Anda di halaman 1dari 32

Tugas Agama

Periodesasi Rasulullah

Nama : Muhammad Syakur


No. Urut : 22
Kelas : X MIPA 2
1. Masa kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
Sayyidul Mursalin dilahirkan di tengah kabilah bani Hasyim di Mekkah pada hari Senin 9 Rabi’ul
Awal saat tragedi pasukan bergajah, bertepatan pada tanggal 20 atau 22 April 571 M.
[11] Menurut Caussin De Parceval dalam essai sur l’ Histoire des Arabes menyatakan bahwa
Muhammad dilahirkan pada bulan Agustus 570 M. Tetapi pada umumnya mengatakan bahwa
dia dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.
Abdul Muthallib, kakek Nabi Muhammad ketika mendengar kabar kelahiran cucunya, beliau
langsung mendatanginya dan menggendongnya mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dan ia
berkata: “Wahai cucuku yang diberkati Allah, aku akan menamaimu Muhammad. Kelahiran ini
diiringi dengan kesucian dan kemenangan bagi Rumah Suci, semoga berkah selalu
baginya!”[13]
Beliau lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya Abdullah meninggal dunia ketika
Muhammad masih dalam kandungan ibunya Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada
ibu pengasuh Halimah Sa’diyah, yang sebelumnya disusui oleh budak perempuan Abu Jahal
yaitu Tsuwaibah.[14] Selama itu beliau saw. banyak membawa keberkahan terhadap keluarga
Halimah as-Sa’diyah. Lebih kurang empat sampai lima tahun beliau tinggal di perkampungan
kabilah Bani Sa’ad, hingga terjadinya peristiwa dibelahnya dada beliau. Dalam peristiwa
tersebut Jibril membelah jantungnya dan mengeluarkan segumpal darah yang merupakan
bagian setan, sehingga bila tetap ada niscaya ia dapat memperdayai Muhammad. Kemudian
jantubg tersebut dicuci denga air zamzam dan dikembalikan ke tempatnya semula. Setelah itu,
kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun,
dia menjadi yatim piatu.
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib megambil alih tanggung jawab merawat
Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta.
Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib.
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan keluarga
penduduk Mekkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir
dan merenung.
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syria (Syam) dalam usia baru
12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan
Syria, ia bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat
tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian
sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh
memasuki daerah Syria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi mengetahui tanda-tanda itu
akan berbuat jahat terhadapnya.
Pada usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria membawa barang dagangan
saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah yang kemudian menjadi
istrinya. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada saat usianya 35
tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Ketika terjadi perselisihan mengangkat dan
meletakkan hajar aswad di tempatnya semula, karena setiap suku merasa berhak
malakukannya. Kemudian para pemimpin Qurays sepakat bahwa orang yang pertama masuk
ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata
Muhammad yang pertama kali masuk dan yang dipercaya menjadi hakim. Ia membentangkan
kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku
memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian
tertentu Muhammad meletakkan batu itu pada tempatnya semula.
2. Masa Kenabian dan Kerasulan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
Tatkala usia beliau mendekati 40 tahun, beliau mulai suka mengasingkan diri. Ketika
pengasingan diri (uzlah) di gua Hira’ memasuki tahun ketiga tepatnya di bulan Ramadhan Allah
mengangkatnya sebagai nabi dengan mengutus Jibril kepadanya yang membawa beberapa
ayat al-Qur’an, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5. Itulah wahyu pertama. Malam terjadinya peristiwa
itu kemudian dikenal sebagai “Malam penuh keagungan” (Lailah al-Qadr), dan menurut riwayat
terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan (610).[15] Kemudian, Allah memuliakan beliau dengan
mengangkat menjadi rasul dengan diturunkannya al-Qur’an surat al-Mudatsir ayat 1-5,
sebelumnya wahyu tidak diturunkan (vakum) beberapa hari setelah wahyu pertama.
a. Perjuangan Dakwah
Secara umum, pada periode Mekkah, kebijakan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad
adalah dengan menonjolkan kepemimpinannya, bukan kenabiannya. Implikasinya, dakwah
dengan strategi politik yang memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan
berbagai persoalan sosial (egalitarisme) lebih tepat dibandingkan dengan aspek kenabiannya
dengan melaksanakan tabligh.[16]
Permulaan dakwah Rasulullah disampaikan kepada kerabat dekat dan para tokoh masyarakat
Quraisy seperti Abu Bakar as-Siddiq sebagai sahabat beliau yang paling tulus. Orang yang
pertama kali masuk Islam adalah Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar as-
Siddiq, Utsman bin ‘Affan, az-Zubair bin al-‘Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin
Auf, dan Thalhah bin ‘Ubaidillah. Kemudian diikuti oleh para tokoh Quraisy seperti ‘Ubaidah bin
al-Jarrah, al-Arqam bin Abu al-Arqam,[17] dan lain-lain. Perjuangan dakwah ini dilakukan
secara rahasia yang berpusat di rumah al-Arqam bin Abu al-Arqam. Dakwah yang bersifat
individu ini berjalan selama lebih kurang tiga tahun, kemudian turunlah perintah kepada Nabi
saw., untuk menyampaikan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan, dan menentang
kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala mereka.
Tatkala turun perintah dakwah dari Allah subhanahu wa ta’ala secara terang-terangan dan
melawan kemusyrikan, sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 94-95:
ِ ْ‫َفاصْ دَعْ ِبمَا ُت ْؤ َم ُر َوأَعْ ِرض‬
)95-94 :‫ إِ َّنا َك َف ْي َنكَ ْالمُسْ َته ِْز ِء ْينَ (الحجر‬. َ‫عَن ْال ُم ْش ِر ِك ْين‬
Artinya:  Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu
daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu). (Q.S. al-Hijr: 94-95)
dan tatkala turun ayat:
)214 :‫َو أَ ْنذِرْ عَشِ ْيرَ َتكَ األَ ْقرَ ِب ْينَ (الشعراء‬
Artinya: Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. (Q.S. asy-Syu’ara’: 214)
Rasulullah naik ke atas bukit Shafa, lalu menyeru kepada kabilah-kabilah Quraisy. Kemudian
tak berapa lama mereka pun berkumpul. Lalu Beliau berkata, “Bagaimana menurut pendapat
kalian kalau aku beritahukan bahwa ada segerombolan pasukan kuda di lembah sana yang
ingin menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?” Mereka menjawab, “Ya, kamu
tidak pernah tahu dari dirimu selain kejujuran.” Beliau berkata, “Sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan kepada kalian akan azab yang amat pedih.” Abu Lahab menanggapi,
“Celakalah engkau sepanjang hari! Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?”
ٍ ‫َّت يَدَ آ أَ ِبي لَ َه‬
Maka ketika itu turun ayat: َّ‫ب َو َتب‬ ْ ‫“ َتب‬Celakalah kedua tangan Abu Lahab” (Q.S. Al-Lahab:
1). Yakni benar-benar merugi lagi gagal, amal perbuatan dan usahanya pun tersesat.[18]
Rasulullah melakukan dakwah Islam secara terang-terangan di tempat-tempat berkumpul dan
bertemunya kaum musyrikin. Beliau membacakan Kitabullah dan menyampaikan ajakan yang
selalu disampaikan oleh para rasul terdahulu kepada kaum mereka, “Wahai kaumku! Sembalah
Allah. Kalian tidak memiliki Tuhan selainNya”. Dan beliau juga memamerkan praktik ibadahnya
kepada Allah, melakukannya di halaman Ka’bah pada siang hari dan disaksikan oleh khalayak
ramai. Dakwah yang beliau lakukan tersebut mendapat sambutan baik dari mereka sehingga
banyak di antara mereka yang masuk ke dalam agama Islam.
Manakala musim haji telah datang yang dilakukan Rasulullah adalah membututi jama’ah-
jama’ah yang datang hingga sampai ke tempat-tempat mereka, di pasar ‘Ukazh,
Majinnah, dan Dzul Majaz. Beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah, sedangkan Abu
Lahab selalu membututi dan memotong setiap ajakan beliau dengan berbalik mengatakan
kepada mereka “Jangan kalian patuhi dia karena dia adalah seorang pembawa agama baru lagi
pendusta”. Dan kenyataannya, justru dari musim itulah perihal Rasulullah menjadi pusat
perhatian delegasi Arab dan namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri Arab.
Seiring banyaknya orang yang membenarkan ajakan Beliau, seiring dengan itu kebencian para
pembesar Quraisy yang enggan menerima dakwah Rasul juga semakin membara. Sehingga
begitu banyak celaan, cobaan, dan siksaan yang diterima oleh Nabi dan orang Islam saat itu. Di
antaranya Ammar bin Yasir dan kedua orang tuanya pernah diseret oleh orang-orang Quraisy
ke al-Abthah untuk disiksa. Bahkan kedua orang tuanya ditikam oleh Abu Jahal dengan lembih
hingga menjadi syahid. Di antara kaum muslimin yang sangat berat siksaannya adalah Bilal, dia
adalah seorang budak Habsyi yang digambarkan oleh Rasulullah sebagai buah pertama dari
kaum Habsyi. Selain itu, yang juga menerima siksaan yang berat ialah Khabbab bin al-Arut.
Siksa yang menimpa kaum muslimin ketika itu tidak hanya dirasakan oleh kaum laki-laki, juga
kaum perempuan. Alkisah Labinah, seorang budak perempuan kepunyaan Bani Mu’min yaitu
Hay Bani ‘Addi bin Ka’b) masuk Islam, kemudian Labinah dibeli oleh Abu Bakar as-Shiddiq dan
memerdekakannya. [19]
b. Dakwah di luar kota Makkah
1) Kaum muslimin Hijrah ke Habsyi
Pada awal tahun 615 M[20] kaum muslimin hijrah ke Habsyi. Penganiayaan dan intimidasi
orang-orang Quraisy merupakan ujian yang hebat bagi Nabi Muhammad dan pengikut-
pengikutnya. Salah satu langkah antisipatif penyelamatan, Nabi Muhammad telah
memerintahkan untuk berhijrah ke Habasyah[21] (Habsyi) yang waktu itu dipimpin oleh Najasyi,
seorang yang beragama Nasrani.[22] Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki-laki dan empat
orang wanita, dikepalai oleh Utsman bin Affan.[23]
Pada tahun yang sama, tepatnya di bulan Syawwal rombongan ini kembali ke Makkah, karena
berita dusta tentang peristiwa Gharaniq, bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam.
Ternyata berita tersebut berbanding terbalik, sehingga setelah di Mekkah kaum Quraisy
semakin menjadi-jadi melakukan penyiksaan terhadap kaum muslimin. Oleh karena itu,
Rasulullah kembali memerintahkan kaum muslimin untuk kembali ke Habasyah (Habsyi).
Rombongan yang kedua ini terdiri dari 83 laki-laki dan 18 atau 19 perempuan.[24]
2) Hijrah ke Tha’if
Pada bulan Syawwal tahun ke-10 kenabian atau tepatnya pada penghujung bulan Mei atau
awal Juni tahun 619 M Rasulullah pergi menuju kota Thaif yang letaknya sekitar 60 mil dari kota
Makkah.[25] Dengan harapan semoga Allah memberikan petunjuk kepada penduduknya untuk
memeluk agama Islam. Pada kenyataannya penduduk Tha’if justru menolak beliau dengan
penolakan yang lebih buruk. Mereka menuntut beberapa mukjizat tertentu darinya seperti
mereka meminta agar beliau dapat membelah bulan menjadi dua, lalu beliau memohonkan
kepada Allah agar memperlihatkan kepada mereka. Namun, mereka tetap pada kekafirannya.
3. Isra’ Mi’raj
Isra’ yaitu Rasulullah diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho yaitu Baitul Maqdis
setelah menyebarkan Islam di Mekkah kepada orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilahnya.
[26] Mi’raj yaitu perjalanan Rasulullah dari Baitul Maqdis naik ke langit ke tujuh.[27]
Malam itu Beliau dimi’rajkan dari Baitul Maqdis menuju langit dunia. Di sana beliau melihat
Adam, bapak manusia. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit kedua, di sana beliau melihat
Nabi Yahya alaihissalam dan Isa alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ketiga, di
sana beliau melihat nabi Yusuf alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit keempat, di
sana beliau melihat Nabi Idris alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit kelima, di
sana beliau melihat Nabi Harun alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit keenam, di
sana beliau melihat Nabi Musa alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ketujuh, di
sana beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim alaihissalam. Kemudian beliau naik ke Sidratul
Muntaha, lalu al-Bait al-Ma’mur dinaikkan untuknya. Kemudian beliau dimi’rajkan lagi menuju
Allah yang Maha Agung lagi Mahaperkasa. Kemudian Dia mewahyukan kepada hamba-Nya
mewajibkan 50 waktu shalat. Kemudian Beliau kembali hingga melewati Nabi
Musa alaihissalam. Musa lalu bertanya kepada beliau, ‘Apa yang diperintahkan kepadamu?’
Beliau menjawab, ’50 waktu shalat’. Dia berkata, ‘Umatmu pasti tidak sanggup melakukan itu,
kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.’ Lalu Jibril membawa
beliau kembali naik ke hadapan Allah. Lalu Allah menguranginya menjadi 10 waktu shalat.
Kemudian ketika melewati Nabi Musa, dan beliau memberitahukan hal tersebut kepadanya. Dia
berkata, ‘Kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan!’ Beliau terus mondar-
mandir antara Nabi Musa dan Allah hingga akhirnya Allah menjadikannya 5 waktu shalat.[28]
4. Bai’at al-‘Aqabah
Pada musim haji sesudah perang Bu’ats, berangkatlah serombongan orang-orang Khazraj
menuju Makkah untuk berhaji. Sesampainya di Makkah mereka ditemui Rasulullah di ‘Aqabah
dan pada saat itu pula mereka mendengar dakwah beliau lalu menerimanya. Ketika tiba musim
haji tahun berikutnya, datanglah ke Makkah dua belas orang penduduk Yatsrib untuk menemui
Rasulullah di ‘Aqabah. Kemudian pada malam harinya mereka melakukan bai’at tanda setia
kepada beliau yang disebut dengan Bai’at an-Nisa’ atau Bai’at al-Aqabah al-Ula.[29]
Pada tahun 622 M terjadi sumpah setia kedua (Bai’at al-‘Aqabah al-Tsaniyah) yang berisikan
pernyataan bahwa mereka tidak hanya menerima Muhammad sebagai nabi dan menjauhi
perbuatan dosa, akan tetapi juga sanggup berperang membela Tuhan dan rasul-Nya.[30] Selain
itu, mereka mengharapkan Nabi Muhammad hijrah ke Yatsrib, karena mereka sangat
membutuhkan seseorang yang akan menjadi pemimpin mereka dan menyelesaikan sengketa
antara suku Aus dan suku Khazraj yang telah terjadi bertahun-tahun.

1. Hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam


Melihat pesatnya dakwah Islam di Yatsrib dan masuknya suku Aus dan Khazraj, maka Nabi
saw. memerintahkan umatnya untuk berhijrah ke kota itu secara perorangan atau kelompok
kecil agar tidak diketahui oleh orang-orang Quraisy.[31] Sedangkan Nabi sendiri menyusul dan
sampai di sana pada 24 September 622,[32] yang ditemani oleh Abu Bakar as-Shiddiq.
2. Membangun masyarakat Islam
Selama 13 tahun Nabi saw. telah menegakkan tauhid di Mekkah dengan penuh tantangan dan
siksaan dari kaum kafir Quraisy. Selama itu belum terbentuk komunitas Islam karena jumlah
yang sedikit dan penuh tekanan musuh. Maka ketika Nabi hijrah ke Madinah, barulah terbentuk
masyarakat Islam.
Usaha Nabi saw. dalam membangun masyarakat Islam di Madinah yaitu:
a. Membentuk pemerintahan
Nabi Muhammad saw. di samping sebagai rasul, beliau diangkat oleh suku Auz dan Khazraj
sebagai pemimpin. Usaha yang dilakukan Nabi untuk mengatur umat Islam di Madinah
membentuk konstitusi yang disebut dengan Piagam Madinah, yang berisi 47 pasal diantaranya
5 poin yang terpenting yaitu:
1) Bahwa komunitas ini mempunyai kepentingan agama dan politik
2) Kemerdekaan beragama terjamin bagi semua komunitas
3) Seluruh penduduk Madinah memiliki toleransi moril dan materil serta menangkal agresi yang
ditujukan kepada Madinah
4) Rasulullah adalah pemimpin tertinggi penduduk Madinah
5) Penetapan dasar politik, ekonomi, dan sosial bagi setiap komunitas.
b. Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan
Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka kemudian membagikan
rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta mereka. Rasulullah telah
menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan
yang berdasarkan kabilah.[33]
c. Dakwah
Rasulullah mendirikan mesjid sebagai tempat penyelenggaraan ibadah dan pendidikan agama,
juga menjadi pusat pertemuan umat Islam untuk bermusyawarah.
d. Militer
Nabi Muhammad saw. membentuk pasukan perang yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum
Anshar, karena sering terjadi peperangan.
e. Ekonomi dan Sumber Keuangan Negara
Rasulullah saw. memperhatikan dan mengatur perdagangan dan transaksi sesuai dengan
norma-norma yang dianjurkan. Seperti bersikap adil, kesaksian yang jujur, dan tidak melakukan
praktik riba. Tentang pengolahan pertanian beliau menyerahkan kepada masyarakat Madinah,
karena mereka lebih ahli daripada orang-orang Mekkah.
3. Masa Peperangan
a. Perang Badar al-Kubra
Perang ini terjadi di Badar, 144,5 km sebelah barat daya Madinah pada bulan Ramadhan.
[34] Besar kekuatan umat Islam sebanyak 313 orang laki-laki, sementara dari kaum kafir
Quraisy berjumlah sekitar 1000 orang. Berkat pertolongan Allah kemudian dengan perjuangan
umat Islam yang dipimpin oleh Nabi saw., umat Islam mampu memukul mundur pasukan kafir
Quraisy.
b. Perang Uhud
Perang ini terjadi tahun 625 M[35] pada pertengahan bulan Sya’ban pada tahun kedua Hijriyah.
Perang ini disebabkan oleh perasaan dendam kaum kafir Quraisy yang meluap karna
kekalahannya pada perang Badar. Dalam perang ini kaum muslimin mengalami kekalahan dan
tidak luput Rasulullah pun terluka dan gigi serinya tanggal.
c. Perang Ahzab (Khandaq)
Perang ini terjadi pada tahun kelima Hijriyah, disebabkan oleh rasa dendam orang-orang kafir
Quraisy masih tersisa dan mereka mengira bahwa Nabi Muhammad telah kalah dan tersingkir
karena perang Uhud. Perang ini dinamakan khandaq karena usulan dari Salman al-Farisi untuk
menggali parit. Sebelumnya, kaum muslimin dibaikot sehingga mengalami kelaparan. Saking
laparnya Rasulullah dan kaum muslimin sampai mereka meletakkan batu pada perut.
d. Perang Khaibar
Terjadi pada bulan Muharram tahun ketujuh Hijriyah, yang disebabkan oleh orang-orang
Khaibar yang menjadi sarang makar, pusat konspirasi, tempat memprovokasi, sumber
keonaran, dan pemicu api peperangan. Mereka menghasut bani Quraizhah melakukan
pengkhianatan dan bersekutu dengan kaum Zindiq.
e. Fathul Mekkah
Perang ini terjadi pada tahun kedelapan Hijriyah yang disebabkan karena pelanggaran kaum
kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah saw. mengingatkan para sahabat
bahwa Abu Sufyan akan datang ke Madinah untuk memperkuat perdamaian dan
memperpanjang masanya.[36] Dalam peristiwa ini terjadi penaklukan besar-besaran yang
dengannya Allah memuliakan agama, Rasul, tentara, dan kelompoknya yang terpercaya.
Dengannya terselamatkanlah tanah suci dan rumah-Nya yang dia jadikan sebagai petunjukbagi
alam semesta dari cengkeraman orang-orang kafir dan musyrik.[37]
4. Wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Pada tanggal 28 atau 29 bulan Safar tahun 11 Hijriyah Rasulullah saw. menghadiri penguburan
jenazah seorang sahabat di Baqi’. Ketika kembali, di tengah perjalanan beliau merasakan
pusing dan panas mulai merambat disekujur tubuh. Nabi shalat bersama para sahabat dalam
keadaan sakit selama 11 hari, sedangkan jumlah hari sakit beliau adalah 13 atau 14 hari.
[38] Rasulullah saw. wafat pada saat waktu Dhuha sedang panas-panasnya, yaitu pada hari
senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah, umur beliau saat itu telah mencapai 63 tahun lebih
empat hari.
Rasulullah saw. hidup tiga tahun lamanya setelah memakan kambing yang telah diracuni di
Khaibar sampai beliau jatuh sakit yang mengantarkan kepada kematian. [39] Dari Aisyah r.a.,
dia berkata: Nabi saw bersabda pada saat sakitnya yang mengantarkan beliau pada
kematian, “Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakitnya makanan yang telah aaku makan di Khaibar.
Maka inilah saatnya aku merasakan aortaku mulai berhenti disebabkan racun tersebut”.” (H.R.
Bukhari)
\
Tugas Agama
Periodesasi Rasulullah

Nama : Wahyu Helmy P.


No. Urut : 34
Kelas : X MIPA 2
1. Masa Kecil Nabi Muhammad SAW
      Muhammad menjadi anak yatim karena ayahnya, Abdullah, meninggal dunia sebelum beliau lahir.
Kelahiran Muhammad sangat menggembirakan kakeknya, Abdul Muthalib bin Hasyim yang langsung
membawanya ke Kakbah. Bayi itu dinamainya dengan nama yang tidak lazim pada waktu itu di kalangan
masyarakat Arab, yaitu Muhammad atau Ahmad. Muhammad tidaklah disusukan oleh ibunya, tetapi
diserahkan kepadaperempuan dusun. Hal itu telah menjadi kebiasaan bangsa Quraisy. Ia disusukan pada
Halimatus Sa’diyah (Halimah). Di dusun Halimahlah, Muhammad dibesarkan bersama anak-anaknya.
Seperti halnya saudara-saudara sesusunya Muhammad turut menggembala domba. Kira-kira empat tahun
lamanya, ia dalam asuhan Halimah.
     Ketika sedang berjalan-jalan dengan ibu angkatnya, ia bertemu dengan orang-orang Yahudi. Mereka
terkejut demi mengetahui siapa namanya, lalu menanyakan siapa ayah bundanya. Untunglah dengan
petunjuk Allah, Halimah mengaku bahwa ia adalah anaknya sendiri dengan suaminya, hingga
hilanglah kecurigaan mereka kalau-kalau ia seorang yatim piatu, sebagai salah satu tanda dari nabi yang
terakhir. Karena banyaknya kejadian yang aneh tersebut, Halimah merasa cemas. Meskipun sangat
menyayangi anak angkatnya itu, namun ia terpaksa mengembalikan kepada ibunya, Aminah.
     Akan tetapi, hanya dua tahun Muhammad merasakan kasih sayang ibunya itu. Karena ketika ia
meningkat usia enam tahun, Aminah wafat. Aminah wafat di Abwa, suatu tempat antara kota Mekah dan
Madinah, setelah berziarah ke makam suaminya di Madinah. Aminah pun dimakamkan di sana.
Sepeninggal Aminah, Muhammad diasuh oleh Abdul Muthallib. Kakeknya ini amat sayang karena
tingkah lakunya yang baik dan sopan dalam pergaulan. Akan tetapi, baru dua tahun dalam asuhannya,
Abdul Muthallib wafat, yaitu ketika Muhammad meningkat usia delapan tahun. 2. Masa Remaja Nabi
Muhammad SAW
      Sebagian besar, orang berpendapat bahwa kehidupan masa remaja adalah saat-saat yang
paling indah dan mengasyikkan. Pada masa ini, penuh dengan hal-hal yang menggairahkan. Hal
ini biasanya diperoleh dengan dukungan berbagai aspek, mulai dari kasih sayang orang tua dan
keluarga, tersedianya fasilitas sebagai pendukung berkembangnya aktivitas, dan adanya
perhatian dari lawan jenis. Kondisi seperti itu tidak pernah dirasakan secara leluasa
oleh Muhammad. Beliau merasa masa-masa indah itu hanya milik orang lain.
Sebelum Abdul Muthallib meninggal dunia, beliau berwasiat agar sepeninggalnya, Muhammad
hendaklah dipelihara dan diasuh oleh Abu Talib, yaitu kakak dari Abdullah.
     Keberadaan Abu Talib bin Abdul Muthallib tidaklah berlebihan sehingga hal ini turut
memberikan corak kehidupan yang dijalani Muhammad sehari-hari. Selain tidak sempat
mengecap pendidikan yang memadai, beliau juga harus menikmati kehidupan sederhana.
Kegiatan sehari-harinya menggembala biribiri dan sering mengikuti kafilah berdagang ke
berbagai kota. Dalam usia 12 tahun, beliau telah berani mengiringi serombongan kafilah untuk
berdagang.
     Dalam perjalanan melewati Bushra, mereka bertemu dengan seorang pendeta Nasrani
bernama Bahaira. Berdasarkan riwayat yang didengarnya dari Abu Talib, pendeta itu merasa
yakin bahwa anak inilah yang akan menjadi Nabi akhir zaman sebagai apa yang dijanjikan di
dalam kitab-kitab suci. Abu Talib disarankan untuk segera pulang dan menjaga anaknya baik-
baik, terutama dari kejahatan orang Yahudi. Abu Talib segera pulang setelah mengetahui
bahwa keponakannya itu akan menjadi orang penting di kemudian hari.
     Muhammad remaja terkenal sebagai seorang anak muda yang berbudi, ramah tamah, dan
banyak mempunyai teman. Teman-teman menyegani dan mempercayainya hingga
menggelarinya Al-Amin, artinya yang jujur atau yang benar. Ia tidak suka minum khamar atau
tuak, bermain judi, dan lain-lain yang menjadi kegemaran orang-orang Quraisy. Apalagi
menyembah dan memuja berhala serta mengikuti kepercayaan bangsa Arab. Sebaliknya, ia suka
menolong dan membantu orang-orang yang dalam kesusahan, misalnya fakir miskin yang butuh
makanan dan musafir-musafiryang tersesat dalam perjalanan.
 
3. Masa Dewasa Nabi Muhammad SAW
     Setelah dewasa, Muhammad mencari penghidupannya dengan berniaga. Modalnya diperoleh
dari Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya yang menaruh kepercayaan kepadanya.
Dalam usia 24 tahun, ia pergi berdagang ke Syria dengan ditemani oleh bujang Khadijah,
Maisara. Perdagangannya itu memperoleh keuntungan besar. Dalam perniagaan, mereka bertemu
dengan seorang pendeta Kristen bernama Jurjis, yang meramalkan kenabian Muhammad.
Dipesankannya kepada Maisara agar menjaga tuannya dengan hati-hati, terutama
terhadap golongan Yahudi.
     Hubungan dagang yang baik antara Muhammad dan Khadijah ini, begitu pula laporan
perjalanannya ke Syria dan pertemuannya dengan Jurjis, menyebabkan Khadijah menaruh minat
kepada Muhammad. Hal itu mendapat sambutan selayaknya dan akhirnya mereka pun menikah.
Usia Muhammad ketika itu 25 tahun, sedangkan Khadijah telah berusia 40 tahun.
     Sewaktu Muhammad berusia 35 tahun, terjadi perselisihan di antara orang-orang Quraisy.
Ketika memperbaiki Kakbah dan hendak meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula, mereka
berebutan hendak melaksanakannya. Masing-masing suku menganggap bahwa sukunyalah yang
lebih berhak. Perselisihan ini hampir saja berlarut-larut dan hampir menimbulkan, perang
saudara. Untunglah atas usul dari seorang pemuka, Muhammaddiangkat sebagai hakim. Dengan
bijaksana, Muhammad pun berhasil mengatasi kesulitan itu. Dihamparkannya sorbannya,
kemudian ditaruhnya Hajar Aswad di atasnya, lalu kepala suku masing-masing memegang
pinggirnya. Kemudian, secara bersama batu itu diangkat dan akhirnya ditaruh oleh Muhammad
ke tempat semula. Demikianlah sengketa itu dapat diatasi, dan kepercayaan Quraisy kepada
Muhammad pun kian bertambah besar.
1. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah 

. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah


Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya
masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah
diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya
beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu
mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang
termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula
sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan
kaum Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17
Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira,
waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo
meter sebelah utara kota Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya
Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah
Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam
dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula
Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah
menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13
tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa
Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada
periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya
adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat
yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut
sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk
Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah
SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari
kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq
(sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu
kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞    Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞    Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞    Utsman bin Affan
۞    Zubair bin Awam
۞    Sa’ad bin Abu Waqqas
۞    Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang
namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi
awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah
turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara
terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:

1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima
agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk
Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu
Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada
dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.

Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam
dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan
Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian,
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota
Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara
lain:
۞    Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞    Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞    Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama
tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang
kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih
banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi
pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul
Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi
dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan
para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-
sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran
persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan
tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan
perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan
sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa
ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan
agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah
Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
۞    Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-
Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum
kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞    Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di
antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan
melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan
melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW
menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang
wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu
memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada
tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di
Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin
Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya.
Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat.
Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni(tahun
duka cita).

2. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Medinah

Pada abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di Mekah, bangsa Quraisy
dengan segala upaya berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal
ini dibuktikan dengan pemboikotan terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib
(keluarga besar Muhammad SAW.). beberapa pemboikotan tersebut antara
lain :
a. Memutuskan hubungan perkawinan.
b. Memutuskan hubungan jual beli.
c. Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi.
d. Tidak ada tolong menolong.
Pemboikotan itu tertulis di atas selembar sahitah atau plakat yang
digantungkan di Kakbah dan tidak akan dicabut sebelum Muhammad SAW.
Menghentikan gerakannya. Selama tiga tahun lamanya Bani Hasyim dan
Bani Muthalib menderita kemiskinan akibat pemboikotan itu. Banyak
pengikut Rasulullah yang menyingkir ke luar kota Mekah untuk
mempertahankan hidup untuk menyelamatkan diriUjian bagi Rasulullah
SAW. Juga bertambah berat dengan wafatnyadua orang yang sangat
dicintainya, yaitu pamannya, Abu Thalib dalam usia 87 tahun dan istrinya,
yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut yang terjadi pada tahun ke-10 dari masa
kenabian (620 M) dalam sejarah disebut Amul Huzni (tahun kesedihan atau
tahun duka cita).
Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orang Quraisy makin berani
dan leluasa mengganggu dan menghalangi Rasulullah SAW. Mereka berani
melempar kotoran ke punggung Nabi, bahkan Beliau hampir meninggal
karena ada orang yang hendak mencekiknya. Nabi Muhammad SAW.
Merasakan bahwa dakwah di Mekah tidak lagi sesuai sebagai pusat dakwah
Islam. Oleh karena itu, Beliau bersama Zaid bin Haritsah pergi hijrah ke
Thaif untuk berdakwah. Ajaran Rasulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan
mereka pun mengusir, menyoraki dan mengejar Rasulullah sambil di lempari
dengan batu. Saat itu Rasulullah SAW. Sempat berlindung di bawah kebun
anggur di kebun Utba dan Syaiba (anak Rabia). Meski demikian terluka,
Rasulullah SAW. tetap sabar dan berlapang dada serta ikhlas. Kesulitan dan
hambatan yang terus-menerus menimpa Muhammad SAW. Dan pengikutnya
dihadapi dengan sabar dan tawakal.
Saat mengahadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah
berada pada puncaknya, Rasulullah SAW. di perintahkan oleh Allah SWT
untuk menjalani Isra dan Mi’raj dari Mekah menuju ke Baitul Maqdis di
Palestina, dan selanjutnya naik ke langit hingga ke Sidratul Muntaha (QS Al-
Isra/17:1). Kejadian Isra dan Mi’raj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-
11 dari kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah Swt. Dari peristiwa isra dan mi’raj antar lain sebagai berikut.
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Yang tidak
pernah diberikan Allah SWT. Kepada manusia dan nabi-nabi sebelumnya.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau sebagai rasul
untuk terus menyerukan agama Allah SWT kepada seluruh umat manusia.
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana mereka beriman dan
percaya kepada kejadian yang menakjubkan itu yang hanya ditempuh dalam
waktu semalam. Peristiwa ini dijadikan olok-olok oleh kaum Quraisy dan
menuduh Nabi Muhammad SAW. Sudah gila. Meski demikian, ada orang
yang beriman atau percaya terhadap kejadian ini, yaitu Abu Bakar sehingga
nama Beliau ditambahkan dengan gelar As Sidik.
B. Hijrah Nabi Muhammad SAW. Ke Yastrib (Madinah)
Faktor yang menorong hijrahnya Nabi SAW
1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena:
1. pada tahun 621 M telah datang 13 orang penduduk Yatsrib menemui
Nabi Muhammad SAW di bukit Akabah.
2. pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib
ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Saat itu mereka
tampaknya datang untuk melakukan haji, tetapi sesungguhnya
kedatangan mereka adalah untuk menjumpai rasulullah SAW dan
mengundang mereka agar pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan
membela dan mempertahankan serta melindungi Rasulullah besert
para pengikut dan keluarganya seperti melindungi keluarga mereka
sendiri. Perjanjian ini disebut Perjanjian Aqabah II. Akhirnya,
Rasululah SAW menyuruhlah sahabat-sahabat Nabi pindah bersama.

2. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil


kesepakatannya diputuskan oleh pemuka-pemuka Quraisy di Darun Nadwah.
Mereka menyatakan bahwa :

1. Mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah


berkuasa di Yatsrib. Pasti Muhammad akan menyerang kafilah-kafilah
dagang Quraisy yang pulang pergi ke Syam. Hal itu akan
mengakibatkan kerugian bagi perniagaan mereka.
2. Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib. Dengan
cara setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh
sehingga apabila Rasulullah SAW terbunuh, keluarganya tidak akan
mampu membela diri di hadapan seluruh suku Quraisy, kemudian
mengepung rumah Nabi SAW dan akan membunuhnya di saat fajar,
yakni ketika Rasulullah SAW akan melaksanakan sholat Subuh.

Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan para pemuda


Qurasy terkacoh. Karena yang tidur adalah Ali bin Abi Thalib bukan Rsulullah
SAW. Rasulullah SAW sudah berangkat lebih awal dan sudah mengetahu
kejahatan itu sebelum para pemuda Quraisy datang. Mereka mengejar dan
menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi saw tetapi hasilnya nihil.
Kemudian Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri
pantai laut merah.
Tugas Agama
Periodesasi Rasulullah

Nama : Hernandez Akbar P.


No. Urut : 16
Kelas : X MIPA 2

Kelahiran Muhamad SAW


Nabi Muhammad saw lahir di Makkah pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun
Gajah dalam keadaan yatim.

Penamaan tahun Gajah berkaitan dengan peristiwa pasukan Gajah yang dipimpin oleh
Abrahah, Gubernur Yaman yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun sebelum sampai ke
kota Makkah, mereka diserang oleh pasukan burung yang membawa batu-batu kerikil
panas (lihat QS Al-Fil: 1-5).

Kelahiran Nabi Muhammad Saw bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi

Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di
antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini
dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di
Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di
dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan
makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas
kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin, tanggal
9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal
dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah,
gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah
untuk menghancurkan Ka’bah.  Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun
571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury
dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam
suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga
terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang
kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani
Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena
ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam
kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi
Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui
mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus
menerima atas kerasulan Muhammad SAW nanti.

Seperti dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku
berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang
membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan
menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap
yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu
saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.
 Masa Menyusui
Nabi Muhammad saw pertama kalinya disusui oleh ibunya Aminah dan Tsuwaibatul
Aslamiyah. Namun itu hanya beberapa hari. Selanjutnya beliau disusui oleh Halimah As-
Sa’diyah di perkampungan bani Sa’ad.

Nabi Muhammad saw tinggal bersama keluarga Halimah selama kurang lebih empat tahun.
Di akhir masa pengasuhan keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi Muhammad saw.

Masa Kanak-kanak Rosullallah


Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah,
budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun
diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang
mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada
Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-
hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia
lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab ibunya.

Sejumlah hadis menceritakan bahwa kehidupan Halimah dan keluarganya banyak


dianugrahi nasib baik terus-menerus ketika Muhammad SAW kecil hidup dibawah
asuhannya. Halimah menyayangi baginda rasul seperti menyayangi anak sendiri, penuh
kasih saying dan cinta, namun karena banyak kejadian yang luar biasa sehingga takut akan
terjadi hal-hal yang tidak baik sehingga dikembalikanlah Rasul SAW Kepada keluarga
beliau.

Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik bermain-main dengan
teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat ayah-ayah mereka pulang, namun
Rasulullah pulang dengan tangisan menemui ibunda beliau, seraya berkata wahai ibunda
mana ayah? ibunda beliau terharu tampa jawaban yang pasti, sehingga dalam
ketidakmampuan atas jawaban tersebut, hingga suatu ketika ibunda beliau mengajak
baginda Nabi SAW pergi kekota tempat ayah beliau dimakamkan.

Sekembalinya dari pencarian Makan suami tercinta ibu Rasul tercinta jatuh sakit dan
meninggal dalam perjalanan pulang, dengan duka cita yang mendalam dan pulang
bersama seorang pembantu nabi.
Sekembalinya pulang sebagai anak yatim piatu maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul
muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknyapun yang berumur 82 tahun, juga
meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, nabi ada di bawah tanggung jawab
pamannya abi thalib.

PadaUsia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurannya, nabi memelihara


kambing di mekkah dan mengembalakan di bukit dan lembah sekitarnya. Pekerjaan
pengembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai orang yang bijaksana dan
perenung seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau memperhatikan segerombolan
domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda kekuatan gaib yang tersebar di
sekelilingnya.

 Masa Remaja
Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW menyertai
pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat kemudian beliau berjumpa
dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat disebutkan bernama Bahira.
Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya dikenal
luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad SAW tidak banyak diketahui.

Muhammad SAW, besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang
dilaluinya penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Dengan kelembutan,
kehalusan budi dan kejujuran beliau maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada
beliau dengan Al-Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.

Pada usia 30 tahunan, Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan bijaksanya beliau,
Nabi SAW mampu mendamaikan perselisihan kecil yang muncul di tengah-tengah suku
Quraisy yang sedang melakukan renovasi Ka’bah.

Mereka mempersoalkan siapa yang paling berhak menempatkan posisi Hajar Aswad di
Ka’bah.

Beliau membagi tugas kepada mereka dengan teknik dan strategi yang sangat adil dan
melegakan hati mereka

Pernikahan Nabi Muhammad Saw


Pada masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan dari
hasil usahanya  . Pada usia yang ke-25 tahun, Muhammad saw menikah dengan Khadijah
binti Khuwailid, seorang janda kaya berusia 40 tahun. Pernikahan ini diawali dengan
lamaran Khadijah kepada Muhammad saw setelah melihat dan mendengar kelebihan-
kelebihan dan akhlaknya. Kerasulan Muhammad SAW
 Awal Kerasulan
 Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa memisahkan diri dari
pergaulan masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua Hira, beberapa kilometer di
Utara Mekah..
Di  gua tersebut, nabi mula-mula hanya berjam-jam saja, kemudian berhari-hari bertafakur.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama
dari Allah melalui Malaikat Jibril.

Pada saat beliau tidur dan terbangun dengan tiba-tiba pada malam itu di gua bernama Hira,
dalam ketakutan yang luar biasa, seluruh tubuhnya, seluruh diri bathinnya, dicengkeram
oleh sebuah kekuatan yang sangat besar, seolah-olah seorang malaikat telah
mencengkeram beliau dalam pelukan yang menakutkan yang seakan mencabut kehidupan
dan napas darinya. Ketika beliau berbaring di sana, remuk redam, beliau mendengar
perintah, “Bacalah!” beliau tidak dapat melakukan ini beliau bukan penyair terdidik, bukan
peramal, bukan penyair dengan seribu kalimat yang tersusun dengan baik yang siap dibibir
beliau. Ketika itu beliau protes bahwa beliau adalah buta huruf, malaikat itu merangkulnya
lagi dengan kekuatan yang begitu rupa, hingga turunlah ayat yang pertama yaitu ayat 1
sampai 5 dalam surat Al-‘Alaq :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.


2. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah,
3. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,
4. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dia merasa ketakutan karena belum pernah mendengar dan mengalaminya. Dengan
turunnya wahyu yang pertama itu, berarti Muhammad SAW telah dipilih Allah sebagai nabi.
Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu
agama.

Peristiwa turunnya wahyu itu menandakan telah diangkatnya Muhammad SAW sebagai
seorang nabi penerima wahyu di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian
dikenal sebagai “Malam Penuh Keagungan” (Laylah al-qadar), dan menurut sebagian
riwayat terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu pertama turun, yang
menandai masa awal kenabian, berlangsung masa kekosongan, atau masa jeda (fatrah).
Ketika hati Muhammad SAW diliputi kegelisahan yang sangat dan merasakan beban emosi
yang menghimpit, dia pulang ke rumah dengan perasaan waswas, dan meminta istrinya
untuk menyelimutinya. Saat itulah turun wahyu yang kedua yang berbunyi :

  “Wahai kau yang berselimut! Bangkit dan berilah peringatan!!


Dan seterusnya, yaitu surat al-Muddatstsir: 1-7. Wahyu yang telah, dan kemudian turun
sepanjang hidup Muhammad SAW, muncul dalam bentuk suara-suara yang berbeda-beda.
Tapi pada periode akhir kenabiannya, wahyu surah-surah Madaniyah turun dalam satu
suara.

1. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah 

. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah


Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab
waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul
terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah
berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah
SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan
Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan
bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13
tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap
berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril
untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya
ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-
Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran
Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-
622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak
4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan
Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah
sebagai berikut:
a.  Keesaan Allah SWT
b.  Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d.  Persaudaraan dan Persatuan

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan
kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini
kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai
berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam,
orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya.
Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah:
Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib
(saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat
Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman
(pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan
dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞    Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞    Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞    Utsman bin Affan
۞    Zubair bin Awam
۞    Sa’ad bin Abu Waqqas
۞    Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya
sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya
wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu
tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan
mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang
kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka
adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.

Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari
kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin
Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar
bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah
mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞    Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞    Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞    Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620
M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M,
sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu
Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun
ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan
pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain
itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum
Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:

1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran
persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup
berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan,
sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati
yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur
dan azab neraka.
3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama
dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah
SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
۞    Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah,
dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar
batas perikemanusiaan.
۞    Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka
dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di
saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap
berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW
menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk
berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan.
Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah
normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun,
dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu,
dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat.
Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun
wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni(tahun duka cita).
.  Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode
Makkah, pada periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan
duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala Negara.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni
dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah
SAW, tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran
Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam
yang terkandung dalam 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapun ajaran Islam
periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang
yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar. Juga orang-orang yang
belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota
Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh
umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:
Yang Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam
(umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di
Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah
SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam
bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-
ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman
dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauan dan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia
masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga
berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir
Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah
Al-Hajj ayat 39 dan Al-Baqarah ayat 190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya
menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat
dihindarkan lagi.
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya
mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka
itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39).
Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah, 2:190
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu
tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan perang, tetapi
bertujuan untuk:
 Membela diri dan kehormatan umat Islam.
 Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.
 Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan
Romawi.
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara yang
merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan
memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga
keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan
mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk
menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa
Romawi dan Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga
terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu diantaranya perang Mut’ah,
perang Tabuk, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian Hudaibiyah, perang
Hunain.
C.  Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Madinah
Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
adalah:
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini
kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah  itu
harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah
An-Nahl ayat 125.
 Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16: 125)
 Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan petunjuk Allah
SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104.  
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104)
 Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk
memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-pokok
pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah SAW, juga hendaknya meneladani
strategi Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat Islam atau masyarakat madani di
Madinah. Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran
Islam pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun
tayyibatun wa rabbun ghafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan
makmur di bawah naungan ridha Allah SWT dan ampunan-Nya.
Tugas Agama
Periodesasi Rasulullah

Nama : Muhammad Dito M.


No. Urut : 23
Kelas : X MIPA 2
Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan pada hari Senin, malam
12 Rabiul Awwal di Makkah bertepatan dengan awal Tahun Gajah.

Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran Nabi Isa As adalah 571
tahun, antara Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As adalah 1716 tahun, antara
Nabi Musa As dan Nabi Ibrahim As adalah 545 tahun, antara Nabi Ibrahim As dan air
bah yang terjadi pada masa Nabi Nuh As adalah 1080 tahun, antara air bah Nabi Nuh
As dan Nabi Adam As adalah 2242 tahun. Sehingga jarak antara kelahiran Nabi
Muhammad Saw dan Nabi Adam As adalah 6155 tahun, berdasarkan riwayat yang
masyhur dari para ahli sejarah.

Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena ayahnya
Abdullah wafat di Madinah dua bulan sebelum Beliau lahir. Pada waktu itu ayahnya
sedang berdagang di Syam dan singgah di Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat
di rumah pamannya dari bani Najjar.

Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.

Masa Persusuan Nabi Muhammad SAW


Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menitipkan penyusuan anak-
anak mereka kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak tersebut di
kemudian hari mempunyai tubuh yang kuat dan omongan yang fasih.

Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Muthalib menyerahkan cucunya


Muhammad Saw kepada Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah salah seorang perempuan
dari Bani Sa’ad untuk menyusui Beliau.

Pada saat itu, Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang melanda daerah
tempat tinggal mereka. Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan
menetap di sana untuk disusui, lambat laun tanah di sekitar kediaman Halimah kembali
subur.

Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah sering terjadi hal-hal luar biasa
pada diri Nabi Muhammad Saw termasuk peristiwa “pembelahan dada”. Setelah
disapih, Nabi Muhammad pun dikembalikan kepada ibundanya Aminah. Saat itu,
Rasulullah Saw baru berusia lima tahun.

Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw


Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke Madinah
untuk menemui paman-pamannya di sana. Namun ketika baru sampai ke desa Abwa,
yakni suatu desa yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah, Ibunya, Aminah
meninggal dunia. Maka beliau Saw diasuh oleh Ummu Aiman dibawah tanggungan
kakek beliau Abdul Muthalib, dan ini berlangsung selama dua tahun.

Wafatnya Kakek Nabi Muhammad Saw


Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau meninggal dunia,
maka beliau selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib. Abu Thalib ini adalah
seorang yang dermawan namun kehidupannya fakir yang tak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.

Perjalanan Pertama Nabi Muhammad Saw ke Syam


Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau dibawa berniaga oleh
pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang
pertama. Para kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu
dengan seorang pendeta Yahudi bernama Buhaira dan ada pula yang mengatakan
pendeta Nasrani.

Pendeta ini memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan
berkata kepada Abu Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan
kedudukan yang tinggi, maka jagalah dia baik-baik.” Kemudian pulanglah Abu Thalib
bersama Nabi Muhammad Saw ke Mekkah.

Berperan Dalam Perang Fijar


Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di
suatu tempat antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan
oleh kelompok dimana beliau SAW berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu
perdamaian diantara dua kelompok yang berperang itu.

Perjalanan Kedua Nabi Muhammad Saw ke Syam


Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk
kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid,
seorang wanita ternama dan kaya yang dipercayakan kepada Beliau.

Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang
bernama Maisaroh. Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengan rahib bernama
Nasthur, dan ia pun memahami adanya keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi
Muhammad Saw sebagaimana yang pernah dilihat oleh Buhaira.

Nabi Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah


Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya. Setelah itu Nabi Muhammad Saw
pindah ke rumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari kehidupannya, umur
Khadijah pada waktu itu 40 tahun.

Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib, yang
semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab, Ruqayyah,
Ummu Kultsum dan Fatimah.

Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka menikah
dengan Abil Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin
abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab.

Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan.
Adapun yang termuda yaitu Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.

Partisipasi Nabi Muhammad Saw Dalam Perbaikan Ka’bah


Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk beribadah
dan menauhidkan-Nya. Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As
setelah berhasil menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya sekaligus
kuil tempat pemujaannya.

Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang
melemahkan dinding dan fondasinya. Banjir besar menggoyahkan bangunan Ka’bah
beberapa tahun sebelum nubuwwah.

Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut memanggul batu di
atas pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang sahih,
peristiwa itu terjadi ketika Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun.

Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah
pelik yang menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit. Tak kunjung ada keputusan
siapa yang paling berhak untuk mendapatkan kehormatan mengembalikan Hajar
Aswad di tempat semula.

Nabi Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian. Beliau
memutuskan untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing
kabilah memilih memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan
mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw
mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di tempatnya, maka bereslah persoalannya.

Pengangkatan Muhammad Saw Sebagai Nabi dan Rasul


Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya
sebagai Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana
sebelumnya beliau menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua
Hira disebelah atas Jabal Nur. Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan
kepada beliau adalah adanya mimpi yang benar.

Turunnya Wahyu Pertama


Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama dibawa
oleh Jibril yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah yang berbunyi :

َ ‫ا ْق َر ْأ َو َرب‬  – ‫ان مِنْ َعلَ ٍق‬


‫الَّذِي َعلَّ َم ِب ْال َق َل ِم‬  –  ‫ُّك اأْل َ ْك َر ُم‬ َ ‫ا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َر ِّب‬ 
َ ‫ َخلَ َق اإْل ِن َس‬  – ‫ك الَّذِي َخلَ َق‬

Yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4)

Adalah Waraqah bin Nauval anak paman Khadijah binti Khuwailid, seorang yang
masyhur di Makkah karena keluasan ilmunya dalam hal ihwal agama-agama samawi.

Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, Khadijah pergi
menemuinya dan memberitahukan kepadanya tentang peristiwa tersebut. Waraqah
berkata: “Demi Tuhan yang nyawa Waraqah berada ditangan-Nya, jika engakau
percaya hai Khadijah, telah datang malaikat agung yang pernah datang kepada Musa
dan sesungguhnya ia (Nabi Muhammad Saw) adalah nabi dari umat ini.”

Dakwah Secara Rahasia


Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar
bin Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri beliau, Khadijah dan dari kalangan
anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib, dimana Ali belum pernah melakukan sujud sama
sekali terhadap suatu patung, sehingga dengan demikian kepada beliau diberi
tambahan (sesudah menyebut namanya) dengan sebutan Karramallahu Wajhah (Allah
telah memuliakan pribadinya).

Perintah Dakwah Secara Terang-terangan


Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara
terang-terangan, dengan firmanNya,

َ ‫َفاصْ دَعْ ِب َما ُت ْؤ َم ُر َوأَعْ ِرضْ َع ِن ْال ُم ْش ِرك‬


‫ِين‬

Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)

Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau
melakukan dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan
perbuatan syirik dan kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada
yang kafir.

Nabi Muhammad Saw Disakiti Oleh Kaumnya


Nabi Muhammad Saw pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain beliau
dilempari dengan batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya. Namun beliau
senantiasa bersikap sabar dan sabar, sehingga akhirnya yang hak mengalahkan yang
batil, karena sebenarnya yang batil itu akan kalah dan hancur.

Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah


Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
berhijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy
selalu melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak
ada kaum kerabat yang akan menolong dan menghalang-halangi tindakan kaum
Quraisy tersebut.

Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah
hijrah pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah 80 orang
sahabat. Mereka kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah berdiam di sana
selama tiga bulan.

Hijrah Kedua ke Negeri Habasyah


Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim
serta Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syi’ib.
Maka pada kesempatan ini kalangan Quraisy memboikot dengan memutus jalur suplai
makanan dan kegiatan berniaga di pasar kepada mereka, kecuali apabila mereka
menyerahkan Nabi Muhammad Saw kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh.

Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantungkan di Kabah.
Maka Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan
hijrah ke Habasyah, yakni hijrah untuk kedua kalinya.

Penghentian Boikot
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak
menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan
dedaunan. Kemudian orang-orang Quraisy  menghentikan pemboikotan, sedang
lembaran kulit yang berisi pengumuman biokot itu telah dimakan rayap.

Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu
terjadi pada 10 tahun kenabian.

Tahun Kesedihan (‘Amul Huzni)


Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua bulan
kemudian wafat pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan
puluh tujuh tahun.

Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan
Quraisy semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah
mereka usahakan dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka
peroleh ketika Abu Thalib masih hidup.

Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di
sana selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah
beliau di sana tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan
suatu penolakan dan tindakan yang buruk. Mereka melakukan pelemparan batu kepada
beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan menyebabkan luka-luka di kepalanya.
Setelah dakwah di sana gagal, beliau kembali lagi ke Mekkah.

Isra dan Mi’raj


Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan
Rasulullah Saw di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di
Baitul Maqdis di Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah.
Al-Qur’an telah menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah Swt :
‫إِ َّن ُه ه َُو ال َّسمِي ُع‬ ۚ ‫ار ْك َنا َح ْولَ ُه لِ ُن ِر َي ُه مِنْ آ َيا ِت َنا‬ َ ‫ان الَّذِي أَسْ َر ٰى ِب َع ْب ِد ِ„ه لَ ْياًل م َِّن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام إِلَى ْال َمسْ ِج ِد اأْل َ ْق‬
َ ‫صى الَّذِي َب‬ َ ‫ُسب َْح‬
‫ْالبَصِ ي ُر‬

Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)

Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam tinggi dan di sana
diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.

Tersebarnya Islam di Madinah
Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk
melakukan dakwah memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian mereka
ada yang beriman dan sebagian ada yang tetap kafir.

Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk Madinah, yang antara
lain karena telah tersebarnya Islam di sana.

Pada tahun 12 kenabian, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah
SAW. Diantaranya sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan
kemudian mereka semua beriman. Dan dari yang dua belas orang ini, lima orang
diantaranya adalah dari kelompok mereka yang enam orang yang telah beriman
sebelumnya.

Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun, tidak melakukan pencurian dan tidak akan melakukan
perbuatan zina, kemudian mereka kembali ke Madinah. Mereka di sana dengan
pertolongan Allah mendakwahkan Islam kepada penduduk Madinah.

Pada tahun 13 kenabian, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki
dan dua perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya
serta melakukan baiat dihadapan Nabi sebagai baiat yang kedua.

Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan perantaraan mereka maka
tersebarlah Islam diantara penduduk Madinah secara luas.

Hijrah ke Madinah
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah
keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk
melakukan hijrah ke Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu
Bakar juga melakukan hijrah dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua
sampai ke Gua Tsur.

Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur


Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,

َ ِ‫إِ ْذ َيقُو ُل ل‬
‫صاح ِِب ِه اَل َتحْ َزنْ إِنَّ اللَّـ َه َم َع َنا‬

Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita’.” (At-Taubah, 40)

Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar
meletakan kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu
Bakar melihat suatu lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk
menutupi lubang tersebut, khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang menyakiti
Nabi.

Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam
lubang itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak
menggerakkan kakinya, dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar
berjatuhan mengenai pipi Rasulullah SAW.

Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia
menjawab bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan
tangan beliau di tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan
pertolongan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai