Hingga Wafat
28 April 2016
Bagikan
Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin
Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar
bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan
dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminah binti Wahab bin
Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan
ibu bertemu pada kakek beliau, Kilab.
Nabi Muhammad SAW, dilahirkan pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal, Tahun Gajah,
yakni tahun datangnya pasukan gajah (dipimpin oleh Raja Abrahah dari Yaman) ke Mekkah
dengan maksud untuk menghancurkan Ka’bah. Namun Allah SWT menghalangi maksud mereka
itu dengan menghancur leburkan seluruh pasukan gajah tersebut.
Beliau SAW disusukan oleh Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah dan selama beliau disusukan
olehnya, berlimpahan keberkahan diturunkan Allah SWT kepada keluarga Halimah dan itu
berlangsung selama empat tahun.
Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke Madinah untuk
menemui paman-pamannya di sana. Namun ketika baru sampai ke desa Abwa, yakni suatu desa
yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah, Ibunya, Aminah meninggal dunia. Maka beliau
SAW diasuh oleh Ummu Aiman dibawah tanggungan kakek beliau Abdul Muthalib, dan ini
berlangsung selama dua tahun.
Terkait
Sejarah Majelis Dakwah Walisongo di Indonesia 22 November 2016
3 Sikap Agar Kamu Sukses Nikah Muda 27 April 2016
Silsilah Keluarga Nabi Muhammad SAW : Ayah, Ibu, Paman, Bibi, Ibu Susuan, Istri dan
Anak 9 April 2016
Pada tahun kesembilan, beliau dibawa berniaga oleh pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan
ini merupakan perjalanan beliau yang pertama. Para kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota
Basrah dan di sana bertemu dengan seorang pendeta bernama Buhaira.
Pendeta ini memberitahukan kepada mereka akan munculnya seorang nabi pada zaman ini dari
kalangan orang Arab. Informasi ini termaktub dalam kitab-kitab suci mereka, dan mereka
mengatakan hingga saat ini, nabi tersebut belum muncul.
Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di suatu tempat
antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok dimana
beliau SAW berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua
kelompok yang berperang itu.
Pada tahun ini, beliau SAW pergi ke Negeri Syam untuk kedua kalinya, dengan membawa
dagangan milik Khadijah binti Khuwailid. Khadijah memperkerjakan beliau, setelah mendengar
tentang kejujuran beliau dan dapat dipercaya, sehingga oleh kaumnya beliau diberi gelar Al Amin
(yang dapat dipercaya).
Setelah berselang dua bulan sekembalinya beliau dari negeri Syam, beliau menikah dengan Siti
Khadijah r.a.
Pada tahun ini beliau SAW menyaksikan dibangunnya kembali Ka’bah, setelah sebelumnya
Ka’bah ini hancur oleh banjir bandang dan juga pernah terbakar. Rasulullah beserta pamannya,
Abbas termasuk diantara orang yang ikut serta membangun Ka’bah ini, dimana beliau bersama-
sama yang lain, ikut mengangkut batu-batu dipundaknya.
Pada waktu masyarakat Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak untuk meletakan Hajar
Aswad pada tempatnya semula, Rasulullah bertindak sebagai Hakim atau arbitrer yang
memberikan keputusan yang adil. Dan masyarakat Quraisy rela dengan keputusan beliau itu.
Pada tahun keempat puluh, Allah SWt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya sebagai
Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana sebelumnya beliau
menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal Nur.
Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya mimpi
yang benar.
Yang pertama kali turun kepada beliau, yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman
Allah yang berbunyi :
Yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4)
Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar bin
Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri beliau, Khadijah dan dari kalangan anak-anak
adalah Ali bin Abi Thalib, dimana Ali belum pernah melukan sujud sama sekali terhadap suatu
patung, sehingga dengan demikian kepada beliau diberi tambahan (sesudah menyebut namanya)
dengan sebutan Karramallahu Wajhah (Allah telah memuliakan pribadinya).
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terang-
terangan, dengan firmanNya,
Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)
Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau melakukan
dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan perbuatan syirik dan
kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir.
Rasulullah SAW pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain beliau dilempari dengan
batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya. Namun beliau senantiasa bersikap sabar dan sabar,
sehingga akhirnya yang hak mengalahkan yang batil, karena sebenarnya yang batil itu akan kalah
dan hancur.
Pada tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berhijrah ke
negeri Habasyah, setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu melakukan tindakan-tindakan
yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada kaum kerabat yang akan menolong dan
menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy tersebut.
Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah hijrah
pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah sepuluh orang laki-laki dan
lima orang perempuan. Mereka kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah berdiam di sana
selama tiga bulan.
Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim serta Bani
Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syi’b. Maka pada kesempatan
ini kalangan Quraisy memutus jalur suplai makanan dan kegiatan berniaga di pasar kepada
mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan Muhammad kepada kalangan Quraisy untuk
dibunuh.
Dan pada tahun ini juga, Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan
hijrah ke Habasyah, yakni hijrah untuk kedua kalinya. Jumlah sahabat yang ikut hijrah kali ini
sebanyak delapan puluh tiga laki-laki dan delapan perempuan.
Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Rasulullah SAW wafat dan dua bulan kemudian wafat pula
paman Rasulullah SAW, Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh tahun.
Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Rasulullah SAW dari kalangan Quraisy
semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka usahakan
dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu Thalib
masih hidup.
Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di sana
selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di sana
tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan
tindakan yang buruk. Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai
kepala beliau dan menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau
kembali ke Mekkah.
Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah
SAW di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di Baitul Maqdis
di Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-Qur’an telah
menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah SWT :
ار ْكنَا َح ْولَهُ ِلنُ ِريَهُ ِم ْن آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ ه َُو الس َِّمي ُع َ س ْب َحانَ الَّذِي أَس َْر ٰى بِعَ ْب ِد ِه لَي اًْل ِِّمنَ ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام إِلَى ْال َم ْس ِج ِد ْاْل َ ْق
َ َصى الَّذِي ب ُ
يرُ صِ َالبْ
Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga kea lam tinggi dan di sana
diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.
Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk melakukan
dakwah memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian mereka ada yang beriman dan
sebagian ada yang tetap kafir.
Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk Madinah, yang antara lain karena
telah tersebarnya Islam di sana.
Pada tahun ini, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah SAW. Diantaranya
sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan kemudian mereka semua
beriman. Dan dari yang dua belas orang ini, lima orang diantaranya adalah dari kelompok
mereka yang enam orang yang telah beriman sebelumnya.
Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu apapun, tidak melakukan pencurian dan tidak akan melakukan perbuatan zina, kemudian
mereka kembali ke Madinah. Mereka di sana dengan pertolongan Allah mendakwahkan Islam
kepada penduduk Madinah.
Tahun Ketiga Belas Kenabian
Pada tahun ini juga, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki dan dua
perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya serta melakukan
baiat dihadapan Nabi sebagai baiat yang kedua.
Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan perantaraan mereka maka
tersebarlah Islam diantara penduduk Madinah secara luas.
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah keras dari
kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke
Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah
dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,
Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita’.” (At-Taubah, 40)
Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar meletakan
kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu Bakar melihat suatu
lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk menutupi lubang tersebut,
khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang menyakiti Nabi.
Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam lubang
itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak menggerakkan kakinya,
dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan mengenai pipi Rasulullah
SAW.
Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia menjawab
bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan tangan beliau di
tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan pertolongan Allah SWT.
Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk jalan datang
menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan. Maka kemudian mereka
bertiga pergi berjalan menuju kota Madinah.
Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabi’ul Awwal. Itulah tanggal
hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal penanggalan Islam yang
dimulai dari bulan Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah beliau
ke Madinah.
Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh Allah SWT diberikan
sifat sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari semenjak pertama hari
dibangunnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan Rasulullah SAW
melakukan shalat di dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang sahabatnya.
Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa Bani Salim bin
‘Auf, beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah. Di sana para kaum Anshar
menyambut beliau dengan suka cita penuh kegembiraan, setaya mengelilingi beliau, sementara
para wanita dan anak-anak keluar dari rumah mereka ingin menemui beliau seraya
mendendangkan nasyid :
Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib
bersyukur kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang diutus kepada
kami, Kau datang membawa perintah yang harus ditaati.”
Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang mulia. Beliau secara
pribadi ikut serta membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan kepada kaum muslimin
untuk cinta bekerja dan beramal.
Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai suatu cara dan saran untuk memanggil kaum
muslimin untuk berkumpul, di kala telah masuk waktu shalat.
Disyariatkannya Berperang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk
agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher orang. Tugas
yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk beriman,
sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam, disebabkan
hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang mempertahankan diri
atas tindakan mereka.
Tahun Kedua Hijrah
Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak diantara kota Mekkah dan
kota Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari pegunungan Juhainah, dan
perang Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan Dzil Marwah, yang kesemua itu
semata-mata untuk menghambat perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk membinasakannya.
Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah Baitul Maqdis
di Palestina, kini ke arah Ka’bah yang ada di Mekkah. Juga pada tahun ini, diwajibkannya puasa
Ramadhan, dimana Rasulullah SAW sebelumnya berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.
Pada tahun kedua hijrah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk mengeluarkan zakat bagi
orang-orang kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang fakir dan miskin dan
golongan-golongan lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an,
Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Allah dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah, 60)
Pada tahun ini juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika Rasulullah SAW keluar kota
Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313 personil. Ketika kaum kafir Quraisy
mengetahui hal tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukannya yang berjumlah 1000
personil.
Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran antara keduanya, dan
Allah SWT dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan mendatangkan para
malaikat yang ikut bertempur bersama mereka.
Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat dikalahkan, mereka lari
dengan meinggalkan korban mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang dan tertawan sebanyak
70 orang juga. Firman Allah SWT,
َص َر ُك ُم اللَّـهُ بِبَد ٍْر َوأَنت ُ ْم أَ ِذلَّةٌ ۚفَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرون
َ ََولَقَدْ ن
Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika
itu) orang-orang yang lemah.” (Ali Imran, 123)
Pada tahun ini pula disyari’atkannya Shalat Hari Raya, yang hikmahnya tak diragukan lagi
banyaknya, bagi orang yang berakal. Seorang Imam memimpin dan melaksanakan Shalat Hari
Raya ini sebanyak dua raka’at bersama-sama kaum muslimin.
Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT meridhoi
keduanya. Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15 tahun. Juga di tahun itu
Rasulullah SAW menikahi Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq, semoga Allah meridhoi keduanya
dan menjadikan surga tempat tinggalnya.
Pada tahun ini terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang terdiri dari pasukan
berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat menuju kota Madinah untuk
melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para bangsawan mereka di peperangan Badar.
Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena pada perang
ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW. Jumlah pasukan Islam yang terbunuh
secara syahid sebanyak 70 lebih personil diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan
selebihnya dari kaum Anshar. Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak
23 orang.
Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan menikah dengan Ummi
Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh karena
itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain (yang mempunyai dua cahaya). Pada tahun ini
juga Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.
Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya yang
demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT berfirman,
Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi meninggalkan kota
Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW telah diadakan suatu perjanjian,
dimana diantara kedua belah pihak harus saling memelihara dan menjaga keamanan masing-
masing dan tidak saling mengkhianati terhadap perjanjian itu. Namun pihak Yahudi berkhianat
terhadap Rasul dan berusaha membunuh beliau, karena terbujuk oleh rayuan syaithan.
Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah SAW dari
Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka tetap tidak mau pergi.
Maka kaum muslimin mengepung mereka dan melakukan pemboikotan terhadap mereka serta
memaksa mereka untuk pergi meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka pergi.
Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan diturunkannya wahyu
tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mempelajari tulisan orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang
Yahudi, dan membacakan kepada beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun ini
pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.
Pada tahun ini terjadi perang Khandaq, dimana orang Musyrik dan orang-orang Yahudi
bergabung untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah mereka sebanyak 10.000 orang yang
dipimpin oleh Abu Sufyan, dan mereka mengepung kota Madinah serta mengadakan penekanan-
penekanan ketat kepada kaum Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.
Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar sama sekali dari kota Madinah,
tetapi atas saran Salman Al-Farisi beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit,
sebagai bentuk strategi untuk menghindari serbuan mereka.
Selama dalam pengepungan terhadap kaum Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah SWT untuk
kehancuran musuh, beliau mengucapkan doa, yang artinya,
”Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan yang cepat perhitunganNya, hancurkanlah
kaum sekutu (musyrik dan yahudi). Ya Allah hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya, dan
porak-porandakan mereka.”
Doa Nabi SAW didengan Allah SWT, Tuhan mengirim angin putting beliung yang memporak-
porandakan pasukan sekutu, dan mereka lari pontang panting meninggalkan kota Madinah pada
malam itu juga.
Perintah Memakai Hijab
Pada tahun ini juga, diberlakukannya ketentuan memakai hijab terhadap para istri Nabi SAW
dengan diturunkannya ayat hijab. Allah SWT berfirman,
ْ َ ب ۚ ٰذَ ِل ُك ْم أ
ط َه ُر ِلقُلُوبِ ُك ْم َوقُلُوبِ ِه َّن ِ سأ َ ْلت ُ ُموه َُّن َمتَاعاا فَا ْسأَلُوه َُّن ِمن َو َر
ٍ اء ِح َجا َ َوإِذَا
Yang artinya,
”Dan apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari
belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab, 53)
Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, “Seseorang laki-laki tidak dibenarkan duduk-duduk
berdua dengan seseorang perempuan di tempat yang sunyi kecuali bersama muhrimnya.”
Pada tahun kelima hijrah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu mengadakan
perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,
س ِب ا
يًل َ ع ِإلَ ْي ِه ِ اس ِح ُّج ْالبَ ْي
َ َت َم ِن ا ْست
َ طا ِ ََّو ِللَّـ ِه َعلَى الن
Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)
Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang terpenting dan paling esensi
adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang melaksanakan ibadah haji ini. Dengan
perbedaan kulit, etnis dan bahasa, dan Negara, berkumpul di satu tempat dalam rangka
memperbaharui janji ikatan ukhuwah islamiyyah dan tekad kesetian untuk menegakkan kalimah
Allah di muka bumi.
Pada tahun ini telah terjadi Shulhul Hudaibiyah (perjanjian damai hudaibiyah). Rasulullah SAW
bersama-sama kaum Muslimin sebanyak 1400 orang pergi meninggalkan kota Madinah menuju
Mekkah untuk melaksanakan ibadah Umroh. Mereka tidak membawa senjata, hanya
perlengkapan untuk bepergian sebagai musafir.
Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang kafir
Quraisy dan mereka dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram. Setelah
diadakan perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai meliputi lima hal,
yaitu :
Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang) antara kedua belah pihak selama
sepuluh tahun.
Saling memelihara keamanan masing-masing antara kedua belah pihak.
Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan untuk Umrah
pada tahun ini.
Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada dari mereka
yang datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam. Tidak ada kewajiban bagi kaum
Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada Rasulullah SAW orang yang dating ke pihak
mereka dari Madinah.
Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke kelompoknya. Dan
barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga dipersilahkan masuk ke kelompoknya.
Satu-satunya rasul Allah yang diutus untuk semua ras dan golongan adalah nabi Muhammad
saw. Karena itu ajarannya sangat universal; tidak hanya tentang ibadah dan keakhiratan, namun
juga urusan-urusan diniawi yang mencakup semua sisi kehidupan manusia, mulai dari masalah
makan hingga urusan kenegaraan. Namun demikian, masih banyak orang yang buta terhadap
pribadi dan kehidupan beliau. Akibatnya, mereka terhalang untuk melihat dan merasakan
kebenaran yang dibawanya.
Ahmad : yang paling terpuji karena akhlak karimahnya, dan paling banyak memuji Allah.
Al-Mahi ( pengikis/penghapus) : karena Allah mengikis kekufuran dengan mengutusnya,
Al-Hasyir (penghimpun) : sebab nanti di hari kiamat seluruh manusia berhimpun di
hadapan beliau, ada yang mengatakan di bawah perintah beliau.
Al-'Aqib (penutup) : karena beliaulah nabi dan rasul penutup.
Muqaffi (yang mengikuti) : maksudnya mengikuti dan melanjutkan jejak risalah para
nabi.
Nabiyyuttaubah (nabi taubat) : meski beliau sudah ma'shum dalam artian bersih dari
dosa, namun beliau banyak bertaubat. Dalam satu riwayat beliau bertaubat hingga 70 kali
sehari, dan dalam riwayat lain hingga 100 kali.
Nabiyyurrahmah (nabi ramhat) : beliau adalah seorang nabi yang penuh kasih hatta dalam
peperangan pun, diutusnya beliau ke bumi ini adalah sebagai rahmat bagi semesta alam.
Nama-nama tersebut berdasarkan penuturan beliau sendiri. Dan kita tahu bahwa setiap sabda
beliau adalah berdasarkan wahyu. Jadi bisa disimpulkan bahwa yang memberi nama/gelar
tersebut adalah Allah Swt.
Imam Bukhari menambahkan di dalam Kitab Tarikh al-Kabir: Adnan bin Udud bin Al-Maqum
bin Nahur bin Tarh bin Ya’rab bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim. Menurut para pakar –
sebagaimana yang disebutkan oleh sejarawan Syekh Abdurrahman bin Yahya Al-Yamany –
antara Adnan dan Ismail ada sekitar 40 kakek.
Penamaan tahun Gajah berkaitan dengan peristiwa pasukan Gajah yang dipimpin oleh Abrahah,
Gubernur Yaman yang ingin menghancurkan Ka’bah. Namun sebelum sampai ke kota Makkah,
mereka diserang oleh pasukan burung yang membawa batu-batu kerikil panas (lihat QS Al-Fil:
1-5).
Kelahiran Nabi Muhammad Saw bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi.
4. Masa Menyusui
Nabi Muhammad saw pertama kalinya disusui oleh ibunya Aminah dan Tsuwaibatul Aslamiyah.
Namun itu hanya beberapa hari. Selanjutnya beliau disusui oleh Halimah As-Sa’diyah di
perkampungan bani Sa’ad.
Nabi Muhammad saw tinggal bersama keluarga Halimah selama kurang lebih empat tahun. Di
akhir masa pengasuhan keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad menikahi mereka semua setelah Khadijah meninggal dunia. Dan mereka
semua beliau nikahi dalam keadaan janda, kecuali Aisyah ra.
Jika dilihat dari faktor tiap pernikahan beliau, semuanya mempunyai hubungan yang kuat dengan
dakwah dan ajaran Islam yang dibawanya.
Setelah menerima wahyu tersebut, Muhammad saw pulang menemui Khadijah dan
mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dirinya. Khadijah menenangkan: "Bergembiralah!
Demi Allah, Dia tidak akan pernah menyia-nyiakanmu. Demi Allah, engkau ini menghubungkan
shilaturrahim (hubungan kerabat), berkata jujur, menanggung beban orang lemah, membantu
orang yang tidak punya, memuliakan tamu, menolong orang-orang yang ditimpa bencana."
Khadijah lalu mempertemukannya dengan anak pamannya Waraqah bin Naufal, seorang pendeta
Nasrani. Setelah menjelaskan peristiwa yang baru dialaminya di gua Hira, Waraqah menjelaskan
bahwa yang datang kepada Muhammad saw itu adalah malaikat yang pernah datang kepada nabi
Musa As.
"Andai kata aku masih hidup dan kuat di saat engkau diusir oleh kaummu" kata Waraqah.
"Apakah mereka akan mengusirku?" Tanya Muhammad Saw. "Ya…," jawabnya. (lihat HR
Bukhari dan Muslim).
- "Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka
dizhalimi." (Al-Hajj: 39).
- "Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas,
sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas" (QS. Al-Baqarah: 190).
Dalam hal ini ada aturan-aturan perang, antara lain: Jangan membunuh anak-anak, orang tua,
orang yang menyerah, pendeta dan petugas rumah ibadah yang tidak menyerang, hewan tanpa
tujuan maslahat, jangan membunuh dengan cara yang sadis dan berlebihan (Tafsir Ibnu Katsir).
Dari sini jelas bahwa peperangan nabi Muhammad saw adalah sebagai upaya pembelaan
terhadap hak, bukan wasilah untuk islamisasi apalagi balas dendam. Adapun jumlah peperangan
yang diikutinya ada sebanyak 27 kali.
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa Uqbah bin Abu Mu’ith pernah
mencampakkan kotoran onta kepada Rasulullah Muhammad saw sementara beliau dalam
keadaan sujud. Beliau terus sujud hingga putrinya Fathimah datang membuangnya.
Perlakuan kasar kaum Quraisy semakin bertambah setelah pamannya Abu Thalib dan isterinya
Khadijah meninggal dunia pada tahun 10 kerasulan. Karenanya beliau hijrah ke wilayah Thaif.
Namun ternyata disini juga beliau tidak diterima, malah penduduk setempat menyuruh anak-
anaknya untuk melemparinya dengan batu.
Dan bagaimana pun juga kasarnya perlakuan dan azab dari kaum musyrik penduduk Makkah
kepadanya dan ummat pengikutnya, tapi itu tak membuatnya dendam kepada mereka di saat
pembebasan Makkah pada tahun 8 H. Malah beliau saw memberikan amnesti besar-besaran
kepada penduduk Makkah.
diberi kemenangan dengan rasa takut (yang ditimpakan kepada musuh-musuhku) dalam
jarak satu bulan perjalanan,
bumi dijadikan tempat shalat dan suci untukku, maka siapa pun di antara ummatku yang
mendapatkan waktu shalat hendaklah dia melakukannya,
dihalalkan untukku harta ghanimah dan itu tidak dihalalkan kepada orang sebelum saya
diberi syafa’at
dahulu nabi diutus hanya kepada kaumnya, tetapi saya diutus kepada seluruh manusia."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Keistimewaan lainnya disebutkan di dalam riwayat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:
"Saya adalah pemimpin anak-anak Adam pada hari kiamat nanti, saya orang pertama yang
dibangkitkan dari kubur, dan saya orang pertama yang diberi syafaat (oleh Allah) dan orang
pertama yang memberi syafaat (kepada ummat manusia)." (HR. Muslim).
* Referensi :
- A’rif Nabiyyaka Saw, Qism Ilmiy, Dar Al-Wathan, Riyadh
- Al-Mu’in ar-Raiq min Sirah Khairi al-Khalaiq, Prof. Dr. Sa’id M. Shaleh Shawabi, Risywan
Kairo, 2008.
- Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Pena, Jakarta, 2002
- Sirah Nabawiyah, Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah
- Subul al-Huda wa ar-Rasyad, Maktabah Syamilah
- Tafsir Ibnu Katsir
- Raudhatul Anwar, Shafiurrahman Al-Mubarkafury, Pustaka Raja Fahd, Riyadh 1427 H
- Uyun al-Atsar, Maktabah Syamilah