Anda di halaman 1dari 17

Skip links

 Skip to content
 Skip to primary sidebar

ALWIB.NET
Header Right
 Islami

 Wisata

 Pendidikan

 Ragam Cara

 Tanaman Obat
Home / Islami / Kisah Nabi Muhammad SAW dari Lahir Hingga Wafat

Kisah Nabi Muhammad SAW dari Lahir


Hingga Wafat
12 Oktober 2016 by AB

Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi
Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin
Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan
Nabi Ismail as.

Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti
Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan
beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu pada kakek beliau, Kilab.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad SAW, dilahirkan pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal, Tahun
Gajah, yakni tahun datangnya pasukan gajah (dipimpin oleh Raja Abrahah dari
Yaman) ke Mekkah dengan maksud untuk menghancurkan Ka’bah. Namun Allah
SWT menghalangi maksud mereka itu dengan menghancur leburkan seluruh
pasukan gajah tersebut.
Masa Persusuan Nabi Muhammad SAW
Beliau SAW disusukan oleh Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah dan selama beliau
disusukan olehnya, berlimpahan keberkahan diturunkan Allah SWT kepada keluarga
Halimah dan itu berlangsung selama empat tahun.

Nabi Muhammad Usia 6 Tahun


Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke Madinah
untuk menemui paman-pamannya di sana. Namun ketika baru sampai ke desa
Abwa, yakni suatu desa yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah, Ibunya,
Aminah meninggal dunia. Maka beliau SAW diasuh oleh Ummu Aiman dibawah
tanggungan kakek beliau Abdul Muthalib, dan ini berlangsung selama dua tahun.

Nabi Muhammad Usia 8 Tahun


Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau meninggal
dunia, maka beliau selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib. Abu Thalib ini
adalah seorang yang dermawan namun kehidupannya fakir yang tak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Nabi Muhammad Usia 9 Tahun


Pada tahun kesembilan, beliau dibawa berniaga oleh pamannya, Abu Thalib ke
negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang pertama. Para kafilah
dagang ini berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan seorang
pendeta bernama Buhaira.

Pendeta ini memberitahukan kepada mereka akan munculnya seorang nabi pada
zaman ini dari kalangan orang Arab. Informasi ini termaktub dalam kitab-kitab suci
mereka, dan mereka mengatakan hingga saat ini, nabi tersebut belum muncul.

Nabi Muhammad Usia 15 Tahun


Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di
suatu tempat antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini sebenarnya akan
dimenangkan oleh kelompok dimana beliau SAW berada di dalamnya, namun
akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua kelompok yang berperang itu.

Nabi Muhammad Usia 25 Tahun


Pada tahun ini, beliau SAW pergi ke Negeri Syam untuk kedua kalinya, dengan
membawa dagangan milik Khadijah binti Khuwailid. Khadijah memperkerjakan
beliau, setelah mendengar tentang kejujuran beliau dan dapat dipercaya, sehingga
oleh kaumnya beliau diberi gelar Al Amin (yang dapat dipercaya).

Setelah berselang dua bulan sekembalinya beliau dari negeri Syam, beliau menikah
dengan Siti Khadijah r.a.
Nabi Muhammad Usia 30 Tahun
Pada tahun ini beliau SAW menyaksikan dibangunnya kembali Ka’bah, setelah
sebelumnya Ka’bah ini hancur oleh banjir bandang dan juga pernah terbakar.
Rasulullah beserta pamannya, Abbas termasuk diantara orang yang ikut serta
membangun Ka’bah ini, dimana beliau bersama-sama yang lain, ikut mengangkut
batu-batu dipundaknya.

Pada waktu masyarakat Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak untuk
meletakan Hajar Aswad pada tempatnya semula, Rasulullah bertindak sebagai
Hakim atau arbitrer yang memberikan keputusan yang adil. Dan masyarakat Quraisy
rela dengan keputusan beliau itu.

Nabi Muhammad Usia 40 Tahun


Pada tahun keempat puluh, Allah SWt memuliakan beliau SAW dengan
ditetapkannya sebagai Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya,
dimana sebelumnya beliau menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih
tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal Nur. Dan pertama kali yang beliau rasakan
dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya mimpi yang benar.

Turunnya Wahyu Pertama


Yang pertama kali turun kepada beliau, yang merupakan wahyu dari Allah SWT,
ialah firman Allah yang berbunyi :

‫سانَ ِم ْن َعلَق – ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َر ُم – الَّذِي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬ ِ ْ َ‫ا ْق َرأْ بِاس ِْم َربِِّكَ الَّذِي َخلَقَ – َخلَق‬
َ ‫اْلن‬

Yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4)

Dakwah Secara Rahasia


Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu
Bakar bin Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri beliau, Khadijah dan dari
kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib, dimana Ali belum pernah melukan
sujud sama sekali terhadap suatu patung, sehingga dengan demikian kepada beliau
diberi tambahan (sesudah menyebut namanya) dengan sebutan Karramallahu
Wajhah (Allah telah memuliakan pribadinya).

Perintah Dakwah Secara Terang-terangan


Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah
secara terang-terangan, dengan firmanNya,
َ‫ض َع ِن ْال ُم ْش ِركِين‬
ْ ‫ع ِب َما تُؤْ َم ُر َوأَع ِْر‬ ْ ‫فَا‬
ْ ‫ص َد‬

Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)

Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau
melakukan dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan
perbuatan syirik dan kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian
ada yang kafir.

Nabi Muhammad Disakiti Oleh Kaumnya


Rasulullah SAW pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain beliau
dilempari dengan batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya. Namun beliau
senantiasa bersikap sabar dan sabar, sehingga akhirnya yang hak mengalahkan
yang batil, karena sebenarnya yang batil itu akan kalah dan hancur.

BACA Doa Nabi Saw Untuk Suami Istri yang Saling Membangunkan Sholat
Tahajud

Tahun Kelima Kenabian


Pada tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
berhijrah ke negeri Habasyah, setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu
melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada
kaum kerabat yang akan menolong dan menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy
tersebut.

Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini
adalah hijrah pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah
sepuluh orang laki-laki dan lima orang perempuan. Mereka kembali lagi ke Mekkah
dari Habasyah setelah berdiam di sana selama tiga bulan.

Tahun Ketujuh Kenabian


Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim
serta Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syi’b.
Maka pada kesempatan ini kalangan Quraisy memutus jalur suplai makanan dan
kegiatan berniaga di pasar kepada mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan
Muhammad kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh.

Dan pada tahun ini juga, Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
melakukan hijrah ke Habasyah, yakni hijrah untuk kedua kalinya. Jumlah sahabat
yang ikut hijrah kali ini sebanyak delapan puluh tiga laki-laki dan delapan
perempuan.
Tahun Kesepuluh Kenabian
Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Rasulullah SAW wafat dan dua bulan
kemudian wafat pula paman Rasulullah SAW, Abu Thalib, pada usia delapan puluh
tujuh tahun.

Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Rasulullah SAW dari kalangan
Quraisy semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang
telah mereka usahakan dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah
mereka peroleh ketika Abu Thalib masih hidup.

Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam
di sana selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun
dakwah beliau di sana tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru
menolaknya dengan suatu penolakan dan tindakan yang buruk. Mereka melakukan
pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan
menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau kembali
ke Mekkah.

Tahun Kesebelas Kenabian


Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan
Rasulullah SAW di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil
Aqsha di Baitul Maqdis di Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga
ke Mekkah. Al-Qur’an telah menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah SWT :

‫ار ْكنَا َح ْولَهُ ِلنُ ِر َيهُ ِم ْن آ َيا ِتنَا ۚ ِإنَّهُ ه َُو‬ َ ‫س ْب َحانَ الَّذِي أ َس َْر ٰى ِب َع ْب ِد ِه لَي اًْل ِ ِّمنَ ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام ِإلَى ْال َمس ِْج ِد ْاْل َ ْق‬
َ ‫صى الَّذِي َب‬ ُ
‫ير‬
ُ ‫ص‬ ِ َ‫الس َِّمي ُع ْالب‬

Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)

Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga kea lam tinggi dan di
sana diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.

Tersebarnya Agama Islam


Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk
melakukan dakwah memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian
mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang tetap kafir.

Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk Madinah, yang
antara lain karena telah tersebarnya Islam di sana.
Tahun Kedua Belas Kenabian
Pada tahun ini, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah SAW.
Diantaranya sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan
kemudian mereka semua beriman. Dan dari yang dua belas orang ini, lima orang
diantaranya adalah dari kelompok mereka yang enam orang yang telah beriman
sebelumnya.

Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan


Allah dengan sesuatu apapun, tidak melakukan pencurian dan tidak akan melakukan
perbuatan zina, kemudian mereka kembali ke Madinah. Mereka di sana dengan
pertolongan Allah mendakwahkan Islam kepada penduduk Madinah.

Tahun Ketiga Belas Kenabian


Pada tahun ini juga, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki dan
dua perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya
serta melakukan baiat dihadapan Nabi sebagai baiat yang kedua.

Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan perantaraan mereka


maka tersebarlah Islam diantara penduduk Madinah secara luas.

Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin
bertambah keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin
untuk melakukan hijrah ke Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama
dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga
beliau berdua sampai ke Gua Tsur.

Nabi Muhammad Di Gua Tsur


Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,

‫اح ِب ِه ََل تَحْ زَ ْن ِإ َّن اللَّـهَ َم َعنَا‬


ِ ‫ص‬َ ‫ِإ ْذ َيقُو ُل ِل‬

Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita’.” (At-Taubah, 40)

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar
meletakan kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu
Bakar melihat suatu lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya
untuk menutupi lubang tersebut, khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang
menyakiti Nabi.

Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di
dalam lubang itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu,
tidak menggerakkan kakinya, dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu
Bakar berjatuhan mengenai pipi Rasulullah SAW.
Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia
menjawab bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap
dengan tangan beliau di tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang
dengan pertolongan Allah SWT.

BACA Pengertian, Keutamaan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Tauhid

Masjid Pertama Quba


Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk
jalan datang menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan.
Maka kemudian mereka bertiga pergi berjalan menuju kota Madinah.

Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabi’ul Awwal. Itulah
tanggal hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal
penanggalan Islam yang dimulai dari bulan Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah
yang disandarkan kepada hijrah beliau ke Madinah.

Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh Allah SWT
diberikan sifat sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari
semenjak pertama hari dibangunnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta
untuk bersuci, dan Rasulullah SAW melakukan shalat di dalam masjid ini bersama-
sama empat puluh orang sahabatnya.

Keluar Menuju Kota Madinah


Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa
Bani Salim bin ‘Auf, beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah. Di sana
para kaum Anshar menyambut beliau dengan suka cita penuh kegembiraan, setaya
mengelilingi beliau, sementara para wanita dan anak-anak keluar dari rumah mereka
ingin menemui beliau seraya mendendangkan nasyid :

Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i


Wajabasy syukru’alaina, ma da’a lillahi da’i
Ayyuhal mab’utsu fina, ji ta bil amri mutha’i

Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib
bersyukur kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang
diutus kepada kami, Kau datang membawa perintah yang harus ditaati.”

Tahun Pertama Hijrah


Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang mulia. Beliau
secara pribadi ikut serta membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan
kepada kaum muslimin untuk cinta bekerja dan beramal.
Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai suatu cara dan saran untuk
memanggil kaum muslimin untuk berkumpul, di kala telah masuk waktu shalat.

Disyariatkannya Berperang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang
untuk memeluk agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk
menebas leher-leher orang. Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk
berdakwah mengajak orang untuk beriman, sekaligus menyampaikan kabar gembira
dengan datangnya Islam.

Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam,
disebabkan hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk
berperang mempertahankan diri atas tindakan mereka.

Tahun Kedua Hijrah


Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak diantara kota
Mekkah dan kota Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari
pegunungan Juhainah, dan perang Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan
Dzil Marwah, yang kesemua itu semata-mata untuk menghambat perjalanan kaum
Quraisy, bukan untuk membinasakannya.

Perubahan Arah Kiblat dan Puasa Ramadhan


Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah
Baitul Maqdis di Palestina, kini ke arah Ka’bah yang ada di Mekkah. Juga pada
tahun ini, diwajibkannya puasa Ramadhan, dimana Rasulullah SAW sebelumnya
berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.

Kewajiban Zakat Mal (Harta)


Pada tahun kedua hijrah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk mengeluarkan
zakat bagi orang-orang kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang
fakir dan miskin dan golongan-golongan lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah
SWT dalam Al-Qur’an,

‫س ِبي ِل اللَّـ ِه َواب ِْن‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬


َ ‫َار ِمينَ َو ِفي‬ ِّ ِ ‫املِينَ َعلَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َو ِفي‬
ِ ‫الرقَا‬ ِ ‫ين َو ْال َع‬ َ ‫اء َو ْال َم‬
ِ ‫سا ِك‬ ِ ‫ص َد َقاتُ ِل ْلفُقَ َر‬
َّ ‫ِإ َّن َما ال‬
َّ َّ
َ ُ‫ضة ِ ِّمنَ اللـ ِه ۚ َواللـه‬
‫ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬ ‫ا‬ َ ‫سبِي ِل ۚ فَ ِري‬ َّ ‫ال‬

Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh
Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah, 60)

Perang Badar Kubra


Pada tahun ini juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika Rasulullah SAW keluar
kota Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313 personil. Ketika kaum kafir
Quraisy mengetahui hal tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukannya yang
berjumlah 1000 personil.

Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran antara
keduanya, dan Allah SWT dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan
mendatangkan para malaikat yang ikut bertempur bersama mereka.

Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat
dikalahkan, mereka lari dengan meinggalkan korban mati dari pihak mereka
sebanyak 70 orang dan tertawan sebanyak 70 orang juga. Firman Allah SWT,

َ‫ص َر ُك ُم اللَّـهُ ِب َبدْر َوأَنت ُ ْم أ َ ِذلَّة ٌ ۚفَاتَّقُوا اللَّـهَ لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬


َ َ‫َولَقَ ْد ن‬

Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah.” (Ali Imran, 123)

Sholat ‘Id Pertama


Pada tahun ini pula disyari’atkannya Shalat Hari Raya, yang hikmahnya tak
diragukan lagi banyaknya, bagi orang yang berakal. Seorang Imam memimpin dan
melaksanakan Shalat Hari Raya ini sebanyak dua raka’at bersama-sama kaum
muslimin.

Kemudian menyampaikan khutbah sesudahnya, memberikan pengajaran dan


nasehat kepada mereka. Selanjutnya kaum muslimin bersalaman satu sama lain
penuh keakraban dan persaudaraan paripurna.

Ali Menikah Dengan Fatimah


Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT
meridhoi keduanya. Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15
tahun. Juga di tahun itu Rasulullah SAW menikahi Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq,
semoga Allah meridhoi keduanya dan menjadikan surga tempat tinggalnya.

Tahun Ketiga Hijrah


Pada tahun ini terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang terdiri
dari pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat
menuju kota Madinah untuk melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para
bangsawan mereka di peperangan Badar.

BACA Gak Keren Kalau Belum Pernah Masuk Pesantren


Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena
pada perang ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW. Jumlah
pasukan Islam yang terbunuh secara syahid sebanyak 70 lebih personil diantaranya
6 orang dari kaum Muhajirin dan selebihnya dari kaum Anshar. Sementara dari pihak
kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak 23 orang.

Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan menikah dengan
Ummi Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi
Kulsum. Oleh karena itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain(yang mempunyai
dua cahaya). Pada tahun ini juga Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin
Khattab r.a.

Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya
yang demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT
berfirman,

َ‫ان فَاجْ تَنِبُوهُ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬


ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫س ِ ِّم ْن َع َم ِل ال‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َو ْاْلَن‬
ٌ ْ‫صابُ َو ْاْل َ ْز ََل ُم ِرج‬

Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaithan. Maka jauhilah pebuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)

Tahun Keempat Hijrah


Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi
meninggalkan kota Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW
telah diadakan suatu perjanjian, dimana diantara kedua belah pihak harus saling
memelihara dan menjaga keamanan masing-masing dan tidak saling mengkhianati
terhadap perjanjian itu. Namun pihak Yahudi berkhianat terhadap Rasul dan
berusaha membunuh beliau, karena terbujuk oleh rayuan syaithan.

Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah
SAW dari Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka
tetap tidak mau pergi. Maka kaum muslimin mengepung mereka dan melakukan
pemboikotan terhadap mereka serta memaksa mereka untuk pergi meninggalkan
Madinah, dan akhirnya mereka pergi.

Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan diturunkannya
wahyu tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid
bin Tsabit untuk mempelajari tulisan orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk
Nabi surat kepada orang Yahudi, dan membacakan kepada beliau surat-surat yang
datang dari mereka. Pada tahun ini pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.

Tahun Kelima Hijrah


Pada tahun ini terjadi perang Khandaq, dimana orang Musyrik dan orang-orang
Yahudi bergabung untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah mereka sebanyak
10.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan, dan mereka mengepung kota
Madinah serta mengadakan penekanan-penekanan ketat kepada kaum Muslimin,
dan mempersempit ruang gerak mereka.

Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar sama sekali dari kota
Madinah, tetapi atas saran Salman Al-Farisi beliau memerintahkan kaum Muslimin
untuk menggali parit, sebagai bentuk strategi untuk menghindari serbuan mereka.

Selama dalam pengepungan terhadap kaum Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah
SWT untuk kehancuran musuh, beliau mengucapkan doa, yang artinya,

”Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan yang cepat perhitunganNya,
hancurkanlah kaum sekutu (musyrik dan yahudi). Ya Allah hancurkanlah mereka
sehancur-hancurnya, dan porak-porandakan mereka.”

Doa Nabi SAW didengan Allah SWT, Tuhan mengirim angin putting beliung yang
memporak-porandakan pasukan sekutu, dan mereka lari pontang panting
meninggalkan kota Madinah pada malam itu juga.

Perintah Memakai Hijab


Pada tahun ini juga, diberlakukannya ketentuan memakai hijab terhadap para istri
Nabi SAW dengan diturunkannya ayat hijab. Allah SWT berfirman,

ْ َ‫اء ِح َجاب ۚ ٰذَ ِل ُك ْم أ‬


‫ط َه ُر ِلقُلُوبِ ُك ْم َوقُلُوبِ ِه َّن‬ ِ ‫سأ َ ْلت ُ ُموه َُّن َمت َاعاا فَا ْسأَلُوه َُّن ِمن َو َر‬
َ ‫َو ِإذَا‬

Yang artinya,
”Dan apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah
dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati
mereka.” (Al Ahzab, 53)

Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, “Seseorang laki-laki tidak dibenarkan
duduk-duduk berdua dengan seseorang perempuan di tempat yang sunyi kecuali
bersama muhrimnya.”

Diwajibkannya Ibadah Haji


Pada tahun kelima hijrah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu
mengadakan perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,

‫س ِب ا‬
‫يًل‬ َ ‫ع ِإلَ ْي ِه‬ ِ ‫اس ِح ُّج ْال َب ْي‬
َ َ ‫ت َم ِن ا ْست‬
َ ‫طا‬ ِ َّ‫َو ِللَّـ ِه َعلَى الن‬

Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)
Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang terpenting dan
paling esensi adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang melaksanakan
ibadah haji ini. Dengan perbedaan kulit, etnis dan bahasa, dan Negara, berkumpul di
satu tempat dalam rangka memperbaharui janji ikatan ukhuwah islamiyyah dan
tekad kesetian untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi.

Tahun Keenam Hijrah


Pada tahun ini telah terjadi Shulhul Hudaibiyah (perjanjian damai hudaibiyah).
Rasulullah SAW bersama-sama kaum Muslimin sebanyak 1400 orang pergi
meninggalkan kota Madinah menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah Umroh.
Mereka tidak membawa senjata, hanya perlengkapan untuk bepergian sebagai
musafir.

Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang


kafir Quraisy dan mereka dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah
Haram. Setelah diadakan perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai
kesepakatan damai meliputi lima hal, yaitu :

Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang) antara kedua belah pihak
selama sepuluh tahun.
Saling memelihara keamanan masing-masing antara kedua belah pihak.

Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan


untuk Umrah pada tahun ini.
Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada
dari mereka yang datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam. Tidak ada
kewajiban bagi kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada Rasulullah
SAW orang yang dating ke pihak mereka dari Madinah.

Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke


kelompoknya. Dan barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga
dipersilahkan masuk ke kelompoknya.

to be continued…

BAGIKAN KE FACEBOOK
Kategori: IslamiTag: Nabi Muhammad

Rekomendasi
Reader Interactions
Comments
1. FATHIMAH ZAHRA says
9 November 2016 at 6:53 PM
BAGUS BISA MENAMBAH PENGETAHUAN

Balas

2. Toko Indo Furniture says


11 November 2016 at 8:09 PM
Bagi saya kalo membaca kisah Nabi Muhammad SAW sangat tertegun, pada zaman
itu tidak ada trasnportasi, adanya kuda dll. Nabi memang menjadi suri tauladan yang
sangat-sangat tak bisa di tiru Umatnya, semoga umat muslim selalu mengingat dan
menjadi penerus perjuangan Nabi hingga akhir jaman. Aminn

Balas

Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama *

Surel *

Situs Web

Kirim Komentar

Primary Sidebar
Search
Cari artikel...
Konten Terbaru
 12 Tanaman Obat Alami Untuk Mengatasi Rambut Rontok
 5 Tanaman Obat Penurun Tekanan Darah Tinggi
 Tanaman Obat Untuk Mengatasi Masalah Pada Mata
 Kelinci Anggora, Kelinci Hias Penghasil Wool
 Jenis-jenis AC Berdasarkan Penggunaannya
 Tanaman Obat Sakit Pinggang Alami Paling Ampuh
 Obat Alami Kolesterol Menggunakan Air Minum
Kebijakan Privasi - Ketentuan Layanan - KONTAK
Artikel di blog ini hanya bersifat informasi dan tidak untuk menggantikan pendapat
ahli, dokter, atau profesional.

Kisah Nabi Muhammad SAW


Kisah Nabi Muhammad SAW mengenai pribadi, keluarga, sahabat dan perjuangannya disampaikan secara
komprehensif oleh Ustadz Nasaruddin Awang Al Hafiz dalam bukunya:

“Catatan Sejarah Rasulullah saw, Menyingkap Keajaiban Pribadi dan Perjuangan Rasulullah saw
serta Para Sahabat”.

Hebatnya buku ini bukan terletak pada penulisnya, pembaca, penerbit, maupun yang memberi kata
pengantarnya tetapi pada tokoh yang dikisahkannya. Baginda Nabi Muhammad saw tidak syak lagi
merupakan tokoh paling hebat sepanjang zaman yang kehadirannya secara nyata selama 63 tahun di atas
muka bumi ini telah mewarnai jagat raya dengan kepemimpinannya yang tidak ada bandingannya.

Daftar Isi “Catatan Sejarah Rasulullah saw”, ‘Menyingkap Keajaiban Pribadi dan Perjuangan
Rasulullah saw serta Para Sahabat’
 BAB 1. Peristiwa Sebelum Kelahiran Rasulullah Muhammad saw
 BAB 2. Kelahiran Manusia Agung
 BAB 3. Turunnya Wahyu
 BAB 4. Penyelamat Telah Tiba
 BAB 5. Tindakan Kaum Qurays
 BAB 6. Ujian Perjuangan
 BAB 7. Israk Mikraj
 BAB 8. Hijrah ke Madinah
 BAB 9. Negara Islam Madinah
 BAB 10. Perang Badar
 BAB 11. Bani Qainuqa’ Hijrah
 BAB 12. Tragedi Uhud
 BAB 13. Penghianatan Bani Nadhir
 BAB 14. Perang Ahzab (Perang Khandak)
 BAB 15. Ghazwah Bani Quraidzah
 BAB 16. Fitnah Munafik
 BAB 17. Perjanjian Hudaibiyah
 BAB 18. Pembersihan Yahudi
 BAB 19. Pembukaan Khaybar
 BAB 20. Umratul Qodho’
 BAB 21. Perutusan Rasulullah saw
 BAB 22. Perang Mu’tah
 BAB 23. Abu Sufyan Masuk Islam
 BAB 24. Futuh Mekah
 BAB 25. Ghazwah Hunain
 BAB 26. Ghanimah Hunain
 BAB 27. Tahun Perwakilan
 BAB 28. Ghazwah Tabuk
 BAB 29. Operasi Munafiqin
 BAB 30. Haji dan Khutbah Wada’
 BAB 31. Kewafatan Rasulullah saw

Kisah Nabi Muhammad saw dan para Sahabat adalah sejarah satu-satunya yang pernah Allah cipta. Dunia
tidak akan pernah melihat lagi kisah sejarah seperti yang pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad saw
dan para Sahabat. Kisah Nabi Muhammad saw ini adalah kisah sejarah yang paling besar dan paling agung
yang pernah berlaku. Watak dunia dan peradaban manusia berubah dengannya. Sejarah Rasulullah saw
sarat dengan berbagai rahasia dan perkara tersirat yang sedetik darinya pun cukup berharga untuk dinukil
untuk menjadi bacaan dan panduan kepada umat Islam dan manusia seluruhnya. Maka lahirlah berbagai
kitab Sirah yang disusun oleh berbagai pengarang, bahkan orientalis Barat pun turut berebut untuk
menampilkan dirinya sebagai penafsir sejarah Rasulullah saw.
Alangkah rugi apabila kita sebagai umat Nabi Muhammad saw ketinggalan dalam menelusuri kehebatan
perjuangan Rasulullah saw. Perjuangan Baginda saw penuh kode-kode rahasia untuk umat akhir zaman
yang perlu di kaji, diangkat dan disebarluaskan kepada dunia yang mendamba kepemimpinan Nabi
Muhammad saw. Maka lahirlah buku “Catatan Sejarah Rasulullah saw, Menyingkap Keajaiban Pribadi
dan Perjuangan Rasulullah saw serta Para Sahabat” yang disusun berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh
dari kitab-kitab sirah klasik yang jarang diceritakan orang.

Buku Catatan Sejarah Rasulullah saw ini disusun dari perspektif pejuang Islam yang berjuang sungguh-
sungguh untuk meninggikan kalimah Allah di muka bumi. Buku ini bukan bersifat kajian ilmiah seperti
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh akademisi semata-mata. Bukan juga naratif seperti yang dihasilkan oleh
novelis yang bertujuan menghibur pembaca semata-mata. Buku ini memaparkan pesan-pesan penting yang
dapat meniup semangat pembaca untuk turut terjun dalam alam perjuangan bersama Rasulullah saw dan
para Sahabat yang berjumlah 140.000.

Baginda Nabi Muhammad saw yang merupakan Rasul terakhir adalah Rasul kita sebagai umat akhir
zaman. Maka, hal yang salah apabila kita menceraikan Rasulullah saw dari diri kita, seperti yang
dipropagandakan oleh Yahudi dan musuh-musuh Islam yang berhujah Nabi Muhammad saw telah wafat.
Sesungguhnya, walaupun jasad Baginda Nabi Muhammad saw telah wafat, ruh Baginda tetap hidup
bersama kita. Bahkan ruh Baginda Nabi Muhammad saw tetap berupaya memimpin dan memandu kita
melalui teknologi ruh, jika kita bersungguh-sunguh menjalani latihan rohaniah sehingga kita menjadi orang
ruh.

Wujudnya hubungan rohaniah yang aktif antara Rasulullah saw dengan umatnya dari kalangan yang
terpilih bukan perkara yang asing dalam kosmologi ahli-ahli sufi. Latihan rohaniah ini melibatkan proses
tazkiatun nafs (penyucian nafsu) secara disiplin dan konsisten, digerakkan oleh mujaddid-mujaddid,
pemimpin-pemimpin thoifah, syeikh-syeikh tarekat yang mayoritas mempunyai nasab yang bersambung
hingga ke Baginda Nabi Muhammad saw dan para Sahabat. Sebagaimana hadis-hadis yang
mengingatkankita akan kelebihan yang Allah karuniakan kepada para Ahlul Bait dan para Sahabat yang
Rasulullah saw umpamakan seperti bintang-bintang di langit yang menjadi petunjuk bagi umat.

Umat Islam Nusantara cukup bertuah karena mendapat limpahan warisan Islam Rasulullah saw dari
kelompok Ahlul Bait dan keturunan sahabat yang berdatangan sejak kurun ke 9 M. Walaupun dokumentasi
sejarah mencatat kedatangan mereka di dorong oleh faktor ekonomi, pada hakikatnya perdagangan mereka
adalah jembatan yang menghubungkan mereka dengan penduduk setempat. Dengan kata lain, perdagangan
mereka mempunyai motif dakwah dan menyeru manusia kepada Allah dan RAsulullah saw, bukan untuk
keuntungan semata seperti dalam ekonomi kapitalis.

Kisah-kisah yang dipetik dari sejarah Nabi Muhammad saw, telah diolah dengan nilai-nilai perjuangan
untuk menekankan betapa revelan kisah Nabi Muhammad saw dengan kehidupan zaman modern saat ini.

***********************************************************************

Suatu hari Rasulullah SAW bertanya kepada para Sahabat,


“Siapakah makhluk Allah yang paling ajaib imannya?”
“Malaikat,” jawab para Sahabat.
“Bagaimana para malaikat tidak beriman dengan Allah sedangkan mereka senantiasa dekat dengan
Allah,” jawab Baginda menafikan.
“Para nabi,” jawab Sahabat.
“Bagaimana para nabi tidak beriman sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka.” Nabi membantah
lagi jawapan Sahabat.
“Kami Sahabatmu?!” Jawab Sahabat.
“Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada di tengah-tengah kamu?” Jawab Nabi.
Akhirnya Rasul bersabda: “Makhluk paling ajaib imannya ialah mereka yang hidup sesudah aku.
Mereka tidak pernah berjumpa tetapi beriman denganku. Tapi mereka mencintai aku melebihi anak
dan orang-orang tua mereka. Mereka ialah Ikhwanku. Mereka membaca Al Quran dan beriman
dengan semua isinya.” (Riwayat Abu Ya’la)
“Wahai Abu Bakar,” Rasulullah bersabda, “Adakah kamu tidak rindu Ikhwanku karena mereka juga
mencintai engkau karena engkau Sahabatku.” (Riwayat Ibnu Hajar Asqalani )
Rasulullah SAW menyambung lagi: “Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman dengan aku.
Dan berbahagialah tujuh kali orang-orang yang beriman dengan aku tapi tidak pernah berjumpa denga

Anda mungkin juga menyukai