Anda di halaman 1dari 9

RASUL PERGI KE SYAM, PERANG FIJAR, DAN HIFDHUL FUDHUL

Alimi Sukma Dewi (2204026086)

alimisukma71@gmail.com

Siti Husnul Muafah (2204026087)

affaaakhusnul@gmail.com

Sania Dzunnuroin (2204026092)

zidnalfa79@gmail.com

Taufiqurrohman Saleh (2204026088)

taufiqurrohman@gmail.com

PENDAHULUAN

Nabi Muhammad merupakan manusia sempurna sekaligus nabi terkahir


sebagai nabi penutup dari nabi nabi yang lain. nabi Muhammad lahir di Makkah pada
tanggal 12 rabiul awal tahun 570 M. beliau menerima wahyu dari Allah melalui
malaikat Jibril selama lebih dari 20 tahun. kisah perjalanan selama hidupnya sangat
diteladani oleh umat manusia yang dianggap sebagai contoh sempurna dalam
kehidupan sehari hari, mulai dari lahir hingga kewafatannya. Pada saat lahir nabi
Muhammad sudah menjadi yatim, kemudia saat masih bayi nabi Muhammad disusui
oleh Halimah sadiyah, dan pada umur 6 tahun aminah yaitu ibu dari nabi Muhammad
wafat, lalu nabi Muhammad tinggal Bersama kakeknya yaitu Abdul Muthalib hingga
kakeknya wafat saat nabi berumur 8 tahun. Kemudian nabi dibesarkan oleh pamannya
yaitu abu thalib, saat hidup Bersama pamannya inilah nabi memiliki banyak hal mulai
dari saat umur 12 tahun nabi pergi ke syam untuk berdagang dan masih banyk hal lain
yang akan dijelaskan pada pembahasan ini.

1
PEMBAHASAN

RASUL PERGI KE SYAM

Pada usia 12 tahun Paman Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Thalib mengajak
Nabi Muhammad SAW untuk pergi ke Syam dengan tujuan berdagang Pada waktu itu
usia Rasulullah SAW ada yang mengatakan 12 tahun dan ada yang mengatakan lebih
2 bulan dan 10 hari1. Saat melakukan perjalanan, Rasulullah SAW ditampakkan oleh
Allah SWT betapa luasnya padang pasir yang terbentang dimalam hari, beliau melihat
sekitar dan melihat ke arah bintang- bintang pada malam hari itu. Sepanjang
perjalanan beliau mendapatkan banyak cerita orang- orang Arab pesaan tentang
bermacam- macam bangunan kuno yang dilewatinya dan sejarah di masalalu.
Bersama rombongan dan pamannya, Rasulullah SAW beberapa kali singgah dikebun-
kebun yang lebat dan terdapat banyak sekali buah-buahan yang masak, hal itu
membuat Rasulullah SAW takjub karena perkebunan itu lebih indah dan lebih lebat
daripada perkebunan yang berada di Thaif yang sangat sering diceritakan orang-orang
bagaikan taman-taman subur yang menghiasi dataran padang pasir yang gersang di
sekitar Mekkah. Beliau juga mendengar kabar-kabar dari kerajaan Romawi dan agama
Nasrani yang dianut oleh penduduknya, dan mengetahui berbagai macam polemik
serta permusuhan yang terjadi antara penyembah api di Persia dengan bangsa Romawi
yang mana mereka semua sudah siap untuk menyerang pada saatnya.2

Dalam perjalanannya menuju Syam mereka melewati kota Bushro yang sudah
termasuk wilayah Syam dan menjadi ibukota Hauran, kota itu menjadi ibukotanya
orang-orang Arab meskipun pada saat itu masih berada di bawah kekuasaan bangsa
Romawi. Di dalam ibukota Hauran terdapat seseorang yang bernama Bahira yang
merupakan rahib (pemimpin) di kota itu dikatakan nama aslinya adalah jurjis. Ketika
rombongan Abu Thalib melewati kota tersebut rombongan mereka bertemu dengan
bahira yang menemui rombongan Abu Thalib serta mempersilahkan rombongannya
untuk singgah sejenak di tempat tinggal sang rohib sebagai tamu kehormatan.
Diceritakan bahwa bahira sebelumnya jarang sekali keluar namun ketika melihat
tanda-tanda kenabian yang ada pada nabi Muhammad SAW yang bisa dia ketahui
melalui sifat-sifat Rasulullah SAW beliau mempersilahkan rombongan Abu Thalib
untuk singgah di rumahnya. Ketika singgah di rumah beliau tangan Rasulullah SAW
1
Hal ini dinyatakan oleh Ibnu al- Jauzi dalam kitab Taiqihu Fuhumi Ahlil Atsar, Loc.Clt
2
H.M.H Al Hamid Al Husaini, sirah kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW, hal. 225

2
dipegang oleh sang rahib dan berkata "orang ini adalah pemimpin semesta alam titik
anak ini akan diutus Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam." Abu Thalib
bertanya "dari mana engkau tahu hal itu?" Bahira sang rahib menjawab "sebenarnya
sejak kalian tiba di aqabah, tak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka
tunduk bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang nabi titik aku bisa
mengetahui dari stempel nubuwwah yang berada di bagian bawah tulang rawan
bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapatkan tanda itu di dalam
kitab kami."setelah percakapan yang dilakukan oleh sang rohib dan Abu Thalib rahim
bahiro meminta kepada Abu Thalib untuk kembali ke Mekah dan melakukan
perjalanan ke Syam tanpa bersama Nabi Muhammad SAW karena dia takut ketika di
perjalanan mereka akan mendapat gangguan dari orang-orang Yahudi, maka
rombongan Abu Thalib pun kembali ke Mekkah.3

Setelah kejadian itu Paman Nabi Muhammad yaitu Abu Thalib menghentikan
perniagaan di luar Mekah, karena beliau berkomitmen untuk menjaga titipan ayahnya
(Abdul Muthalib) yaitu Muhammad bin Abdullah. Untuk menggantikan hal tersebut
ketika bulan-bulan suci tiba Abu Thalib bersama dengan keluarganya mengunjungi
pasar-pasar yang tidak jauh dari Makkah seperti di Ukaz, Majannah dan Dzul-majaz.
Pasar-pasar itu adalah pasar yang paling terkenal di kalangan semua orang Arab
seperti pasar Ukaz. Di pasar-pasar itulah beliau menjumpai syair-syair Yang
disuarakan oleh penyair kenamaan yang sangat terkenal pada saat itu dengan nama
Al-muallaqat. Beliau menemui banyak sekali ilmu ketika di pasar beliau belajar syair-
syair dari mulai syair yang bersifat romantis sampai syair-syair yang bersifat
kedermawanan dan keutamaan. Tidak hanya syair beliau juga mendengarkan banyak
pidato-pidato yang diucapkan oleh pemuka-pemuka masyarakat seperti, beberapa
orang Yahudi Nasrani yang mendiskusikan tentang kitab suci para nabi-nabi terdahulu
seperti Nabi Musa as dan Nabi Isa as. Mereka para Yahudi dan Nasrani juga mengajak
pada orang-orang pada apa yang mereka yakini kebenaran. Di bulan suci itulah
mereka mengkampanyekan ajaran-ajaran mereka melewati syair-syair tanpa ada
ancaman ataupun gangguan yang akan menghantui mereka, mereka semua merasa
aman ketika menyebarkannya4.

3
Sofiyuddin Al Mubarok Fury, Sirah Nabawiyah hal. 54
4
H.M.H Al Hamid Al Husaini, Riwayat kehidupan Nabi besar Muhammad SAW. Hal.226

3
Seperti yang telah diungkapkan oleh Al Hamid Al Husain dalam kitabnya
sirotul Musthofa Rohib Bahira mengetahui tentang diutusnya nabi terakhir melalui
berita-berita yang sebenarnya sudah disampaikan oleh orang Yahudi kepada kabilah
khazraj dan kabilah Aus di Madinah. Orang Yahudi mengatakan: "Tidak lama lagi
akan datang seorang nabi. kamilah yang akan mengikutinya dan bersama dia kami
akan memerangi kalian, hingga kalian mengalami kehancuran seperti yang dialami
kaum 'Aad dan Iram dahulu kala!". Namun, setelah nabi terakhir diutus mereka
(Yahudi) mengingkari perkataannya5.

Berkaitan dengan hal itu Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Q.S Al-
Baqarah: 89 yang artinya _"Kemudian datanglah kepada mereka kitab Alquran dari
Allah, membenarkan apa yang ada pada mereka (yakni taurat). Sebelum itu mereka
selalu menyebarkan berita (mengenai itu dengan maksud) hendak mengalahkan
orang-orang kafir. Akan tetapi setelah apa yang mereka ketahui itu datang, mereka
lalu mengingkarinya. Maka laknat Allah pastilah menimpa orang-orang yang ingkar
itu".

Sikap orang-orang Yahudi yang demikian itu, mengingkari apa yang ada pada
kitab-kitab suci mereka. Sikap yang seharusnya mereka membenarkan kenabian Nabi
Muhammad SAW yang sudah tertuliskan tanda-tanda dan ciri-ciri nabi terakhir,
mereka malah mengingkari kebenaran tersebut. Oleh karena itu untuk melindungi
sifat kemunafikan mereka mereka mengubah isi dari kitab-kitab suci mereka dengan
tangan-tangan mereka seperti yang telah diterangkan dalam Q.S Al-Baqarah: 78-79
yang artinya: ". . . Dan diantara mereka itu banyak yang buta huruf, tidak mengetahui
(isi) Alkitab. (Yang mereka ketahui) hanyalah dongeng-dongeng kosong belaka Dan
mereka hanya menduga-duga. Maka celakalah orang-orang yang menulis Alkitab
dengan tangan mereka sendiri lalu mengatakan: ini dari Allah! (Dengan perbuatan itu
mereka bermaksud) hendak memperoleh keuntungan yang sedikit. Sungguh celaka
mereka akibat perbuatan yang mereka lakukan".

PERANG FIJAR

Perang fijar terjadi pada usia Nabi SAW 15 tahun, namun ada juga yang
mengatakan saat Nabi SAW berusia 20 tahun 6. Perang tersebut dilatarbelakangi oleh
5
M.H.M AL HAMID AL HUSAINI, sirotul Musthofa, hal.226-227
6
Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarakfuri, perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad SAW Dari
Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, hal. 72

4
pelanggaran pada kesucian tanah haram dan bulan-bulan suci. Perang ini melibatkan
antara pihak Quraisy melawan pihak Qois Ailan. Pada waktu itu pihak Quraisy dan
kinanah dikumandangi oleh Harb bin Umayyah, hal itu dikarenakan
mempertimbangkan kedudukan dan usianya pada waktu itu yang sudah terpandang.
Dalam peperangan ini awalnya dimenangkan oleh pihak Qois Ailan namun, setelah itu
peperangan beralih memihak suku Quraisy dan kinanah7.

Perang ini sejatinya hanya melibatkan dua suku secara langsung, yaitu suku
Kinanah dan suku Qais Al ‘Ailan. Namun, sudah lumrah di kalangan Arab kala itu,
bahwa mereka terbiasa saling mengikat janji antar suku, yaitu akan menolong dan ikut
serta berperang membantu sekutu mereka yang membutuhkan. Dan kala itu, suku
Quraisy telah mengikat janji dengan Kinanah, pihak yang telah membunuh Urwah,
sehingga perang kian meluas menjamah suku-suku yang telah berkoalisi kepada setiap
pihak. Peta koalisi ketika itu, suku Qais bin ‘Ailan bersekutu dengan suku Hawazin,
suku Ghathafan, suku Salim, suku Tsaqif dan suku ‘Udwan. Adapun pihak Kinanah
bersekutu dengan suku Asad, suku Quraisy dan suku Khuzaimah. Perang ini
berlangsung selama 4 tahun, dan di setiap tahunnya selalu terjadi sebuah perang. Di
tahun keempat, muncul seorang yang bernama ‘Utbah bin Rabi’ah dari suku Quraisy
menginisiasi sebuah pakta perdamaian. Ia mengusulkan gencatan senjata dan
mengganti kerugian perang dengan menghitung jumlah korban dari kedua belah
pihak. Di antara kedua pihak yang berseteru, pihak yang lebih sedikit korbannya
wajib menebus diyat dari jumlah seluruh korban tersebut. Lantas disepakatilah
gencatan senjata dan berakhirlah perang fijar.

Dalam riwayat yang dinukil oleh Al Waqidi, pengarang buku “Al


Maghazi”,menuturkan bahwa Rasul kala itu bertugas sebagai tim logistik yang
menyiapkan anak panah paman-pamannya. Syaikh Munawwar Khalil dalam
kelengkapan tarikhnya menulis bahwa sebab keikutsertaan Rasul dalam perang itu
adalah karena pengaruhdan desakan dari pemuka Quraisy, yang tidak lain adalah
paman-paman beliau sendiri. Perang ini pun menjadi awal kemunculan dari Hilful
Fudhul , yang merupakan awal dari kesudahan perang antar suku yang berlarut-larut.
Pihak yang paling merugi dari perang ini adalah suku koalisi dari kedua belah pihak,
karena mereka ikut berperang hingga akhirnya banyak korban terbunuh dan
kehilangan harta, padahal inisiasi perang tidak muncul dari pihak mereka di samping
7
Sofiyuddin Al mubarok Furi, Sirah Nabawiyah, hal. 54-55

5
itu, perang ini menjadi bukti bahwa bangsa Arab kala itu ialah bangsa yang sangat
menjunjungtinggi sebuah janji. Bahkan nilai dari sebuah perjanjian itu mengalahkan
hitungan logika dan pragmatisme suku dan juga mengalahkan nilai kesucian adat
yang mereka junjung turun-temurun, yaitu larangan berperang di bulan haram. Ini
pulalah yangmenjadi salah satu faktor yang Allah persiapkan dalam menunjang
dakwah Nabi Muhammad SAW, khususnya pada fase hijrah ke Madinah. Selain itu,
dampak yang terjadi setelah perang ini adalah terjadinya Hilful Fudhul , yaitu sebuah
perjanjian yang sangat fenomenal bagi bangsa Arab umumnya, dan khususnya bagi
pribadi Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu sebuah perjanjian bahwa bangsa
Arab khususnya suku Quraisy sebagai suku penjaga tanah haram, akan menjamin dan
menolong siapa saja yang terzalimi selama berada di tanah haram. Jadi, dua peristiwa
ini adalah dua peristiwa yang saling berkaitan dan beririsan.

HIFDHUL FUDHUL

Imbas dari terjadinya perang fijar adalah diadakannya Hifdhul-Fudhul yang


terjadi pada abad ke 7 sebelum masa kenabian8 yaitu perjanjian yang dilakukan oleh
kabilah-kabilah Quraisy yaitu Bani Al Muthalib, Bani Hasyim, As'ad bin Abdul Uzza,
Zuhroh bin Kilab dan Taimi bin Murrah. Perjanjian itu dilaksanakan di kediaman
Abdullah bin juda'an at-taimi yang menjadi salah satu orang yang terhormat di antara
mereka. Dalam perjanjian itu mereka bersepakat untuk tidak akan ada seorangpun dari
penduduk Mekah dan penduduk selain Mekah yang berada di Mekkah dibiarkan
teraniaya. Siapa saja yang teraniaya maka mereka siap untuk berada di pihaknya dan
siapa saja yang melakukan kedzoliman maka, kedzoliman itu harus dibalas. Perjanjian
itu pada waktu itu dihadiri oleh Nabi Muhammad SAW yang belum menjadi seorang
nabi dan ketika beliau telah menjadi seorang nabi beliau bersabda, "aku pernah
mengikuti perjanjian yang dilakukan di rumah Abdullah bin juda'an, suatu perjanjian
yang lebih disukai daripada keledai yang terbagus. Andaikata aku diundang untuk
perjanjian itu semasa Islam, tentu aku akan menemuinya’’9.

Peristiwa ini juga ada yang berpendapat terjadi disebabkan oleh seseorang dari
zubait yang mampir ke Mekah dengan membawa barang dagangannya, lalu barang
dagangannya dibeli oleh penduduk Mekah bernama Al-ash bin wa'il As-sahmi.
8
Ibrahim , Mahmood (Agustus 1982)
9
Sofiyuddin Al mubarok Furi, terjemah Ar-rohiq Al-makhtum, hal.55

6
Namun pada saat Al ash membeli barang dagangan orang tersebut ia tidak melakukan
pembayaran pada barang dagangan yang sudah ia beli dan Al as telah menghianati
para sekutunya yaitu dari kalangan Abdud-Dad, Makhzum, Jumah, Sahm dan Adi.
Oleh sebab itu para sekutunya tidak memperdulikannya lagi. Setelah kejadian itu
seorang dari zubait itu naik ke bukit abu qubais dan menteriakkan syair-syair yang
berisikan kedzoliman yang dilakukan oleh Al-Ash. Pada saat melantunkan syair-
syairnya lewatlah Az-Zubair bin Abdul Muthalib dan bertanya "mengapa ada orang
yang tertinggal?" Setelah itu mereka berkumpul dan menghampiri Al-Ash bin wa'il
dengan maksud mengadilinya terhadap hak yang seharusnya didapat oleh orang
Zubaidi itu ( barang dagangannya dibayar) yang padahal sebelumnya mereka telah
bersepakat dengannya10.

Beberapa hikmah dari adanya kejadian hifdhul fudhul yaitu :

1. Sesungguhnya seorang muslim mesti adil walaupun musuhnya.

Rasulullah SAW datang untuk menghadapi jahiliyah yang ada di kalangan


bangsa arab, tetapi dia tidak memsuhinya secara keseluruhan dan rinci, yang pada
akhirnya bisa mengingkari semua bentuk kebaikan dari mereka. Dia tetap mengakui
kebenaran dari mereka walaupun mereka itu orang yang memusuhinya, dan bahkan
mereka telah mengumumkan perang. Dia tetap memuji perjanjian itu untuk
memberikan pelajaran kepada kita bagaimana kita harus bersikap adil dan menerima
kebenaran dari orang lain, dan janganlah permusuhan menyebabkan kita brpura-pura
tidak mengetahui kebaikan orang lain. Beliau bersabda , “ Saya diutus untuk
menyempurnakan budi pekerti yang mulia”11

2. seorang muslim adalah penyeru kepada kebaikan dan siapa saja yang mengajak
kepada kebenaran.

Setiap yang mengajak kepada kebaikan dalam lingkup masyarakat Islam


adalah penolong dan partner baginya. Tatkala Rasulullah SAW datang ke madinah dan
mendapatkan orang-orang Yahudi berpuasa ‘Asyura, beliau bertanya, “ Apa yang
terjadi?” mereka berkata, maka Nabi Musa berpuasa dan kamipun mengikutinya”.

10
Sofiyuddin Al mubarok Furi, terjemah Ar-Rohiq Al-Makhtum, hal.55
11
Ditakhrij oleh Al- Baihaqi dalam kitab Sunan Kubra, hal. 10-19 , di shahihkan oleh Al- Albani dalam
kitab Shahih Al- Jami’ As- Shaghir hal.2 hadis nomor 2345

7
Beliau bersabda “ sayalah yang lebih berhak mengikuti Musa daripada kalian ,
kemudian Rasulullah SAW berpuasa dan memerintahkan umat Islam untuk
berpuasa”12

KESIMPULAN

Perjalanan Rasulullah Muhammad ke Syam adalah salah satu peristiwa


penting dalam sejarah awal Islam. Perjalanan ini terjadi ketika beliau masih muda,
sebelum menerima wahyu sebagai nabi. Rasulullah pergi bersama sejumlah pedagang
Mekah ke wilayah Syam (yang mencakup sebagian besar wilayah modern Suriah,
Lebanon, dan Yordania) untuk berdagang.

Perang Fijar mencerminkan ketidakstabilan politik dan sosial di wilayah Arab


pada saat itu. Meskipun peristiwa ini terjadi sebelum Rasulullah menerima wahyu
sebagai nabi, konflik ini memiliki dampak yang berkelanjutan dalam konteks sejarah
Islam, karena menunjukkan perlunya perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.

Perjanjian Hifdhul Fudhul," adalah perjanjian yang dibentuk oleh beberapa


pemuka suku Quraisy di Mekah sebelum kenabian Rasulullah Muhammad. Perjanjian
ini bertujuan untuk menjaga keadilan dan perlindungan terhadap orang yang teraniaya
di Mekah

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu al- Jauzi, kitab Taiqihu Fuhumi Ahlil Atsar, Loc.Clt

M.H.M Al Hamid Al Husaini, sirah kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW, hal. 225

12
Hadis riwayat A- Bukhari no 2004

8
M.H.M AL Hamid Al husaini, sirotul Musthofa, hal.226-227

Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarakfuri, perjalanan Hidup Rasul Yang Agung


Muhammad SAW Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, hal. 72

Sofiyuddin Al mubarok Furi, Sirah Nabawiyah, hal. 54-55

Ibrahim , Mahmood (Agustus 1982)

Sofiyuddin Al mubarok Furi, terjemah Ar-Rohiq Al-Makhtum, hal.55

Al- Baihaqi, kitab Sunan Kubra, hal. 10-19

Al- Albani , kitab Shahih Al- Jami’ As- Shaghir hal.2 hadis nomor 2345

Hadis riwayat A- Bukhari no 2004

Anda mungkin juga menyukai