PAKET INSTRUKSI
DAFTAR ISI
Halaman
1. LEMBAR JUDUL ...........................................................................1
2. DAFTAR ISI................................................................................... 2
3. RENCANA PEMBELAJARAN ............................................... 3
4. 4
PROGRAM PEMBELAJARAN BAB I ...................................................
a. Pembahasan Bab I ……………………………………………. 5
b. Lembar Pertanyaan .....……………………………………. 8
6. 25
PROGRAM PEMBELAJARAN BAB III ……………………………………..
a. Pembahasan Bab III ......…………………………………… 26
7. 29
PROGRAM PEMBELAJARAN BAB IV ……………………………………..
a. Pembahasan Bab IV ......…………………………………… 30
RENCANA PEMBELAJARAN
4. Lama pelajaran :
a. Teori : 5 Jam Pelajaran.
b. Praktek : - Jam Pelajaran.
5. Kepustakaan
- Diktat Pengantar HLI Kobangdikal.
4
PROGRAM PEMBELAJARAN
3. Waktu Pembahasan :
a. Teori : 1 Jam pelajaran.
b. Praktek : - Jam pelajaran.
BAB I
POKOK-POKOK KONVENSI PBB
TENTANG HUKUM LAUT ( UNCLOS 1982 )
1. Pendahuluan.
Tujuan diciptakan Hukum Laut Internasional untuk menciptakan tata tertib
kehidupan masyarakat di laut berdasarkan kaedah hukum moral dan kesopanan sehingga
tertuanglah satu aturan atas kesepakatan bersama bangsa – bangsa di dunia dalam
UNCLOS 1982.
Yang dimaksud dengan konvensi perserikatan bangsa- bangsa tentang hukum laut
adalah dokumen PBB yang dihasilkan komprensi PBB tentang hukum laut ke III yaitu
dokumen Nomor,A/CONF,62/122 tanggal 07 oktober 1982. Naskah itu memuat seluruh
ketentuan hukum tentang laut yang dituangkan dalam 17 Bab dan 320 pasal.
2. Pengertian.
a. Perairan Pedalaman adalah Perairan pelabuhan, muara, sungai dan teluk
yang lebihnya tidak melebihi 24 mil.
b. Perairan Kepulauan disebut juga Perairan Nusantara adalah semua laut
yang terletak di sisi dalam garis pangkal kepulauan tidak termasuk perairan
pedalaman.
c. Laut Teritorial / Laut Wilayah adalah Laut yang berada di sisi luar garis
pangkal kepulauan yang lebarnya 12 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan.
Bila berbatasan atau berdampingan dengan Negara tetangga, maka batas terluar
dari laut akan ditentukan dengan perjanjian antara negara RI dan negara yang ber-
sangkutan.
d. Zone Tambahan Indonesia adalah Laut yang berada di luar dan
berbatasan dengan Laut Teritorial Indonesia yang batas terluarnya tidak melebihi
jarak 24 mil laut yang diukur dari garis pangkal.
e. Zone Ekonomi Eksklusif adalah Suatu jalur laut yang terletak di luar dan
berbatasan dengan laut Teritorial yang batas terluarnya sejauh 200 mil laut .
f. Landas Kontinen adalah Dasar laut dan tanah di bawahnya dan daerah
permukaan laut yang terletak di luar laut Teritorial Indonesia sepanjang kelanjutan
alamiah wilayah daratan Indonesia, hingga pinggiran luar tepian Kontinen atau
6
hingga jarak 200 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan dalam hal pinggiran
luar tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut.
g. Laut Lepas / Laut Bebas adalah Jalur laut yang berada di luar dan
berbatasan dengan ZEE negara pantai.
h. Kawasan Dasar Laut Internasional adalah Dasar laut dan tanah di
bawahnya yang berbatasan dengan landas Kontinen negara pantai / dasar laut dan
tanah di bawahnya.
i. UNCLOS 1982 ( United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 )
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982 merupakan
perwujudan dari usaha masyarakat Internasional untuk mengatur masalah kelautan
secara menyeluruh yang penyusunannya memakan waktu lebih kurang sepuluh
tahun (satu dasawarsa) yang ditandatangani di Mentego Bay , Jamaica, pada
tanggal10 Desember 1982.
3. Penjelasan Umum.
a. Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 ( UNCLOS 1982 ) dipandang
sebagai karya besar PBB di bidang Hukum. Konvensi tersebut merupakan
penjelmaan dari upaya untuk mewujudkan rezim hukum yang mengatur sekitar 70
% dari keseluruhan luas permukaan bumi . Dan yang lebih penting lagi , kenyataan
sekarang ini bahwa laut mempunyai peran yang sangat besar bagi suatu negara
baik dalam rangka mewujudkan integritas dan kedaulatan negara, sarana
perhubungan laut, medan pertahanan dan keamanan negara juga sebagai sumber
makanan, energi dan mineral serta fungsi-fungsi lainnya.
b. Dengan demikian Konvensi tersebut telah mengatur masalah yang besar
yang menyangkut kepentingan negara-negara. Harus diakui bahwa Konvensi
tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama seluruh peserta Konvensi yang
tidak mungkin dapat menampung seluruh kepentingan dan keinginan setiap negara
peserta secara individual, sehingga Konvensi tersebut harus diterima sebagai
suatu paket yang berisi kompromi dan konsensus antara kepentingan nasional
yang diperjuangkan dan kepentingan internasional yang harus dihormati.
c. Bagi Indonesia, khususnya sebagai suatu Negara Kepulauan, Konsensus
tersebut merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh
pengakuan Dunia Internasional terhadap status Negara Republik Indonesia
sebagai Negara Kepulauan dengan dimasukkannya prinsip-prinsip Negara
Kepulauan sebagaimana yang tercantum di dalam Deklarasi Djuanda 1957 dan
Undang-undang NO 4 Prp th 1960 ke dalam Konvensi tersebut .
7
d. Konvensi tersebut berlaku mengikat sejak 16 November 1994 sebagai
Negara penandatanganan Indonesia telah meratifikasi Konvensi tersebut dengan
UU No 17 tahun 1985, sehingga Indonesia sudah terikat oleh isi Konvensi tersebut’
sebagai penyesuaian terhadap Konvensi tersebut Indonesia telah mencabut UU No
4 tahun1960 tentang Perairan Indonesia dan mengganti serta menyempurnakan
pelaksanaannya dengan UU No 6 th 1996. misalnya PP No 8 th 1962 tentang
Lintas Damai bagi Kendaraan Asing di Perairan Indonesia telah disempurnakan
diganti PP ,No 36 tahun 2002, agar selaras dengan Konvensi.
e. Yang dimaksud dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut ke III ,yaitu
dokumen PBB yang dihasilkan Konferensi PBB tentang Hukum Laut ke III, yaitu
Dokumen Nomor A/CONF.62/122 Tanggal 7 Oktober 1982 naskah itu memuat
seluruh ketentuan Hukum tentang Laut yang dituangkan dalam 17 BAB , 320 Pasal
(lihat gambar di bawah).
NO MATERI UNCLOS 1982
1 LAUT WILAYAH dan ZONE TAMBAHAN BAB II Psl 2 - Psl 33
2 Selat yang digunakan untuk Pelayaran Internasional. BAB III Psl 34 - Psl 45
3 Negara – negara Kepulauan BAB IV Psl 46 - Psl 54
8 Laut Terkurung /Tertutup atau Setengah Terkurung / BAB IX Psl 122 – Psl 123
Tertutup.
9 Hak Akses Negara-negara yang dibatasi Daratan ke dan BAB X Psl 124 – Psl 132
dari Laut dan Kebebasan Transit
10 Dasar Laut dan Samudera serta Tanah di bawahnya di BAB XI Psl 133 – Psl 191
Laut Bebas .
11 Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan di Laut. BAB XII Psl 192 – psl 237
PROGRAM PEMBELAJARAN
3. Waktu Pembahasan :
a. Teori : 2 Jam pelajaran.
b. Praktek : - Jam pelajaran.
5. Penugasan siswa : Membaca buku HLI dan membuat ringkasan Bab II.
10
BAB II
PERAIRAN YANG MENJADI TUGAS YURISDIKSI NASIONAL
Suatu Negara pantai menurut UNCLOS 1982 hanya dapat mengklaim, lebar
laut sebagai laut territorial dengan tidak melebihi jarak 12 Nm yang diukur dari
suatu garis yang disebut Garis Pangkal (Base Line). Menurut praktek beberapa
Negara di Amerika Latin seperti Ekuador, Peru dan Chili jauh sebelum berlakunya
UNCLOS 1982 (sejak tahun 1940-an) telah mengklaim wilayah laut sampai sejauh
200 Nm.
Pembagian laut menurut UNCLOS 1982 adalah sebagai berikut :
1) Laut/Dasar laut yang termasuk dalam yurisdiksi nasional suatu
Negara pantai meliputi :
a) Perairan Pedalaman (Internal Waters)
b) Perairan Kepulauan (Archipelagic Waters) dalam hal Negara
itu adalah Negara kepulauan
c) Laut Wilayah/Teritorial (Teritorial Sea)
d) Zona tambahan (Continous Zone)
e) Zona Ekonomi Eksklusif (Exlusif Economic Zone/ZEE)
f) Landas Kontinen (Continental Sheld)
2) Laut/Dasar yang berada di luar yuridiksi nasional suatu Negara
meliputi
a) Laut Lepas/Laut Beba (High seas)
b) Kawasan Dasar laut International (International Seabed Area
ISA)
11
3) Landas Kontinen
Semua dasar laut yang berada di luar berbatasan dengn laut teritorial
yang batas terluarnya adalah sampai di mana berakhirnya tingginya
pinggiran lanjutan alamiah daratan dengan jarak makismal 200 Nm diukur
dari garis pangkal dari mana lebar laut territorial diukur, apabila dasar laut
kelanjutan alamiah daratan tidak mencapai jarak tersebut
16
LEMBAR PERTANYAAN
3. Waktu Pembahasan :
a. Teori : 1 Jam pelajaran.
b. Praktek : - Jam pelajaran.
4. Tempat Pelajaran : Kelas Puslatdiksarmil .
5. Penugasan siswa : Membaca buku HLI dan membuat ringkasan Bab III.
BAB III
26
2). Yurisdiksi .
>Pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan, instalasi dan
bangunan lainnya. ( Pasal 80 Bab VI )
>Perijinan dan pengaturan pengeboran untuk segala keperluan .
( Pasal 81 Bab VI )
LEMBAR PERTANYAAN
28
PROGRAM PENGAJARAN
29
3. Waktu Pembahasan :
a. Teori : 1 Jam Pelajaran .
b. Praktek : - Jam Pelajaran .
5. Penugasan siswa : Membaca buku HLI dan membuat ringkasan Bab IV.
BAB IV
30
b. Pengangkutan Budak.
Berdasarkan pasal 99 UNCLOS 1982 setiap Negara wajib melakukan
tindakan tegas untuk mencegah dan menghukum mengangkut budak di atas kapal
berbendera negaranya.
Setiap Negara wajib melakukan kerja sama untuk kerja sama menahan
pengangkutan obat narkotik dan atau subtansi psychotropic lainnya yang diangkut
melalui kapal apabila bertentangan dengan ketentuan Konvensi Internasional
tentang Narkotik 1988 (Indonesia belum meratifikasi Konvensi tersebut)
Dalam melakukan lintas damai kapal asing tidak boleh membuang jangkar,
berhenti, mondar mandir. Kecuali dalam keadaan force majeure, musibah atau
karena menolong orang kapal, pesawat yang dalam keadaan musibah
1) Larangan bagi kapal sewaktu lintas damai ( PS 4 dan 5 UU No 36 TH
2002)
a) Melakukan perbuatan yang merupakan ancaman atau
penggunaan kekerasan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah,
kemerdekaan politik negara pantai, atau dengan cara lain apapun
yang merupakan pelanggaran asas hukum laut Internasional
sebagaimana tercantum dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
b) Melakukan Latihan atau praktek dengan senjata apapun.
c) Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi yang merugikan bagi pertahanan dan keamanan negara.
d) Melakukan perbuatan yang merupakan propaganda yang
bertujuan mempengaruhi pertahanan dan keamanan negara.
e) Meluncurkan, mendaratkan, atau menaikan suatu pesawat
udara dari atau ke atas kapal.
f) Meluncurkan, mendaratkan, atau menaikkan suatu perairan
dan perlengkapan militer udara dari atau ke atas kapal.
.Membongkar atau memuat setiap komoditi, mata uang, atau orang
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
kepabeanan, fiskal, keimigrasian, atau saniter.
i) Kegiatan Perikanan .
j) Kegiatan riset atau survei.
k) Perbuatan yang bertujuan mengganggu setiap sistem
komunikasi, Setiap fasilitas atau instalasi lainnya.
l) Perbuatan pencemaran yang dilakukan dengan sengaja atau
menimbulkan pencemaran yang parah .
m) Merusak atau mengganggu alat dan fasilitas navigasi, serta
fasilitas atau instalasi navigasi lainnya.
n) Melakukan perusakan terhadap sumber daya alam hayati.
o) Merusak atau mengganggu kabel dan pipa laut.
LEMBAR PERTANYAAN
PENYUSUN