Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan judul
“NUSAIBAH BINTI KA’AB”
yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah AGAMA.
Tidak sedikit kesulitan yang saya alami dalam proses penyusunan Makalah
ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara
moril maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada
kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
membimbing kami sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Saya menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas Makalah ini, saya
membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan Makalah diwaktu yang akan datang.
Akhir kata, besar harapan saya agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agama islam atu dinul islam berasal dari kata bahasa arab “salima”
berarti selamat, “aslama” berarti taat, “assalam” berarti bersih, aman, tunduk,
taat, patuh, “silmun” berart kedamaian, kepatuhan, peyerahan diri. Islam berarti
selamat dari kecacatan lahir dan batin, atau agama yang berdasarkan ketundukan
lima dasar yaitu bersaksi bahwa tidak ada tuhan berhak diibadahi kecuali Allah,
dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, membayar
zakat, haji bagi yang mampu dan puasa pada bulan ramadhan (H.R.Bukhari).
Agama islam adalah agama yang dibawah oleh Nabi Muhammad dengan
islam sebagai dai-nya. Allah berfirman “pada hari ini telah aku sempurnakan diin
mu untuk mu dan telah aku cukupkan nikmat ku bagimu dan telah aku ridhai islam
setiap masa, tempat dan umat. Islam dikatakan relevan untuk setiap masa, tempat
dan umat, maksudnya adalah bhawa berpegang teguh pada islam tidak akan
islam, umat akan menjadi baik. Tetapi bukan berarti islam tunduk pada waktu,
tempat dan umat, seperti yang dikehendaki sebagian orang (Aukring, 2014).
BAB II
PEMBAHASAN
“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said
baru sahaja gugur di medan perang. Beliau syahid…”
“Amar, kaulihat Ibu menangis?.. Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu
telah Syahid. Aku sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan
pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”
Mata Amar bersinar-sinar. *“Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak
dari tadi. Aku ragu, seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk
membela agama Allah.”*
Putera Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan
kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikitpun dalam
wajahnya. Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri.
“Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku
yang telah gugur.”
Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam
yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”
Nusaibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi
yang akan kuberangkatkan?.. Saad masih kanak-kanak.”
Mendengar itu, Saad yang sedang berada tepat di samping ibunya, menyela,
“Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa
Saad adalah putera seorang ayah yang gagah berani.”
Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng, yakin. Sebuah senyum
terhias di wajahnya. Ketika Nusaibah dengan besar hati melambaikan
tangannya, Saad hilang bersama utusan tentara itu.
Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya.
Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan nyawa orang kaf ir.
Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di
dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu Akbar!..”
Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang tewas itu.
dinaiki kudanya. Lantas bagaikan singa betina, ia mengamuk.
Hingga pada suatu waktu ada seorang kafir yang mengendap dari arah
belakang, dan langsung menebas putus lengan kirinya. Nusaibah pun terjatuh,
terinjak-injak oleh kuda. Peperangan terus berjalan. Medan pertempuran makin
menjauh, sehingga tubuh Nusaibah teronggok sendirian.
Gugurlah wanita perkasa itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang
dicintainya.
“Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan?.. Itu adalah bayangan para
malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut
kedatangan arwah Nusaibah, wanita yang perkasa.”
Subhanallah..
Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar..
Tanpa pejuang sejati seperti dia, mustahil agama Islam bisa sampai dengan
damai kepada kita yang hidup di jaman sekarang.
Kisah penuh inspiratif ini seharusnya dapat menggugah jiwa juang kita, agar
tidak cengeng melepas anak -anak yang sedang berjuang. Kalo ingin anak
menjadi kuat, maka kita harus menjadi ibu yang kuat terlebih dahulu
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
OLEH :
SULISTYAWATI RUTU
Q1A118172
KELAS D
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2018