'
..
PERPUSTAKAAN NASIONAL Rl TENTANG PENULIS
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Tjondro Tirtamulia
ZONA-ZONA LAUT UNCLOS
.
Tjondro Tirtamulia, S.H., C.N.,
lahir di Surabaya pada tanggal 20
Surabaya, Brilian lntemasional, 2011
Juni 1960, meraih gelar Sarjana
viii+ 100 hal: 14 x 21 em Hukum dari Fakultas Hukum Uni-
versitas Surabaya pada tahun
1985. Selanjutnya tahun 1986,
Tjondro melanjutkan studi Spesialis
ISBN 978-602-98025-1-1 1 Kenotariatan di Fakultas Hukum
•
Tentang Penulis .. ................................................. .. iii
Konferensi PBS tentang Hukum Laut ketiga telah
berhasil menentukan Iebar laut teritorial maksimal 12 Kata Pengantar ................................................... .. iv
mil laut (pasal 3 United Nations Convention on the Law PeQgantar Penerbit .............................................. . vi
of the Sea- UNCLOS) merupakan hak negara pantai
Daftar lsi vii
untuk menetapkan Iebar laut teritorialnya tidak melebihi
12 mil laut, yang diukur dari garis pangkal. Selanjutnya,
dalam pasal 4 UNCLOS ditentukan pula batas terluar Bab 1 Laut Teritorial ....................................... .. 1
laut teritorial adalah garis yang jarak setiap titiknya dari
titik yang terdekat garis pangkal, sama dengan Iebar laut Bab 2 Zona Tambahan .................................. .. 23
teritorial. Bab 3 Negara Kepulauan ................................ . 31
Penerbit Brilian lnternasional menyambut baik draft Bab 4 Zona Ekonomi Eksklusif .................... .. 45
buku yang berjudul Zona-zona Laut UNCLOS untuk di-
terbitkan. Buku ini ditulis oleh Tjondro Tirtamulia, S.H., Bab 5 Land as Kontinen .................................. . 57
C.N., dosen Fakultas Hukum Universitas Surabaya. Bab 6 Laut Lepas ............................................ . 69
Semoga buku ini berguna, khususnya bagi maha- Bab 7 Kawasan Dasar Laut lnternasional .... . 77
siswa Fakultas Hukum, dan bagi masyarakat umumnya,
Bab 8 Penyelesaian Sengketa ....................... . 85
yang peduli pada masalah hukum internasional.
Bab 9 Perlindungan Lingkungan Laut 93
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) The outer limit of the territorial sea is the line
tentang Hukum Laut yang pertama (1958) dan kedua every point of which is at a distance from the
(1960) di Jenewa tidak memecahkan permasalahan nearest point of the' baseline equal to the
Iebar laut teritorial. Pada waktu itu, dalam praktiknya breadth of the territorial sea.
penguasaan negara-negara maju terhadap perairan di
Penentuan Iebar laut teritorial ini sebagai bagian
sekitarnya menunjukkan keanekaragaman, sehingga
dari keseluruhan paket rejim-rejim Hukum Laut, khusus-
dalam menentukan Iebar laut tentorial tergantung pada
nya bersamaan dengan pelaksanaan:
kepentingan negara yang bersangkutan. Pertentangan
kepentingan negara terhadap arti laut mempunyai an- 1. kebebasan transit melalui selat yang digunakan un-
dil terhadap terselenggaranya Konferensi Hukum Laut tuk pelayaran internasional;
ketiga, sehingga konferensi ini menjadi wadah pem- 2. kebebasan transit dan hak akses negara tanpa pan-
bicaraan masalah pertentangan kepentingan yang ber- tai ke dan dari laut;
akibat masing-masing negara pantai menetapkan Iebar 3. tetap dihormatinya hak lintas damai melalui laut te-
laut teritorialnya secara sepihak (Prijanto, 2007: 2-5). ritorial.
Konferensi PBB tentang Hukum Laut ketiga telah Ada pun rejim Iaut teritorial memuat ketentuan, bah-
berhasil menentukan Iebar laut teritorial maksimal 12 wa negara pantai mempunyai kedaulatan penuh atas laut
mil laut (pasal 3 United Nations Convention on the Law teritorial, ruang udara di atasnya, dasar laut dan tanah
of the Sea - UNCLOS) merupakan hak negara pantai di bawahnya, serta kekayaan alam yang terkandung di
untuk menetapkan Iebar laut teritorialnya tidak melebihi dalamnya. Hal ini dinyatakan dalam ketentuan pasal
12 m11 laut, yang diukur dari garis pangkal. Selanjutnya, 2 UNCLOS, bahwa kedaulatan suatu negara pantai,
dalam pasal 4 UNCLOS ditentukan pula batas terluar selain laut teritorial, juga meliputi ruang udara di atas
laut teritorial adalah garis yang jarak setiap titiknya dari laut teritorial, serta dasar laut, dan tanah di bawahnya
titik yang terdekat garis pangkal, sama dengan Iebar laut dari suatu wilayah daratan dan perairan pedalamannya.
teritorial. Dalam hal suatu negara kepulauan adalah perairan
kepulauannya sebagai laut teritorial.
Article 3
Breadth of the territorial sea
Article 2
Every State has the right to establish the Legal status of the territorial sea, of the air
breadth of its territorial sea up to a limit not space over the territorial sea and of its bed
exceeding 12 nautical miles, measured from and subsoil.
baselines determined in accordance with this
Convention. 1. The sovereignty of a coastal State ex-
tends, beyond its land territory and in-
1. batas laut teritorial sesuai dengan ketentuan pasal Where the coasts of two States are opposite
3 UNCLOS merupakan laut yang lebarnya tidak me- or adjacent to each other, neither of the two
lebihi 12 mil, diukur dari garis pangkal; States is entitled, failing agreement between
2. batas tertuar dari laut teritorial sesuai dengan ke- them to the contrary, to extend its territorial
tentuan pasal 4 UNCLOS adalah garis yang me- sea beyond the median line every point of
rupakan hasil dari titik-titik yang diukur dari garis which is equidistant from the nearest points
pangkal, yang membentuk garis taut teritorial. on the baselines from which the breadth of
the territorial seas of each of the two States
Batas ini merupakan batas kedaulatan teritorial ne- is measured.
gara pantai yang meliputi laut teritorial , termasuk ruang The above provision does not apply, however,
udara di atasnya, dasar laut, beserta tanah di bawahnya, where it is necessary by reason of historic
adalah bukan merupakan hak muttak, karena negara title or other special circumstances to delimit
pantai masih harus memberikan kesempatan untuk ber- the territorial seas of the two States in a way
lakunya hak tintas damai, sebagaimana dimaksud dalam which is at variance therewith.
ketentuan bagian 3, sub bagian A, pasal 17 sampai de-
ngan pasat 32 UNCLOS. Penetapan batas taut dalam ketentuan pasal 15
UNCLOS tersebut, masih mengecualikan, jika pengu-
Adapun penetapan garis batas laut teritoriat antara asaan terhadap perairan tersebut memitiki dasar alasan
negara pantai yang memiliki pantai yang berhadapan hak historis atau karena keadaan khusus lainnya, se-
atau berdampingan , maka tidak satu pun di antara ne- hingga suatu negara menetapkan batas laut teritorial
gara tersebut berhak menetapkan batas taut terito- sedemikian rupa, dapat ditetapkan cara yang berlainan
Is
l--
I 4 ZONA-ZONA LAUT UNCLOS zoNA-ZONA LAUT uNctos
dengan maksud dari ketentuan pasal 15 UNCLOS ter- hubungkan titik-titik garis air rendahnya di antara kedua
sebut di atas. garis air rendah tersebut. Perairan pada lekukan yang
tertutup ini selanjutnya akan dianggap sebagai perairan
Beberapa hal yang berkaitan dan diperhatikan, serta
pedalaman. Dengan demikian, perairan pedalaman me-
mempengaruhi dalam penentuan batas laut teritorial,
adalah apabila terdapat: rupakan perairan yang berada pada arah darat dari ga-
ris pangkal yang dipergunakan untuk mengukur Iebar
1. karang di suatu pulau atau pulau yang mempunyai laut teritorial dan bukan sebagaimana dimaksud karena
karang atau pulau berstruktur karang, maka pengu- penggunaan garis pangkal biasa menurut ketentuan pa-
kuran Iebar laut tentorial dengan memperhatikan sal 5 UNCLOS (Prijanto, 2007: 7).
garis air rendah pada sisi karang tersebut pada sisi
Apabila melebihi dari 24 mil laut, maka suatu garis
lautnya, sebagai titik untuk menarik garis pangkal,
pangkallurus ditarik ke dalam teluk tersebut sedemikian
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 6
UNCLOS; rupa, sehingga menjadi suatu daerah perairan maksimum
yang mungkin dicapai oleh garis itu.
2. mulut sungai yang mengalir ke laut, maka penentuan
garis air rendah ditentukan di titik di kedua tepian Jika dalam suatu lekukan terdapat pulau-pulau
mulut sungai , sehingga garis pangkal yang ditarik yang menyebabkan terdapatnya lekukan mempunyai le-
merupakan garis lurus yang melintasi mulut sungai bih dari satu mulut lekukan, maka dibuatlah setengah
tersebut, sebagaimana ditentukan dalam pasal 9 lingkaran pada suatu garis yang panjangnya sama de-
UNCLOS; ngan jumlah keseluruhan panjang garis yang melintasi
3. teluk dalam ketentuan pasal 10 UNCLOS, yang me- berbagai mulut tersebut, dan selanjutnya pulau-pulau
rupakan suatu lekukan yang jelas sehingga luas yang ada dianggap seolah-olah sebagai bagian dari da-
lekukannya berbanding sedemikian rupa (seluas erah perairan lekukan tersebut.
atau lebih luas daripada luas setengah lingkaran ber-
4. lnstalasi lepas pantai dan pulau buatan akan di-
dasarkan garis yang ditarik melintasi mulut lekukan)
anggap sebagai instalasi pelabuhan yang permanen ,
dengan Iebar mulutnya yang menyebabkan adanya
menurut ketentuan pasal11 UNCLOS.
perairan tertutup dan bentuknya bukan sekedar se-
bagai suatu lingkungan pantai. Untuk kepentingan Jika merupakan bagian integral pada sisi terluar
penentuan garis pangkal didasarkan pada titik garis dari sistem pelabuhan, sehingga instalasi dan pulau bu-
air rendah sepanjang pantai lekukan itu dan titik pa- atan tersebut merupakan bagian dari pantai, dapat di-
da pintu masuk lekukan secara alamiah, sebagai tentukan sebagai titik untuk maksud penetapan batas
suatu garis yang menghubungkan titik-titik garis air laut teritorial.
rendahnya.
Demikian juga termasuk dalam laut teritorial , seba-
Jika jarak antara titik-titik garis air rendah pada gaimana dimaksud pasal 12 UNCLOS, adalah tempat
pintu masuk alamiah pada lekukan tidak melebihi dari 24 berlabuh di tengah laut yang terletak seluruhnya atau
mil laut, maka dapat ditarik garis penutup yang meng- sebagian di luar batas luar laut teritorial, yang biasanya
1. Kapal yang dioperasikan untuk tujuan komersial, 1.2 Selat yang Digunakan untuk Pelayaran lnterna-
ketentuan pasal27 UNCLOS, tidakmemperkenankan sional
negara pantai untuk melaksanakan yurisdiksi krimi-
Dalam membahas status hukum perairan yang
nalnya di atas kapal asing yang sedang melintasi Jaut
merupakan selat yang digunakan untuk pelayaran
teritorial, kecuali apabila kejahatan yang terjadi di atas
internasional dengan mengingat adanya penetapan le-
kap~l, telah dirasakan akibatnya di negara pantai ,
bar laut teritorial maksimal 12 mil laut membawa akibat
sehmgga mengganggu prinsip kedamaian atau
bahwa perairan dalam selat yang semula merupakan
mengganggu ketertiban laut wilayah, atau karena
bagian dari !aut lepas berubah menjadi bagian dari laut
adanya permintaan bantuan oleh nakhoda kapal
teritorial negara pantai. Dengan adanya pengaturan
atau oleh perwakilan diplomatik negara bendera.
Jaut teritorial ini, selanjutnya kebebasan berlayar yang
Demikian pula dalam hal yurisdiksi perdatanya se-
dahulunya dapat dinikmati sebagaimana halnya kebe-
bagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 28
basan berlayar di laut lepas, maka kini tidak dapat di-
UNCLOS terhadap seseorang yang berada di atas
nikmati lagi (Prijanto, 2007: 9).
kapal itu, kecuali hanya apabila berkenaan dengan
kewajiban atau tanggung jawab ganti rugi yang harus Pada pasal34 ayat (1) UNCLOS, penggunaan selat
ditanggung oleh kapal itu sendiri; yang demikian ini ditentukan, bahwa rejim lintas melalui
2. Kapal yang dioperasikan untuk tujuan nonkomersial, selat yang digunakan untuk pelayaran internasional
dalam hal ini kapal pemerintah/kapal perang dalam tetap tunduk pada status hukum perairan selat sebagai
batasan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan alur pelayaran internasional, yang pelaksanaannya me-
pasal 29 UNCLOS. Menurut ketentuan pasal 30 rupakan bagian dari kedaulatan perairan atau yurisdiksi
UNCLOS, negara pantai dapat menuntut, agar kapal perairan negara yang berbatasan dengan selat tersebut.
pemerintah/kapal perang itu segera meninggalkan Pembatasan dalam ketentuan pasal 36 UNCLOS, me-
laut teritorialnya, jika kapal tersebut tidak mentaati nyatakan tldak berlakunya bagi suatu selat yang digu-
dan tidak mengindahkan permintaan untuk mentaati nakan untuk pelayaran internasional, ialah apabila dalam
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan melalui selat tersebut terdapat suatu rute laut lepas atau
oleh negara pantai mengenai lintas. Jika kemudian rute melalui suatu zona ekonomi eksklusif yang sama
menimbulkan kerugian, maka negara bendera me- fungsinya berkenaan dengan sifat-sifat navigasi dan hi-
mikul tanggung jawab intemasional untuk setiap drografis.
~
ill' 24 j ZONA-ZONA LAUT UNCLOS ZONA-ZONA LAUT UNCLOS 125
~~
be continued outside the territorial sea auditory signal to stop has been given at
or the contiguous zone if the pursuit has a distance which enables it to be seen or
not been interrupted. It is not necessary heard by the foreign ship.
that, at the time when the foreign ship 5. The right of hot pursuit may be exercised
within the territorial sea or the contiguous only by warships or military aircraft, or
zone receives the order to stop, the ship other ships or aircraft clearly marked
giving the order should likewise be within and identifiable as being on government
the territorial sea or the contiguous zone. service and authorized to that effect.
If the foreign ship is within a contiguous 6. Where hot pursuit is effected by an aircraft:
zone, as defined in article 33, the pursuit (a) the provisions of paragraphs 1 to 4
may only be undertaken if there has been shall apply mutatis mutandis,
a violation of the rights for the protection of (b) the aircraft giving the order to stop
which the zone was established. must itself actively pursue the ship
2. The right of hot pursuit shall apply mutatis until a ship or another aircraft of
mutandis to violations in the exclusive eco- the coastal State, summoned by
nomic zone or on the continental shelf, in- the aircraft, arrives to take over the
cluding safety zones around continental pursuit, unless the aircraft is itself
shelf installations, of the laws and regu- able to arrest the ship. It does not
lations of the coastal State applicable in suffice to justify an arrest outside the
accordance with this Convention to the ex- territorial sea that the ship was merely
clusive economic zone or the continental sighted by the aircraft as an offender
shelf, including such safety zones. or suspected offender, if it was not
3. The right of hot pursuit ceases as soon as both ordered to stop and pursued
the ship pursued enters the territorial sea by the aircraft itself or other aircraft
of its own State or of a third State. or ships which continue the pursuit
4. Hot pursuit is not deemed to have begun without interruption.
unless the pursuing ship has satisfied itself 7. The release of a ship arrested within the
by such practicable means as may be jurisdiction of a State and escorted to a
available that the ship pursued or one of its port of that State for the purposes of an
boats or other craft working as a team and inquiry before the competent authorities
using the ship pursued as a mother ship may not be claimed solely on the ground
is within the limits of the territorial sea, or, that the ship, in the course of its voyage,
as the case may be, within the contiguous was escorted across a portion of the
zone or the exclusive economic zone or exclusive economic zone or the high
above the continental shelf. The pursuit seas, if the circumstances rendered this
may only be commenced after. a visual or necessary.
;, •
..... 38 I ZONA-ZONA LAUT UNCLOS ZONA-ZONA LAUT UNCLOS 139 I
~
-~
Sekalipun kapal dan pesawat udara asing me- 4. Such sea Janes and air routes shall tra-
nikmati hak lintas alur laut kepulauan melalui alur laut verse the archipelagic waters and the
dan rute penerbangan tersebut, namun hal ini tidak adjacent territorial sea and shall include
boleh mengurangi kedaulatan negara kepulauan atas all normal passage routes used as routes
air dan ruang udara di atasnya, dasar laut dan tanah di for international navigation or overflight
bawahnya, serta sumber kekayaan di dalamnya. through or over archipelagic waters
Dengan demikian hak lintas alur laut kepulauan and, within such routes, so far as ships
melalui rute penerbangan yang diatur dalam konvensi are concerned, all normal navigational
ini hanyalah mencakup hak lintas penerbangan mele- channels, provided that duplication of
wati udara di atas alur laut tanpa mempengaruhi keda- routes of similar convenience between
ulatan negara untuk mengatur penerbangan di atas the same entry and exit points shall not
wilayahnya sesuai dengan Konvensi Chicago 1944 be necessary.
tentang Penerbangan Sipil ataupun kedaulatan negara 5. Such sea lanes and air routes shall be
kepulauan atas wilayah udara lainnya di atas perairan defined by a series of continuous axis
kepulauan. lines from the entry points of passage
routes to the exit points. Ships and aircraft
Article 53 in archipelagic sea lanes passage shall
Right of archipelagic sea lanes passage not deviate more than 25 nautical miles
1. An archipelagic State may designate sea to either side of such axis Jines during
lanes and air routes thereabove, suitable passage, provided that such ships and
for the continuous and expeditious pass- aircraft shall not navigate closer to the
age of foreign ships and aircraft through coasts than 10 per cent of the distance
or over its archipelagic waters and the between the nearest points on islands
adjacent territorial sea. bordering the sea Jane.
2. All ships and aircraft enjoy the right of ar- 6. An archipelagic State which designates
chipelagic sea Janes passage in such sea sea lanes under this article may also
lanes and air routes. prescribe traffic separation schemes for
_3. Archipelagic sea lanes passage means the safe passage of ships through narrow
the exercise in accordance with this Con- channels in such sea lanes.
vention of the rights of navigation and 7. An archipelagic State may, when circum-
overflight in the normal mode solely for the stances require, after giving due publicity
purpose of continuous, expeditious and thereto, substitute other sea lanes or traffic
unobstructed transit between one part of separation schemes for any sea lanes
the high seas or an exclusive economic or traffic separation schemes previously
zone and another part of the high seas or designated or prescribed by it.
an exclusive economic zone. 8. Such sea lanes and traffic separation
IF
~1~
tidak mempengaruhi penetapan batas laut teritorial, zona kebebasan pelayaran dan atau penerbangan melalui
ekonomi eksklusif atau landas kontinen dan terhadapnya zonaini.
hanya dapat ditentukan zona keselamatan yang tidak
melebihi 500 meter di sekeliling bangunan yang diukur Hak-hak, yurisdiksi, dan kewajiban negara pantai
dari setiap titik terluarnya. dalam zona ekonomi ekskiiJsif sebagaimana ditentukan
pada pasal 56 UNCLOS, menjabarkan tentang:
Dalam hal pantai yang berhadapan atau ber-
dampingan, ·pasal 74 UNCLOS menentukan, bahwa a. hak berdaulat, untuk tujuan eksplorasi , eksploitasi,
pe-netapan batas zona ekonomi eksklusif antara konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan
negara yang pantainya berhadapan atau berdampingan alam baik hayati, maupun nonhayati dan kegiatan-
harus diadakan dengan persetujuan atas dasar hukum kegiatan lainnya dari perairan di atas dan dari da-
internasional, sebagaimana ditetapkan dalam pasal 38 sar laut, serta tanah di bawahnya , yang berdasar
Status Mahkamah lnternasional. ketentuan pasal 73 UNCLOS, negara pantai dalam
melaksanakan hak berdaulatnya dan untuk menjamin
Penentuan Iebar zona ekonomi eksklusif yang tidak ditaatinya peraturan perundang-undangan yang
melebihi 200 mil laut pada awalnya merupakan persoalan ditetapkannya dapat melakukan penegakan sesuai
yang erat kaitannya dengan masalah penetapan Iebar dengan ketentuan konvensi ini;
laut tentorial yang tidak melebihi atau maksimal 12 mil b. yurisdiksi , yang berkaitan dengan hak eksklusif ne-
taut. Hal ini dikarenakan : gara pantai sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
a. pada beberapa negara pantai, yang menganut Iebar pasal 60 UNCLOS dalam pembuatan , memba-
laut teritorial 200 mil laut, baru dapat menerima ngun, mengatur operasional dan penggunaan pulau
penetapan Iebar laut teritorial maksimal 12 mil laut buatan , instalasi, dan bangunan lainnya, serta zona
dengan adanya rejim zona ekonomi eksklusif yang keselamatannya sesuai dengan sifat dan fungsi
lebarnya tidak melebihi 200 mil laut; pulau buatan, instalasi dan bangunan tersebut
yang tidak melebihi jarak 500 meter sekeliling ba-
b. namun pada sisi lain:
ngunan tersebut, diukur dari setiap titik terluar;
(1) bagi negara tidak berpantai dan bagi negara melakukan penelitian ilmiah kelautan ; serta kegiatan
yang secara geografis tidak beruntung baru perlindungan dan pelestarian lingkungan laut;
dapat menerima penetapan ini karena mem- c. kewajiban menghormati hak pelayaran dan pe-
peroleh kesempatan untuk turut serta meman- nerbangan internasional; pemasangan kabel dan
faatkan surplus dari jumlah tangkapan yang di- atau pipa bawah laut; harus menentukan jumlah
perbolehkan; tangkapan sumber kekayaan hayati yang dapat
(2) mempunyai hak transit ke dan dari laut melalui diperbolehkan dalam zona ekonomi eksklusifnya
wilayah negara pantai atau negara transit. sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pa-
c. negara-negara maritim dapat menerima keberadaan sal 61 UNCLOS dan selanjutnya melakukan pe-
rejim khusus ini, jika negara pantai tetap menghormati manfaatan sebagaimana ketentuan pasal 62