Anda di halaman 1dari 4

Perperangan dalam islam tergolong menjadi doa, yaitu jihad defensif dan jihad ofensif.

Jihad
defensif adalah bentuk perlawanan apabila wilayah islam diserang. Sedangkan jihad ofensif adalah
jihad yang dilancarkan ke daerah-daerah kafir tanpa umat muslim diperangi terlebih dahulu, sebagai
bagian dari memperluas wilayah islam,[1] dan sebagai bentuk meneladani Nabi Muhammad yang
dulu bermata-pencaharian dari menjarah harta milik orang-orang kafir.

PERANG BADAR ( AL QATLU AL HUJUMI (OFENSIF)


Perang badar merupakan perang pertama yang dijalani umat Islam sejak peristiwa hijrahnya Nabi
Muhammad SAW pada 622 Masehi. Mengapa dinamakan sebagai perang Badar? Dinamakan
perang Badar karena peperangan itu berlangsung di tempat badar yang mana terletak diantara
Mekah dan Madinah, yaitu antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin. Perang Badar terjadi
pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan tahun kedua Hijriah. Perang Badar melibatkan 314
pasukan umat Islam yang melawan lebih dari 1.000 orang  dari kaum Quraisy.
AWAL MULA
Pada mulanya, tersiar kabar di Kota Madinah bahwa ada kafilah besar dari kaum Quraisy
yang meninggalkan Syam untuk pulang ke Makkah. Kafilah tersebut membawa barang-barang
perniagaan yang nilainya sangat besar berupa 1.000 ekor unta beserta barang-barang berharga
lainnya. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah SAW. Beliau lalu mengajak kaum muslimin
menyambut kedatangan kahalifah tersebut. Rosulullah berkata: “Inilah kafilah Qureisy yang
membawa harta kekayaan mereka. Berangkatlah menghadang mereka, mudah-mudahan Allah
akan menyerahkan harta benda mereka kepada kamu sekalian.
Umat Islam lantas menghadang kafilah dagang Abu Sufyan yang membawa barang
dagangan Quraisy dari Syam. Alasan penghadangan tersebut adalah keinginan umat Islam
untuk mengambil hak-hak mereka yang dulu pernah dirampas oleh kaum Quraisy.

Namun demikian, perang badar sesunggunya terjadi karena umat Islam ingin
mempertahankan eksistensi agama Islam. Selain itu, Nabi Muhammad SAW berperang
melawan kaum Quraisy juga bukan untuk meraih kekuasaan, kekayaan, kesenangan pribadi
atau golongan semata. Lebih dari itu, Nabi Muhammad SAW ingin menegakkan agama
Islam di muka bumi.

Perang Badar terjadi saat 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah pada pagi hari. Pasukan
umat muslim dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, sementara pasukan dari kaum Quraisy
dipimpin oleh Abu Jahal. Dalam peperangan tersebut, umat Islam mengambil posisi yang
terdekat dengan sumber air. Tempat tersebut dipilih oleh Nabi Muhammad SAW sebagai
salah satu bentuk strategi perang. Umat Islam memanfaatkan kondisi geografis dari
Kawasan Badar. 

Meskipun kalah dalam jumlah pasukan, kaum muslim tetap bersemangat untuk
berjihad di bulan Ramadhan. Semangat perang itu berhasil menewaskan tiga pimpinan
perang dari pasukan kaum Quraisy, yaitu Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah.
Sesungguhnya pertempuran besar dalam perang badar itu di luar perkiraan umat muslim.
Sebab, sejak awal Nabi Muhammad SAW telah merencanakan pengerahan pasukan muslim
untuk peperangan biasa, bukan perang besar. Oleh sebab itu, pasukan umat Islam hanya
berjumlah 314 orang. Sebelum melaksanakan perang Nabi Muhammad SAW sempat
menangis lantas ia kemudian berdoa kepada ALLAH SWT.

Setelah berdoa, Nabi Muhammad SAW merancang strategi peperangan. Dia


menjajarkan pasukan kaum muslim dalam formasi rapat. Dia juga memerintahkan agar
sumur-sumur segera dikuasai untuk memutus pasokan air ke kaum kafir Quraisy. Selain itu,
perang juga diawali dengan pertempuran jarak jauh. 

Saat pasukan kafir Quraisy bertolak untuk menyerang, umat Islam tidak segera
menyambutnya dengan adu fisik secara langsung. Mereka terlebih dahulu menembakkan
anak-anak panah dari kejauhan. Kemudian, barulah mereka menghunus pedang dan
melakukan pertempuran. 

Lewat tengah hari, sebanyak 50 pemimpin pasukan kafir Quraisy tewas, termasuk
Abu Jahal. Sementara itu, banyak sisanya yang lari tunggang-langgang. Sementara itu,
korban dari kaum muslim hanya 14 orang. Selain memukul mundur 1000 tentara dari
Quraisy, umat Islam juga berhasil mengambil rampasan 600 persenjataan lengkap, 700
unta, 300 kuda, serta perniagaan milik kafilah Abu Sufyan. 

Dengan kecerdikan Nabi Muhammad dan kedisiplinan pasukannya, umat Islam


berhasil membalikkan keadaan yang membuat kehormatan dan kemuliaan Islam makin
tegak di Jazirah.

Pada akhirnya, perang badar dimenangkan oleh pasukan dari umat Islam.
Kemenangan pada perang badar tersebut membuat posisi Islam di kawasan Madinah kian
kuat. Sementara, kaum Quraisy yang kalah di perang badar harus menelan kekecewaan
mendalam. Mereka pun semakin berhasrat untuk membalas dendam dengan persiapan
yang jauh lebih matang.

Bagi umat Islam, perang badar adalah peristiwa besar, apalagi terjadinya pada bulan
suci Ramadan. Perang badar menjadi pertempuran besar pertama umat Islam dalam
melawan musuh. Melalui pertolongan Allah lah kaum muslim berhasil menang meskipun
kalah jumlah. Bahkan, Allah SWT menamai perang badar sebagai Yaum Al-Furqan alias hari
pembeda. 
PERANG AL QUTLO AL DIFA”I (DEFENSIF)

Salah satu peristiwa bersejarah yang tidak dapat dilupakan umat Islam adalah Perang
Uhud. Perang Uhud adalah perang kedua yang terjadi antara kaum Muslim di Madinah dengan
kaum kafir Quraisy. Dinamakan Perang Uhud karena tempat terjadinya pertempuran ini
berlokasi di Bukit Uhud yang memiliki ketinggian 1.000 kaki dari permukaan tanah. Perang
Uhud berlangsung pada tahun 3 Hijriah atau 625 Masehi. Kaum Muslimin dipimpin langsung
oleh Rasulullah SAW, sedangkan kaum kafir Quraisy dipimpin Abu Sufyan.
AWAL MULA
Latar belakang terjadinya Perang Uhud tidak terlepas dari faktor kekalahan kaum kafir
Quraisy dalam Perang Badar yang terjadi pada tahun 2 Hijriah atau 624 Masehi. Sang pemimpin,
Abu Sufyan ingin membalaskan dendamnya atas kekalahan mereka dalam Perang Badar.
Kaum kafir Quraisy membawa lebih dari 3.000 pasukan. Mereka terdiri dari 200 pasukan
berkuda, 700 pasukan kendaraan unta, dan sisanya adalah pasukan pejalan serta pasukan
pemanah. Sementara kaum Muslimin membawa kurang lebih 1.000 pasukan yang berasal dari
Madinah.
Dalam perjalanan menuju Uhud, Abdullah bin Ubay berkhianat kepada kaum Muslimin.
Ia keluar dari pasukan kaum Muslimin dan membawa membawa 300 pasukan. Alhasil pasukan
gabungan yang semula berjumlah 1.000 berkurang menjadi 700 prajurit. Pasca penghianatan dari
Abdullah bin Ubay, Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk tetap fokus
dan tidak perlu memikirkan masalah tersebut.
Perang Uhud berlangsung selama kurang lebih tujuh hari. Awalnya, kaum Muslimin
mampu membuat kaum kafir Quraisy tersudut dan mundur. Ternyata kemunduran tersebut hanya
sebagai strategi tipu muslihat mereka.
Kaum kafir Quraisy kembali melakukan serangan secara mendadak sehingga kaum
Muslimin terkepung dari segala penjuru. Kaum Muslimin berusaha mempertahankan posisi dan
melindungi Nabi Muhammad SAW.
Akibatnya, perang ini menimbulkan banyak korban jiwa termasuk sahabat dan keluarga
Nabi Muhammad SAW. Salah satu pasukan yang meninggal adalah Hamzah, paman Nabi
Muhammad SAW sekaligus orang yang nyaris selalu berada di sampingnya selama perang.
Kekalahan di Perang Uhud tentu saja menyakitkan. Perang Uhud berakhir ketika Khalid
bin Walid (pemimpin sayap kanan kaum kafir Quraisy) meminta kaum Muslimin untuk mundur
dan mengumumkan kemenangan kaum kafir Quraisy.

Anda mungkin juga menyukai