Anda di halaman 1dari 20

Tahun Gajah

Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri Habasyah untuk
merobohkan Kabah. Maksud jahat mereka ini berhasil digagalkan dengan pertolongan Allah
Swt yang mengirimkan burung-burung Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang
mengandung wabah penyakit dan menimpakannya atas pasukan Abrahah. Perisitiwa ini
terjadi pada pertengahan abad ke 6 Masehi.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan pada hari Senin, malam 12
Rabiul Awwal di Makkah bertepatan dengan awal Tahun Gajah.

Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran Nabi Isa As adalah 571 tahun,
antara Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As adalah 1716 tahun, antara Nabi Musa As
dan Nabi Ibrahim As adalah 545 tahun, antara Nabi Ibrahim As dan air bah yang terjadi pada
masa Nabi Nuh As adalah 1080 tahun, antara air bah Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah
2242 tahun. Sehingga jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As
adalah 6155 tahun, berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah.

Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah
wafat di Madinah dua bulan sebelum Beliau lahir. Pada waktu itu ayahnya sedang berdagang
di Syam dan singgah di Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari
bani Najjar.

Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.

Masa Persusuan Nabi Muhammad SAW

Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menitipkan penyusuan anak-anak
mereka kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak tersebut di kemudian hari
mempunyai tubuh yang kuat dan omongan yang fasih.

Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Muthalib menyerahkan cucunya Muhammad


Saw kepada Halimah binti Dzuaib As-Sadiyah salah seorang perempuan dari Bani Saad
untuk menyusui Beliau.

Pada saat itu, Bani Saad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang melanda daerah tempat
tinggal mereka. Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan menetap di sana
untuk disusui, lambat laun tanah di sekitar kediaman Halimah kembali subur.

Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah sering terjadi hal-hal luar biasa pada diri
Nabi Muhammad Saw termasuk peristiwa pembelahan dada. Setelah disapih, Nabi
Muhammad pun dikembalikan kepada ibundanya Aminah. Saat itu, Rasulullah Saw baru
berusia lima tahun.
Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw

Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke Madinah untuk
menemui paman-pamannya di sana. Namun ketika baru sampai ke desa Abwa, yakni suatu
desa yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah, Ibunya, Aminah meninggal dunia.
Maka beliau Saw diasuh oleh Ummu Aiman dibawah tanggungan kakek beliau Abdul
Muthalib, dan ini berlangsung selama dua tahun.

Wafatnya Kakek Nabi Muhammad Saw

Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau meninggal dunia, maka
beliau selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib. Abu Thalib ini adalah seorang yang
dermawan namun kehidupannya fakir yang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya.

Perjalanan Pertama Nabi Muhammad Saw ke Syam

Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau dibawa berniaga oleh
pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang pertama.
Para kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan seorang
pendeta Yahudi bernama Buhaira dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani.

Pendeta ini memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan berkata
kepada Abu Thalib: Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan yang
tinggi, maka jagalah dia baik-baik. Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Nabi
Muhammad Saw ke Mekkah.

Berperan Dalam Perang Fijar

Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di suatu
tempat antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan oleh
kelompok dimana beliau SAW berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian
diantara dua kelompok yang berperang itu.

Perjalanan Kedua Nabi Muhammad Saw ke Syam

Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk
kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang
wanita ternama dan kaya yang dipercayakan kepada Beliau.

Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang bernama
Maisaroh. Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun
memahami adanya keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw
sebagaimana yang pernah dilihat oleh Buhaira.

Nabi Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah

Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya. Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah
ke rumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada
waktu itu 40 tahun.

Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib, yang
semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kultsum dan Fatimah.

Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka menikah dengan
Abil Aash ibnu Rabi bin Abdus Syam. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin abi Lahab,
sedang Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab.

Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan. Adapun
yang termuda yaitu Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.

Partisipasi Nabi Muhammad Saw Dalam Perbaikan Kabah

Kabah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk beribadah dan
menauhidkan-Nya. Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah
berhasil menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat
pemujaannya.

Setelah masa Nabi Ibrahim As, kabah beberapa kali dilanda bencana yang melemahkan
dinding dan fondasinya. Banjir besar menggoyahkan bangunan Kabah beberapa tahun
sebelum nubuwwah.

Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Kabah. Beliau ikut memanggul batu di
atas pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang sahih, peristiwa itu
terjadi ketika Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun.

Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah pelik
yang menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit. Tak kunjung ada keputusan siapa yang
paling berhak untuk mendapatkan kehormatan mengembalikan Hajar Aswad di tempat
semula.

Nabi Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian. Beliau
memutuskan untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing
kabilah memilih memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya
bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad
dan menaruhnya di tempatnya, maka bereslah persoalannya.

Pengangkatan Muhammad Saw Sebagai Nabi dan Rasul

Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya
sebagai Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana sebelumnya
beliau menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas
Jabal Nur. Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah
adanya mimpi yang benar.
Turunnya Wahyu Pertama

Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama dibawa oleh
Jibril yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah yang berbunyi :

Yang artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (Al-Alaq, 1-4)

Adalah Waraqah bin Nauval anak paman Khadijah binti Khuwailid, seorang yang masyhur di
Makkah karena keluasan ilmunya dalam hal ihwal agama-agama samawi.

Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, Khadijah pergi
menemuinya dan memberitahukan kepadanya tentang peristiwa tersebut. Waraqah berkata:
Demi Tuhan yang nyawa Waraqah berada ditangan-Nya, jika engakau percaya hai Khadijah,
telah datang malaikat agung yang pernah datang kepada Musa dan sesungguhnya ia (Nabi
Muhammad Saw) adalah nabi dari umat ini.

Dakwah Secara Rahasia

Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar bin
Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri beliau, Khadijah dan dari kalangan anak-anak
adalah Ali bin Abi Thalib, dimana Ali belum pernah melakukan sujud sama sekali terhadap
suatu patung, sehingga dengan demikian kepada beliau diberi tambahan (sesudah menyebut
namanya) dengan sebutan Karramallahu Wajhah (Allah telah memuliakan pribadinya).

Perintah Dakwah Secara Terang-terangan

Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terang-
terangan, dengan firmanNya,

Yang artinya :
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Al-Hijr, 94)

Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau melakukan
dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan perbuatan syirik dan
kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir.

Nabi Muhammad Saw Disakiti Oleh Kaumnya


Nabi Muhammad Saw pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain beliau dilempari
dengan batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya. Namun beliau senantiasa bersikap sabar
dan sabar, sehingga akhirnya yang hak mengalahkan yang batil, karena sebenarnya yang batil
itu akan kalah dan hancur.

Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah

Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
berhijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu
melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada kaum
kerabat yang akan menolong dan menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy tersebut.

Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah hijrah
pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah 80 orang sahabat.
Mereka kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah berdiam di sana selama tiga bulan.

Hijrah Kedua ke Negeri Habasyah

Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim serta
Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syiib. Maka pada
kesempatan ini kalangan Quraisy memboikot dengan memutus jalur suplai makanan dan
kegiatan berniaga di pasar kepada mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan Nabi
Muhammad Saw kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh.

Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantungkan di Kabah. Maka Nabi
Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke
Habasyah, yakni hijrah untuk kedua kalinya.

Penghentian Boikot

Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syiib selama 3 tahun tidak
menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan.
Kemudian orang-orang Quraisy menghentikan pemboikotan, sedang lembaran kulit yang
berisi pengumuman biokot itu telah dimakan rayap.

Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu terjadi
pada 10 tahun kenabian.

Tahun Kesedihan (Amul Huzni)

Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua bulan kemudian
wafat pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh tahun.

Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan
Quraisy semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka
usahakan dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika
Abu Thalib masih hidup.
Hijrah ke Thaif

Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di sana
selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di sana
tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan
tindakan yang buruk. Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai
kepala beliau dan menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau
kembali lagi ke Mekkah.

Isra dan Miraj

Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Miraj. Isra adalah perjalanan
Rasulullah Saw di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di
Baitul Maqdis di Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-
Quran telah menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah Swt :

Yang artinya :
Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar dan Maha Melihat. (Al-Isra, 1)

Sedangkan Miraj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam tinggi dan di sana
diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.

Tersebarnya Islam di Madinah

Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk melakukan
dakwah memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian mereka ada yang beriman
dan sebagian ada yang tetap kafir.

Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk Madinah, yang antara lain
karena telah tersebarnya Islam di sana.

Pada tahun 12 kenabian, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah SAW.
Diantaranya sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan kemudian
mereka semua beriman. Dan dari yang dua belas orang ini, lima orang diantaranya adalah
dari kelompok mereka yang enam orang yang telah beriman sebelumnya.

Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun, tidak melakukan pencurian dan tidak akan melakukan perbuatan
zina, kemudian mereka kembali ke Madinah. Mereka di sana dengan pertolongan Allah
mendakwahkan Islam kepada penduduk Madinah.
Pada tahun 13 kenabian, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki dan dua
perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya serta
melakukan baiat dihadapan Nabi sebagai baiat yang kedua.

Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan perantaraan mereka maka
tersebarlah Islam diantara penduduk Madinah secara luas.

Hijrah ke Madinah

Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah keras
dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke
Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah
dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.

Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur

Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,

Yang artinya,
di waktu dia berkata kepada temannya, Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya
Allah beserta kita. (At-Taubah, 40)

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar
meletakan kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu Bakar
melihat suatu lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk menutupi
lubang tersebut, khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang menyakiti Nabi.

Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam
lubang itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak
menggerakkan kakinya, dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan
mengenai pipi Rasulullah SAW.

Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia
menjawab bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan tangan
beliau di tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan pertolongan Allah
SWT.

Masjid Pertama Quba

Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk jalan
datang menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan. Maka kemudian
mereka bertiga pergi berjalan menuju kota Madinah.

Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabiul Awwal. Itulah tanggal
hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal penanggalan Islam yang
dimulai dari bulan Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah
beliau ke Madinah.

Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh Allah SWT
diberikan sifat sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari semenjak
pertama hari dibangunnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan
Rasulullah SAW melakukan shalat di dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang
sahabatnya.

Keluar Menuju Kota Madinah

Setelah melakukan shalat Jumat pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa Bani Salim
bin Auf, beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah. Di sana para kaum Anshar
menyambut beliau dengan suka cita penuh kegembiraan, setaya mengelilingi beliau,
sementara para wanita dan anak-anak keluar dari rumah mereka ingin menemui beliau seraya
mendendangkan nasyid :

Thalaal badru alaina, min tsaniyatil wadai


Wajabasy syukrualaina, ma daa lillahi dai
Ayyuhal mabutsu fina, ji ta bil amri muthai

Yang artinya,
Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib
bersyukur kepadaNya, Seorang DaI menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang diutus
kepada kami, Kau datang membawa perintah yang harus ditaati.

Tahun Pertama Hijriah

Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang mulia. Beliau secara
pribadi ikut serta membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan kepada kaum
muslimin untuk cinta bekerja dan beramal.

Di tahun ini telah pula disyariatkan adzan, sebagai suatu cara dan saran untuk memanggil
kaum muslimin untuk berkumpul, di kala telah masuk waktu shalat.

Disyariatkannya Berperang

Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk
memeluk agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher
orang. Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang
untuk beriman, sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.

Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam, disebabkan
hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang mempertahankan
diri atas tindakan mereka.
Tahun Kedua Hijriah

Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak diantara kota Mekkah dan
kota Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari pegunungan Juhainah, dan
perang Al-Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu dan Dzil Marwah, yang kesemua itu
semata-mata untuk menghambat perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk membinasakannya.

Perubahan Arah Kiblat dan Puasa Ramadhan

Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah Baitul
Maqdis di Palestina, kini ke arah Kabah yang ada di Mekkah. Juga pada tahun ini,
diwajibkannya puasa Ramadhan, dimana Rasulullah SAW sebelumnya berpuasa sebanyak
tiga hari setiap bulannya.

Kewajiban Zakat Mal (Harta)

Pada tahun kedua hijriah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk mengeluarkan zakat bagi
orang-orang kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang fakir dan miskin dan
golongan-golongan lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran,

Yang artinya,
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Allah dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah, 60)

Perang Badar Kubra

Pada tahun kedua hijriah juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika Nabi Muhammad
Saw keluar kota Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313 personil. Ketika kaum
kafir Quraisy mengetahui hal tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukannya yang
berjumlah 1000 personil.

Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran antara keduanya, dan
Allah SWT dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan mendatangkan para
malaikat yang ikut bertempur bersama mereka.

Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat dikalahkan, mereka
lari dengan meinggalkan korban mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang dan tertawan
sebanyak 70 orang juga. Firman Allah SWT,



Yang artinya :
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah
(ketika itu) orang-orang yang lemah. (Ali Imran, 123)

Tebusan Tawanan Dengan Mengajar

Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi menjadi 2 bagian. Satu bagian terdiri dari
orang-orang kaya dan satu bagian terdiri dari orang-orang miskin.

Adapun orang-orang kaya, mereka itu ditebus oleh keluarga mereka dengan harta sedangkan
orang-orang miskin tebusannya ialah tiap-tiap orang harus mengajar membaca dan menulis
kepada sepuluh orang anak di Madinah.

Sholat Id Pertama

Pada tahun kedua hijriah pula disyariatkannya Shalat Hari Raya, yang hikmahnya tak
diragukan lagi banyaknya, bagi orang yang berakal. Seorang Imam memimpin dan
melaksanakan Shalat Hari Raya ini sebanyak dua rakaat bersama-sama kaum muslimin.

Kemudian menyampaikan khutbah sesudahnya, memberikan pengajaran dan nasehat kepada


mereka. Selanjutnya kaum muslimin bersalaman satu sama lain penuh keakraban dan
persaudaraan paripurna.

Ali Menikah Dengan Fatimah

Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT meridhoi
keduanya. Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15 tahun. Juga di tahun
itu Rasulullah SAW menikahi Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq, semoga Allah meridhoi
keduanya dan menjadikan surga tempat tinggalnya.

Perang Ghathafan

Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya tidak begitu
penting, akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar. Pada waktu itu keluar 450
orang dari Bani Tsalabah dan Muharib di bawah pimpinan Dutsur bin Harits Al Muharibi
yang ingin menyerbu Madinah. Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya
dan larilah musuh ke gunung-gunung.

Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur bajunya yang basah sambil
duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Dutsur secara diam-diam hendak membunuh Beliau
seraya berkata:

Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?

Beliau menjawab: Allah Taala.


Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya, lalu Nabi
Muhammad Saw mengambilnya seraya berkata: Siapakah yang dapat melindungimu
dariku?

Dutsur menajawab: Tidak ada.

Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak
kaumnya memeluk agama Islam.

Perang Uhud

Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang terdiri
dari pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat menuju kota
Madinah untuk melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para bangsawan mereka di
peperangan Badar.

Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena pada
perang ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW. Jumlah pasukan Islam yang
terbunuh secara syahid sebanyak 70 lebih personil diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin
dan selebihnya dari kaum Anshar. Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada
sebanyak 23 orang.

Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan menikah dengan Ummi
Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh
karena itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain (yang mempunyai dua cahaya). Pada
tahun ini juga Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.

Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya yang
demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT berfirman,

Yang artinya,
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka
jauhilah pebuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al-Maidah, 90)

Tahun Keempat Hijriah

Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi meninggalkan kota
Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW telah diadakan suatu
perjanjian, dimana diantara kedua belah pihak harus saling memelihara dan menjaga
keamanan masing-masing dan tidak saling mengkhianati terhadap perjanjian itu. Namun
pihak Yahudi berkhianat terhadap Rasul dan berusaha membunuh beliau, karena terbujuk
oleh rayuan syaithan.
Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah SAW dari
Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka tetap tidak mau
pergi. Maka kaum muslimin mengepung mereka dan melakukan pemboikotan terhadap
mereka serta memaksa mereka untuk pergi meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka
pergi.

Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan diturunkannya wahyu
tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mempelajari tulisan orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang
Yahudi, dan membacakan kepada beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun ini
pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.

Perang Khandaq atau Ahzab (Persekutuan Musuh)

Pada tahun 5 hijriah terjadi perang Khandaq, dimana orang Musyrik dan orang-orang Yahudi
bergabung untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah mereka sebanyak 10.000 orang yang
dipimpin oleh Abu Sufyan, dan mereka mengepung kota Madinah serta mengadakan
penekanan-penekanan ketat kepada kaum Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.

Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar sama sekali dari kota
Madinah, tetapi atas saran Salman Al-Farisi beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk
menggali parit, sebagai bentuk strategi untuk menghindari serbuan mereka.

Selama dalam pengepungan terhadap kaum Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah SWT
untuk kehancuran musuh, beliau mengucapkan doa, yang artinya,

Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan yang cepat perhitunganNya, hancurkanlah
kaum sekutu (musyrik dan yahudi). Ya Allah hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya, dan
porak-porandakan mereka.

Doa Nabi Muhammad Saw didengan Allah SWT, Tuhan mengirim angin putting beliung
yang memporak-porandakan pasukan sekutu, dan mereka lari pontang panting meninggalkan
kota Madinah pada malam itu juga.

Perintah Memakai Hijab

Pada tahun 5 hijriah juga diberlakukannya ketentuan memakai hijab terhadap para istri Nabi
SAW dengan diturunkannya ayat hijab. Allah SWT berfirman,

Yang artinya,
Dan apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari
belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. (Al Ahzab,
53)
Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, Seseorang laki-laki tidak dibenarkan duduk-
duduk berdua dengan seseorang perempuan di tempat yang sunyi kecuali bersama
muhrimnya.

Diwajibkannya Ibadah Haji

Pada tahun kelima hijriah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu mengadakan
perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,

Yang artinya,
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali Imran, 97)

Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang terpenting dan paling
esensi adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang melaksanakan ibadah haji ini.
Dengan perbedaan kulit, etnis dan bahasa, dan Negara, berkumpul di satu tempat dalam
rangka memperbaharui janji ikatan ukhuwah islamiyyah dan tekad kesetian untuk
menegakkan kalimah Allah di muka bumi.

Perjanjian Damai Hudaibiyah

Pada tahun 6 hijriah telah terjadi Shulhul Hudaibiyah (perjanjian damai hudaibiyah).
Rasulullah SAW bersama-sama kaum Muslimin sebanyak 1400 orang pergi meninggalkan
kota Madinah menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah Umroh. Mereka tidak membawa
senjata, hanya perlengkapan untuk bepergian sebagai musafir.

Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang kafir
Quraisy dan mereka dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram.
Setelah diadakan perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai
meliputi lima hal, yaitu :

Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang) antara kedua belah pihak selama
sepuluh tahun.
Saling memelihara keamanan masing-masing antara kedua belah pihak.

Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan untuk Umrah
pada tahun ini.
Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada dari
mereka yang datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam. Tidak ada kewajiban bagi
kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada Rasulullah SAW orang yang dating
ke pihak mereka dari Madinah.

Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke kelompoknya. Dan
barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga dipersilahkan masuk ke
kelompoknya.
Baiatur Ridwan

Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis, Nabi Muhammad Saw menunjuk
Usman bin Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian dimaksud ke pihak kaum Musyrikin
dengan ditemani oleh beberapa orang sahabat. Sesampainya Usman ke sana, mereka
menangkapnya. Berita penangkapan Usman ini sampai ke kalangan kaum Muslimin. Bahkan
telah tersebar desas desus bahwa Usman dan kawan-kawan telah dibunuh oleh pihak kaum
Musyirikin.

Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendenga rumor bahwa Usman telah dibunuh, Beliau
seketika memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk berkumpul, untuk melakukan baiat
di bawah suatu pohon, bahwa mereka siap mati untuk menyelamatkan Usman.

Setelah berita baiat ini didengar oleh kalangan kaum Musyrikin, mereka merasa takut dan
gentar. Akhirnya mereka membebaskan Usman dan kawan-kawannya. Allah Swt berfirman:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut :

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji
setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. (Al-Fath,10).

Dan Allah swt berfirman pula:

Tek arab

Yang terjemahannya sebagai berikut :

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mumin ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat (waktunya). (Al-Fath, 18).

Pengiriman Surat Kepada Raja-raja

Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat kepada beberapa orang Raja,
mengajak mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat itu diberi stempel dengan sebuah cincin
yang terbuat dari perak yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah.

Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi ada
yang tetap dalam kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja
Habasyah, Mundzir bin Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan Abd dan dua orang Raja Amman.
Perang Khaibar

Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada kali ini adalah
mereka yang pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada perang Khandak. Maka
Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya menyongsong mereka serta kemudian
mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan
bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakannya) untuk memimpin
perang.

Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika Rasulullah Saw
mengetahui itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal berdoa untuk kesembuhan
kedua matanya. Maka dengan atas izin Allah Swt, kedua mata Ali seketika sembuh.

Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada pihak kaum Muslimin
dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang yang cukup besar.

Umatul-Qadha (Umrah Pengganti)

Pada tahun 7 hijriah juga dilakukan Umatul-Qadha. Nabi Muhammad Saw memerintahkan
kepada para sahabatnya di bulan Dzulqadah untuk mengerjakan umrah sebagai pengganti
umrah yang belum sempat dilaksanakan karena mereka dihalang-halangi oleh kaum
Musyrikin pada hari dilakukannya Perjanjian Damai di Hudaibiyah.

Mereka berangkat menuju kota Mekkah untuk melaksanakan umrah dengan jumlah yang
cukup besar. Ketika mengetahui hal ini, kaum Musyrikin keluar dari kota Mekkah,
menyingkir ke puncak-puncak gunung, menghindar untuk melihat orang-orang mukmin
melakukan tawaf di Baitil Haram. Setelah selesai melaksanakan umrah, kaum muslimin
kembali ke Madinah, setelah mereka berdiam di Mekkah selama tiga hari.

Perang Mutah

Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mutah yang terkenal itu. Ketika itu Nabi
Muhammad Saw mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan menugaskan Zaid bin
Haritsah untuk menjadi pimpinannya. Sementara pihak Romawi telah mengerahkan
pasukannya sebanyak 150000 prajurit.

Kedua pasukan bertemu di Mutah dan terjadilah pertempuran diantara keduanya. Kalau tidak
karena tipu daya Khalid bin Walid serta strateginya yang jitu, kaum Muslimin di awal-awal
pertempuran hampir mengalami kekalahan, tetapi berkat strategi Khalid tersebut akhirnya
pasukan kaum Muslimin mendapatkan kemenangan.

Fathu Mekkah (Penaklukan Kota Mekkah)

Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian Damai yang pernah disepakati
di Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang tercantum di dalamnya. Menghadapi
kenyataan ini maka Nabi Muhammad Saw mempersiapkan dan mengerahkan prajurit
Muslimin untuk diberangkatkan ke Mekkah.
Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat melalui jalan sebelah bawah,
sementara Khalid bin Walid mengepalai sebagian prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah
atas. Ketika Rasulullah Saw sampai di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling
Kabah terdapat tiga ratus enam puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di
tangan, Beliau hancurkan patung-patung itu seraya mengatakan:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

Yang benar telah dating dan yang bathil telah lenyap. (Al-Isra, 81)

Firman-Nya lagi:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan
memulai. (Saba, 49).

Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal berdiri di tengah-tengah


Masjidil Haram: Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan Mekkah pada hari
diciptakannya langit dan bumi, dan ia berkedudukan mulia dengan kemuliaan Allah Swt
sampai hari kiamat. Maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan hari
akhir untuk melakukan pertumpahan darah atau menebang atau mencabut sesuatu pohon di
kota Mekkah.

Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi Rasulullah Saw di kota
Mekkah, maka katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt telah memberikan ijin kepada
Rasul-Nya dan tidak memberikan ijin kepadamu, dan bahwasanya telah dihalalkan dan
dibolehkan bagiku pada saat diwaktu siang dan kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini
telah kembali, sebagaimana kemuliaannya di hari kemarin. Maka hendaknya yang hadir
diantara kalian pada saat ini, untuk menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir.

Peristiwa Perang Hunain

Allah Swt berfirman:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

Sesungguhnya Allah Swt telah menolong kami (hai para mukminin) di medan peperangan
yang banyak dan (ingatlah) peperangan Hunain, yang diwaktu kamu menjadi congkak
karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu
lari ke belakang dengan bercerai-berai. (At-taubah, 25).

Nabi Muhammad Saw saat itu keluar dari kota Madinah dengan 10000 orang prajurit. Kaum
Mukminin melihat jumlah yang demikian besar itu merasa congkak. Kemudian ketika
pasukan Muslim bertemu dengan pasukan musuh, yang saat itu mereka tersembunyi dari
penglihatan pasukan Muslim dengan batu-batu besar. Betapa terkejutnya pasukan Muslim
ketika melihat kenyataan ini, dan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan musuh, dan lari
bercerai-berai. Tidak ada yang bertahan bersama Rasulullah Saw kecuali sekolompok sahabat
yang tetap bertahan bersama beliau, diantaranya Abu bakar, Umar, Ali, abbas dan Abu
sufyan bin Haris anak paman Rasulullah Saw.

Nabi Muhammad Saw Kembali ke Madinah

Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya kembali ke Madinah setelah sebelumnya berdiam
di Jiranah selama tiga belas malam. Dari Jiranah ini beliau berihram untuk melaksanakan
umrah, kemudian memasuki kota Mekkah di waktu malam hari, maka beliau bertawaf dan
bersai memberi isyarat dengan tangan beliau ke arah Hajar Aswad. Rasulullah Saw telah
meninggalkan kota Madinah selama dua bulan enam belas hari.

Ekspedisi Tabuk

Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang Usrah yakni perang di
masa susah dan sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum muslimin sedang mengalami
kesulitan hidup, karena paceklik dan udara pun sangat panas.

Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari Mekkah dan
Madinah serta dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita bahwa orang-orang kafir
mengerahkan pasukannya di daerah Syam untuk melakukan penyerangan terhadap kaum
muslimin di negeri mereka, yakni Madinah.

Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh harta kekayaannya,
Umar bin Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin Affan dengan sepuluh ribu dinar,
sementara para ibu-ibu muslimat menyumbangkan perhiasan-perhiasan mereka sekedar
kemampuan mereka.

Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang berjumlah 30000 personil
berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana Beliau beserta prajuritnya sama sekali tak
melihat pasukan musuh sebagaimana yang Beliau dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw
memutuskan untuk kembali ke Madinah, setelah berdiam di Tabuk selama dua puluh malam
dan dalam perjalanan pulang kembali itu, sempat membangun beberapa masjid.

Beberapa Peristiwa di Tahun 9 Hijriah

Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw, utusan dari Tsaqif dan
mereka semuanya memeluk Islam dan melakukan dakwah terhadap kaumnya yakni penduduk
Thaif, maka mereka merespon ajakan tersebut dengan memeluk Islam.
Di tahun ini telah wafat Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw, isteri Usman bin Affan Ra.
Juga telah wafat Abdullah bin Abi Salul, pemimpin orang-orang munafik, dimana dengan
meninggalnya ini kaum Muslimin merasa lega karena bebas dari kejahatan-kejahatannya.

Abu Bakar Melaksanakan Haji

Pada bulan Dzulqadah tahun 9 hijriah, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada Abu
Bakar melaksanakan ibadah haji dengan kaum Muslimin, sekaligus diperintahkan untuk
mengumumkan kepada mereka pada hari Nahar, bahwa setelah tahun ini, orang musyrik tidak
dibolehkan melaksanakan ibadah haji, dan orang telanjang tidak dibenarkan untuk melakukan
thawaf keliling Baitullahil-Haram. Untuk peristiwa ini, Allah Swt menurunkan wahyu-Nya:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka
janganlah mereka mendekati Masjidil-Haram sesudah tahun ini. (At-Taubah, 28).

Tahun Kesepuluh Hijrah

Pada tahun 10 hijriah Nabi Muhammad Saw mengutus Ali bin Abi Thalib ke Bani Madzij
dari penduduk Yaman. Maka beliau berangkat ke sana dan sesampainya di sana beliau
menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam. Mereka menolak
ajakan Ali ini dan melempari kaum Muslimin dengan bongkahan batu-batu, maka oleh kaum
Muslimin tindakan mereka itu dibalesnya dan akhirnya mereka kalah dan minta damai, dan
oleh Ali permintaan mereka ini dipenuhi.

Dan Ali menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka mereka
mengikuti ajakan Ali dan masuk Islam semuanya.

Dan pada tahun ini juga Rasulullah Saw mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa Al-
Asyari untuk mengajarkan ajaran-ajaran syariat islam. Muadz diutus ke penduduk Kurah al-
Ulya dari arah Adn, sementara Abu Musa diutus ke Kurah as-Sufla.

Haji Wada

Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10 hijriah berangkat
menunaikan ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu tanggal 25 Dzulqodah menuju kota
Mekkah. Sesudah sampai di kota Mekkah, maka pada tanggal 8 Dzulqodah Beliau berangkat
menuju Mina dan bermalam di sana. Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah
dan di sana Beliau berkhutbah yang dikenal dengan nama Khutbatul Wada, dimana Beliau
dalam khutbah itu menjelaskan tentang hal-hal terpenting dari pokok-pokok dan cabang-
cabang Agama Islam. Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:


Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan
kepadamu nimat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Al-Maidah, 3).

Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw pulang ke Madinah dengan
selamat. Dan dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari hijrahnya Rasulullah Saw dari
Mekkah ke Madinah, maka telah sempurna misi Beliau di Madinah selama sepuluh tahun
kurang dua bulan dan sebelas hari.

Sakitnya Nabi Muhammad Saw

Pada tahun 11 hijriah Nabi Muhammad Saw mulai sakit-sakitan. Dan ketika sakit Beliau
semakin parah, Beliau meminta ijin kepada seluruh isterinya, agar Beliau bisa dirawat di
kediaman Aisyah saja. Ketika Beliau merasa udzur untuk melaksanakan shalat berjamaah
dengan kaum Muslimin para sahabatnya, beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat mengimami
mereka. Beliau sendiri kemudian pergi keluar masjid, berjalan dipapah oleh Ali dan Fadhal,
sementara Abbas mendahului berjalan di depan.

Nabi Muhammad Saw dibebat kepalanya sambil berjalan tertatih-tatih dengan kedua kakinya,
hingga sampai di undakan terbawah dari mimbar. Maka para sahabat mengerumuni Beliau
berebutan. Maka Beliau mengucapkan hamdalah seraya memuji dan memuja Allah Swt,
kemudian bersabda: Wahai manusia, sampai berita kepadaku bahwa engkau semua takut
kematian nabimu. Apakah ada Nabi sebelum aku ini yang kekal, sehingga aku juga akan
kekal (tidak mati)? Ketauhilah, bahwa Aku akan menemui Rabbku, dan kamu akan
menemuiku kelak. Maka aku wasiatkan kepadamu agar berbuat paik terhadap para Muhajirin
Pertama, dan juga Aku wasiatkan kepadamu agar sesama kamu semua berbuat kebajikan.
Kemudian berkata di akhir khutbahnya: Ketauhilah bahwa Aku adalah pendahulu bagimu dan
kamu akan menyusul menemuiku. Ketauhilah bahwa sesungguhnya janjimu nanti ketemu di
Haudh (Telaga). Ketauhilah, bahwa barangsiapa yang senang untuk bisa datang ke telaga itu
dan bertemu denganku, maka hendaklah tangan dan lidahnya dijaga dari berbuat dan berkata
yang tidak pada tempatnya, kecuali yang pantas untuk dikerjakan.

Wafatnya Nabi Muhammad Saw

Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu Bakar sedang tidak ada di Madinah.
Sewaktu diberi tahu bahwa Nabi Muhammad Saw wafat, maka beliau segera datang ke
rumah Aisyah dan masuk ke dalam seraya membuka kain penutup wajah jenazah Rasulullah
Saw dan kemudian menciumnya dan terus menangis.

Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka beliau memuji Allah dan
menyanjungnya. Selanjutnya berkata: Ketauhilah, barangsiapa yang menyembah
Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah mati, dan barangsiapa menyembah
Allah, maka sesungguhnya Allah tetap senantiasa hidup tidak akan pernah mati. Kemudian
beliau membaca firman Allah Swt:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:


Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (Az-Zumar,
30).

Dan firman Allah Swt:

Teks arab

Yang terjemahannya sebagai berikut:

Muhammad, itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang
yang bersyukur. (Ali Imran, 144)

Jenazah Nabi Muhammad Saw Dimakamkan

Jenazah Nabi Muhammad Saw baru dimakamkan setelah selesai ditetapkan dan dibaiatnya
Abu Bakar menjadi Khalifah pengganti Beliau, menjadi pemimpin kaum Muslimin. Jasad
Rasulullah Saw dimandikan kemudian dikafani dengan tiga helai kain, tidak ada padanya
baju, dan tidak adanya pula surban.

Kemudian jamaah kaum Muslimin menshalati jenazah Beliau satu persatu tanpa imam, secara
bergantian. Pertama kaum lelaki, kemudian wanita dan selanjutnya anak-anak. Jenazah
Beliau dimakamkan di rumah Aisyah, tempat dimana Beliau wafat.

Dimakamkan pada malam rabu tengah malam, dan di atas makamnya dipercikkan air oleh
Bilal, sementara letaknya agak ditinggikan sekedar satu jengkal dari permukaan bumi.
Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau, dan
kepada keluarga serta para sahabatnya semua.

Usia Nabi Muhammad Saw

Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun. Empat puluh tahun dijalani sebelum
ditetapkannya sebagai Nabi di Mekkah, tiga belas tahun sesudah beliau menjadi Nabi di
Mekkah juga, dan sepuluh tahun beliau jalani di Madinah sesudah hijrah.

Para ahli tarikh telah bersepakat bahwa hari lahir Nabi Muhammad Saw, hijrahnya dan
wafatnya adalah pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal. Semoga Allah Swt
menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau dan kepada keleuarga
serta para sahabatnya semua.

Anda mungkin juga menyukai