiopia (Habasyah pada waktu itu), yang dipimpin oleh seorang Raja kristiani,
Najasyi. Muhammad sendiri tidak ikut dalam hijrah tersebut. Pada tahun itu,
pengikutnya melarikan diri dari suku Quraisy, yang mengirim utusan ke Ethiopia untuk
menjemput pulang ke jazirah Arab. Perpindahan baru yang dihadapi berkembang
menjadi pertentangan dan penganiayaan. Ketika Muhammad dan para pengikutnya
menerima undangan dari orang-orang Yatsrib, mereka memutuskan untuk
meninggalkan Mekkah.

Sumber
https://rumaysho.com/21895-faedah-sirah-nabi-awal-hijrah-
nabi-ke-madinah.html

--WIKIPEDIA

Disalin Oleh:Deva Alvyn Budi Nugraha

Anda mungkin juga menyukai