Anda di halaman 1dari 55

Kisah Nabi Muhammad

Akhlak Nabi Dalam Peperangan


admin · January 22, 2015
7 26 28.6k 149

Mungkin orang-orang yang membaca artikel ini akan sedikit tercengang, apa benar dalam
peperangan itu ada kasih sayang?
Terkejut dan kaget itu wajar saja karena kita telah melihat peperangan secara umum yang terjadi
di belahan dunia ini. Berbeda dengan peperangan Islam, perang dalam Islam bukanlah suatu
ekspresi liar yang bertujuan merendahkan orang lain. Namun perang dalam Islam adalah
peperangan dengan bimbingan ilahi bukan untuk menindas yang lemah dan menampilkan
superioritas. Perjalanan kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bukti yang
nyata atas praktik tersebut. Beliau mempraktikkan aturan-aturan perang dalam Islam tanpa
berlebihan juga tidak menyepelekan. Apa yang beliau praktikkan dalam peperangan
menunjukkan ketinggian dan kemuliaan akhlak secara umum. Kasih sayang yang begitu has,
hingga menyentuh semua sisi kehidupan.

Demikian juga dalam perang, praktik akhlak yang mulia dalam kondisi ini bukanlah
pengecualian. Sehingga amat dikenal peperangan dalam Islam itu adalah praktik akhlak yang
sempurna.

Ketika membaca beberapa peperangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik
perang yang langsung beliau pimpin atau beliau mengamanahi seorang sahabat untuk
memimpinnya, jelaslah ketinggian metode perang nabawi ini. Perang ini menunjukkan
kedalaman iman. Menunjukkan mulianya generasi awal yang mengikuti beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dan benar-benar terwarisi dalam banyak kisah penaklukkan mereka di masa
al-Khalifah al-Rasyidun.

Menjaga Darah

Umumnya pasukan yang menang atau lebih superior, mereka menolak untuk diajak
memberhentikan peperangan. Karena mereka memiliki kesempatan untuk mengalahkan musuh,
lalu menguasai daerah mereka. Dan kita lihat, negara atau kaum yang lemah biasanya mereka
mengajukan perjanjian damai. Bagi mereka yang kuat, ekspansi pun akan terus berlanjut. Bukan
saja nyawa yang hilang, akan tetapi malapetaka penjajahan dilakukan.

Kondisi demikian tidak pernah terjadi sekalipun di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menjadikan perang sebagai solusi utama.
Hal itu beliau tempuh sebagai alternatif terakhir karena untuk membela diri atau karena orang-
orang yang memerangi beliau tidak mengetahui tentang Islam. Jika mereka tahu akan Islam,
niscaya mereka akan memeluk Islam bahkan membelanya. Karena itu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam peperanganya berkeinginan kuat untuk tidak menumpahkan darah
musuhnya. Dan beliau mempersiapkan hal itu dengan sebaik-baiknya. Sekiranya orang-orang
yang tidak mengenal Islam itu mempelajari Islam sebelum mereka mengambil sikap, niscaya
mereka tahu bahwa syariat Islam adalah syariat yang penuh kasih sayang.

Orang yang memeluk Islam saat perang berkecamuk, maka ia tidak boleh dibunuh.

Di antara ajaran Islam yang menunjukkan betapa Islam tidak ingin menumpahkan darah adalah
ketika ada seseorang dari pihak musuh yang memeluk Islam saat perang tengah berkecamuk,
maka ia tidak boleh dibunuh. Walaupun keislamannya itu meragukan (karena takut atau sudah
terdesak pen.).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah marah kepada Usamah bin Zaid radhiallahu
‘anhu karena ia membunuh seseorang yang memeluk Islam tatkala perang berkecamuk.
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengirim
suatu pasukan menghadapi kaum musyrikin. Ketika kedua pasukan tersebut bertemu, orang-
orang musyrik menyerang orang muslim, maka mereka sengaja menyerangnya. Adapun kaum
muslimin, menunggu mereka lalai. –Perawi hadits- mengatakan, “Kami mempertanyakan apa
yang dilakukan oleh Usamah bin Zaid. Ketika ia mengangkat pedangnya, orang musyrik yang
diperanginya mengucapkan laa ilaaha illallah. Namun Usamah tetap membunuhnya. Lalu
datanglah orang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya dan mengabarkan kepada
beliau tentang apa yang dilakukan Usamah.

Rasulullah memanggil Usamah dan bertanya, “Mengapa engkau lakukan itu?” Usamah
menjawab, “Wahai Rasulullah, dia telah menyakiti umat Islam dan telah membunuh fulan dan
fulan –Usamah menyebutkan beberapa nama-. Aku telah mengalahkannya. Ketika ia melihat
pedangku, barulah ia mengucapkan laa ilaaha illalla”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi, “Jadi engkau membunuhnya?!” “Iya.”


Jawab Usamah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apa yang akan engkau
pertanggung-jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat nanti?”

Usamah berkata, “Wahai Rasulullah, doakan ampunan untukku”. Rasulullah tetap mengatakan,
“Apa yang akan engkau pertanggung-jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari
kiamat nanti?” dan beliau terus-menerus mengulangi kalimat tersebut.” (HR. Muslim di Kitabul
Iman).

Inilah sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang memerangi beliau.
Beliau tetap bersikap adil. Padahal Usamah bin Zaid adalah termasuk orang kesayangan beliau.

Orang yang dibunuh Usamah ini bukanlah orang kafir biasa. Ia adalah seseorang yang telah
menyakiti dan membunuh beberapa orang dari umat Islam. Kemudian Usamah berhasil
mengalahkannya, saat ia mengangkat pedangnya untuk tebasan terakhir, orang tersebut
mengucapkan laa ilaaha illallah. Dalam keadaan demikian, pasti orang-orang akan mengatakan
apa yang Usamah katakan. Yaitu orang itu mengatakan kalimat laa ilaaha illallah sebagai taktik
melindungi diri agar tidak terbunuh. Jika tidak dalam keadaan terdesak, ia tidak akan
mengatakan kalimat tauhid tersebut. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
menerima alasan tersebut.

Sikap Rasulullah ini menunjukkan bahwa beliau ingin agar darah itu tidak tertumpah dan
memaafkan orang tersebut. Perhatikanlah! Adakah sikap ini dalam benak para pemimpin dunia
dari kalangan non muslim? Tentu tidak akan kita dapati. Sikap demikian hanya akan didapati
pada orang-orang yang berperang dengan niat seperti niat berperangnya Rasulullah dan para
sahabatnya; mengajak orang yang kafir menjadi beriman. Mengajak mereka ke surga dan
terhindar dari neraka. Inilah bentuk kasih sayang yang begitu indah untuk direnungkan.
Rasulullah Menerima Ajakan Perdamaian

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mensyaratkan musuh memeluk Islam, baru perang
dihentikan. Beliau menempuh cara apapun agar peperangan segera berhenti dan darah musuh
tidak tertumpah. Walaupun perdamaian diajukan musuh tatkala mereka benar-benar lemah dan
terdesak. Contohnya dalam peperangan berikut ini:

Perang Khaibar

Ketika kemenangan kaum muslimin telah tampak, orang-orang Yahudi Khaibar mengajukan
perjanjian damai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu apa yang dilakukan oleh
Rasulullah? Simak penuturan Imam Ibnu Katsir rahimahullah berikut ini:

“Ketika orang-orang Yahudi yakin mereka akan kalah, karena telah dikepung oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam selama 14 hari, mereka mengutus Ibnu Abi al-Huqaiq. Ia
mengadakan perjanjian damai dengan Rasulullah. Beliau sepakat untuk menghentikan
pertumpahan darah, namun mereka dikeluarkan dari Khaibar, dan menyerahkan harta benda dan
hewan tunggangan mereka kepda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali yang melekat
pada diri mereka yakni pakaian. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ش ْيئًا‬ ُ ‫َت ِم ْن ُك ْم ِذ َّمةُ هللاِ َو ِذ َّمةُ َر‬


َ ‫سو ِل ِه ِإ ْن َكت َْمت ُ ْم‬ ْ ‫و َب ِرئ‬

“Jaminan Allah dan Rasul-Nya terlepas dari kalian jika kalian menyembunyikan sesuatu.” (Sirah
Nabawiyah oleh Ibnu Katsir, 3: 367).

Yahudi Khaibar adalah mereka yang memiliki keinginan kuat dan mengerahkan segala
kemampuan untuk memerangi umat Islam. Hal itu telah mereka lakukan dua tahun sebelum
terjadi Perang Khaibar. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap menerima
permintaan damai mereka dan melindungi darah mereka.

Perang Bani Musthaliq

Pada Perang Bani Musthaliq, Allah Ta’ala memberi kemenangan untuk kaum muslimin. 100
rumah dari Bani Musthaliq berhasil dikuasai umat Islam. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak membunuh mereka. Beliau tidak menerapkan hukuman sebagaimana para
pemimpin di masa itu atau bahkan di masa sekarang lakukan. Bahkan Rasulullah membebaskan
mereka semua dan mendudukkan tokoh mereka, Jauriyah binti al-Harits radhiallahu ‘anha,
sebagai wanita yang mulia di hadapan kaum muslimin. Rasulullah menikahi Juwairiyah dan
menjadikannya salah seorang di antara ibu orang-orang yang beriman.

Pernikahan Rasulullah dengan tokoh Bani Musthaliq ini membuat para sahabat membebaskan
semua tawanan Bani Musthaliq. Mereka enggan menjadikan besan Rasulullah sebagai tawanan
perang.
Sejarah yang kita baca ini bukanlah perjalanan hidupnya malaikat. Ini adalah sejarah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman dengan Islam dan
mempraktikkannya dalam kehidupan mereka.

Apa yang kit abaca adalah bukti sebuah kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
sangat berupaya untuk tidak menumpahkan darah orang-orang yang memerangi beliau.
Bersamaan dengan kasih sayang itu, orang-orang tetap memerangi beliau

Read more https://kisahmuslim.com/4823-akhlak-nabi-dalam-peperangan.html


Kisah Nabi Muhammad

4 Alasan Mengapa Harus Membaca Sirah


Nabi
admin · October 6, 2015

7 31 56.4k 263
Banyak orang –di kalangan umat Islam- tertarik membaca biografi orang-orang terkenal dan
sukses. Mereka membacanya dengan tujuan meneladani dan berusaha meniru mereka agar bisa
menggapai kesuksesan serupa. Namun sayangnya, ketertarikan serupa tidak kita dapatkan pada
buku-buku biografi Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Sehingga sebagian besar umat ini, tidak mengenal
seseorang yang mereka sebut dalam syahadat mereka. Mereka tidak mengenal orang nomor satu
dalam agama yang mulia ini.
Mengapa Anda harus membaca sirah atau biografi Nabi ‫ ?ﷺ‬Setidaknya ada 4 alasan utama
mengapa kita harus membaca sirah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Berikut keempat alasan tersebut:

Pertama: Sirah Nabi ‫ ﷺ‬adalah sumber kedua dari syariat Islam.

Perlu kita tahu, sumber kedua dalam syariat Islam dapat kita pahami dengan baik ketika kita
telah mempelajari sirah Nabi. Ada beberapa hal yang menjadi sumber syariat Islam. Yang
pertama adalah Alquran. Dan yang kedua adalah sunnah Nabi ‫ﷺ‬. Sunnah sendiri berarti segala
perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi ‫ﷺ‬.

Maksud dari ketetapan di sini adalah perbuatan sahabat yang dipuji atau didiamkan dan tidak
ditegur Nabi ‫ ﷺ‬karena beliau menyepakatinya. Tentu hal ini sangat erat kaitannya dengan kajian
sirah Nabi. Sehingga, sumber kedua hukum Islam tidak akan dipahami secara utuh kecuali
dengan mempelajari sirah Nabi ‫ﷺ‬.

Setelah mengetahui tingginya kedudukan sunnah Nabi ‫ ﷺ‬dalam syariat Islam, dari sini pula kita
menyadari posisi kajian sirah Nabi ‫ ﷺ‬sebagai jalan untuk memahami sunnah. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

ِ َّ‫َوأ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَيْكَ ال ِذِّ ْك َر ِلتُبَ ِيِّنَ ِللن‬


َ‫اس َما نُ ِ ِّز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَعَلَّ ُه ْم يَتَ َف َّك ُرون‬

“Dan Kami turunkan kepadamu Alquran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS:An-Nahl | Ayat: 44).

Tanpa sirah dan tanpa sunnah, kita tidak akan mampu memahami Alquran.
Mempelajari sirah bukanlah semata-mata bacaan ringan atau hiburan, tapi mempelajari sirah
adalah mengkaji agama. Karena ia menjadi penunjang memahami sumber pokok dari syariat ini.
Dengan mempelajari sirah Nabi ‫ ﷺ‬dan memahaminya dengan baik kita dapat mempraktikkan
ubudiyah kepada Allah dengan cara benar.

Namun sayang, sebagian umat Islam ada yang meragukan periwayatan sunnah dan sirah Nabi ‫ﷺ‬.
Mereka mencukupkan diri dengan Alquran saja. Nabi ‫ ﷺ‬telah memperingatkan kita akan
kelompk ini. Sebagaimana sabda beliau ‫ﷺ‬:

‫ قَا َل‬،ُ‫َّللاُ َع ْنه‬


َّ ‫ي‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ب َر‬ َ ‫ َع ِن ْال ِم ْقدَ ِام ب ِْن َم ْعدِي ك َِر‬: ‫ أَال ِإ ِّنِي‬،ُ‫َاب َو ِمثْ َلهُ َم َعه‬ َ ‫ ” أَال ِإنِِّي أُوتِيتُ ْال ِكت‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
ُ‫ َو َما َو َجدْت ْم‬،ُ‫آن فَ َما َو َجدْت ُ ْم فِي ِه ِم ْن َحال ٍل فَأ َ ِحلُّوه‬ ُ ْ ُ َ ُ َ َ
ِ ‫ َعل ْيك ْم بِالق ْر‬:ُ‫ يَقول‬،‫ش ْبعَانُ َعلى أ ِري َكتِ ِه‬ َ ‫ أال يُو ِشكُ َر ُج ٌل‬،ُ‫أُوتِيتُ الق ْرآنَ َو ِمثلهُ َمعَه‬
َ َ ْ ُ ْ
ِ‫سبُع‬ َّ ‫ب ِمنَ ال‬ ٍ ‫ي ِ َوال ُك ِِّل ذِي نَا‬ ِ ‫ أَال ال َي ِح ُّل لَ ُك ْم لَحْ ُم ْال ِح َم‬،ُ‫” فِي ِه ِم ْن َح َر ٍام فَ َح ِ ِّر ُموه‬
ِّ ‫ار األ َ ْه ِل‬

Dari al-Miqdaam bin Ma’dii Karib, ia berkata: Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Ketahuilah,


sesungguhnya telah diturunkan kepadaku al-Kitab dan yang semisalnya (as-Sunnah) bersamanya.
Ketahuilah, sesungguhnya telah diturunkan kepadaku Alquran dan yang semisalnya (As-Sunnah)
bersamanya. Ketahuilah, dikhawatirkan akan ada seseorang yang duduk kenyang di atas
dipannya seraya berkata: ‘Wajib bagi kalian berpegang pada Alquran ini. Apa saja yang kalian
dapati di dalamnya dari perkara halal, maka halalkanlah, dan apa aja yang kalian dapati di
dalamnya dari perkara haram, maka haramkanlah’. Ketahuilah, tidak dihalalkan bagi kalian
daging keledai jinak dan binatang buas yang mempunyai taring.” (HR. Abu Daawud no. 4604
dan Ibnu Hibbaan no. 12).

Alquran sendiri telah membantah mereka yang hanya menjadikan Alquran sebagai satu-satunya
sumber syariat. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

ً ‫س ْلنَاكَ َعلَ ْي ِه ْم َح ِفي‬


‫ظا‬ َ ‫ع هللاَ َو َم ْن ت ََولَّى فَ َما أ َ ْر‬ َ َ ‫سو َل فَقَدْ أ‬
َ ‫طا‬ َّ ِ‫َم ْن ي ُِطع‬
ُ ‫الر‬

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa
yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi
mereka.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 80).

‫س ِلِّ ُموا تَ ْس ِلي ًما‬ َ َ‫ش َج َر بَ ْينَ ُه ْم ث ُ َّم ال يَ ِجد ُوا فِي أ َ ْنفُ ِس ِه ْم َح َر ًجا ِم َّما ق‬
َ ُ‫َضيْتَ َوي‬ َ ‫فَالَ َو َربِِّكَ ال يُؤْ ِمنُونَ َحتَّى يُ َح ِ ِّك ُموكَ فِي َما‬

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 65).

Dan firman-Nya juga,

‫سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َها ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَ ُهوا‬ َّ ‫َو َما آت َا ُك ُم‬
ُ ‫الر‬

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah.” (QS:Al-Hasyr | Ayat: 7).
Para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬tidak membedakan Alquran dan sunnah. Terkadang mereka mengkaji
Alquran dan terkadang pula mereka belajar al-hadits Nabi ‫ﷺ‬.

Kedua: Mengenal sosok Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah manusia terbaik. Beliau juga penutup para nabi dan rasul serta yang terbaik
di antara mereka. Tokoh yang satu ini adalah tokoh terbesar dalam sejarah manusia, dari manusia
pertama, Adam, hingga kelak terjadinya kiamat.

Tokoh satu ini sangat layak untuk dipelajari perjalanan hidupnya. Banyak alasan mengapa
perjalanan hidup (sirah) beliau layak dipelajari. Alasan yang paling utama tentu saja, karena
beliau seorang rasul, utusan Rab penguasa alam semesta. Jika Allah menghendaki, tentu Dia
mampu berbicara kepada para hamba-Nya secara langsung. Namun Allah tidak menghendaki
yang demikian, ia mengangkat seorang utusan yang menjadi perantara Dia dan hamba-hamba-
Nya. Allah ‫ ﷻ‬memilih beliau ‫ ﷺ‬dari seluruh hamba-hamba-Nya.

ٌ ْ‫َو َما يَ ْن ِط ُق َع ِن ال َه َوى * إِ ْن ه َُو إِالَّ َوح‬


‫ي يُو َحى‬

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS:An-Najm | Ayat: 4).

Oleh karena itu, wajib bagi kita menerima hadits-hadits Nabi ‫ﷺ‬. Konsekuensinya pula wajib bagi
kita mempelajari sirahnya. Karena sirah adalah praktik nyata perintah Allah melalui diri
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Ketiga: Menimbulkan Kecintaan Kepada Nabi ‫ﷺ‬.

Seseorang wajib mengupayakan bagaimana agar ia bisa mencintai Nabi ‫ﷺ‬. Karena mencintai
beliau ‫ ﷺ‬adalah sebuah kewajiban. Cinta kepada beliau harus di atas cinta kepada seluruh
makhluk lainnya. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

َ‫اس أَجْ َمعِين‬


ِ َّ‫الَ يُؤْ ِمنُ أ َ َحد ُ ُك ْم َحتَّى أ َ ُكونَ أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم ْن َولَ ِد ِه َو َوا ِل ِد ِه َوالن‬

“Salah seorang di antara kalian tidak beriman (dengan sempurna) sampai aku lebih dicintainya
dari anak dan kedua orang tuanya serta seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kita pun telah mendengar dialog Nabi ‫ ﷺ‬dengan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu,

‫ َحتَّى‬،ِ‫ “الَ َوالَّذِي نَ ْفسِي بِيَ ِده‬: ‫ي‬


ُّ ِ‫ فَقَا َل لَهُ النَّب‬.‫ إِالَّ ِم ْن نَ ْفسِي‬، ٍ‫ش ْيء‬َ ‫ي ِم ْن ُك ِِّل‬ َّ َ‫ أل َ ْنتَ أ َ َحبُّ إِل‬،ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫قال عمر بن الخطاب‬
‫ع َمر‬ ُ ‫ “اآلنَ َيا‬: ‫ فَقَا َل‬.‫ي ِم ْن نَ ْفسِي‬ َ ‫ل‬
َّ ِ َ ‫إ‬ ُّ‫ب‬‫ح‬َ ‫أ‬ َ‫ت‬‫ن‬ْ َ ‫أل‬ َّ
‫َّللا‬‫و‬
ِ َ ُ َ : ‫ر‬ ‫م‬‫ع‬ُ ‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬َ ‫ف‬ .” ‫س‬
َ‫ِك‬ ْ
‫ف‬ ‫ن‬
َ ْ
‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ي‬
َ‫ْك‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬ َّ‫ب‬
ِ َ ‫ح‬ َ ‫أ‬ َ‫ون‬ ُ
‫ك‬ َ ‫أ‬

Umar berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala
sesuatu kecuali diriku sendiri”. Maka Nabi ‫ﷺ‬bersabda, “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya,
hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”. Kemudian Umar berkata kepada beliau,
“Sesungguhnya sejak saat ini, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri”. Maka Nabi ‫ﷺ‬
bersabda, “Sekarang (baru benar) wahai ‘Umar”. (HR. al-Bukhari no. 6632).
Ada tiga hal yang membuat seseorang cinta kepada orang lainnya: (1) Secara fisik orang tersebut
menarik, (2) orang tersebut memiliki perangai yang baik. Karena setiap orang akan memuji dan
suka dengan sifat-sifat terpuji, dan (3) orang tersebut berjasa terhadap dirinya. Ketika seseorang
berjasa, maka ada penghormatan, kecintaan, dan keinginan untuk membahagiakannya pula.

Nabi ‫ ﷺ‬adalah seorang yang menarik secara fisik. Banyak riwayat yang menerangkan tentang
ketampanan beliau. Beliau ‫ ﷺ‬seorang yang terbaik akhlaknya. Allah ‫ ﷻ‬memujinya sebagai
pemilik akhlak mulia. Dan beliau ‫ ﷺ‬juga orang yang sangat berjasa terhadap umatnya bahkan
kepada seluruh manusia, jin, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu tidak akan dapat kita
ketahui kecuali dengan membaca sirah perjalanan hidup beliau ‫ﷺ‬.

Dengan mempelajari sirah, seseorang akan semakin mengenal Nabi ‫ﷺ‬. Semakin mengenal
beliau, maka semakin bertambah kecintaan kepadanya.

Keempat: kita akan paham apa yang dimaksud dengan sikap hikmah.

Hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Hikmah tidaklah selalu berada di tengah-
tengah. terkadang memihak pun disebut hikmah. Orang sering menyebut sikap hikmah ini
dengan bijaksana. Buah dari sikap hikmah dan bijak Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah:

 Menaklukkan hati seseorang.

Nabi ‫ ﷺ‬tidak hanya mampu menaklukkan hati para sahabatnya saja, sehingga para sahabat jatuh
hati padanya. Namun beliau juga mampu menaklukkan hati musuh-musuhnya.

 Mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi

Ini merupakan salah satu buah terpenting dari mempelajari sirah. Pada saat beliau diutus,
setidaknya ada 360 berhala di sekitar Ka’bah. Beliau ‫ ﷺ‬tidak langsung bergerak menghancurkan
berhala walaupun menentang kesyirikan adalah perintah pertama. Sampai tiba masanya. Beliau
memiliki kekuatan. Tidak satu pun berhala tersisa di Jazirah Arab.

Beliau tinggal di Mekah selama 13 tahun pasca menerima wahyu. Kedai-kedai khamr dan
kemah-kemah perzinahan menyebar, namun tidak pernah beliau mengadakan penggerebekan
sekalipun. Kemudian di masa berikutnya, beliau menegakkan hokum had, walaupun terhadap
wanita bangsawan Ghamidiyah.

Suatu waktu beliau mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Yahudi. Di waktu
lainnya, beliau memerangi mereka karena berkhianat. Mengapa beliau tidak memerangi Yahudi
di waktu damai? Dan mengapa tidak mengadakan perdamaian ketika terjadi sengketa? Semua
karena sikap hikmah. Hikmah itu bisa tegas dan bisa lembut. Hikmah itu bisa dalam bentuk
perdamaian bisa pula mengadakan peperangan. Tidak seperti yang dipahami orang-orang saat
ini. Satu kelompok menginginkan damaiiii… terus, walaupun mengorbankan syariat. Satu pihak
lagi menginginkan perangggg… terus, walaupun merugikan dakwah.
Ada masa beliau memerintahkan para sahabatnya bersabar. Ketika keluarga Yasir disiksa oleh
Quraisy, beliau perintahkan sabar dan menjanjikan surga atas kesabaran tersebut. Beliau tidak
angkat senjata membuat perhitungan kepada Quraisy. Di situasi lain, beliau menyiapkan pasukan
untuk menghadapi Yahudi bani Qainuqa’ lantaran membunuh seorang muslim dan melecehkan
kehormatan muslimah. Nabi juga memerangi negara adidaya Romawi karena membunuh dua
orang muslim. Namun zaman ini dengan zaman Mekah adalah suatu yang berbeda.

Hikmah, tepat dalam menerapkan syariat, berkata dan berbuat seperti ini tidak akan kita pahami
kecuali dengan mempelajari sirah.

 Bertahap dalam penerapan amar makruf nahi mungkar dan pendidikan.

Nabi ‫ ﷺ‬menempuh metode bertahap dalam amar makruf nahi mungkar dan pendidikan. Seperti
dalam penerapan hokum khamr, riba, dan jihad.

 Pertengah dan Moderat

Di antara nikmat Allah kepada umat ini adalah ia menjadikan umat ini umat pertengahan.
Sebagaimana firman Allah,

َ ‫َو َكذَلِكَ َج َع ْلنَا ُك ْم أ ُ َّمةً َو‬


ً ‫س‬
‫طا‬

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan.”
(QS:Al-Baqarah | Ayat: 143).

Kita tidak boleh meremehkan dan juga tidak boleh kaku dan berlebihan. Contohnya dalam
permasalahan pernikahan. Nabi ‫ ﷺ‬memerintahkan umatnya untuk menikah. Namun pernikahan
tidak boleh menghalangi seseorang dari dakwah atau berjihad di jalan Allah, atau berinfak.

Sikap pertengahan dan moderat ini tidak akan tepat praktiknya jika kita tidak mengkaji sirah
Nabi ‫ﷺ‬. Dengan meneladani sikap pertengahan ini seseorang tidak akan menyia-nyiakan hak
Allah ‫ ﷻ‬dan juga hak sesama hamba.

Read more https://kisahmuslim.com/5237-4-alasan-mengapa-harus-membaca-sirah-nabi.html

BREAKING

 Zubair bin Awwam


 Disembelihnya Kematian
 Fasihnya Bahasa Arab Si Badui
 Kisah Nabi Musa dan Harun ‘Alaihimasssalam (bag. 4)
 Buah Sifat Kehati-hatian
 Profil Seorang Gubernurnya Khalifah Umar bin Khathtab
 Agama Bangsa Arab (Bagian 1)
 Abu Lahab, Ia Punya Segalanya Tapi Tak Bermanfaat Untuknya

 Kisah Pilihan
 Kisah Nabi & Rasul
 Kisah Sahabat
 Kisah Tabi’in
 Kisah Orang Shalih
 Teladan Muslimah
 Kisah Tak Nyata

Kisah Nabi Muhammad

Wafatnya Rasulullah ‫ﷺ‬


admin · December 24, 2015
2 15 62.3k 245
Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali dari haji wada’ setelah Allah ‫ ﷻ‬menurunkan firman-Nya,
َ َ‫ ف‬.‫َّللاِ أ َ ْف َوا ًجا‬
‫س ِبُِّحْ ِب َح ْم ِد َر ِبِّكَ َوا ْستَ ْغ ِف ْرهُ ۚ ِإنَّهُ َكانَ تَ َّوابًا‬ َّ ‫ِين‬ َ َّ‫ َو َرأَيْتَ الن‬.‫َّللاِ َو ْالفَتْ ُُح‬
ِ ‫اس يَدْ ُُخلُونَ فِي ِد‬ ْ َ‫ ِإذَا َجا َء ن‬.
َّ ‫ص ُر‬

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama
Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS:An-Nashr | Ayat: 1-
3).

Setelah itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬mulai mengucapkan kalimat dan melakukan sesuatu yang menyiratkan
perpisahan. Beliau ‫ ﷺ‬bersabda pada haji wada’

‫لتأُخذوا عني مناسككم لعلي ال ألقاكم بعد عامي هذا‬

“Pelajarilah dariku tata cara haji kalian, bisa jadi aku tidak berjumpa lagi dengan kalian setelah
tahun ini.” (HR. al-Bukhari, 4430).

Kemudian di Madinah, beliau berziarah ke makam baqi’, mendoakan keluarganya. Juga


menziarahi dan mendoakan syuhada Perang Uhud. Beliau juga berkhotbah di hadapan para
sahabatnya, berucap pesan seorang yang hendak wafat kepada yang hidup.

Pada akhir bulan Shafar tahun 11 H, Nabi ‫ ﷺ‬mulai mengeluhkan sakit kepala. Beliau merasakan
sakit yang berat. Sepanjang hari-hari sakitnya beliau banyak berwasiat, di antaranya:

Pertama: Beliau ‫ ﷺ‬mewasiatkan agar orang-orang musyrik dikeluarkan dari Jazirah Arab (HR.
al-Bukhari, Fathul Bari, 8/132 No. 4431).
Kedua: Berpesan untuk berpegang teguh dengan Alquran.

Ketiga: Pasukan Usamah bin Zaid hendaknya tetap diberangkatkan memerangi Romawi.

Keempat: Berwasiat agar berbuat baik kepada orang-orang Anshar.

Kelima: Berwasiat agar menjaga shalat dan berbuat baik kepada para budak.

Beliau ‫ ﷺ‬mengecam dan melaknat orang-orang Yahudi yang menjadikan kuburan para nabi
sebagai masjid. Lalu beliau melarang kubur beliau dijadikan berhala yang disembah.

Di antara pesan beliau ‫ ﷺ‬adalah agar orang-orang Yahudi dikeluarkan dari Jazirah Arab.
Sebagaimana termaktub dalam Musnad Imam Ahmad, 1/195.

Beliau ‫ ﷺ‬berpesan kepada umatnya tentang dunia. Janganlah berlomba-lomba mengejar dunia.
Agar dunia tidak membuat umatnya binasa sebagaiman umat-umat sebelumnya binasa karena
dunia.

Dalam keadaan sakit berat, beliau tetap menjaga adab terhadap istri-istrinya, dan adil terhadap
mereka. Nabi ‫ ﷺ‬meminta izin pada istri-istrinya untuk dirawat di rumah Aisyah. Mereka pun
mengizinkannya.

Karena sakit yang kian terasa berat, Nabi ‫ﷺ‬memerintahkan Abu Bakar untuk mengimami
masyarakat. Abu Bakar pun menjadi imam shalat selama beberapa hari di masa hidup Rasulullah
‫ﷺ‬.

Sehari sebelum wafat, beliau bersedekah beberapa dinar. Lalu bersabda,

‫ ما تركناه صدقة‬،‫ال نورث‬

“Kami (para nabi) tidak mewariskan. Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah.” (HR. al-
Bukhari dalam Fathul Bari, 12/8 No. 6730).

Pada hari senin, bulan Rabiul Awal tahun 11 H, Nabi ‫ ﷺ‬wafat. Hari itu adalah waktu dhuha yang
penuh kesedihan. Wafatnya manusia sayyid anaknya Adam. Bumi kehilangan orang yang paling
mulia yang pernah menginjakkan kaki di atasnya.

Aisyah bercerita, “Ketika kepala beliau terbaring, tidur di atas pahaku, beliau pingsan. Kemudian
(saat tersadar) mengarahkan pandangannya ke atas, seraya berucap, ‘Allahumma ar-rafiq al-
a’la’.” (HR. al-Bukhari dalam Fathul Bari, 8/150 No. 4463).

Beliau memilih perjumpaan dengan Allah ‫ ﷻ‬di akhirat. Beliau ‫ ﷺ‬wafat setelah menyempurnakan
risalah dan menyampaikan amanah.

Berita di pagi duka itu menyebar di antara para sahabat. Dunia terasa gelap bagi mereka. mereka
bersedih karena berpisah dengan al-Kholil al-Musthafa. Hati-hati mereka bergoncang. Tak
percaya bahwa kekasih mereka telah tiada. Hingga di antara mereka menyanggahnya. Umar
angkat bicara, “Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak wafat. Beliau tidak akan pergi hingga Allah memerangi
orang-orang munafik.” (Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 8/146).

Abu Bakar hadir, “Duduklah Umar”, perintah Abu Bakar pada Umar. Namun Umar menolak
duduk. Orang-orang mulai mengalihkan diri dari Umar menuju Abu Bakar. Kata Abu Bakar,
“Amma ba’du… siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad ‫ﷺ‬, maka Muhammad telah
wafat. Siapa yang menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup dan tidak akan wafat. Kemudian
ia membacakan firman Allah,

ۗ ‫ش ْيئًا‬ َّ ‫س ُل ۚ أَفَإ ِ ْن َماتَ أ َ ْو قُتِ َل ا ْنقَلَ ْبت ُ ْم َعلَ ٰى أَ ْعقَابِ ُك ْم ۚ َو َم ْن يَ ْنقَلِبْ َعلَ ٰى َع ِقبَ ْي ِه فَلَ ْن يََض َُّر‬
َ َ‫َّللا‬ ُّ ‫ت ِم ْن قَ ْب ِل ِه‬
ُ ‫الر‬ ُ ‫َو َما ُم َح َّمد ٌ إِ َّال َر‬
ْ َ‫سو ٌل قَدْ َُخل‬
َ‫شا ِك ِرين‬َّ ‫َّللاُ ال‬
َّ ‫س َيجْ ِزي‬ َ ‫َو‬

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
(QS:Ali Imran | Ayat: 144).

Mendengar ayat yang dibacakan Abu Bakar, orang-orang seakan merasakan ayat itu baru turun
hari itu. Mereka begitu larut dalam kesedihan. Mereka merasakan kosong. Bagaimana tidak,
mereka ditinggal orang yang paling mereka cintai. Orang yang mereka rindu untuk berjumpa
setiap hari. Orang yang lebih mereka cintai dari ayah, ibu, anak, dan semua manusia. Mereka
lupa akan ayat itu. Dan mereka diingatkan oleh Abu Bakar, seorang yang paling kuat hatinya di
antara mereka.

Penutup

Para ulama sepakat bahwa Nabi ‫ ﷺ‬wafat pada hari sendin tahun 11 H. Namun berbeda pendapat
tentang tanggal wafatnya Nabi ‫ﷺ‬. Mayoritasnya berpendapat tanggal 12 Rabiul Awal. Sebagian
menyatakan tanggal 12 tidak tepat, karena haji wada’ terjadi pada hari Jumat. Melihat urut hari
sejak itu, maka tanggal 12 Rabiul Awal tidak tepat jika dikatakan hari senin.

Perbedaan pendapat ulama juga terjadi pada tanggal kelahiran beliau ‫ﷺ‬. Bahkan perbedaannya
lebih banyak: antara tanggal 2 Rabi’ul Awal, tanggal 8, 10, 12, 17 Rabiul Awal, dan 8 hari
sebelum habisnya bulan Rabi’ul Awal. Berdasarkan penelitian ulama ahli sejarah Muhammad
Sulaiman Al Mansurfury dan ahli astronomi Mahmud Basya disimpulkan bahwa hari senin pagi
yang bertepatan dengan permulaan tahun dari peristiwa penyerangan pasukan gajah dan 40 tahun
setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan dengan 20 atau 22 april tahun 571, hari
senin tersebut bertepatan dengan tanggal 9 Rabi’ul Awal. Allahu a’lam.

Sumber:
– az-Zaid, Zaid bin Abdulkarim. 1424. Fiqh as-Sirah. Riyadh: Dar at-Tadmuriyah.
Read more https://kisahmuslim.com/5347-wafatnya-rasulullah-%ef%b7%ba.html
BREAKING

 Ashim bin Amir At-Tamimi dan Pasukan Berani Mati


 Mekah al-Mukaramah dan Kedudukannya dalam Islam (Bagian 7)
 Kisah Sufyan Ats-Tsauri dalam Menuntut Ilmu
 Meneladani Semangat Salafush Shalih
 Dan Khalifah pun Terhina
 Kisah Peperangan Dahsyat Anas bin Nadhar
 Peristiwa-Peristiwa Yang Terjadi di Masyarakat Arab Sebelum Islam
 Perjalanan Seorang Atheis Memeluk Islam

 Kisah Pilihan
 Kisah Nabi & Rasul
 Kisah Sahabat
 Kisah Tabi’in
 Kisah Orang Shalih
 Teladan Muslimah
 Kisah Tak Nyata

Kisah Nabi Muhammad

Rasulullah, Sosok Sederhana dan Bersahaja


admin · January 15, 2016
4 42 77.4k 615
Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah sosok yang lengkap. Bukan hanya dari sisi akhlak dan karakternya, tapi juga
dari sisi perjalanan hidupnya. Beliau pernah mengalami kemiskinan. Tapi kekayaan juga pernah
beliau rasakan. Beliau miskin dengan keridhaan dan kaya dengan rasa syukur. Beliau tidak
pernah bersedih dengan dunia yang hilang darinya. Dan beliau tidak berbangga dengan
belimpahnya dunia.
Beliau pernah mendermakan kambing sepenuh lembah. Ya, beliau memiliki kambing sepenuh
lembah, kemudian beliau berikan hanya kepada satu orang. Di lain hari, di rumahnya tak ada
sesuatu untuk dimakan. Beliau zuhud, sederhana, dan bersahaja.

Apa Hakikat Dunia?

Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah seorang pendidik yang baik. Beliau akrab dengan para sahabatnya dan
sering memberi pemahaman kepada mereka dengan menggunakan media. Suatu hari, beliau ‫ﷺ‬
hendak mengajarkan kepada para sahabatnya –dan tentu juga kepada kita- tentang nilai dunia di
sisi Allah ‫ﷻ‬. Beliau berikan perumpamaan dengan media sebuah bangkai kambing yang cacat.

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬penah melewati pasar
bersama para sahabatnya. Kemudian beliau melihat ada bangkai kambing yang kecil kupingnya
(cacat). Beliau kepit telinga kambing itu dengan jarinya dan bersabda,

‫أَيُّ ُك ْم ي ُِحبُّ أَ َّن َهذَا لَهُ ِبد ِْره ٍَم‬

“Siapa yang mau membelinya seharga satu dirham?”

“Kami sama sekali tidak tertarik. Apa yang bisa diperbuat dengannya?” kata para sahabat
menjawab tawaran beliau ‫ﷺ‬.

‫أَت ُ ِحبُّونَ أَنَّهُ لَ ُك ْم‬

“Mau tidak kalau ini jadi milik kalian?” Rasulullah menawarkannya dengan cuma-cuma.
“Demi Allah, seandainya kambing itu hidup, ia pun cacat. Apalagi sekarang dia sudah mati”,
para sahabat tetap enggan memilikinya.

َّ ‫َّللاِ لَلدُّ ْنيَا أ َ ْه َونُ َعلَى‬


‫َّللاِ ِم ْن َهذَا َعلَ ْي ُك ْم‬ َّ ‫فَ َو‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Demi Allah, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada pendapat kalian
tentang anak kambing ini.” (HR. Muslim, 2957 dan Ahmad, 14402).

Inilah arti dunia di sisi Allah ‫ﷻ‬, dan juga bagi Rasulullah ‫ﷺ‬. Kemudian para sahabatnya pun
menjadi sosok yang menaruh dunia hanya di tangan mereka, tidak masuk ke dalam hati mereka.

Kumpulkan Untukku di Akhirat

Dari Khaitsamah, dikatakan kepada Nabi ‫ﷺ‬, “Jika engkau mau, akan kami berikan
perbendaharaan dunia dan kunci-kuncinya, sesuatu yang belum pernah diberikan kepada seorang
nabi pun sebelummu, dan seorang pun setelahmu. Kami tidak akan mengurangi jatahmu di sisi
Allah”. Beliau ‫ ﷺ‬menjawab, “Kumpulkan itu semua untukku di akhirat”.

Kemudian Allah ‫ ﷻ‬menurunkan ayat,

‫ورا‬
ً ‫ص‬ُ ُ‫ار َويَجْ عَ ْل لَكَ ق‬ ٍ ‫اركَ الَّذِي إِ ْن شَا َء َجعَ َل لَكَ َُخي ًْرا ِم ْن ذَلِكَ َجنَّا‬
ُ ‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِ َها األ ْن َه‬ َ َ‫تَب‬

“Maha Suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik
dari yang demikian, (yaitu) surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan
dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana.” (QS:Al-Furqaan | Ayat: 10).

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha,

‫ير‬
ٍ ‫ش ِع‬ ِّ ٍ ‫عهُ َم ْرهُونَةٌ ِع ْندَ َي ُهو ِِد‬
َ َ‫ى ِبثَالَثِين‬
َ ‫صاعًا ِم ْن‬ َّ ‫سو ُل‬
ُ ‫َّللاِ – صلى هللا عليه وسلم – َوِد ِْر‬ َ ِِّ‫ت ُ ُوف‬
ُ ‫ى َر‬

“Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat, baju besi beliau tergadaikan pada orang Yahudi sebagai jaminan
untuk 30 sha’ gandum (yang beliau beli secara tidak tunai).” (HR. Bukhari no. 2916) (Ibnu
Katsir, Tafsir al-Quran al-Azhim, 6/95).

Kisah Dari Bahrain

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarah ke Bahrain untuk mengambil jizyah dari
wilayah tersebut. Saat itu, Rasulullah telah mengikat perjanjian damai dengan wilayah kepulauan
Teluk itu. Dan mengangkat al-Ala’ bin al-Hadhrami sebagai walinya. Abu Ubaidah kembali ke
Madinah dengan membawa harta dari Bahrain. Orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu
Ubaidah, lalu mereka mengerjakan shalat subuh bersama Rasulullah ‫ﷺ‬

Seusai shalat, Rasulullah beranjak. Kemudian orang-orang mendekati beliau. Melihat hal itu
Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan bersabda,
“‫ قال‬.‫ أجل يا رسول هللا‬:‫ش ْيءٍ ” فقالوا‬ ُ ‫س ِم ْعت ُ ْم أ َ َّن أَبَا‬
َ ‫عبَ ْيدَةَ قَدْ َجا َء ِب‬ ُ َ ‫أ‬: “ ‫َّللاِ الَ ْالفَ ْق َر أ َ ُْخشَى‬
َ ْ‫ظنُّ ُك ْم قَد‬ ُ َ‫فَأ َ ْبش ُِروا َوأ َ ِ ِّملُوا َما ي‬
َّ ‫ فَ َو‬،‫س ُّر ُك ْم‬
ْ َ ْ َ ُ ُ
‫ َوت ْه ِل َكك ْم َك َما أهل َكت ُه ْم‬،‫سوهَا‬ َ
ُ ‫سوهَا َك َما تَنَاف‬ َ َ ُ َ َ ْ
ُ ‫ فتَنَاف‬،‫ت َعلى َمن َكانَ ق ْبلك ْم‬ َ َ ْ ُ َ
ْ ‫سط َعل ْيك ُم الدُّنيَا َك َما بُ ِسط‬ َ َ ‫” َعلَ ْي ُك ْم َولَ ِك ْن أ َ َُخشَى َعل ْيك ْم أن ت ْب‬.
ُ ْ َ ُ َ

“Aku kira kalian mengetahui Abu Ubaidah datang membawa sesuatu”. “Benar wahai
Rasulullah”, jawab mereka.

Kemudian Beliau ‫ ﷺ‬bersabda, “Bergembiralah dan harapkanlah memperoleh sesuatu yang


menyenangkan kalian. Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan menimpa kalian.
Namun yang aku takutkan adalah ketika dunia dibentangkannya pada kalian, sebagaimana telah
dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian. Maka kalian akan berlomba-lomba
sebagaimana mereka dulu telah berlomba-lomba (untuk mendapatkannya). Lalu kalian akan
binasa sebagaimana mereka dulu telah binasa.” (HR. al-Bukhari 3791 dan Muslim 2961).

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬takut kalau peluang-peluang menggapai harta dunia begitu mudah kita raih,
beliau takut kita terpedaya, kemudian membuat rugi akhirat kita, bersamaan dengan itu, betapa
takutnya kita dengan kemiskinan. Ketakutan yang membuat sebagian dari kita menempuh cara-
cara haram untuk mendapatkan kekayaan.

Salah seorang salaf mengatakan, “Seandainya manusia takut masuk neraka sebagaimana mereka
takut miskin, pasti dia akan masuk surga.”

Ummul mukminin, Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan,

َ َ‫طعَ ِام ْالب ِ ُِّر ثَال‬


َ ‫ َحتَّى قُ ِب‬، ‫ث لَيَا ٍل تِبَاعًا‬
‫ض‬ َ ‫شبِ َع آ ُل ُم َح َّم ٍد – صلى هللا عليه وسلم – ُم ْنذ ُ قَد َِم ْال َمدِينَةَ ِم ْن‬
َ ‫َما‬

“Tidak pernah keluarga Muhammad ‫ ﷺ‬kenyang dengan makanan dari gandum halus selama 3
hari berturut-turut, sejak beliau tiba di Madinah hingga beliau diwafatkan.” (HR. Bukhari 5416,
Muslim 7633 dan yang lainnya).

Aisyah radhiallahu ‘anha juga menuturkan,

‫ إِ ْن ه َُو إِال التَّ ْم ُر َو ْال َما ُء‬، ‫َار‬


ٍ ‫ش ْه ًرا َما َن ْست َْوقِدُ بِن‬ ُ ‫إِ ْن ُكنَّا آ َل ُم َح َّم ٍد نَم ُك‬
َ ‫ث‬

“Sesungguhnya kami, keluarga Muhammad pernah selama sebulan tidak menyalakan api (tidak
memasak apapun) kecuali kurma dan air.” (HR. Muslim 2972 dan at-Tirmidzi 2471).

Beliau adalah kekasih Allah ‫ﷻ‬, seandainya kekayaan jadi ukuran kemuliaan, tentu beliau ‫ﷺ‬
adalah orang yang paling layak untuk mendapatkan kekayaan.

Tidak Pernah Menikmati Roti Sampai Kenyang Hingga Ajalnya

Kesederhanaan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan bersahajanya kehidupan beliau, bukan berarti mengajak


seluruh umat Islam hidup miskin. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil tentang sikap
bersyukur dan qonaah (cukup). Tentang memaknai hidup, bahwa kehidupan adalah kehidupan
akhirat. Tentang tidak sibuk dengan dunia hingga wafat tidak membawa amal, bekal kehidupan
yang sesungguhnya. Tentang keluh kesah kita, padahal banyak yang harus kita syukuri dari apa
yang kita enyam dan rasa. Karena kekasih Allah ‫ ﷻ‬pun tidak semewah kita. Tentang, tentang,
dan tentang lainnya…

‫ ما شبع نبي هللا صلى هللا عليه‬،‫ والذي نفس أبي هريرة بيده‬:‫مرارا يقول‬
ً ‫ن أبي هريرة رضي هللا عنه أنه كان يشير بإصبعه‬
‫وسلم وأهله ثالثة أيام تباعًا من ُخبز حنطة حتى فارق الدنيا‬.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkali-kali mengarahkan jarinya ke mulutnya, sembari
mengatakan, “Rasulullah ‫ ﷺ‬dan keluarganya tidak pernah merasa kenyang dalam tiga hari
berturut-turut karena memakan roti gandum. (Keadaan tersebut terus berlangsung) Hingga beliau
berpisah dengan dunia”. (HR. Muslim 2976 dan Ibnu Majah 3343).

‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه‬ َّ ‫صل‬


َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ ُ ‫ ُخ ََر َج َر‬: ‫ص ِل َيةٌ َِدَ َع ْوهُ فَا َ َبى ا َ ْن َيأ ْ ُك ُل قا َ َل‬
ْ ‫ اَنَّهُ َم َّر ِبقَ ْو ٍم َبيْنَ ا َ ْي ِد ْي ِه ْم شاَة ٌ َم‬: ُ‫ي هللاُ َع ْنه‬ ِ ‫َع ْن ا َ ِبى ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬
‫ش ِعي ِْر‬ ْ َ َّ
َّ ‫سل َم ِمنَ الدُّ ْنيا َ َول ْم يَ ْشبَ ْع ِمنَ ال ُخب ِْز ال‬ َ ‫و‬.
َ

Juga dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, suatu hari beliau melewati orang-orang yang sedang
menikmati daging kambing yang dipanggang. Mereka mengundang Abu Hurairah, tetapi dia
tidak mau memakannya. Abu Hurairah berkata, “Sampai dengan saat wafatnya Rasulullah ‫ﷺ‬
Tidak pernah kenyang oleh roti yang terbuat dari gandum”. (HR. al-Bukhari 5098).

Membaca hadits ini, rasanya kita hendak menangis. Rasulullah ‫ ﷺ‬yang kita cintai hingga
demikian perjalanan hidupnya. Sementara kita, tak terhitung berapa kali merasa kekenyangan
yang menyesakkan celana. Hingga makanan terbuang sia-sia. Hanya kepada Allah ‫ ﷻ‬kita
memohon ampun.

Gurat Tikar Di Pipi

Umar berkisah tentang kebersamaannya dengan Rasulullah ‫ﷺ‬, “Aku pernah berkunjung
menemui Rasulullah ‫ﷺ‬. Waktu itu beliau berada dalam sebuah kamar, tidur di atas tikar yang
tidak beralas. Di bawah kepalanya ada bantal dari kulit kambing yang diisi dengan sabut. Pada
kedua kakinya daun penyamak terkumpul. Di atas kepalanya, kulit kambing tergantung. Aku
melihat guratan anyam tikar di sisi perutnya, maka aku pun menangis.”

Beliau mengatakan, “Apa yang menyebabkanmu menangis (ya Umar)?” “Wahai Rasulullah,
Kisra dan Kaisar dalam keaadan mereka (selalu di dalam kesenangan, kemewahan, dan serba
cukup), padahal engkau adalah utusan Allah.” Jawab Umar. Umar hendak menyatakan, Anda
lebih layak menikmati isi dunia dibanding raja-raja itu karena Anda adalah utusan Allah.
Rasulullah menjawab,

ِ ‫ضى أَ ْن تَ ُكونَ لَ ُه ُم الدُّ ْنيَا َولَنَا‬


ُ ‫اآلُخ َرة‬ َ ‫أ َ َما ت َْر‬

“Apakah engkau tidak senang, bahwa dunia ini bagi mereka dan akhirat untuk kita?” (HR. al-
Bukhari 4629 dan Muslim 1479).

Penutup
Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah merasakan kekayaan, saat itu beliau berderma. Kedermawanannya bagaikan
debu yang tertiup angin. Dan beliau mencintai kesederhanaan. Beliau merasa cukup dalam segala
keadaan. Allah ‫ ﷻ‬kumpulkan keadaan tersebut pada diri beliau ‫ ﷺ‬agar semakin sempurna
keteladanan yang beliau miliki.

Read more https://kisahmuslim.com/5375-rasulullah-sosok-sederhana-dan-bersahaja.html

Cara-Cara Orang Musyrik Menghambat


Dakwah Islam
admin · December 6, 2016
0 1 3.3k 34

Sedari dulu, orang-orang musyrik memusuhi dakwah Islam. Karena Islam mengungkap apa yang
mereka yakini selama ini adalah salah. Islam mengajak mereka berpikir tentang Tuhan yang
mereka sembah. Apakah sesembahan itu layak disebut Tuhan ataukah tidak? Islam datang
mengkritik cara mereka beriteraksi. Interaksi sosial tidak bisa dilakukan hanya sesuai selera. Tak
peduli dosa. Tak peduli merugikan orang lain atau tidak. Yang kuat jadi terusik. Kehilangan
keuntungan dan dominasi. Tak ayal, penyebaran dakwah ini menimbulkan reaksi.

Orang-orang musyrik menempuh berbagai cara untuk menghalangi dakwah. Mereka menyebar
dusta. Menyerang Islam dan juru dakwahnya. Mengkaburkan masalah. Dan membuat beragam
konspirasi. Agar supaya pijar cayaha itu bisa dibuat redup atau padam untuk selamanya.

Lelah-letih usaha mereka takkan berhasil. Dan selalu memetik kegagalan. Karena suara
Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih kuat dibanding suara mereka. Manhaj dakwah Nabi lebih menyentuh
ketimbang konspirasi yang mereka tawarkan. Keteguhan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam memegang agama
dan menyebarkan dakwah ini, mengalahkan semangat dan keyakinan mereka yang rapuh. Dan
Allah ingin agar cahaya tetap kekal menyinari.

َ‫ورهُ َولَ ْو ك َِرهَ ْالكَافِ ُرون‬ َّ ‫َّللاِ ِبأ َ ْف َوا ِه ِه ْم َويَأْبَى‬


َ ُ‫َّللاُ ِإ َّال أ َ ْن يُتِ َّم ن‬ َّ ‫ور‬ ْ ‫ي ُِريد ُونَ أ َ ْن ي‬
َ ُ‫ُط ِفئُوا ن‬

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)


mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-
orang yang kafir tidak menyukai.” (QS:At-Taubah | Ayat: 32).

Kalau Allah ‫ ﷻ‬sudah berkehendak, siapa yang mampu menghalangi kehendaknya?

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak duduk bersembunyi di rumahnya agar terjaga dari gangguan orang-orang
musyrik. Beliau keluar, menyeru penduduk Mekah meskipun harus menempuh resiko besar.
Beliau temui orang luar Mekah yang datang untuk berhaji. Menyampaikan risalah tauhid yang
juga diwakwahkan Nabi Ibrahim dan Ismail.
Kejadian yang sama terjadi pada hari ini. Orang-orang menuduh Islam anti persatuan. Tidak
cocok dengan masyarakat heterogen. Bukan solusi peradaban modern. Dll. Karena itu, bentuk
permusuhan orang-orang musyrik di zaman Rasulullah ‫ ﷺ‬ini perlu kita ketahui. Agar kita tidak
hanyut dalam tipu daya mereka. umat Islam akhir zaman pun bisa mendapatkan jalan keluar dari
masalah yang mereka hadapi.

Di antara cara-cara orang-orang musyrik memerangi dakwah Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah mengolok dan
menebar kebohongan.

Cara ini mereka gunakan untuk membuat ragu umat Islam dan melemahkan rasa bangga
terhadap Islam. Mereka menuduh Nabi ‫ ﷺ‬dengan tuduhan-tuduhan dusta. Mereka sebut beliau
gila, tukang sihir, pendusta, mengolok-olok beliau dan para sahabatnya. Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

ٌ ُ‫َوقَالُوا يَا أَيُّ َها الَّذِي نُ ِ ِّز َل َعلَ ْي ِه ال ِذِّ ْك ُر ِإنَّكَ لَ َمجْ ن‬
‫ون‬

Mereka berkata: “Hai orang yang diturunkan Alquran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-
benar orang yang gila.” (QS:Al-Hijr | Ayat: 6).

ٌ‫اح ٌر َكذَّاب‬
ِ ‫س‬َ ‫َو َع ِجبُوا أ َ ْن َجا َء ُه ْم ُم ْنذ ٌِر ِم ْن ُه ْم ۖ َو َقا َل ْالكَافِ ُرونَ ٰ َهذَا‬

“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan
mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”.”
(QS:Shaad | Ayat: 4).

Celaan, hinaan, dan ejekan orang-orang musyrik kepada Nabi ‫ ﷺ‬tidak surut. Malah meningkat
menjadi serangan fisik. Nabi ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya disakiti. Pembela kebatilan tidak menyerah
begitu saja menentang kebenaran. Satu cara gagal, mereka akan tempuh cara lain untuk
mengalahkan kebenaran. Hingga akhirnya, Allah ‫ ﷻ‬datangkan janjinya. Dia akan memenangkan
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.

ُ‫سلَنَا َوالَّذِينَ آ َمنُوا فِي ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا َويَ ْو َم يَقُو ُم ْاأل َ ْش َهاِد‬ ُ ‫ِإنَّا لَنَ ْن‬
ُ ‫ص ُر ُر‬

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS:Al-Mu’min | Ayat: 51).

َ‫ص ُر ْال ُمؤْ ِمنِين‬


ْ َ‫َو َكانَ َحقًّا َعلَ ْينَا ن‬

“Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (QS:Ar-Ruum | Ayat:
47).

Tidak manjur dengan cara kekerasan, orang-orang musyrik menempuh cara halus. Mereka
melobi. Melakukan diplomasi. Atas nama toleransi, mereka meminta Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬untuk
saling menghormati. Mereka beri tawaran harta, kuasa, dan hidup mulia. Mereka mengusulkan
satu tahun menyembah Tuhan berhala, tahun berikutnya menyembah Allah ‫ ﷻ‬semata.
Sama seperti saat ini. Hari ini ke tempat ibadah kami untuk merayakan hari raya. Tahun depan,
kami juga ucapkan selamat hari raya untuk kalian.

Lalu bagaimana sikap Nabi ‫ ﷺ‬dalam menghadapi siasat jahat ini?

Pertama: Sabar

Rasulullah ‫ ﷺ‬disakiti dan diuji dengan berbagai cara, namun beliau bersabar. Beliau ‫ ﷺ‬menaruh
iba pda para sahabatnya yang disakit dan tak ada yang membela. Hal ini menjadi teladan bagi
juru dakwah sepanjang zaman. Ketika mereka disakiti, maka Rasulullah ‫ ﷺ‬telah mengalami hal
yang sama. Dan inilah sunnatullah pada para nabi dan orang-orang yang menempuh jalan
dakwah mereka. Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

َ َ‫اس أ‬
‫شدُّ َبالَ ًء‬ ُّ َ‫َّللاِ أ‬
ِ َّ‫ى الن‬ َّ ‫سو َل‬
ُ ‫َيا َر‬

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau ‫ ﷺ‬menjawab,

« ‫ب‬ َ ‫ى َعلَى َح‬


ِ ‫س‬ َ ‫ص ْلبًا ا ْشتَدَّ بَالَ ُؤهُ َو ِإ ْن َكانَ فِى ِدِينِ ِه ِرقَّةٌ ا ْبت ُ ِل‬
ُ ُ‫ب ِدِينِ ِه فَإ ِ ْن َكانَ ِدِينُه‬
ِ ‫س‬ َّ ‫األ َ ْن ِبيَا ُء ث ُ َّم األ َ ْمث َ ُل فَاأل َ ْمث َ ُل فَيُ ْبت َ َلى‬
َ ‫الر ُج ُل َعلَى َح‬
ٌ‫َطيئَة‬ َ
ِ ‫ض َما َعل ْي ِه ُخ‬ َ َ َ ْ َّ ْ َ ْ
ِ ‫» ِدِينِ ِه ف َما يَب َْر ُح البَال ُء بِالعَ ْب ِد َحتى َيت ُركهُ يَ ْمشِى َعلى األ ْر‬ َ

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan
kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya.
Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba
senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih
dari dosa.” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185)).

‫سو ُل َوالَّذِينَ آ َمنُوا‬


ُ ‫الر‬ َ ْ ‫ستْ ُه ُم ْال َبأ‬
َّ ‫سا ُء َوالَض ََّّرا ُء َو ُز ْل ِزلُوا َحتَّى َيقُو َل‬ َّ ‫أ َ ْم َح ِس ْبت ُ ْم أ َ ْن تَدْ ُُخلُوا ْال َجنَّةَ َولَ َّما َيأ ْ ِت ُك ْم َمث َ ُل الَّذِينَ َُخلَ ْوا ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم َم‬
ٌ‫َّللاِ قَ ِريب‬
َّ ‫ص َر‬ ْ َ‫َّللاِ أَال إِ َّن ن‬
َّ ‫ص ُر‬
ْ َ‫َمعَهُ َمت َى ن‬

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan
Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 214).

Kedua: Teguh dan Tak Kenal Kompromi Dalam Masalah Pokok Agama

Orang-orang musyrik membujuk Nabi ‫ ﷺ‬dengan jabatan dan kekuasaan. Berharap agar
Muhammad jadi seperti Muhammad yang dulu. Agar Muhammad berhenti menyuarakan
dakwahnya. Namun beliau tak peduli terhadap bujuk rayu itu. Bahkan tidak membuka dialog
sama sekali.

Nabi ‫ ﷺ‬menjawab, “Aku diutus kepada kalian bukan untuk meminta harta kalian, bukan pula
meminta kemuliaan di tengah-tengah kalian, atau menjadi raja untuk kalian. Akan tetapi, Allah
mengutusku pada kalian sebagai seorang rasul dan menurunkan untukku sebuah kitab. Dia
memerintahkanku menjadi pemberi kabar gembira dan peringatan untuk kalian. Menyampaikan
risalah Rabbku kepada kalian. Menasihati kalian. Jika kalian menerimanya, itu menjadi kebaikan
untuk dunia dan akhirat kalian. Kalau kalian menolak, aku bersabar atas ketetapan Allah hingga
datang keputusan-Nya antara aku dan kalian.” (Sirah Ibnu Hisyam, Juz: 1, Hal: 296).

Sikap beliau ini menjadi teladan bagi para sahabatnya dan umatnya agar senantiasa berpegang
teguh dengan asas agama. Tidak berkompromi dalam permasalahan ini. Konspirasi orang-orang
musyrik untuk melemahkan dakwah pun gagal. Umat Islam bertampah mulia dan teguh dengan
agamanya.

Ketiga: Optimis di Tengah Kesulitan

Di tengah tekanan dan gangguan orang-orang Quraisy, Nabi ‫ ﷺ‬tetap optimis dakwah ini akan
dimenangkan oleh Allah ‫ﷻ‬. Rasa optimis beliau sangat tampak ketika beliau yang sedang duduk
di teduh bayangan Ka’bah ditanya oleh Khabbab bin al-Arats radhiallahu ‘anhu, “Tidakkah Anda
memohon pertolongan untuk kita? Tidakkah Anda berdoa kepada Allah untuk kebaikan kita?”
Nabi ‫ ﷺ‬menjawab, “Dulu, orang-orang sebelum kalian digalikan tanah untuknya. Kemudian ia
diletakkan di dalamnya. Setelah itu, didatangkan gergaji lalu digasakkan di kepalanya hingga
terbelah dua. Ada pula yang badannya disisir dengan sisir besi hingga dagingnya terpisah dengan
tulangnya. Keadaan demikian tidak membuat mereka berpaling dari agama mereka. Demi Allah!
Pasti Allah akan menyempurnakan urusan ini hingga seseorang yang berkendaraan yang berjalan
dari Shan’a ke Hadhramaut tidak ada yang ditakuti melainkan Allah atau takut pada serigala atas
kambingnya. Tetapi kalian hendak bercepat-cepat saja (tidak sabar).” (HR. al-Bukhari).

Apa yang dilakukan orang-orang musyrik terhadap Rasulullah ‫ﷺ‬, juga dilakukan oleh cucu-cucu
mereka di zaman kita sekarang terhadap kaum muslimin. Oleh karena itu, hendaknya kita tetap
berpegang pada agama ini. Meneladani sikap Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam menghadapinya. Allah ‫ ﷻ‬pasti
memenangkan agama ini, dengan atau tanpa kita. Tinggal kita, mau atau tidak menjadi bagian
proses kemenangan itu.

Pelajaran:

Pertama: Rasulullah ‫ ﷺ‬diejek dengan sebutan gila karena dakwahnya. Kalau kita berpegang
dengan ajaran Islam, kemudian diejek ‘sumbu pendek (pendek akal)’, ya wajar. Bahkan itu
belum apa-apa dibanding disebut gila. Mudah-mudahan Allah ‫ ﷻ‬beri kesabaran bagi umat Islam
yang berpegang pada ajaran agamanya.

Kedua: Orang yang baik, namun tidak memperbaiki, akan disukai. Inilah keadaan Nabi ‫ﷺ‬
sebelum diangkat menjadi Rasul. Beliau adalah orang yang baik. Orang-orang memuji dan
mencintainya. Beda halnya dengan orang yang baik dan melakukan perbaikan. Orang-orang
yang merasa tidak nyaman akan menyasarkan kebencian. Dan inilah keadaan Nabi ‫ ﷺ‬setelah
diangkan menjadi Rasul.

Ketiga: Pembela kebatilan tidak mudah menyerah menentang kebenaran.

Keempat: Orang-orang yang menempuh jalannya Rasulullah ‫ﷺ‬, ia akan mengalami ujian yang
beliau alami.
Kelima: Jangan menukar agama dengan dunia, karena itu adalah kehinaan.

Keenam: Tidak terburu-buru menginginkan dakwah diterima. Karena kewajiban seorang da’i
adalah menyampaikan. Diterima atau tidak, itu kehendak Allah.

Read more https://kisahmuslim.com/5732-cara-cara-orang-musyrik-menghambat-dakwah-


islam.html

Peran Waraqah Memantapkan Hati Nabi


admin · July 13, 2016
1 12 25.1k 161

Ditunjuk sebagai seorang utusan Allah bukan suatu hal yang mudah bagi Muhammad ‫ﷺ‬. Ia
merasa kebingungan dan tak percaya sepenuhnya dengan apa yang terjadi padanya. Begitu aneh.
Begitu membingungkan. Begitu mengagetkan karena ia hanya menginginkan ketenangan dengan
uzlahnya. Tiba-tiba malaikat datang. Karena itu, Muhammad ‫ ﷺ‬butuh orang berilmu yang
meneguhkannya. Butuh mereka yang kenal risalah untuk menerjemahkan kabar langit itu.

Di antara orang yang meneguhkan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dengan kabar risalah adalah Waraqah bin
Naufal radhiallahu ‘anhu. Seorang berilmu yang beriman terhadap kenabian Musa dan Isa
‘alaihimassalam.

Dialog Kabar Wahyu

Istri Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, Khadijah radhiallahu ‘anha berangkat menemui Waraqah untuk kali
kedua. Ia hendak bertanya padanya tentang perihal wahyu yang baru saja diterima suaminya.
Kali ini ia tidak sendiri, ia mengajak sang suami turut serta bersamanya. Mendengar langsung
dari ulama ahli kitab ini. Dan Khadijah pun ingin agar Waraqah mendengar langsung kabar dari
suaminya.

Waraqah bertanya, “Saudaraku, apa yang kau lihat?” Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬mengabarkan
padanya apa yang ia lihat.

Tanpa ragu, Waraqah langsung berucap, “Itu adalah an-Namus yang dulu datang kepada Musa.
Duhai sekiranya saat itu aku masih kuat. Sekiranya waktu itu tiba aku masih hidup. Waktu ketika
kaummu mengusirmu”.

“Apakah aku akan diusir?” tanya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyambar penjelasan Waraqah.


“Iya. Tidak seorang pun yang datang dengan apa yang datang kepadamu kecuali dimusuhi. Jika
aku mendapati hari itu, aku akan menolongmu sekuat tenaga”, jawab Waraqah (HR. al-Bukhari
Kitab Bad’ul Wahyi No.3 dan Muslim Kitabul Iman, Bab Bad’ul Wahyi, No. 160).

Pelajaran dari Pertemuan dengan Waraqah:

Pertama: pada kisah sebelumnya, Waraqah tidak menjawab dengan ‘Muhammad ‫ ﷺ‬benar
(dengan kisahnya)’. Ia menjawab, ‘Jika engkau jujur padaku wahai Khadijah’. Ia bukan
meragukan berita yang datang dari Muhammad ‫ ﷺ‬kepada Khadijah. Hanya saja ia khawatir
kabar yang disampaikan kepadanya kurang detil. Sebagaimana ketika seseorang menceritakan
peristiwa isra mi’raj kepada Abu Bakar. Abu Bakar mengatakan, “Kalau memang dia yang
mengatakannya, pasti itu benar.” (HR. al-Hakim 4407).

Kedua: Dalam kisah sebelumnya juga Waraqah mengatakan kepada Nabi ‫ ﷺ‬bahwa beliau adalah
Nabinya umat ini. Umat yang dimaksud Waraqah bisa jadi adalah bangsa Arab. Bisa jadi juga
dalam artinya lebih luas, seluruh umat manusia. waqaraqah juga mengetahui bahwa beliau ‫ﷺ‬
adalah rasul terakir untuk umat di dunia ini.

Ketiga: Waraqah mengetahui sosok yang ditemui oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬adalah an-Namus al-
Akbar. An-Namus adalah pembawa rahasia. Allah ‫ ﷻ‬menunjukkan kepada Jibril suatu rahasia
yang tidak ditunjukkan kepada selainnya. Itulah rahasia wahyu.

َ ‫سو ٍل فَإِنَّهُ َي ْسلُكُ ِم ْن َبي ِْن َيدَ ْي ِه َو ِم ْن ُخ َْل ِف ِه َر‬


‫صدًا‬ ُ ‫َض ٰى ِم ْن َر‬ ْ ‫ب فَ َال ي‬
ْ ‫ ِإ َّال َم ِن‬.‫ُظ ِه ُر َعلَ ٰى َغ ْي ِب ِه أ َ َحدًا‬
َ َ ‫ارت‬ ِ ‫َعا ِل ُم ْالغَ ْي‬

“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya
Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS:Al-Jin | Ayat:
26-27).

Waraqah tahu bahwa pembawa rahasia itu adalah Jibril. Pembawa rahasia dari Rabb semesta
alam kepada para nabi. Tapi ia hanya menyebut an-Namus yang datang kepada Musa. Ia tidak
mengatakan yang datang kepada Isa, padahal ia seorang Nasrani. Kemungkingkan karena pokok
syariat Nasrani adalah syariat Yahudi kemudian disempurnakan oleh Nabi Isa. Sebagaimana
firman Allah ‫ﷻ‬,

ِ ُ‫َّللا َوأَ ِطيع‬


‫ون‬ َ ‫ي ِمنَ الت َّ ْو َرا ِة َو ِأل ُ ِح َّل لَ ُك ْم َب ْع‬
َ َّ ‫ض الَّذِي ُح ِ ِّر َم َعلَ ْي ُك ْم ۚ َو ِجئْت ُ ُك ْم ِبآ َي ٍة ِم ْن َر ِبِّ ُك ْم فَاتَّقُوا‬ َّ َ‫ص ِدِّقًا ِل َما َبيْنَ َيد‬
َ ‫َو ُم‬

“Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk
menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu
dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada
Allah dan taatlah kepadaku.” (QS:Ali Imran | Ayat: 50).

Oleh karena itu, ucapan Waraqah ini mencakup ajaran dua ahlil kitab. Karena keduanya beriman
kepada Jibril yang datang kepada Musa.
Keempat: Waraqah menjawab dengan penuh keyakinan. Tanpa sedikit pun ragu. Bahkan
jawaban itu ia lontarkan langsung tanpa jeda berpikir. Karena dia tahu masa-masa itu akan
datang seorang nabi. Ia juga tahu, nabi itu akan diutus di Mekah. Ia sudah mengenal siapa
Muhammad bin Abdullah. Ketika mendengar kabar tentang an-Namus al-Akbar, ia pun segera
menunjukkan keimanannya.

Kelima: Waraqah memberikan kabar yang berulang dan pula akan menimpa Muhammad ‫ﷺ‬. Ia
mengatakan, “Tidak seorang pun yang datang dengan apa yang datang kepadamu kecuali
dimusuhi”. Demikian juga bagi orang-orang yang mendakwahkan ajaran Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
Berlaku baginya ketentuan ini. karena peperangan antara yang haq dan yang batil akan
senantiasa terjadi.

Keenam: Sebelum menerima wahyu, Nabi ‫ ﷺ‬tidak mengetahui kabar tentang umat terhdahulu.
Karena itu beliau ‫ ﷺ‬bertanya, “Apakah aku akan diusir?”

Beliau ‫ ﷺ‬tidak membaca sejarah para nabi. Juga tidak mengetahui jalan yang mereka titi. Tidak
ada tukang cerita yang menuturkan padanya. Beliau tidak tahu kalau para nabi terdahulu
didustakan. Kemudian bagaimana mereka ditolong. Karena itu beliau mengajukan pertanyaan
itu. Tidak mungkin semua itu diketahui kecuali melalui jalan wahyu. Hal ini semakin
mengokohkan bahwa Alquran benar-benar mukjizat.

ْ ‫وحي َها إِلَيْكَ ۖ َما ُك ْنتَ ت َ ْعلَ ُم َها أ َ ْنتَ َو َال قَ ْو ُمكَ ِم ْن قَ ْب ِل ٰ َهذَا ۖ فَا‬
َ‫صبِ ْر ۖ إِ َّن ْالعَاقِبَةَ ِل ْل ُمتَّ ِقين‬ ِ ‫اء ْالغَ ْي‬
ِ ُ‫ب ن‬ ِ َ‫ِت ْلكَ ِم ْن أ َ ْنب‬

“Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka
bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS:Huud | Ayat: 49).

Wafatnya Waraqah

Dalam riwayat al-Bukhari, Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan,

ُ ْ‫ي َوفَت ََر ْال َوح‬


‫ي‬ َ ِِّ‫ث ُ َّم لَ ْم يَ ْنشَبْ َو َرقَةُ أ َ ْن ت ُ ُوف‬

“Kemudian tak berselang lama Waraqah meninggal dan wahyu berhenti beberapa lama.” (HR.
al-Bukhari Kitab Bad’ul Wahyi No.3 dan Muslim Kitabul Iman, Bab Bad’ul Wahyi, No. 160).

Waraqah wafat sehari atau dua hari setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬mendapat risalah. Tidak ada kata lagi
yang terucap dari Waraqah kecuali kalimat itu. kalimat yang terucap dengan penuh yakin bahwa
Anda (Muhammad ‫ )ﷺ‬adalah seorang Nabi.

Wafatlah seorang yang beriman dengan kerasulan Muhammad ‫ﷺ‬. Seorang yang teguh dengan
ajaran yang hanif, ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Musa dan Isa ‘alaihimassalam. Karena
itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

ِ ‫ فإنِِّي رأيتُ له َجنةً أو َج‬،‫ال ت َسبُّوا ورقةَ بنَ نوف ٍل‬


‫نتين‬
“Jangan kalian cela Waraqah bin Naufal. Sesungguhnya aku melihat memiliki satu atau du
ataman (di surga).” (HR. al-Hakim 4211. Ia mengatakan hadits shahih sesuai dengan syarat al-
Bukhari dan Muslim walaupun tidak diriwayatkannya. Al-Albani dalam as-Silsilatu ash-
Shahihah 405).

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersedih dengan wafatnya Waraqah. Dialah yang memberinya kekuatan dan
keyakinan –setelah Allah ‫ﷻ‬- tentang datangnya risalah. Semoga Allah meridhai dan merahmati
Waraqah bin Naufal.

Read more https://kisahmuslim.com/5575-peran-waraqah-memantapkan-hati-nabi.html

Keadaan Saat Turunnya Wahyu


admin · June 26, 2016
0 7 27.9k 137
Setelah berulang kali mengalami mimpi menjadi nyata, Muhammad ‫ ﷺ‬mulai menyendiri di Gua
Hira. Hingga beberapa waktu berlalu tibalah bulan Ramadhan. Beliau ‫ ﷺ‬menemui sesuatu yang
mengubah kehidupannya. Beliau berjumpa dengan Jibril.

Jibril di Gua

Jibril masuk ke Gua Hira lalu memerintahkan Muhammad ‫ ﷺ‬untuk membaca. Hingga turunlah
surat al-Alaq 1-5. Beliau melihat mimpinya menjadi nyata.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa Jibril mendekap Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan membuat beliau
kepayahan? Mengapa beliau merasakan ketakutan?

Di antara faidahnya adalah Nabi ‫ ﷺ‬begitu sadar bahwa keanehan yang beliau alami adalah
sesuatu yang hakiki. Beliau merasakan sakit yang bisa dirasakan inderanya. Sehingga tak ada
rasa ragu atau menerka itu adalah khayalan atau menduga-duga. Kemudian hal ini juga menjadi
pelajaran kepada beliau bahwa tahapan-tahapan wahyu berikutnya akan turun dalam keadaan
berat seperti ini. sebagaimana firman Allah ‫ﷻ‬,

‫سنُ ْل ِقي َعلَيْكَ قَ ْو ًال ثَ ِقي ًال‬


َ ‫إِنَّا‬

“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.” (QS:Al-Muzzammil |


Ayat: 5).
Kata berat dalam ayat ini bukan hanya mengandung pengertian secara maknawi. Atau hanya
berarti makna yang mendalam dan penuh hikmah. Berat tersebut adalah dalam arti sebenarnya.
Yang dirasakan oleh panca indera.

Hal ini dipertegas lagi oleh pengalaman sahabat Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu. Ia
mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah ‫ ﷺ‬sedang mendapat wahyu:

َ ‫الَ َي ْستَ ِوي ْالقَا ِعد ُونَ ِمنَ ال ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال ُم َجا ِهد ُونَ ِفي‬
ِ‫س ِبي ِل هللا‬

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) dengan orang-orang
yang berjihad di jalan Allah…” (QS:An-Nisaa | Ayat: 95).

Kemudian datang Ibnu Ummi Maktum yang menyebutkan ayat itu padaku. Ia berkata, ‘Wahai
Rasulullah, seandainya aku bisa berjihad, pasti aku akan berjihad’. Ia adalah seorang laki-laki
buta. Kemudian Allah Tabaraka wa Ta’ala menambahkan ayat kepada Rasul-Nya ‫ﷺ‬. Saat itu
paha beliau berada di atas pahaku. Aku merasa begitu keberatan. Sampai-sampai aku khawatir
pahaku remuk. Setelah itu dilanjutkan kepada beliau, Allah menurunkan:

‫َغي ُْر أُو ِلي الَض ََّر ِر‬

“yang tidak mempunyai uzur” (QS:An-Nisaa | Ayat: 95). (HR. al-Bukhary, Kitab al-Jihad wa as-
Siyar, 2677, at-Turmudzi 3033, dan an-Nasa-I 4308).

Hadits ini menjelaskan kepada kita perkataan berat yang dimaksud dalam surat al-
Muzammil mencakup berat dalam arti hakiki. Bukan hanya secara maknawi. Sebagaimana yang
dirasakan oleh Zaid bin Tsabit radhiallahu ‘anhu. Demikian juga Aisyah radhiallahu ‘anha
meriwayatkan,

‫ فَتََض ِْربُ ِب ِج َرانِ َها‬،‫احلَتِ ِه‬


ِ ‫سو ِل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َوه َُو َعلَى َر‬
ُ ‫ِإ ْن َكانَ لَيُو َحى ِإلَى َر‬

“Apabila Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima wahyu saat berada di atas tunggangannya (ontanya), maka
bagian perut onta itu akan menempel ke tanah.” (HR. Ahmad 24912).

Artinya onta itu tak sanggup menahan beban Rasulullah ‫ ﷺ‬yang sedang menerima wahyu.
Sehingga ia terduduk sampai perutnya menempel ke tanah.

Dahsyat dan beratnya peristiwa menerima wahyu ini berbeda-beda. Wahyu yang satu bisa lebih
berat dari wahyu lainnya. Al-Harits bin Hisyam radhiallahu ‘anhu pernah bertanya kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬, “Wahai Rasulullah, bagaimana cara wahyu datang kepadamu?” Rasulullah ‫ﷺ‬
menjawab,

‫ َوأَحْ َيانًا َيتَ َمثَّ ُل ِلي ْال َملَكُ َر ُجالً فَيُ َك ِلِّ ُمنِي‬،َ‫ص ُم َعنِِّي َوقَدْ َو َعيْتُ َع ْنهُ َما قَال‬
َ ‫ي فَيُ ْف‬ َ َ ‫ َوه َُو أ‬،‫صلَ ِة ْال َج َر ِس‬
َّ َ‫شدُّهُ َعل‬ َ ‫أَحْ َيانًا َيأ ْ ِتينِي ِمثْ َل‬
َ ‫ص ْل‬
‫فَأ َ ِعي َما يَقُو ُل‬

“Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng. Inilah yang terberat bagiku. Dia
memberitakan sesuatu dan aku memahami apa yang ia ucapkan. Dan terkadang malaikat datang
dalam wujud seorang laki-laki, lalu dia berbicara padaku dan aku paham apa yang
diucapkannya.” (HR. al-Bukhari 3043 dan Muslim 2333).

Jadi, tingkat kesulitan penerimaan wahyu itu berbeda-beda. Dan yang paling berat adalah seperti
gemerincing lonceng. Aisyah radhiallahu ‘anha paham betul tentang beratnya wahyu itu. ia
menuturkan bagaimana keadaan Nabi ‫ ﷺ‬saat turun wahyu di musim dingin.

‫صدُ َع َرقًا‬ ِ ‫شدِي ِد ْال َب ْر ِِد فَ َي ْف‬


َّ َ‫ص ُم َع ْنهُ َو ِإ َّن َج ِبينَهُ لَ َيتَف‬ َّ ‫ي فِي ا ْل َي ْو ِم ال‬
ُ ْ‫َولَقَدْ َرأ َ ْيتُهُ َي ْن ِز ُل َعلَ ْي ِه ْال َوح‬

“Sungguh aku melihat wahyu turun kepada beliau di hari yang sangat dingin namun beliau tidak
merasa kedinginan. Bahkan dari dahi beliau mengeluarkan keringat.” (HR. al-Bukhari 2, at-
Turmudzi 3634, an-Nasai- 1006, dan Ahmad 26241).

Di ruang ber-AC dengan suhu 200c saja, kita sudah tidak berkeringat. Sedangkan dinginnya Kota
Madinah bisa mencapai 100c bahkan lebih rendah lagi. Dalam kodisi seperti itu, Rasulullah ‫ﷺ‬
berkeringat. Terbayang, betapa berat keadaan yang dialami Nabi ‫ ﷺ‬saat menerima wahyu.

Mengapa Dalam Keadaan Berat?

Membaca hadits-hadits Nabi ‫ﷺ‬, kita bisa menangkap hikmah mengapa wahyu turun dalam
keadaan yang begitu berat. Dan Allah ‫ ﷻ‬lebih mengetahui hikmahnya. Nabi ‫ ﷺ‬mendapat ujian
dari segala sisi: keluarga yang wafat meninggalkannya, hartanya, negeri asalnya, sahabat-
sahabatnya, sampai rasa sakit yang berliau derita.

‫ِإ ِِّني أُو َعكُ َك َما يُو َعكُ َر ُجالَ ِن ِم ْن ُك ْم‬

“Sungguh aku sakit sebagimana rasa sakit dua orang kalian (dua kali lipat).” (HR. al-Bukhari
5324 dan Muslim 2571).

Dan juga sabda beliau ‫ﷺ‬,

‫اس بَالَ ًء األ َ ْن ِبيَا ُء ث ُ َّم األ َ ْمثَ ُل فَاأل َ ْمثَ ُل‬ َ َ‫أ‬
ِ َّ‫شدُّ الن‬

“Orang yang paling besar musibahnya adalah para nabi, kemudian yang (keshalehannya) mirip
(dengan mereka), kemudian yang mirip dengan mereka.” (HR. an-Nasa-i 7482 dll.)

Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah sebaik-baik manusia, rasul yang paling utama. Beliau mendapatkan cobaan
hingga saat menerima wahyu. Dengan rasa berat tersebut Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabar. Beliau lebih
melihat hikmah wahyu tersebut yang merupakan petunjuk yang bermanfaat bagi umatnya.
Sampai-sampai beliau rindu dengan perjumpaan Jibril dan mendengar kalam Ilahi itu.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya kepada Jibril:

‫ت { َو َما نَتَن ََّز ُل إِ َّال بِأ َ ْم ِر َربِِّكَ لَهُ َما بَيْنَ أ َ ْيدِينَا َو َما ُخ َْلفَنَا‬ ُ ‫ورنَا أ َ ْكث َ َر ِم َّما ت َُز‬
ْ َ‫ورنَا فَنَزَ ل‬ َ ‫} َما يَ ْمنَعُكَ أ َ ْن ت َُز‬

“Mengapa engkau tidak sering lagi mengunjungiku sebagaimana biasanya?” Lalu turunlah ayat:
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nyalah segala
yang ada di hadapan kita, dan segala yang ada di belakang kita. (Maryam: 64).” (HR. al-Bukhari
4454 dan selainnya).

Penutup

Dengan mengetahui bagaimana keadaan Rasulullah saat menerima wahyu, mudah-mudahan kita
semakin mengagungkan Alquran. Dan terbayang setiap kita membaca ayat Alquran bagaimana
Rasulullah berjuang keras dan bersabar menahan beratnya menerima wahyu Ilahi untuk
disampaikan kepada kita, untuk kita baca dan tadabburi.

Read more https://kisahmuslim.com/5562-keadaan-saat-turunnya-wahyu.html

Kepahlawanan dan Keberanian Rasulullah ‫ﷺ‬


admin · November 11, 2015
0 10 45.1k 217
Keberanian adalah sifat terpuji yang banyak diinginkan. Walaupun tidak semua orang memiliki
keberanian. Berani tak melulu maju bergerak mengambil tindakan. Karena mengalah pun bisa
menaklukkan.

Sulit kita temukan seseorang yang begitu sempurna. Bersifat santun dan lemah lembut, namun
juga memiliki keberanian. Pemaaf juga memiliki ketegasan. Berkasih sayang sekaligus juga
seorang pejuang di medan perang. Kalau ada orang yang mampu mengompromikan sifat-sifat
yang terlihat bertentangan ini dengan sempurna, maka dialah Muhammad bin Abdullah ‫ﷺ‬.

Kita mengenal Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dengan kesantunannya, dengan kerendahan hatinya, dengan
kasih sayangnya, sekarang mari kita kenal juga beliau ‫ﷺ‬dengan keberaniannya.

Keberanian di Medan Perang

Datang ke medan perang, sudah menunjukkan bagaimana kuatnya mental dan keberanian
seseorang. Banyak kaki yang gemetar, hati-hati yang kokoh sekejap menjadi pudar, karena batas
kehidupan dan kematian begitu dekat. Antara perisai dan sebilah pedang. Terlebih perang jarak
dekat. Bertatap muka dengan musuh. Setiap kayuhan pedang musuh adalah kesempatan hidup
atau jemputan ajal.

Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Kuperhatikan diri kami saat Perang Badar.
Kami berlindung pada Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau adalah orang yang paling dekat dengan musuh dan
orang yang paling banyak ditimpa kesulitan”. (Riwayat Ahmad 619 dan Ibnu Abi Syaibah
32614).
Dari Ibnu Ishaq, ada seseorang bertanya kepada al-Bara’ bin Azib radhillahu ‘anhu, “Apakah
kalian lari dari sisi Rasulullah ‫ ﷺ‬di Perang Hunain?” al-Bara’ menjawab, “(Ya) Akan tetapi
Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak berlari mundur, walaupun orang-orang Hawazin adalah pemanah handal.
Ketika menghadapi mereka, awalnya kami berhasil memukul mundur mereka. Orang-orang pun
berpaling menuju harta rampasan perang. Ternyata, mereka (suku Hawazin), dengan tiba-tiba
menghujani kami dengan anak panah sehingga orang-orang (para sahabat) kalah. Aku
menyaksikan Rasulullah bersama Abu Sufyan bin Harits yang memegang tali kendali keledai
putih beliau. Beliau meneriakkan,

َّ ‫ي الَ َكذِبْ أَنَا ا ْبنُ َع ْب ِد ْال ُم‬


ْ‫طلِب‬ ُّ ‫أَنَا النَّ ِب‬

“Aku seorang nabi tidak dusta. Aku putra Abdul Muththalib.” (HR. al-Bukhari 2709 dan Muslim
1776).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya, “Ini adalah puncak keberanian
yang sempurna. Dalam keadaan perang sengit, pasukan tengah terpukul mundur, dan hanya
dengan menunggangi keledai, hewan yang tidak bisa berlari kencang, tidak mampu dipakai
bergerak maju mundur untuk menyerang atau melarikan diri, beliau menerobos musuh sambil
meneriakkan nama beliau. Hal itu, agar orang yang tidak mau mengenal beliau sampai hari
Kiamat sudah tahu tentang beliau…” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/357).

Ya, beliau sebut namanya di tengah keadaan sengit itu, seolah hendak menegaskan ‘akulah nabi
putra Abdul Muthalib yang kalian cari itu’. Sedikit pun beliau tidak gentar.

Menantang Tokoh-Tokoh Quraisy

Urwah bin az-Zubair bertanya kepada Abdullah bin Amr bin al-Ash, “Berapa sering engkau lihat
orang-orang Quraisy mengintimidasi Rasulullah ‫ ﷺ‬karena ia menampakkan permusuhannya?”
Abdullah bin Amr berkata, “Aku pernah melihat dalam sebuah majelis mereka, pada suatu hari
pembesar-pembesar mereka berkumpul di Hijir Isma’il. Mereka memperbincangkan Rasulullah
‫ﷺ‬.

Mereka berkata, “Kita tidak pernah melihat kesabaran kita dalam menghadapi sesuatu, lebih
besar kecuali terhadap orang ini (Muhammad ‫)ﷺ‬. Ia menganggap bodoh orang-orang pintar kita,
menghina bapak-bapak kita, mencela agama kita, memecah belah persatuan kita, dan mencela
Tuhan-Tuhan kita. Sungguh kita telah sabar kepadanya atas suatu perkara yang besar,” atau,
sebagaimana yang mereka katakan.

“Ketika mereka sedang berbincang-bincang seperti itu, muncullah Rasulullah ‫ ﷺ‬berjalan. Beliau
mengusap rukun Yamani. Sambil mengelilingi Baitullah, beliau melewati mereka. Ketika
mereka melihat Nabi ‫ﷺ‬, lewat mereka menghinanya dengan kata-kata mereka.”

Abdullah bin Amr melanjutkan, “Aku mengetahui hal itu dari ekspresi wajah beliau. Kemudian
beliau berlalu. Ketika beliau melewati mereka untuk kali kedua, mereka kembali mencelanya
seperti semula. Dan aku bisa mengetahui hal itu dari wajahnya. Beliau tetap berlalu (tidak
memperdulikannya). Lalu beliau melewati mereka untuk kali ketiga, mereka kembali
mencelanya seperti semula. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

ُ ‫ أَ َما َوالَّذِي نَ ْف‬،‫ت َ ْس َمعُونَ يَا َم ْعش ََر قُ َري ٍْش‬


ِ‫س ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه لَقَدْ ِجئْت ُ ُك ْم بِالذَّبُْح‬

“Dengarlah wahai orang-orang Quraisy, demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam
genggamannya, sungguh aku datang untuk menyembelih kalian!!”

Maka kata-kata itu menjadikan mereka ngeri. Sehingga, tidak ada seorang pun dari mereka
kecuali seakan-akan di atas kepalanya ada seekor burung yang hinggap”. (HR. Ahmad 6739).

Begitulah saking terdiamnya, burung pun bisa hinggap karena mengira mereka patung.

Keberanian Yang Menenangkan

Seorang pemimpin hendaknya bersikap tenang dalam situasi mencemaskan bahkan genting
sekalipun. Ketika pemimpin kalut, maka rakyat pun semakin bingung.

Suatu hari, ada suara gaduh menyentak Kota Madinah. Penduduknya pun terkejut, khawatir, dan
bertanya-tanya apa gerangan yang menimpa kota.

َ‫طلَق‬َ ‫ع أَ ْه ُل ْال َمدِينَ ِة ذَاتَ لَ ْيلَ ٍة فَا ْن‬


َ ‫اس َو َل َق ْد َف ِز‬ِ ‫اس َو َكانَ أ َ ْش َج َع ال َّن‬ ِ ‫اس َو َكانَ أَجْ َوِدَ ال َّن‬ ِ ‫سنَ ال َّن‬َ ْ‫سلَّ َم أَح‬َ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو‬ َ ِ‫سو ُل هللا‬ ُ ‫َكانَ َر‬
‫ي فِي‬ َ ْ َ َ َ
َ ‫ت َوه َُو َعلى ف َر ٍس ِألبِي طل َحة ع ُِر‬ َ ِ ‫ص ْو‬ َ
َّ ‫سبَق ُه ْم إِلى ال‬َ ْ َ
َ ‫اجعًا َوقد‬ ِ ‫سل َم َر‬َّ َ
َ ‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو‬ َّ َ ِ‫سول هللا‬ ُ ُ َّ
ُ ‫ت فتلقاه ْم َر‬َ َ َ ِ ‫ص ْو‬
َّ ‫َاس قِبَ َل ال‬
ٌ ‫ن‬
ُ ‫طأ‬َّ َ‫سا يُب‬ً ‫ قَا َل َو َجدْنَاهُ بَحْ ًرا أَ ْو إِنَّهُ لَبَحْ ٌر قَا َل َو َكانَ فَ َر‬,‫ْف َوه َُو يَقُو ُل لَ ْم ت ُ َراعُوا لَ ْم ت ُ َراعُوا‬ ُ ‫سي‬ َّ ‫عنُ ِق ِه ال‬ ُ

dari Anas binMalik radhiyallahu ‘anhu,ia berkata: Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah orang yang paling
berbudi tinggi, dermawan, dan pemberani. Pernah di suatu malam, penduduk Madinah
dikejutkan oleh suara yang sangat dahsyat. Orang-orang kemudian berangkat menuju ke arah
suara tersebut. Rasulullah ‫ ﷺ‬bertemu mereka saat hendak kembali pulang. Ternyata beliau telah
mendahului mereka menuju ke arah suara tersebut. Waktu itu beliau naik kuda milik Abu
Thalhah, di lehernya terkalung sebuah pedang. Beliau bersabda, ‘Kalian tidak perlu takut, kalian
tidak perlu takut’. Anas berkata, ‘Kami mendapatkan kuda tersebut cepat larinya padahal
sebelumnya adalah kuda yang lambat berlari’.” (Shahih Muslim 2307-48).

Beliau orang terdepan yang melindungi rakyatnya dari ancaman bahaya. Kemudian
menenangkan mereka di saat mereka takut dan kebingungan.

Read more https://kisahmuslim.com/5281-kepahlawanan-dan-keberanian-rasulullah-


%ef%b7%ba.html

20 Ramadhan: Fathu (Pembebasan) Kota


Mekah
admin · July 15, 2015
1 6 23k 146

Di antara poin Perjanjian Hudaibiyah adalah siapa yang ingin bergabung menjadi sekutu kaum
muslimin, maka ia ias bergabung. Siapa yang ingin menjadi sekutu Quraisy, maka ia juga
dipersilahkan untuk bersama mereka. Kabilah Khuza’ah menjadi sekutu Rasulullah ‫ﷺ‬.
Sedangkan seteru mereka, bani Bakr bergabung dengan kafir Quraisy.
Sejak dulu, perang dan sengketa selalu terjadi antara dua kabilah ini. Perjanjian damai ini
dimanfaatkan oleh bani Bakr untuk membalas dendam terhadap orang-orang Khuza’ah. Mereka
pun melakukan penyerangan mendadak di malam hari. Mereka bunuh orang-orang Khuza’ah.
Parahnya, pengingkaran poin perjanjian itu didukung oleh Quraisy. Mereka membantu sekutu
mereka dengan menyiapkan senjata dan pasukan untuk memerangi sekutu Rasulullah ‫ﷺ‬. Segera
setelah pengkhianatan itu, Amr bin Salim al-Khuza’I berangkat menuju Madinah. Ia
mengabarkan kepada Nabi ‫ﷺ‬tentang pengkhianatan Quraisy dan sekutunya (al-Iktifa bima
Tadhammanahu min Maghazi Rasulullah wa ats-Tsalatsati al-Khulafa oleh Sulaiman al-Kula’i:
2/177).

Orang-orang Quraisy segera bergerak melangkah. Mereka mengirim Au Sufyan ke Madinah


untuk memperbarui perjanjian mereka dengan kaum muslimin. Namun apa yang mereka lakukan
sudah tidak bermanfaat. Rasulullah ‫ ﷺ‬telah memerintahkan kaum muslimin untuk menyiapkan
pasukan menuju Mekah.

Pada tanggal 20 Ramadhan 8 H, pasukan kaum muslimin berangkat dari Madinah menuju
Mekah. Rasulullah ‫ ﷺ‬memimpin pasukan besar yang berjumlah 10.000 sahabat. Dan Abu Dzar
al-Ghifari ditugasi menjadi pengganti beliau di Madinah. Sesampainya di daerah Juhfah,
Rasulullah ‫ ﷺ‬berjumpa dengan pamannya, al-Abbas bin Abdul Muthalib, ia hijrah keluar Mekah
sebagai seorang muslim. Kemudian al-Abbas mengendari bighal putih milik Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia
mencari salah seorang Quraisy agar meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬sebelum
beliau memasuki Mekah.
Di saat bersamaan Abu Sufyan pun sibuk mengendap-endap, mencari tahu perkembangan
keadaan. Al-Abbas bertemu dengannya. Lalu ia mengajak Abu Sufyan menemui Rasulullah ‫ﷺ‬
untuk meminta jaminan keamanan. Keduanya pun berangkat menemui Rasulullah ‫ﷺ‬.

Ketika keduanya berjumpa dengan Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau bersabda, “Celaka engkau Abu Sufyan,
bukankah sudah tiba saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa tiada ilah (sesembahan) yang
berhak disembah selain Allah? Bukankah sudah tiba saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa
aku adalah utusan Allah?”

Al-Abbas menimpali, “Celaka engkau apabila tidak juga memeluk Islam”.

Kemudian Abu Sufyan mengikrakan syahadat yang jujur. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memuliakannya
degan sabda beliau,

‫من ِدُخل ِدار أبي سفيان فهو آمن‬

“Siapa yang masuk ke dalam rumah Abu Sufyan, maka dia aman.” (HR. Muslim, Kitabul Jihad,
1780).

Ketika pasukan kaum muslimin tengah bergerak memasuki Mekah, Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan
al-Abbas agar membawa Abu Sufyan ke sisi Kota Mekah agar ia melihat tentara-tentara Allah.
Kabilah-kabilah kaum muslimin lewat di hdapat Abu Sufyan dan al-Abbas memperkenalkan
siapa mereka. Hingga Rasulullah ‫ ﷺ‬lewat bersama batalionnya. Bersama Muhajirin dan Anshar.

Abu Sufyan berkata, “Subhanallah! Tidak ada pasukan manapun yang bisa menang menghadapi
mereka”. Kemudian ia bersegera menuju kaumnya, lalu berteriak, “Wahai orang-orang Quraisy,
ini Muhammad. Ia telah datang kepada kalian dengan pasukan yang tidak akan sanggup kalian
lawan”. Mendengar hal itu, orang-orang pun kocar-kacir. Mereka berlarian ke rumah-rumah
mereka dan ke masjid (Uyunil Atsar fi Funun al-maghazi wa asy-Syamail wa as-siyar, 2/188).

Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk Kota Mekah dengan penuh ketawadhuan, merendahkan dirinya kepoada
Allah ‫ ﷻ‬yang telah memuliakan beliau dengan membebaskan Kota Mekah. Beliau telah membagi
pasukannya ke dalam beberapa brigade, mengepung Kota Mekah dari segala sisi.

Kasih Sayang Rasulullah ‫ﷺ‬Terhadap Musuh

Pasukan Islam memasuki Kota Mekah dan tidak ada kabilah Quraisy yang mampu menghadang
mereka. Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya masuk ke dalam Masjid al-Haram. Beliau
pun mencium Hajar Aswad. Saat itu kondisi Ka’bah begitu mengenaskan, setidaknya ada 360
berhala di sekelilingnya. Beliau pun menghancurkan Tuhan-Tuhan selain Allah tersebut. Beliau
membaca firman Allah ‫ﷻ‬,

ِ َ‫اط ُل إِ َّن ْالب‬


‫اط َل َكانَ زَ هُوقًا‬ ِ َ‫َجا َء ْال َح ُّق َوزَ هَقَ ْالب‬

Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah
sesuatu yang pasti lenyap.” (Qs. Al-Isra’: 81)
ِ َ‫ئ ْالب‬
ُ‫اط ُل َو َما يُ ِعيد‬ ُ ‫َجا َء ْال َح ُّق َو َما يُ ْب ِد‬

“Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan
mengulangi.” (Qs. Saba’: 49).

Berhala-berhala itu hancur lebur di hadapan beliau. Setelah itu, barulah beliau melaksanakan
thawaf.

Kemudian Nabi ‫ ﷺ‬memanggil Utsman bin Thalhah dan menyerahkan kunci Ka’bah kepadanya.
Beliau meminta Utsman agar membuka Ka’bah, lalu beliau memasukinya. Nabi ‫ ﷺ‬melihat
gambar-gambar di dalamnya. Segera gambar tersebut beliau hapus. Kemudian melaksanakan
shalat di dalam Ka’bah. Setelah itu Nabi ‫ ﷺ‬keluar menjumpai kerumunan orang-orang Quraisy
yang menunggu putusan beliau.

Dengan memegangi pinggiran pintu Ka’bah, beliau bersabda:

“ ‫األحزاب وحْ دَه‬


َ ‫َزم‬
َ ‫َصر َع ْبدَه وه‬
َ ‫صدَقَ َو ْعدَه ون‬
َ ،‫قدير‬
ٌ َ ‫ لَهُ ال ُم ْلكُ وله الحمد ُ وهو على َك ِِّل‬،‫ال إِله إِالَّ هللا وحدَّه ال شريكَ له‬
ٍ‫ش ْيء‬

“Wahai orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan kesombongan jahiliyah dan
pengagungan terhadap nenek moyang. Manusia dari Adam dan Adam dari tanah.”

َّ ‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم ِإ َّن‬


ٌ ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َُخ ِب‬
‫ير‬ َّ َ‫ارفُوا ِإ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬ ُ ‫اس ِإنَّا َُخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَ َع‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬

“Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangankan tentang apa yang akan aku lakukan
terhadap kalian?”

Merekapun menjawab, “Saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia.”

Beliau bersabda, “Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada
saudaranya:

‫يب َعلَ ْي ُك ُم ْاليَ ْو َم‬


َ ‫الَ تَثْ ِر‬

‘Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang.’
Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!” (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam,
5/74).

Beliau maafkan banyak orang yang telah menyakiti beliau, kecuali 9 orang tokoh mereka. Nabi
‫ ﷺ‬memerintahkan agar kesembilan orang tersebut dihukum mati apabila ditemukan. Walaupun
mereka berlindung di balik tirai Ka’bah.

Setelah itu beliau kembalikan kunci Ka’bah kepada Utsman bin Thalhah. Lalu beliau
perintahkan Bilal naik ke atas Ka’bah untuk mengumandangkan adzan

Khutbah Fathu Mekah


Di hari kedua, Rasulullah ‫ ﷺ‬berkhutbah:

“Sesungguhnya kota ini, Allah telah memuliakannya pada hari penciptaan langit dan bumi. Ia
adalah kota suci dengan dasar kemuliaan yang Allah tetapkan sampai hari Kiamat. Tidak halal
bagi orang sebelumku (berperang di dalamnya), ataupun orang sesudahku, demikian juga atas
diriku, kecuali hanya sementara waktu. Tidak boleh diburu hewan-hewannya. Tidak boleh
dicabut durinya. Tidak boleh menebang pepohonanya. Dan tidak boleh diambil barang
temuannya, kecuali bagi mereka yang hendak mengumumkannya.” (HR. al-Bukhari, Kitab al-
Maghazi, 4059).

Kemudian laki-laki dan wanita-wanita Mekah membaiat Rasulullah ‫ﷺ‬, berjanji menaati beliau.
Beliau menetap di Mekah selama 19 hari. Mengajarkan Islam. Membimbing manusia dan
menghancurkan berhala.

Read more https://kisahmuslim.com/5129-20-ramadhan-fathu-pembebasan-kota-mekah.html

17 Ramadhan: Perang Badar


admin · July 7, 2015
0 17 44.8k 180
Setelah umat Islam mengalami intimidasi, kesulitan, dan duka meninggalkan kampung halaman
mereka di Mekah. Meninggalkan harta dan keluarga di sana. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengadakan rencana
penyergapan kafilah Quraisy. Hal itu merupakan respon dari permusuhan yang mereka lakukan
selama ini. Para sahabat Muhajirin dan Anshar pun berkumpul dan bersiaga melakukan
penyergapan.
Namun rencana dan persiapan matang bukanlah sesuatu yang pasti terjadi. Manusia sekelas
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun hanya mampu berencana, namun Allah ‫ ﷻ‬melakukan apa yang Dia kehendaki.
Penyergapan gagal. Kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb berhasil melarikan
diri. Malah Quraisy berbalik melakukan persiapan matang untuk berperang. Mereka hendak
memberi pelajaran kelompok kecil kaum muslimin agar orang-orang se-Jazirah Arab jangan
pernah meremehkan Quraisy. Begitu kata Abu Jahal.

Nabi ‫ ﷺ‬bersama para sahabatnya keluar dari Madinah pada tanggal 12 Ramadhan tahun 2 H.
Beliau ‫ ﷺ‬tidak mewajibkan setiap kaum muslimin untuk ambil bagian menuju Badar. Karena
keberangkatan ini hanya bertujuan menyergap kafilah Quraisy bukan untuk berperang. Hanya
untuk menghadang kafilah yang membawa 1000 onta, 50.000 dinar emas, dan hanya dijaga oleh
40 orang. Tentu saja hal ini sebagai balasan dari perbuatan Quraisy yang telah merampas harta
mereka selama di Mekah. Namun sayang, rencana ini berhasil diketahui Abu Sufyan. Ia pun
mengubah rute kafilahnya.

Mengetahui pergerakan umat Islam dari Madinah, Quraisy segera menyiapkan pasukan besar
untuk berperang. Mereka membawa 1300 pasukan. 600 di antaranya pasukan berbaju besi. Dan
100 di antaranya penunggang kuda. Mereka juga membawa onta dalam jumlah yang besar.
Sementara kaum muslimin hanya berjumlah 314 orang. Ada yang mengatakan 319 orang. 83 di
antaranya adalah kaum Muhajirin.

Nabi ‫ ﷺ‬duduk khusyuk bermunajat kepada Rabbnya. Memohon pertolongan kepada Maha
Penolong. Beliau ‫ ﷺ‬berdoa:

ِ ‫اإل ِِ ْسالَ ِم الَ ت ُ ْع َبدْ فِي األ َ ْر‬


‫ض‬ َ ‫ت َما َو َعدْتَنِ ْي اللَّ ُه َّم ِإ ْن ت ُ ْه ِل ْك َه ِذ ِه ْال ِع‬
ِ ‫صابَةَ ِم ْن أَ ْه ِل‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم أ َ ْن ِج ْز ِل ْي َما َو َعدْتَنِي اللَّ ُه َّم آ‬
“Ya Allah, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan
kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan
beribadah kepada-Mu di muka bumi ini.” (HR. Muslim no 1763).

Dalam riwayat lain

‫ اللِّ ُه ْالغَدَاةَ ِّم أَ ِح ْن ُه ْم‬، ‫ص َرك الِّذِي َو َعدْتنِي‬


ْ َ‫ اللِّ ُه ِّم فَن‬، ‫سو َلك‬ ْ َ‫ْش قَدْ أ َ ْقبَل‬
ُ ‫ ت ُ َحاِدِّك َوت ُ َكذِّبُ َر‬، ‫ت بِ ُخيَ َالئِ َها َوفَ ْخ ِرهَا‬ ٌ ‫للِّ ُه ِّم َه ِذ ِه قُ َري‬

“Ya Allah, Inilah Quraisy. Mereka datang dengan segala kesombongan dan kebanggan mereka.
Mereka menantang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, kurniakan kemenangan yang
telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, binasakanlah mereka pada pagi ini.” (Sirah Ibnu
Hisyam: 3/164).

Sampai-sampai rida’ beliau terjatuh dari pundaknya karena begitu tingginya beliau mengangkat
tangannya ke arah langit. Melihat keadaan demikian, Abu Bakar merasa tak sampai hati. Ia taruh
kembali rida’ Nabi ‫ ﷺ‬di atas pundaknya dan mendekapkannya. Kemudian Abu Bakar berkata,
“Wahai Nabi Allah, munajatmu kepada Rabbmu telah mencukupi. Dia pasti memenuhi apa yang
Dia janjikan kepadamu”. Nabi ‫ ﷺ‬pun keluar dari tendanya, kemudian membacakan firman Allah
‫ﷻ‬,

‫سيُ ْهزَ ُم ْال َج ْم ُع َوي َُولُّونَ الدُّب َُر‬


َ

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS:Al-Qamar |
Ayat: 45).

Perang besar pertama ini pun dimenangkan oleh kaum muslimin. 70 orang-orang musyrik tewas
di medan Badar. Di antara mereka adalah tokoh-tokoh Quraisy. Seperti: Abu Jahal, Utbah bin
Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Umayyah bin Khalaf, al-Ash bin Hisyam bin al-Mughirah. Dari
pihak kaum muslimin, 14 orang menemui syahidnya. 6 orang Muhajirin. Dan 8 orang Anshar.
Perang ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 H (ar-Rahiq al-Makhtum oleh al-Mubarakfury,
Hal: 197-201).

Kemenangan ini benar-benar berdampak positif terhadap kaum muslimin. Ini merupakan
‘hadiah’ dari Allah ‫ ﷻ‬atas kesabaran orang-orang yang beriman. Orang-orang Arab pun segan
terhadap negara Madinah. Sebagaimana juga orang-orang Quraisy tidak lagi meremehkan kaum
muslimin dan terus-menerus menganggap mereka lemah

Read more https://kisahmuslim.com/5119-17-ramadhan-perang-badar.html

Mengapa Nabi Muhammad Diutus di Arab?


admin · April 18, 2015
9 80 111.6k 365
Usia bumi telah tua. Lebih tua dari masa pertama saat Adam dan istrinya, Hawa, menginjakkan
kaki di permukaannya. Silih berganti zaman dan keadaan. Manusia yang hidup di atasnya pun
bergiliran. Allah utus rasul-rasul untuk mereka. Menyempurnakan fitrah yang telah dibawa.
Hingga akhirnya diutus Muhammad bin Abdullah ‫ ﷺ‬di Jazirah Arab.
Lalu timbul pertanyaan, “Mengapa Arab?” “Mengapa tanah gersang dengan orang-orang nomad
di sana dipilih menjadi tempat diutusnya Rasul terakhir ini?” Tidak sedikit umat Islam yang
bertanya-tanya penasaran tentang hal ini. Mereka berusaha mencari hikmahnya. Ada yang
bertemu. Ada pula yang meraba tak tentu arah.

Para ulama mencoba menyebutkan hikmah tersebut. Dan dengan kerendahan hati, mereka tetap
mengakui hakikat sejati hanya Allah-lah yang mengetahui. Para ulama adalah orang yang
berhati-hati. Jauh lebih hati-hati dari seorang peneliti. Mereka jauh dari mengedepankan egoisme
suku dan ras. Mereka memiliki niat, yang insya Allah, tulus untuk hikmah dan ilmu.

Zaid bin Abdul Karim az-Zaid dalam Fiqh as-Sirah menyebutkan di antara latar belakang
diutusnya para rasul, khusunya rasul terakhir, Muhammad ‫ﷺ‬, di Jazirah Arab adaalah:

Pertama: Jazirah Arab adalah tanah merdeka.

Jazirah Arab adalah tanah merdeka yang tidak memiliki penguasa. Tidak ada penguasa yang
memiliki kekuasaan politik dan agama secara absolut di daerah tersebut. Berbeda halnya dengan
wilayah-wilayah lain. Ada yang dikuasai Persia, Romawi, dan kerajaan lainnya.

Kedua: Memiliki agama dan kepercayaan yang beragam.

Mereka memang orang-orang pagan penyembah berhala. Namun berhala mereka berbeda-beda.
Ada yang menyembah malaikat. Ada yang menyembah bintang-bintang. Dan ada pula yang
menyembah patung –ini yang dominan-.
Patung yang mereka sembah pun bermacam ragam. Setiap daerah memiliki patung jenis tertentu.
Keyakinan mereka beragam. Ada yang menolak, ada pula yang menerima.

Di antara mereka juga terdapat orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dan sedikit yang masih
berpegang kepada ajaran Nabi Ibrahim yang murni.

Ketiga: Kondisi sosial yang unik mungkin bisa dikatakan istimewa tatkala itu. Mereka memiliki
jiwa fanatik kesukuan (ashabiyah).

Orang Arab hidup dalam tribalisme, kesukuan. Pemimpin masyarakat adalah kepala kabilah.
Mereka menjadikan keluarga sendiri yang memimpin suatu koloni atau kabilah tertentu. Dampak
positifnya kentara saat Nabi ‫ﷺ‬memulai dakwahnya. Kekuatan bani Hasyim menjaga dan
melindungi beliau dalam berdakwah.

Apabila orang-orang Quraisy menganggu pribadi beliau, maka paman beliau, Abu Thalib, datang
membela. Hal ini juga dirasakan oleh sebagian orang yang memeluk Islam. Keluarga mereka
tetap membela mereka.

Keempat: Jauh dari peradaban besar.

Mengapa jauh dari peradaban besar merupakan nilai positif? Karena benak mereka belum
tercampuri oleh pemikiran-pemikiran lain. Orang-orang Arab yang tinggal di Jazirah Arab atau
terlebih khusus tinggal di Mekah, tidak terpengaruh pemikiran luar. Jauh dari ideologi dan
peradaban majusi Persia dan Nasrani Romawi. Bahkan keyakinan paganis juga jauh dari mereka.
Sampai akhirnya Amr bin Luhai al-Khuza’I kagum dengan ibadah penduduk Syam. Lalu ia
membawa berhala penduduk Syam ke Jazirah Arab.

Jauhnya pengaruh luar ini, membuat jiwa mereka masih polos, jujur, dan lebih adil menilai
kebenaran wahyu.

Kelima: Secara geografi, Jazirah Arab terletak di tengah dunia.

Memang pandangan ini terkesan subjektif. Tapi realitanya, Barat menyebut mereka dengan
Timur Tengah. Geografi dunia Arab bisa berhubungan dengan belahan dunia lainnya. Sehingga
memudahkan dalam penyampaian dakwah Islam ke berbagai penjuru dunia. Terbukti, dalam
waktu yang singkat, Islam sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Ke Eropa dan Amerika.

Keenam: Mereka berkomunikasi dengan satu Bahasa yaitu bahasa Arab.

Jazirah Arab yang luas itu hanya memiliki satu bahasa untuk komunikasi di antara mereka, yaitu
Bahasa Arab. Adapun wilayah-wilayah lainnya memiliki banyak bahasa. Saat itu, di India saja
sudah memiliki 15 bahasa resmi (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Abu al-Hasan an-Nadawi, Cet.
Jeddah: Dar asy-Syuruq. Hal: 22).

Bayangkan seandainya di Indonesia, masing-masing daerah berbeda bahasa, bahkan sampai


ratusan bahasa. Komunikasi akan terhambat dan dakwah sanag lambat tersebar karena kendala
bahasa saja. Dalam waktu yang lama, dakwah Islam mungkin belum terdengar ke belahan dunia
lainnya karena disibukkan dengan kendala ini.

Ketujuh: Banyaknya orang-orang yang datang ke Mekah.

Mekah telah menjadi tempat istimewa sejak masa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam.
Oleh karena itu, banyak utusan dari wilayah Arab lainnya datang ke sana. Demikian juga jamaah
haji. Pedagang. Para ahli syair dan sastrawan. Keadaan ini mempermudah untuk menyebarkan
risalah kenabian. Mereka datang ke Mekah, lalu kembali ke kampung mereka masing-masing
dengan membawa berita risalah kerasulan.

Kedelapan: Faktor penduduknya.

Ibnu Khladun membagi bumi ini menjadi tujuh bagian. Bagian terjauh adalah kutub utara dan
selatan. Inilah bagian yang ia sebut dengan bagian satu dan tujuh. Kemudian ia menyebutkan
bagian dua dan enam. Kemudian bagian tiga dan lima. Kemudian menunjuk bagian keempat
sebagai pusatnya. Ia tunjuk bagian tersebut dengan mengatakan, “wa sakanaha (Arab: ‫)وسكانها‬.

Penduduk Arab adalah orang-orang yang secara fisik proporsional; tidak terlalu tinggi dan tidak
pendek. Tidak terlalu besar dan tidak kecil. Demikian juga warna kulitnya. Serta akhlak dan
agamanya. Sehingga kebanyakan para nabi diutus di wilayah ini. Tidak ada nabi dan rasul yang
diutus di wilayah kutub utara atau selatan. Para nabi dan rasul secara khusus diutus kepada
orang-orang yang sempurna secara jenis (tampilan fisik) dan akhlak. Kemudian Ibnu Khaldun
berdalil dengan sebuah ayat:

ْ ‫ُك ْنت ُ ْم َُخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ُْخ ِر َج‬


ِ َّ‫ت ِللن‬
‫اس‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (QS. Ali Imran: 110).
(Muqaddimah Ibnu Khaldun, Cet. Bairut: Dar al-Kitab al-Albani. Hal: 141-142).

Karena pembicaraan pertama dalam ayat tersebut ditujukan kepada orang Arab, yakni para
sahabat. Kemudian barulah umat Islam secara umum.

Secara realita, kita juga meyakini, memang ada bangsa yang unggul secara fisik. Contohnya ras
Mongoloid. Sebuah istilah yang pernah digunakan untuk menunjuk karakter umum dari sebagian
besar penghuni Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur
Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan
Oseania. Memiliki ciri mata sipit, lebih kecil, dan lebih pendek dari ras Kaukasoid.

Ras Kaukasoid adalah karakter umum dari sebagian besar penghuni Eropa, Afrika Utara, Timur
Tengah, Pakistan dan India Utara. Walaupun penelitian sekarang telah merubah steorotip ini.
Namun hal ini bisa kita jadikan pendekatan pemahaman, mengapa Ibnu Khladun menyebut
Timur Tengah sebagai “sakanaha”.

Home » Penampakan » Kisah Nabi Muhammad Membelah Bulan [Subhanalloh!!!] Kisah Nabi
Muhammad Membelah Bulan [Subhanalloh!!!] Administrator 2 Comments Penampakan Rabu,
22 Juli 2015 Tak ada habisnya orang-orang kafir Quraisy mendzalimi Nabi Muhammad. Segala
hal dilakukan mereka untuk menjatuhkan mental Rosululloh dalam berdakwah dan mensyiarkan
Islam, mulai dari memfitnah, melempari batu, hingga menyuruhnya melakukan sesuatu yang
mustahil, misalnya membelah bulan. Pada artikel kali ini kami Tim Penulis Blog Kisah Asal
Usul akan membahas tentang kisah Nabi Muhammad membelah bulan tersebut sebagai pelajaran
untuk kita semua. Kisah Nabi Muhammad Membelah Bulan Gencarnya dakwah yang dilakukan
Rosullulloh SAW bersama para sahabat membuat pemeluk Islam kian bertambah. Melihat hal
ini, orang-orang kafir Quraisy merasa sangat marah. Mereka berusaha membuat orang-orang di
sekitar Nabi menjadi lemah keimanannya dengan beragam cara. Mereka terus menantang Nabi
Muhammad dengan berbagai keinginan yang tak masuk akal. Kisah Nabi Muhammad Membelah
Bulan Suatu ketika, para kafir Quraisy itu menyusun sebuah rencana untuk menyudutkan Nabi.
Mereka berencana untuk meminta Nabi Muhammad untuk melakukan hal yang mustahil di
hadapan banyak orang sebagai bentuk olok-olok atas dakwah yang Beliau sampaikan. Mereka
meminta Nabi Muhammad untuk menunjukan mukjizat yang dimilikinya. Para kafir Quraisy itu
meminta agar Nabi Muhammad membelah bulan sebagai bentuk perwujudan kebenaran ajaran
yang dibawa oleh beliau. "Kalau memang engkau adalah seorang nabi, tunjukkanlah satu
mukjizat kepada kami. Belahlah bulan purnama yang kini tengah temaram menjadi dua bagian.
Letakan yang sebelah diatas gunung ini, dan letakan yang sebelahnya lagi di atas gunung itu."
Mendengar tantangan itu, Nabi Muhammad kemudian bertanya, “Jika aku sanggup menjawab
tantangan kalian, apakah kalian akan percaya jika aku memang diutus oleh Alloh untuk
menunjukan jalan kebenaran pada kalian?”. Pesugihan Nyi Blorong dan Tumbal Anak Manusia
Cara Menggunakan Keris Semar Mesem untuk Dagang, P... Penampakan Nyi Roro Kidul Asli
ini Bikin Geger War... Bulan Terbelah Menjadi Dua Seperti pada kisah-kisah Nabi terdahulu,
Allah Yang Maha Kuasa kemudian memberikan mukjizat kepada Nabi Muhammad untuk
membelah bulan yang kala itu bersinar sangat besar. Seraya berdzikir dan meminta pertolongan
pada Alloh, Nabi Muhammad kemudian berhasil membelah bulan menjadi 2 bagian dengan
telunjuknya. Setengah bagian beliau letakan di atas gunung, sedang yang satu lagi diletakannya
di atas gunung lain. Kisah Nabi Muhammad Membelah Bulan Saat itu, tak seorang pun
mengeluarkan suaranya. Mereka semua bergumam takjub dan memperhatikan dengan seksama
dari apa yang terjadi. Subhanallah, sungguh luar biasa. Alloh yang Maha Besar, Alloh yang
Maha Tinggi telah membelahkan bulan untuk Nabi Muhammad di malam itu. "Saksikanlah!!,
Saksikanlah!!!." kata Nabi Muhammad kepada orang-orang kafir Quraisy yang menantangnya
dengan lantang. Orang kafir itupun hanya bisa takjub dengan mata terbelalak. Mereka sama
sekali tak percaya dengan kejadian yang dilihatnya. "Ini Sihir!!!, Ya ini Sihir !!!" ujar beberapa
orang di antara mereka. Kesaksian Seorang Musafir Setelah kejadian itu, pagi hari Makkah
menjadi gempar. Semua orang membicarakan fenomena ajaib yang terjadi tadi malam. Di saat
muslimin membicarakan keindahan dari fenomena itu, orang-orang kafir Quraisy justru masih
tetap tak percaya. Mereka menganggap jika peristiwa yang tadi malam terjadi adalah sihir dan
tipuan mata belaka. Beberapa orang di antara kafir Quraisy itu kemudian berkata, “Yang terjadi
tadi malam hanyalah sihir. Sedangkan sihir pasti tidak akan sampai jauh pengaruhnya. Kita harus
tanyakan pada para musafir yang datang hari ini. Apakah peristiwa bulan terbelah semalam juga
mereka lihat atau tidak”. Mereka pun kemudian menunggu datangnya musafir yang singgah di
hari itu. Tak berselang lama, para musafir kemudian datang. Orang-orang kafir Quraisy yang
semenjak tadi menunggu kemudian langsung bergumul, mendekati mereka untuk bertanya
perihal peristiwa buan terbelah yang terjadi tadi malam. Apakah mereka juga menyaksikannya
tadi malam. Ternyata para musafir itu pun mengaku jika mereka juga melihat bulan yang
terbelah menjadi dua bagian semalam. Dengan penuh semangat, musafir-musafir itu lalu
menceritakan secara rinci tentang apa yang mereka saksikan tadi malam. Namun, meski kafir
Quraisy itu sudah mendengarkan kesaksian para musafir, mereka tetap saja tidak percaya.
Mereka malah mengatakan jika sihir Nabi Muhamad telah mencapai langit. Karena bagi mereka,
tak mungkin Nabi Muhammad membelah bulan dengan mudahnya menggunakan telunjuk.
Orang-orang kafir Quraisy itu telah terkunci mata hatinya, sehingga meski sudah melihat sesuatu
yang benar-benar nyata mereka saksikan sendiri, mereka tetap saja berpaling dan memungkiri.
Nah, itulah kisah Nabi Muhammad membelah bulan yang saya tulis ulang dari kisah teladan
Islami. Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua sehingga keimanan dan
keislaman kita kian bertambah seiring dengan berkurangnya umur kita hidup di dunia ini. Salam.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/07/kisah-nabi-muhammad-membelah-
bulan.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.

Artinya ada fisik yang lebih unggul. Mereka yang sipit ingin mengubah kelopak mata menjadi
lebih lebar. Mereka yang pendek ingin lebih tinggi. Naluri manusia menyetujui bahwa Kaukasia
lebih menarik. Atau dalam bahasa lain lebih unggul secara fisik.

Namun Allah Ta’ala lebih hikmah dan lebih jauh kebijaksanaannya dari hanya sekadar
memandang fisik. Dia lengkapi orang-orang Kaukasia yang ada di Timur Tengah dengan
perangai yang istimewa. Hal ini bisa kita jumpai di buku-buku sirah tentang karakter bangsa
Arab pra-Islam. Mereka jujur, polos, berkeinginan kuat, dermawan, dll. Kemudian Dia utus
Nabi-Nya, Muhammad ‫ ﷺ‬di sana.

Mudah-mudahan bermanfaat…

Daftar Pustaka:
– Az-Zaid, Zaid bin Abdul Karim. 1424 H. Fiqh as-Sirah. Riyadh: Dar at-Tadmuria.

Read more https://kisahmuslim.com/5006-mengapa-nabi-muhammad-diutus-di-arab.html

 oleh Que Achmad


 2/06/2013 10:42:00 pm
 237 comments
 Que Achmad Allah SWT, Hukum ALLAH SWT, Ilmiah, Nabi Muhammad, Que bicara
soal Ilmiah, Rasulullah SAW, Wajib Baca

KISAH NYATA 9 Mimpi Nabi Muhammad SAW | WAJIB BACA | Selepas baca silakan
share. Daripada Abdul Rahman Bin Samurah ra berkata, Nabi Muhammad saw bersabda:
"Sesungguhnya aku telah mengalami mimpi-mimpi yang menakjubkan pada malam aku sebelum
di Israqkan........"

1. Aku telah melihat seorang dari umatku telah di datang oleh malaikatul maut dengan keadaan
yg amat mengerunkan untuk mengambil nyawanya,maka malaikat itu terhalang perbuatannya itu
disebabkan oleh KETAATAN DAN KEPATUHANNYA KEPADA KEDUA
IBUBAPANYA.
baca lagi Klik TAJUK ENTRI ni

2. Aku melihat seorang dari umatku telah disediakan azab kubur yang amat menyiksakan,
diselamatkan oleh berkat WUDUKNYA YANG SEMPURNA.

3. Aku melihat seorang dari umatku sedang dikerumuni oleh syaitan-syaitan dan iblis-iblis
lakhnatullah, maka ia diselamatkan dengan berkat ZIKIRNYA YANG TULUS IKHLAS
kepada Allah.

4. Aku melihat bagaimana umatku diseret dengan rantai yang diperbuat daripada api neraka
jahanam yang dimasukkan dari mulut dan dikeluarkan rantai tersebut ke duburnya oleh malaikut
Ahzab, tetapi SOLATNYA YANG KHUSUK DAN TIDAK MENUNJUK-NUNJUK telah
melepaskannya dari seksaan itu.

5. Aku melihat umatku ditimpa dahaga yang amat berat, setiap kali dia mendatangi satu telaga di
halang dari meminumnya,ketika itu datanglah pahala PUASANYA YANG IKHLAS KEPADA
ALLAH SWT memberi minum hingga ia merasa puas.

6. Aku melihat umatku cuba untuk mendekati kumpulan para nabi yang sedang duduk
berkumpulan-kumpulan, setiap kali dia datang dia akan diusir, maka menjelmalah MANDI
JUNUB DENGAN RUKUN YANG SEMPURNANYA sambil ke kumpulanku seraya duduk
disebelahku.

7. Aku melihat seorang dari umatku berada di dalam keadan gelap gelita di sekelilingnya,
sedangkan dia sendiri di dalam keadaan binggung, maka datanglah pahala HAJI DAN
UMRAHNYA YANG IKHLAS KEPADA ALLAH SWT lalu mengeluarkannya dari
kegelapan kepada tempat yang terang-benderang.

8. Aku melihat umatku cuba berbicara dengan golongan orang mukmin tetapi mereka tidak pun
membalas bicaranya,maka menjelmalah SIFAT SILATURRAHIMNYA DAN TIDAK SUKA
BERMUSUH-MUSUHAN SESAMA UMATKU lalu menyeru kepada mereka agar
menyambut bicaranya,lalu berbicara mereka dengannya.

9. Aku melihat umatku sedang menepis-nepis percikan api ke mukanya, maka segeralah
menjelma pahala SEDEKAHNYA YANG IKHLAS KERANA ALLAH SWT lalu menabir
muka dan kepalanya dari bahaya api tersebut.

BERSABDA RASULULLAH SAW: "SAMPAIKANLAH PESANANKU KEPADA


UMATKU
YANG LAIN WALAUPUN DENGAN SEPOTONG AYAT"

Anda mungkin juga menyukai