Anda di halaman 1dari 8

KISAH PERANG UHUD

Latar Belakang

Nabi Muhammad SAW merupakan seorang Rasullullah yang diutus untuk menyiarkan
ajaran Islam. Namun untuk menjadi seorang Rasul tidaklah mudah, beliau sudah diberi cobaan oleh
Allah sejak masih di dalam kandungan ibunya. Sebelum menjadi Rasul, beliau telah dihadapkan
pada keadaan yang sulit sejak kecil seperti telah menjadi yatim piatu. Semua itu merupakan cara
Allah untuk membentuk jiwa yang kuat pada diri Rasul, agar jiwa rasul terbentuk sebagai seorang
yang sabar dan selalu mendekatkan diri kepadaNya serta selalu bersyukur. Namun bukan berarti
setelah menjadi Rasul, beliau hidup enak, nyaman, dan tentram, akan tetapi beliau selalu
mendapatkan tantangan-tantangan dalam kehidupannya, diantaranya adalah banyak terjadinya
peperangan antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy. Salah satu contoh peperangan antara kaum
Muslimin dan kaum Quraisy adalah Perang Uhud.

Perang Uhud adalah perang kedua setelah perang Badar yang dimenangkan oleh kaum
Muslimin.Dengan banyaknya tokoh Quraisy yang meninggal dunia dalam perang Badar
mengakibatkan tersulutnya dendam dari kaum Quraisy terhadap kamum Muslimin. Faktor inilah
yang menyebabkan terjadinya perang Uhud pada tahun ke-3 H. Untuk lebih jelasnya akan kami
paparkan dalam pemaparan makalah ini.

Terjadinya perang uhud ini berawal dari rasa kekecewaan dan rasa dendam kafir quraisy kepada
muslimin.

Rasa dendam setelah kekalahan mereka dalam perang badar atau perang ahzab. Dalam segi jumlah
dan kekuatan mereka kafir quraisy lebih banyak dan kuat.

Seharuslah merekalah yang berhak megundapatkan kemenangan, namun Allah menghendaki


kemenangan diatas tangan muslimin. Berkat pertolongan bala tentara Allah dari kalangan malaikat,
kafir quraisy lari tunggang langgang.
Lebih menyakitkan lagi banyak tokoh tokoh mereka banyak yang gugur dalam perang tersebut.

 1. Waktu Dan kejadian Perang Uhud


 2. Sebab Terjadinya Perang Uhud
 3. Menyambut Musuh Diluar Kota
 4. Jumlah Pasukan Perang Uhud
o 4.1 Pasukan Perang Uhud Kafir Quraisy
 5. Pasukan Perang Uhud Muslimin
 6. Strategi Rosulullah Di perang Uhud
 7.Sepuluh Pemanah Syahid Di Bukit Uhud
 8. Gugurnya Sang Singanya Allah
 9. Penutup

Waktu Dan kejadian Perang Uhud

Perang Uhud adalah Perang yang terjadi antara kaum Muslimin dan kaum kafir
Quraisy pada tanggal 22 Maret 625 M ( 7 Syawal 3 H). Perang ini terjadi kurang lebih
setahun lebih seminggu setelah Perang Badar. Tentara Islam berjumlah 700 orang
sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin lngsung oleh
Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan. Disebut Perang Uhud
karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan
mempunyai ketinggian 1.000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.

Sebab Terjadinya Perang Uhud

kekalahan di perang badar membuat mereka hancur berkeping-keping. Banyak korban dari
kalangan para tokoh berjatuhan, bahkan sebagian mereka menjadi tawanan muslimin.

Banyak yang lari tunggang langgang dan akhirnya bisa sampai ke rumah dengan kepedihan dan
kekecewaan yang mendalam.

Dengan sesampainya Abu Sufyan beserta kafilah dagang tiba di Makkah, maka mereka kafir
Quraisy mengadu kepadanya agar diadakan penyerangan balik. Salah satu keluarga yang gugur di
perang badar pun menyeru kepada Abu Sufyan dan kafilah dagang lainya.
“Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membinasakan kalian serta membunuh
orang – orang terbaik kalian. Maka dari itu, bantulah kami dengan harta kalian itu untuk
memeranginya. Mudah-mudahan kami dapat membalas dendam atas kematian
orang – orang kita!”

Selain karena balas dendam, Perang Uhud ini bertujuan agar mereka kafir Quraisy bisa kembali
membuka jalur perdagangan. Yaitu jalur perdagangan menuju Syam yang harus melewati kota
Madinah.

Menyambut Musuh Diluar Kota

Setelah mendengar akan kabar bahwa kafir Quraisy akan menyerang Madinah yang dikomandani
oleh Abu Sufyan, maka Rosulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam mengadakan musyawarah
bersama para sahabat.

Rosulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bermusyawarah untuk mengambil tindakan penyerangan


kafir Quraisy.

Apakah bertahan di Madinah dan menunggu kedatangan mereka atau menyongsong Kafir Quraisy
dari luar kota Madinah. Perdebatan pun terjadi dikalangan para sahabat.

Para pemuda anshor berpendapat agar menyongsong mereka dari luar kota Madinah. Akhirnya
keputusan pun berakhir yaitu dengan menyongsong mereka diluar Madinah.

Padahal waktu itu Rosulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam lebih condong untuk menunggu
mereka dan menyerang dari dalam kota Madinah.

Para sahabat pun saling menyalahkan kenapa tidak mengikuti pendapat Rosulullah Shallallahu
‘alaihi Wa sallam. Akhirnya para sahabat meminta Hamzah agar disampaikan
kepada Rosulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.

Ketika Hamzah menyampaikan kepada Rosulullah, maka beliau menjawab ‘Sesungguhnya jika
seorang nabi sudah mengenakan peralatan perangnya, maka dia tidak akan menanggalkannya
hingga terjadi peperangan.

Akhirnya keputusan awal tetap dilaksanakan, yaitu menghadang mereka diluar kota Madinah.

Sebelum keberangkatan para mujahidin ke medan tempur, Rosulullah mengamanahkan kota


Madinah kepada sahabat Ibnu Ummi Maktum.
Jumlah Pasukan Perang Uhud

 Pasukan Perang Uhud Kafir Quraisy

Sudah jauh-jauh hari kafir Quraisy menyiapakan pasukan bela tentaranya. Pasukan yang dipimpin
oleh Abu Sufyan membawa banyak akan harta barang dagangan yang selamat dari serangan
muslimin.

Selanjutnya barang dagangan dan keuntungan tersebut untuk bekal pasukan Quraisy dalam perang
Uhud. Demi balas dendam mereka dalam perang badar, Abu Sufyan mengirim bala tentara
sejumlah 3000 orang. Pasukan yang terdiri dari qoum Quraisy sendiri dan beberapa suku yang pro
dengan mereka.

Suku-suku yang loyal kepada Qoum Quraisy seperti Bani Kinanah dan penduduk Tuhamah.
Bahkan mereka pun mengirim dua ratus pasukan kuda dan tujuh ratus pasukan bertameng.

Mereka pun juga sudah mengatur strategi untuk perang uhud. Mereka mengangkat Khâlid bin al-
Walîd sebagai komandan sayap kanan, sementara sayap kiri di bawah komando Ikrimah bin
Abu Jahl.

Tak lupa juga, mereka juga mengajak beberapa orang wanita untuk membangkitkan semangat
pasukan Quraisy dan menjaga mereka supaya tidak melarikan diri. Sebab jika ada yang melarikan
diri, dia akan dicela oleh para wanita ini.

 Pasukan Perang Uhud Muslimin

Jumlah pasukan muslimin dalam perang uhud ini bisa dikatakan sedikit, karena tak sebanding
dengan jumlah kafir Quraisy. Pada waktu itu jumlah total pasukan muslimin cuman seribu orang
dengan perlengkapan seratus baju besi dan lima puluh ekor kuda.

Bahkan ditengah perjalan menuju bukit Uhud sebagian kaum muslimin terhasut oleh perkataan
Ubay Bin Salul sang tokoh munafiq.

Akhirnya pasukan muslimin yang setia bersama nabi tinggal +/_ 700 orang saja.
Strategi Rosulullah Di perang Uhud

Pertempuran yang dipimpin oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam ini terjadi diluar
madinah. Yaitu tepatnya disekitar bukit uhud.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam mengatur posisi pasukan dengan membelakangi Uhud dan
menghadap Madinah, sehingga pasukan musuh berada di tengah kaum muslimin dan Madinah.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam menerapakan strategi bertahan, karena jumlah pasukan
kaum muslimin yang sedikit.

Tidak hanya karena jumlah pasukannya yang lebih sedikit dari kaum Quraisy, tetapi terlebih karena
pasukan muslimin baru saja mengalami ‘hantaman psikologis’ karena Abdullah bin Ubay bersama
300 pengikutnya tiba-tiba mundur (desersi), kembali ke Madinah, setelah melihat pasukan Quraisy
yang berkekuatan 3.000 orang.

Sisa 700 pasukan muslimin yang sempat terguncang akhirnya kembali tegar dan semangat berjuang
karena Allah dan rosulNya.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam juga memilih pasukan khusus yang berjumlah lima puluh
orang. Meraka adalah pasukan pemanah jitu yang sudah berbakat.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam menempatkan mereka diatas bukit, tepatnya di Jabal
Rumat/Jabal Ainain. Jarak pasukan panah dengan kaum muslimin yang dibawah bukit sekitar
seratus lima puluh meter.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam memilih Abdullah bin Jubair sebagai komando
pasukan panah. Beliau juga mewanti-wanti agar tetap fokus diatas bukit dan jangan sekali-kali
turun bukit tanpa ada perintah dari beliau.

Beliau bersabda: “Lindungilah punggung kami. Jika kalian melihat kami sedang beretempur,
maka kalian tidak perlu membantu kami. Jika kalian melihat kami telah mengumpulkan harta
rampasan, maka janganlah kalian turun bergabung bersama kami.

Dalam riwayat Bukhari juga disebutkan.:

Beliau bersabda:”Jika kalian melihat kami disambar burung sekalipun, maka janganlan kalian
meninggalkan tempat itu, kecuali ada utusan yang datang kepada kalian. Jika kalian melihat kami
dapat mengalahkan mereka, maka janganlah kalian meninggalkan tempat, hingga ada utusan yang
datang kepada kalian.”
Sepuluh Pemanah Syahid Di Bukit Uhud

Mungkin kisah perang uhud ini cukup jadi pembelajaran bagi kita semua. Ketika Allah dan
rosulNya memerintahkan sesuatu maka wajib untuk mentaatinya.

Sebelumya Rosulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam sudah berulang kali mewanti-wanti agar
pasukan panah tidak turun kecuali atas perintah beliau. Dari sini seakan-akan Shalallahu ‘alaihi Wa
Sallam sudah tahu apa yang akan terjadi kedepanya nanti.

Ketika pertempuran hampir usai dan kemenangan hampir di tangan muslimin, Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam tetap saja memerintahkan agar pasukan bersiaga di tempatnya
masing-masing.

Namun karena tergiur dengan harta dunia yang fana, beberapa pasukan pemanah yang berada diatas
bukit berteriak-teriak ” Harta ghonimah, harta ghonimah !!! Wahai para sahabat, kita sudah
menang, ayok kita semua turun.

Sang komandan Abdullah bin Jubair pun meneriaki para pasukan pemanah yang turun kebawah
karena tergiur dengan gelimpang harta dunia. “Apakah kalian sudah lupa apa yang diamanahkan
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam kepada kita?!!

Memang sekilas tampak sudah menang, tetapi ini masalah amanah, dan ketaatan kepada baginda
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam.

Tetapi mayoritas dari mereka tidak mengabaikan peringatan itu. Tampaknya perasaan cinta
duniawiah (hubbud dunya) masih ada di hati mereka. Mereka berkata, “Demi Allah, kami benar-
benar akan bergabung dengan mereka (pasukan inti) agar kami mendapatkan bagian dari rampasan
perang ini…!”

Empat puluh pemanah segera beranjak pergi meninggalkan bukit. Ibnu Jubair dengan sembilan
temannya yang tersisa berusaha keras menahannya.

Tetapi tetap saja mereka pergi, sehingga hanya tinggal mereka saja yang bertahan. Situasi dan
kondisi seperti ini yaitu turunya para pasukan pemanah ternyata menjadi pengamatan Khalid bin
Walid.

Ia memerintahkan pasukan berkudanya kembali ke arah Uhud, mengambil jalan memutar hingga
langsung berhadapan dengan pasukan panah Ibnu Jubair, yang tentu saja tidak mampu menahan
laju serangan seperti sebelumnya. Satu persatu mereka terkapar bersimbah darah menemui
syahidnya, demi mematuhi perintah Rasulullah SAW untuk tetap bertahan di atas bukit, apapun
yang terjadi.
Kemudian Khalid bin Walid menyerang pasukan muslimin dari arah belakang hingga mereka porak
poranda. Pergerakan ini ternyata diikuti oleh pasukan Quraisy lainnya, yang segera kembali ke
arena pertempuran dan membombardir kaum muslimin dengan serangan dari segala arah.

Amrah binti Alqamah al Haritsiyah seorang wanita Quraisy segera mengambil panji
pertempurandan mengibarkannya sehingga semangat mereka kembali menyala. Kemenangan
kaum muslimin yang tinggal sedikit saja diraih, berbalik menjadi kekalahan hanya karena ketidak-
disiplinan dan ketidak patuhan 40 orang pemanah di bukit terhadap perintah Rasulullah SAW.

Gugurnya Sang Singanya Allah

Julukan Asadullah yang berarti singanya Allah diberikan kepada pamanya rosulullah yaitu
Hamzah Bin Abdul Muthollib.

Beliau berperang seakan-akan singa kelaparan yang memburu mangsanya. Semangat dan
keberanian Hamzah sangat ditakuti oleh kafir Quraisy.

Qodarullah, akhirnya beliau sang ksatria yang gagah berani akhirnya syahid di perang uhud. Disaat
perang berkecamuk beliau memporak porandakan pasukan kafir, ada seorang budak bernama
Wahsy bin Harb yang selalu mengintai gerak gerik Hamzah.

Wahsy bin Harb adalah budak hitam Jubair bin Muthi’im dari Habsyah. Budak itu sangat pandai
dalam melempar tombak.

Hampir setiap lemparan yang ia lemparkan pasti mengenani sasaran. Merupakan syarat
dimerdekakannya dia dari perbudakan yaitu dengan membunuh Hamzah bin Abdul Mutholib.

Wahsy bin Harb pun mengiyani tawaran majikanya, yaitu membunuh Hamzah. Jubair bin
Muthi’im menyuruh membunuh karena sebagai balas dendam atas kematian pamanya di perang
badar.

Dengan bersembunyi-sembunyi dan fokus menepatkan sasaran tombak kearah Hamzah, Wahsyi
akhirnya bisa berhasil membunuhnya. Tepat dibagian perut bawah hingga tembus keluar dari
selangkangan.

Allahu Akbar maka gugurlah Hamzah bin Abdul Mutholib sebagai syahid di perang uhud. Semoga
Allah menempatkan beliau bersama kafilah syuhada’.
PENUTUP

Dari kisah perang uhud yang sudah kita bahas tadi banyak pelajaran yang bisa dipetik.

Diantaranya adalah :

 Wajibnya kita mentaati perintah seorang pemimpin muslimin. Selagi perintah itu baik dan
tidak melanggar syari’at islam.

 Dunia itu sifatnya fana, kenikmatan dunia hanya sesaat saja. Jangan sampai kita tertipu
dengan kegemerlapan materi dunia sehingga lupa akan akhirat.

Semoga bermanfaat untuk kita semua.

M.Rafi Ananda Rabbani

7D / 29

Anda mungkin juga menyukai