Anda di halaman 1dari 6

DI SEKELILING Rasulullah SAW terdapat terdapat para lelaki dan wanita (baca: para shahabat dan shahabiyah) dengan

keimanan dan konsistensi tiada bandingannya. Mereka adalah orang-orang yang berani, dermawan, santun, dan mengasihi orang lain. Tak terhitung lagi banyaknya literatur sejarah yang acapkali memuji kontribusi para sahabat Rasulullah SAW, namun penting juga rasanya memeras tenaga untuk menelisik informasi yang ada tentang kontribusi para shahabiyah (sahabat wanita) Rasulullah. Di antara sekian banyak dari mereka, salah satunya adalah Nusaibah binti Kaab r.a. yang bersama keluarganyadikenal sebagai sosok yang humanis dan sering berderma. Di berbagai kitab hadits dan sirah (sejarah), Nusaibah dikenal dengan julukan Ummu Imarah. Setelah mendengar Islam dan mengetahuinya, wanita yang memeluk Islam pada permulaan Islam muncul ini ikut pergi bersama kaum lelaki dari Madinah ke Makkah untuk bergabung dengan komunitas muslim di bawah bimbingan Nabi Muhammad. Nusaibah kemudian menjadi salah satu shahabiyah terkemuka yang disegani banyak orang. Hal ini dikarenakan superioritasnya, terutama keberanian yang didemonstrasikannya ketika membela Rasulullah pada Perang Uhud. Ketika itu, pada perang tersebut dia bergabung dengan pasukan Islam untuk mengemban tugas penting dalam bidang humanitarian. Bersama para wanita lainnya, Nusaibah ikut memasok air kepada para prajurit muslim dan mengobati mereka yang terluka. Sejatinya, sungguh sangat tidak biasa bagi seorang wanita untuk ikut berpartisipasi di medan perang. Namun mereka memiliki peran penting dalam mengerahkan pasukan, memacu semangat mereka dengan senandung jihad, memuaskan dahaga para prajurit yang kehausan setiap kali cuaca panas menyengat, dan yang terpenting adalah mengobati para prajurit terluka.

Kita dapat mengetahui keberanian Nusaibah pada Perang Uhud dikarenakan pada perang tersebut banyak hal-hal yang tidak berjalan mulus. Pada prosesnya, nyawa Nabi Muhammad Saw. pun berada dalam bahaya. Meski tidak dapat disebutkan peristiwa-peristiwa detil pada perang tersebut, tapi penting untuk menyebutkan bahwa ketika pasukan pemanah di bawah komando Abdullah bin Jubair mengabaikan instruksi Rasulullah dan meninggalkan pos mereka, seketika itu juga pasukan musuh di bawah komando Khalid bin Al-Walid merangsek naik menempati pos mereka. Dalam sebuah hadits shahih dinyatakan bahwa dalam perang tersebut sedikitnya 70 sahabat terluka dan banyak lainnya yang mati syahid. Ketika melihat Rasulullah menangkis berbagai serangan musuh sendirian, lalu Nusaibah segera mempersenjatai dirinya dan bergabung dengan yang lainnya membentuk sebuah formasi pertahanan untuk melindungi Rasulullah. Berbagai buku sejarah mencatat bahwa ketika itu Nusaibah berperang penuh keberanian dan tidak menghiraukan dirinya dalam membela beliau. Meski akhirnya kaum muslimin mendapatkan kemenangan di Perang Uhud, sejatinya perang tersebut mencatat sejumlah pelajaran penting yang harus dicamkan kaum muslimin. Di sejumlah pelajaran penting tersebut terselip sebuah nota peranan penting Nusaibah dan keluarganya yang telah berjibaku bersusah payah membela Nabi Muhammad. Dalam rangka membela Nabi Muhammad, Nusaibah sendiri menderita luka-luka, ada sekitar 12 luka di tubuhnya dengan luka di lehernya yang cukup parah. Namun hebatnya dia tidak pernah mengeluh, mengadu, atau bersedih. Dia justru memohon kepada Rasulullah agar mendoakan diri dan keluarganya agar kelak bisa bergabung bersama beliau di surga. Dan Rasul pun mengabulkan permintaannya. Dalam sejarah Islam, selain disebut-sebut sebagai salah satu sahabat pionir dan berani, Nusaibah juga dinyatakan sebagai seorang wanita yang memiliki kesabaran luar biasa dan selalu mendahulukan

kepentingan orang lain dari dirinya sendiri. Salah seorang putranya kemudian syahid di pertempuran selanjutnya. Nusaibah menerimanya dengan penuh keyakinan bahwa putranya mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah, dan menerima berita kematian itu dengan penuh kemuliaan serta kebanggaan. Tidak hanya Perang Uhud, Nusaibah bersama suami dan putra-putranya ikut dalam, Peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka. Lebih dari itu, dia juga terjun ke medan perang dan mengangkat senjata. Bahkan pada Perang Yamamah, selain mendapat sebelas luka, tangannya juga terpenggal oleh musuh. Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, sebagian kaum muslimin kembali murtad dan enggan berzakat. Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menjadi khalifah pada waktu itu segera membentuk pasukan untuk memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah AlKadzdzab dan menunjuk Habib, putranya Nusaibah, sebagai utusannya. Musailamah memerintahkan Habib untuk menyatakan bahwa dia adalah utusan Allah, namun Habib menolaknya dengan alasan bahwa dia tuli. Musailamah yang merasa marah akhirnya menyiksa Habib dengan memotong anggota tubuhnya satu persatu sampai syahid. Meninggalnya Habib meninggalkan luka yang dalam di hati Nusaibah. Pada Perang Yamamah, Nusaibah dan putranya Abdullah ikut memerangi Musailamah sampai dia tewas di tangan mereka berdua. Beberapa tahun setelah peristiwa Perang Yamamah, Nusaibah meninggal dunia. Yassarallahu hisabaki wa yammanallahu kitabaki! [ganna/voaislam.com/ dari berbagai sumber]

Sumber lain.....

Teladan 31 - Nusaibah serikandi perang Nusaibah merupakan salah seorang daripada serikandi Islam dan merupakan pejuang Muslimah Islam yang pertama. Dia turut serta dalam Perang Uhud, Perang Hudaibiyyah, Perang Hunain dan Perang Yamamah serta menyaksikan Bait alAqabah. Nusaibah di Perang Uhud Ketika Perang Uhud, Nusaibah keluar memberi minum kepada pasukan Muslimin yang kehausan dan merawat mereka yang mendapat luka. Apabila tentera Islam menjadi terdesak dan lari dari medan perang, cuma ada seratus orang sahaja yang tetap bertahan dan Nusaibah adalah salah seorang yang menghunuskan pedang serta memakai perisai bagi melindungi Rasulullah dari dikejar musuh. Kesungguhan Nusaibah melindungu Rasulullah begitu hebat, inggakan Rasulullah berkata, Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku. Ketika itu, anaknya Abdullah luka parah ditikam musuh. Dia mengikat luka anaknya lalu berkata, Bangun wahai anakku. Anaknya itu terus bangun dan melawan tentera musuh. Rasulullah yang melihat peristiwa itu merasa terharu. Wahai Ummu Imarah, siapakah yang mampu berbuat seperti mana yang engkau lakukan? kata Rasulullah kepadanya. Ketika tentera musuh yang menikam anaknya itu menghampiri, Rasulullah berkata kepadanya, Ini dia orang yang telah melukakan anakmu. Nusaibah menghampiri orang itu dan menikam betisnya dengan pedang. Ya, Ummu Imarah! Engkau berjaya membalasnya, kata Rasulullah sambil tersenyum melihat kesungguhan Nusaibah.

Kemudian, Nusaibah dengan bantuan beberapa tentera Muslimin berjaya membunuh orang itu. Melihatkan keadaan ini, Rasulullah berkata, Segala puji bagi Allah yang telah menenangkanmu dan menggembirakan hatimu daripada musuhmu serta memperlihatkan balas dendammu dihadapanmu. Ketika Perang Uhud ini, Nusaibah mengalami luka yang banyak, terutamanya di bahagian bahu. Rasulullah memeriksa lukanya lalu meminta Abdullah, anaknya untuk mengikat luka tersebut sambil berkata, Semoga Allah sentiasa memberkati dan merahmati kamu semua. Nusaibah mendengar kata-kata Rasulullah itu. Ya Rasulullah! Mohonlah kepada Allah agar kami boleh menemanimu di syurga nanti, kata Nusaibah. Maka Rasulullah pun berdoa, Ya Allah! Jadikalnlah mereka semua ini penemanku di syurga kelak. Aku tidak akan mengeluh setiap musibah yang menimpa diriku di dunia ini, kata Nusaibah sebagai membalas. Nusaibah di Perang Yamamah Perang terakhir yang diikuti oleh Nusaibah ialah Perang Yamamah. Perang ini berlaku ketika pemerintahan Khalifah Abu Bakar As-Siddiq bagi memerangi orang-orang murtad yang diketuai oleh Musailamah al-Kazzab. Nusaibah berperang dengan sesungguh hatinya walaupun ketika itu sebelah tangannya telah putus. Ketika tentera Islam berjaya membunuh Musailamah dan para pengikutnya, dia bersujud kepada Allah sebagai tanda kesyukuran akan berakhirnya fitnah tersebut. Nusaibah punya karamah. Nusaibah dikurniakan Allah dengan pelbagai kelebihan yang tiada pada orang lain. Ketika Rasulullah mencukur rambutnya

di al-Hudaibiyyah, para sahabat berusaha mendapatkan rambut tersebut. Nusaibah mengambil beberapa helai rambut dan air cucian rambut ini digunakan oleh pesakit untuk mandi dan minum. Dengan izin Allah, pesakit itu sembuh. Tangannya sebelah telah putus ditetak musuh semasa Perang Yamamah. Apabila ada orang yang sakit datang menemuinya, Nusaibah akan mengusap si pesakit menggunakan tangannya yang kudung itu sambil berdoa supaya sembuh. Dengan izin Allah, pesakit itu sembuh.

Anda mungkin juga menyukai