Anda di halaman 1dari 7

Peristiwa sebelum Nabi Muhammad Lahir

Narator : Ali

Banyak peristiwa besar dan tanda-tanda alam yang mengiringi kelahiran Nabi Muhammad SAW.


Baik sebelum, pada saat dan setelah kelahirannya.

Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Atau bertepatan
pada 20 April 571 M.

Disebut 'Tahun Gajah' karena Negeri Arab pada saat itu belum memiliki angka tahun. Penamaan
tahun diambilkan dari peristiwa besar yang terjadi pada tahun itu.

Tahun kelahiran Rasulullah disebut dengan Tahun Gajah karena pada saat itu pasukan gajah


dipimpin oleh Abrahah hendak menyerbu dan merobohkan Ka'bah.

Seperti yang di gambarkan di dalam Al Qur’an Surat al- fiil:

Narator : Bu dian

Narrator : Bu Sari

1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap


tentara bergajah

2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu
sia-sia.

3. Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong.

4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar.

5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)

Narator : Ali
ayat tersebut mengandung arti Nama Al Fiil sendiri berarti Gajah yang diambil dari ayat pertama
dari surat ini. Topik surat ini adalah kisah gagalnya usaha penghancuran Ka'bah oleh Abrahah
(raja yaman) dan 60.000 tentaranya, Surah ini berisi pesan bahwa Allah Swt. Maha Kuasa dan
kita sebagai hamba-Nya tidak boleh sombong. Disamping itu juga menceritakan tentang
pasukan gajah dari Yaman yang dipimpin oleh Abrahah yang ingin menghancurkan Ka'bah di
Mekah. Pasukan bergajah tidak berhasil menghancurkan Ka'bah karena dijaga oleh Allah Swt.

Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad

Sejarah mencatat ada sejumlah peristiwa-peristiwa besar yang mengiringi kelahiran Baginda
Rasulullah salah satunya adalah.
1. Hancurnya pasukan gajah
Dilahirkan pada tahun Gajah. Disebut tahun Gajah karena saat itu Abrahah membawa pasukan
bergajah menyerang Ka’bah.
2. Keluar cahaya saat kelahiran Nabi Muhammad

Peristiwa yang tak kalah ajaib adalah keluarnya cahaya saat kelahiran Nabi Muhammad.
Cahaya itu keluar dan menerangi ke arah istana-istana di Syam.
3. Padamnya api yang biasa disembah majusi
Di kemudian hari, banyak orang majusi masuk Islam. Salah satunya yang paling terkenal adalah
Salman Al Farisi.
4. Runtuhnya gereja di Buhairah
Runtuhnya gereja di Buhairah setelah ambles ke tanah ini juga diriwayatkan Al Baihaqi
sebagaimana dua peristiwa sebelumnya.

Masa remaja Nabi Muhammad SAW

Narator : Pa Ismail
Rasulullah sendiri lahir sebagai yatim karena ayahnya wafat sebelum Nabi dilahirkan. saat
berusia 6 tahun, ibu Rasulullah, Aminah, juga meninggal dunia sehingga sejak itu Nabi menjadi
yatim piatu. Pengasuhan selanjutnya berada dalam tanggung jawab kakeknya, yakni Abdul
Muthalib.

Pada masa kecil, Rasulullah SAW  tumbuh sangat pesat.. Ketika berumur dua tahun, beliau
tumbuh menjadi anak yang kuat dalam pangkuan Halimah As-Sa’diah. Memasuki usia empat
tahun, terjadi peristiwa Syaqqus Shadr (pembelahan dada) oleh malaikat Jibril. Setelah kejadian
tersebut, Halimah pun merasa khawatir akan terjadi hal-hal lain padanya. Lalu, dia bergegas
mengembalikan Muhammad kepada  ibunda Siti Aminah. Namun Sang Ibunda juga tak begitu
lama membersamainya. Saat Muhammad berusia enam tahun,  Siti Aminah wafat, dan
meninggalkan Muhammad hidup tanpa kehangatan kedua orang tuanya. 

Selepas kepergian ibunda, ia diasuh oleh kakeknya,  Abdul Muthalib. Ia sungguh mencintai dan
merawatnya dengan penuh kasih sayang. Akan tetapi, ketika usia Muhammad  tepat  delapan
tahun dua bulan dan sepuluh hari, kakeknya pun wafat. Kemudian pengasuhan Muhammad 
beralih kepada pamannya,  Abu Thalib. Pada masa pengasuhan Abu Thalib inilah, beliau
menjalani masa remaja. Ketika Muhammad  berusia 12  tahun, Abu Thalib mengajaknya pergi ke
Syam untuk berbisnis. Tatkala kafilahnya sampai di Bushra, mereka berjumpa dengan seorang
pendeta Nasrani bernama Buhaira. Dia mulai memperhatikan Muhammad,  menghampiri dan
berbicara dengannya. Tak lama, ia menengok ke Abu Thalib dan bertanya “Apa hubunganmu
dengan anak kecil ini ?” “Ia anakku,” jawabnya. “Ia bukan anakmu, dan semestinya anak itu
tidak memiliki ayah yang masih hidup,” kata Buhaira. 

Abu Thalib pun mengakui bahwa dia adalah keponakannya. Pendeta itu lalu meminta kepada
Abu Thalib untuk membawanya  pulang kembali, takut akan orang-orang Yahudi yang hendak
menyakitinya. Lantas ia pun membawanya kembali ke Mekkah. 

Setelahnya, Ahmad (nama lain Nabi SAW)  menjalani masa remajanya dengan menggembala
kambing, kendati upah yang didapat hanya beberapa qirath (satu qirath:  0,2 g berlian), Tidak
lain kecuali untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membantu paman yang menanggung banyak
anak.
Masa kenabian Nabi Muhammad Saw.

Narator : Pa Ismail

Pada saat Rasulullah berusia 40 tahun. Usia yang matang, saat pria sudah menjadi lebih
bijaksana. Rasulullah menikah dengan Siti Khadijah dan hidup berbahagia serta stabil.

Sebagai warga Mekkah, Rasulullah dikenal sebagai orang yang sangat jujur, dapat dipercaya,
suka bersilaturahmi, menyantuni orang lemah dan miskin, menghargai tamu dan berani membela
kebenaran. Sesuatu yang sangat langka di masa itu di Mekah yang yang terkenal dengan
penduduk bertemperamen keras, kejam, suka berbohong, sering menindas, dan menyembah
berhala.

Selama beberapa malam Rasulullah bermimpi hal yang sama, sebagai isyarat kenabian yang
diberikan saat beliau ada di antara sadar dan tertidur.

Sampai akhirnya Rasulullah memutuskan untuk bermalam di gua Hira. Untuk menyendiri dan
merenungkan tentang hakekat hidup. Saat mengatakan kepada istrinya, Siti Khadijah, wanita
mulia itu mendukungnya. Jarak antara Mekah dengan gua Hira sekitar 5 km ke arah utara. Gua
Hira terletak di antara bebatuan Jabal nur. Di gua Hira, Rasulullah kembali selalu mendapat
mimpi yang sama. Saat itu tidak semua penduduk Mekah menyembah berhala . ada 4 orang yang
dikenal sebagai ahli kitab, yaitu : Warokoh bin Naufal, zaid bin Amr, Usman bin Nuwairoh, dan
Ubaidillah bin Jahsy. Atas saran istrinya Sayyidah Khodijah, Rasulullah menemui Waroqah bin
Naufal, yang masi sepupu dengan istrinya.

Waraqah meyakini bahwa Rasulullah yang sering merenungkan berbagai permasalahan manusia,
itu mendapatkan Wahyu. Rasulullah akan menjadi manusia pilihan Allah.
Kata-kata Waraqah itu tidak mengurangi kecemasan nabi.

Haji Wada/ Haji Perpisahan

Segala sesuatu akan ada akhirnya. Setiap kisah, ada penutupnya. Manusia datang, kemudian
mereka pergi. Awalnya mereka mengucapkan salam pertemuan, lalu kemudian mereka berlalu
dengan perpisahan. Hal demikian terjadi pada setiap orang, tidak terkecuali nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau datang dengan risalah dari sisi Rabnya, setelah
sempurna apa yang diperintahkan kepada beliau. Saat itulah beliau kembali menuju
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam perjalanan hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, salah satu momen besar yang
menjadi perpisahan beliau dengan umatnya adalah peristiwa haji wada’, haji perpisahan.

Saat itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperlihatkan sebagian buah dari dakwah


beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebelum beliau berpulang ke Rafiqul A’la, beliau
diperlihatkan hampir semua wilayah di Jazirah Arab telah menerima cahaya Islam. Orang-orang
berbondong-bondong memeluk agama Allah. Agama Islam telah kokoh. Bendera-bendera tauhid
telah berkibar di berbagai tempat. Dan Mekah telah kembali kepada hakikatnya, dimana Allah
ditauhidkan dan tidak disekutukan dengan sesuatu apapun.

Dalam kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, Hari Tarwiyah menandakan suatu momen


historis. Saat itu, tahun ke-10 sejak hijrahnya baginda dari Makkah ke Yastrib (Madinah). Kira-
kira dua tahun setelah pembebasan Makkah (Fathu Makkah).

Pada pagi hari itu, Nabi SAW memimpin khalayak kaum Muslimin bergerak menuju Padang
Arafah. Mengutip buku Sejarah Hidup Muhammad karya Muhammad Husain Haekal
(terjemahan Ali Audah, 2014, hlm. 564-567). Nabi SAW kemudian tiba di Namirah, sebuah desa
sebelah timur Arafah.

Di sana, sudah dipasang kemah untuk beliau. Selanjutnya, Nabi SAW berangkat lagi hingga
sampai dekat oasis di bilangan Uranah.

Di tempat itulah, beliau menyeru kepada sekalian khayalak—umatnya. Sebagian sejarawan


menyebut jumlah mereka 90 ribu orang. Ada yang menyebut 114 ribu orang.

Maka berkumpul lautan manusia. Mereka siap menyimak kata-kata dari Rasulullah SAW.
Sesudah mengucapkan syukur dan puji ke hadirat Allah SWT, beliau berkata dengan jelas
kepada khalayak. Tiap selang-seling ceramahnya, beliau menjeda untuk memberi waktu
pemahaman kepada puluhan ribu atau ratusan ribu jamaah di hadapannya:

"Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kataku ini! Saya tidak tahu, kalau-kalau sesudah
tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi saya akan bertemu dengan kamu sekalian."

"Saudara-saudara! Bahwasannya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat
kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian
menghadap Tuhan. Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai
pertanggungjawaban atas segala perbuatanmu. Ya, saya sudah menyampaikan ini!"

"Barangsiapa telah diserahi suatu amanat, tunaikanlah amanat itu kepada


yang berhak menerimanya."

"Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu.
Janganlah kamu berbuat zalim merugikan orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya
dirugikan. Allah telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba al-Abbas
bin Abdul-Muttalib semua sudah tidak berlaku."

“Kemudian daripada itu, Saudara-saudara, hari ini nafsu setan yang meminta disembah di
negeri ini sudah putus buat selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walaupun dalam
hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan segala amal perbuatanmu, niscaya akan
senanglah dia. Oleh karena itu, peliharalah agamamu ini baik-baik”

"Wahai Manusia sekalian! Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti,
bahwa setiap Muslim saudara Muslim yang lain, dan bahwa Muslimin semua bersaudara.
Seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika dengan senang
hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri."

"Ya Allah! Sudahkah kusampaikan (ajaran-Mu)?"

Setelah sampai pada penutup kata-katanya itu ia berkata lagi:


"Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?!"

Maka serentak dari segenap penjuru lautan manusia di hadapan beliau menjawab, "Ya!"

Lalu beliau berkata, "Ya Allah, saksikanlah ini."

Selesai menyampaikan khutbahnya itu, Nabi SAW turun dari untanya. Beliau masih di tempat itu
sampai pada waktu shalat zhuhur dan ashar.

Kemudian, beliau menaiki kembali untanya menuju Sakharat. Maka pada saat itulah, Nabi SAW
membacakan firman Allah SWT yang turun: Alquran surah al-Maidah ayat tiga. Artinya, "Hari
ini Aku sempurnakan agamamu bagimu dan Aku cukupkan karunia-Ku untukmu dan Aku
pilihkan Islam menjadi agamamu."

Mendengar itu, tiba-tiba Abu Bakr menangis. Saat ditanya orang-orang, dia mengungkapkan
perasaannya. Dengan selesainya risalah Nabi, maka sudah dekat pula saatnya Nabi SAW akan
menghadap Rabbnya.

Allahumma shalli 'ala Muhammad. Ya Allah, jadikanlah kami umat Islam yang teguh memegang
pesan Rasul-Mu, dan berjumpa dengan beliau kelak di jannah-Mu, aamiin.

Anda mungkin juga menyukai