Anda di halaman 1dari 13

KONSEPSI BENUA MARITIM INDONESIA (BMI)

TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM PEMBANGUNAN BENUA


MARITIM INDOENSIA (BMI)

OLEH KELOMPOK 4:
NURHIDAYAH A031231085
TIFFANI CINDY T. A031231086
NIHAL SALSABILA F091231058
AMELIA PEBRIANI G031231091
NAYLA RHATU AISYAH A. G031231098
NUR AZIZAH APRILIA G041231088
IRWAN ABD.RASYD G041231096
ANDI DZULKIFLI G041231098
HUSNUL NADIYA G041231099
REZKIANA G041231101
APRILYEN L061231061
RESTU WAHYUDI L061231063

MATA KULIAH UMUM (MKU) 226


WAWASAN BUDAYA DAN IPTEKS BENUA MARITIM INDONESIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala Ridho dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini dengan judul ‘‘ Konsepsi Benua Maritim Indonesia (BMI), Tantangan dan
Hambatan dalam Pembangunan BMI ’’ dalam keadaaan sehat. Dan juga dengan
karunia tersebutlah, sehingga pembaca dapat membaca tulisan ini, yang In Syaa
Allah juga berada dalam keadaaan sehat. Aamiin.

Rasa Syukur tersebut tentu tidak hanya berupa rasa Syukur, namun juga
terdapat rasa terima kasih kepada orang-orang baik yang ikut andil dalam
penyusunan Malakah ini, Terutama kepada dosen mata kuliah Wawasan Budaya
dan Ipteks Benua Maritim Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami,
yang tentu mengharapkan kami semua paham terhadap apa yang kami kerjakan,
dan mampu merealisasikannya di dunia nyata. Dan Saya selaku penyusun juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang ikut
andil dan bersedia meluangkan waktu untuk membantu dalam menyelesaikan
makalah yang In Syaa Allah dapat berguna bagi kita semua.

Dengan sangat jujur penyusun menyampaikan, bahwa makalah ini jauh


dari kata sempurna, dan tentu kritik maupun saran yang dapat membangun menjadi
suatu pembelajaran tersendiri bagi penyusun. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya, berguna bagi saya, teman-teman
seperjuangan, maupun pembaca, baik dalam kepentingan yang sama maupun dalam
kepentingan yang lain.

Makassar, 10 september 2023


Tertanda,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2 Tujuan dan Kegunaan ................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

1.1 Konsepsi Benua Maritim Indonesia (BMI) ................................ 3


1.2 Tantangan dan Hambatan dalam Pembangunan BMI ........... 6

BAB III SIMPULAN ................................................................................ 8

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah pulau di Indonesia lebih dari 17.500 meliputi wilayah laut yurisdiksi
nasional lebih kurang 5,8 juta km2, Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di
Dunia (Berdard Kent Sondakh). Dengan kekayaan alam yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki potensi luar biasa di perdagangan
internasional, letak geografis yang mendukung, yaitu pada benua Asia dan Australia
serta persilangan Samudra Hindia dan Pasifik, Indonesia merupakan urat nadi
perdagangan dunia (Dwi Ardianti, 2018). Luasnya laut Indonesia, membawanya
masuk dalam Negara dengan pesisir terpanjang kedua setelah Kanada. Dan salah
satu dosen Wawasan Budaya dan Ipteks Benua Maritim Indonesia Universitas
Hasanuddin mengatakan, jika dihitung berdasarkan pasang surut laut secara
bersamaan, maka Indonesia dapat menempati posisi pertama, sebagai negara
dengan pesisir terpanjang di dunia.

Pada tahun 2014 Presiden Joko Widodo resmi menggantikan mantan


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukaan cita-cita yang luar biasa,
Indonesia menjadi poros maritim dunia, yang diusung untuk lima tahun
pemerintahan presiden ketujuh tersebut, melanjutkan cita-cita Indonesia yang telah
lama terkubur.

Kesungguhan Indonesia menjadi poros maritim dunia setidaknya dapat


dilihat dari tiga hal, yaitu adanya keinginan kuat pemerintah untuk membangun tol
laut, promosi jargon Indonesia sebagai poros maritim dunia dilakukan dalam
berbagai pertemuan dan perhelatan baik secara bilateral, regional maupun
multilateral, kemudian terdapat wacana peningkatan kekuatan armada laut guna
menyeimbangkan situasi keamanan di seluruh wilayah perairan Indonesia. (Ismah
Rustam, 2021). Kesungguhan tersebut juga didukung dengan adannya Gerakan
Pembangunan Benua Maritim Indonesia (PBMI). Benua Maritim Indonesia (BMI)
adalah kesatuan alamiah antara darat, laut dan udara diatasnya, kesatuan ini

1
membentuk tatanan yang unik yang menampilkan karakteristik benua yang khas
dari sudut pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi,
keragaman biota, serta tatanan sosial budayanya yang menjadi yurisdiksi NKRI.
Yang demikianlah sehingga Konsepsi Benua Maritim Indonesia semakin lebih
jelas.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Dalam Konsepsi Benua Maritim Indonesia, tentu tidak bisa lepas dari
Tantangan dan Hambatan dalam pembangunan Benua Maritim Indonesia. Hal
tersebutlah yang menjadi dasar penyusunan makalah ini, dimana kita dapat
mengetahui apa saja hambatan dan tantangan yang mungkin menjadi sebab
merosotnya atau bahkan menghilangnya semangat dalam mewujudkan cita-cita
yang luar biasa, Indonesia sebagai Poros Maritim dunia yang dikonsepsikan dalam
Benua Maritim Indonesia.

Dan dengan pembahasan tersebut, diharapkan makalah ini dapat menjadi


jembatan bagi kita semua untuk dapat mengetahui apa saja yang mungkin bisa kita
lakukan, baik sebagai mahasiswa, masyarakat, dan warga negara Indonesia dalam
mewujudkan Benua Maritim Indonesia. Karena seperti yang tergagas dalam pidato
Hilman Farid bahwa kita sebagai masyarakat Indonesia, yang memiliki luas laut
yang luar biasa, seharusnya mampu memanfaatkan itu semua, karena jika
dimanfaatkan dengan baik, maka kita, Indonesia, mampu menjadi negara dengan
pendapatan tahunan yang sangat tinggi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsepsi Benua Maritim Indonesia (BMI)

Konsepsi Benua Maritim Indonesia adalah sebuah konsep yang mengakui


kesatuan geografis Indonesia yang tediri dari udara, darat, laut, serta tanah
dibawahnya dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya sebagai
wilayah negara Repulik Indonesia. Kosepsi ini didasarkan pada Hukum
Internasional dan telah diakui secara resmi oleh dunia melalui Konvensi Hukum
Laut PBB yang ditandatangani di Montego Bay, Jamaika pada tanggal 10 Desember
1982. Hal tersebut kemudian diratifikasikan melalui Undang-undang Dasar nomor
17/1985, yang berisi bahwa sepanjang yang berhubungan dengan potensi sumber
daya laut, Indonesia mempunyai kedaulatan wilayah atas perairan pedalaman,
perairan Nusantara dan laut wilayah beserta seluruh kekayaan alamnya, baik hayati
maupun nabati di perairan-perairan tersebut dengan menghormati tradisional
fishing right negara-negara tetangga yang terdekat di perairan-perairan Nusantara
tertentu (Hasjim Djalal, 1996).

Berdasarkan Konvensi PBB 1982 tersebut, kawasan laut Indonesia terbagi


dalam beberapa bagian, yaitu yang pertama Perairan Pedalaman yang semua
kekayaan alamnya berada di bawah kedaulatan Indonesia dan negara lain tidak
memiliki hak apapun, termasuk hak lewat berdasarkan innocent passage. Yang
kedua Perairan Nusantara, perairan dimana Nusantara mempunyai kedaulatan
wilayah atas perairan tersebut, baik batas airnya, udara diatasnya, tanah
dibawahnya, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung didalamnya, namun
negara lain tetap memiliki hak lewat atas ketentuan innocent passage di seluruh
perairan Nusantara (kecuali di perairan pedalaman) serta hak lewat yang lebih bebas
melalui Alur Laut Kepulauan (ALKI) atau sealanes . Yang ketiga Laut Wilayah
atau laut Teritorial, adalah zona selebar 12 mil di luar perairan Nusantara dimana
negara Pantai juga mempunyai kedaulatan wilayah termasuk atas seluruh kekayan
alamnya, di mana negara asing mempunyai hak innocent passage melalui laut

3
wilayah dan Sealanes di perairan laut wilayah yang menghubungkan ALKI dengan
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Yang keempat ada Zona Berdekatan, dengan
wilayah meliputi 12 mil di luar laut wilayah di mana negara Pantai mempunyai hak-
hak yang terbatas untuk pengawasan pabean, imigrasi, karantina kesehatan, dan
untuk mencegah pelanggaran atas ketentuan-ketentuan hukum dalam wilayahnya,
walaupun negara Pantai yang dimaksud tidak mempunyai kedaulatan wilayah atas
Zona tambahan.

Memperhatikan luas Indonesia, yang kira-kira sama dengan kontinen Eropa,


maka wajar jika dikatakan bahwa Indonesia itu pada dasarnya adalah suatu
kontinen, walaupun kontinen tersebut sebagian besar terdiri dari air (laut).
Walaupun di masa yang lalu konsep tradisional yang ada secara hukum
membedakan antara kawasan kontinental dengan kawasan kepulauan, namun
setelah kesatuan kepulauan tersebut diakui secara hukum oleh Konvensi Hukum
Laut 1982 maka tidak ada salahnya kita mulai mengembangkan suatu visi bahwa
Wawasan Nusantara Indonesia adalah suatu kawasan yang sangat Iuas yang pada
dasarnya sama dengan suatu kontinen. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa di
antara semua negara kepulauan yang diakui oleh Konvensi Hukum Laut 1982,
seperti Filipina, Fiji, Bahama, dan lain-lain; tidak ada yang seluas dan sebesar
Indonesia.

Kontinen Maritim Indonesia yang berakar pada Wawasan Nusantara perlu


dilihat sebagai suatu konsepsi historis dan politik pembangunan, bukan suatu
konsepsi yuridis. Historis dalam arti penumbuhan rasa persatuan dan kesatuan
bangsa yang semakin menebal sejak Kebangkitan Nasional 1908 yang menuju
kepada sumpah kesatuan nasional dalam Sumpah Pemuda 1928, realisasi kesatuan
nasional dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945, dan pemantapan
kesatuan nasional dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945, dan
pemantapan kesatuan nasional dalam Wawasan Nusantara 1957.

Pada era Pembangunan Jangka Panjang II, proses historis pertumbuhan rasa
persatuan dan kesatuan tersebut secara politis perlu ditingkatkan menjadi suatu
peningkatan kesadaran atas kebesaran bangsa Indonesia yang bersatu, tidak saja

4
secara politis geografis, tetapi juga kesadarannya terhadap kawasannya yang pada
dasarnya sama luasnya dengan suatu kontinen seperti Amerika, RRC, India, Eropa,
dan lain-lain. Indonesia sebagai suatu Negara Maritim yang besar memerlukan
suatu visi maritim yang berakar pada Wawasan Nusantara, yaitu suatu
pengembangan kemampuan maritim Indonesia yang serasi dan sejalan dengan
pengembangan kemampuan darat, udara, laut, dan tanah di bawahnya.

Di masa lalu, sewaktu Indonesia gigih-gigihnya memperjuangkan Indonesia


sebagai Negara Nusantara, Menlu Malaysia pada waktu itu, Tan Sri Gazali, pernah
mengusulkan dalam tahun 1974 suatu Wawasan Nusantara Melayu di Asia
Tenggara yang akan mengembangkan suatu kesatuan hukum regional yang terdiri
dari Indonesia, Malaysia dan Filipina. Usul tersebut ditolak oleh Indonesia.
Alasannya adalah, pertama, kesulitan untuk memperjuangkan konsep tersebut.
Memperjuangkan kesatuan Indonesia sebagai suatu kesatuan negara kepulauan saja
sudah susah, apalagi memperjuangkan suatu kesatuan hukum dari suatu kawasan.
Di samping itu, secara hukum sulit dikembangkan apakah Indonesia, Malaysia dan
Filipina akan dikembangkan sebagai suatu federasi, dan jika demikian, bagaimana
dengan kedudukan Thailand dan Singapura yang juga merupakan partner utama
kita di ASEAN.

Konsepsi Benua maritim Indonesia ini diharapkan dapat mewujudkan pola


pikir, pola sikap, dan pola tindak Bangsa Indonesia dalam satu sistem dalam rangka
menyelenggarakan Pembangunan nasional yang berkelanjutan. Seperti yang
dikatakan oleh Muzani, dkk (2017) bahwa Konsep Benua Maritim Indonesia sangat
berkaitan dengan aktualisasi Wawasan Nusantara yaitu Pembangunan Bangsa
Indonesia, hal tersebut juga dikatan dalam jurnal “Konsep Benua Maritim Indonesia
sebagau Wawasan dan Membangun BMI” oleh Dina Kartika (2021)

5
2.2 Tantangan dan Hambatan dalam Pembangunan Benua Maritim
Indonesia (BMI)

Berdasar pada pembahasan Konsepsi diatas, terdapat beberapa tantangan


dan hambatan yang dapat diangkat, diantaranya:

1. Tantangan geografis
Dikatakan bahwa Indonesia memiliki luas wilayah 5,180,053 km2, dengan
luas daratan 1,922,570 km2 dan luas perairan 3,257,483 km2, dimana
62,89% wilayah Indonesia terdiri dari perairan dan berdasarkan data
Kementrian Koordinasi Bidang Kemitraan, wilayah Indonesia terdiri atas
13.487 dan 82.000 km garis Pantai, dimana hal tesebut menjadi tantangan
tersendiri bagi Pembangunan infrastruktur transportasi dan komunikasi
serta sulitnya penyediaan Pendidikan dan pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas. Hal tersebut tentu berdampak besar dalam
Pembangunan Benua Maritim Indonesia dimana Sumber Daya Manusia
menjadi aspek utama yang berkontribusi dalam rencana pembangunan.
Contohnya pembangunan infrastruktur, sistem peringatan dini tsunami,
pengelolaan sumber daya air, pemulihan ekosistem, pengembangan energi
terbarukan, dan penyuluhan dan Pendidikan.
2. Tantangan Ekonomi
Perekonomian Indonesia masih sangat bergantung pada sumber daya alam,
seperti minyak, gas, dan mineral. Indonesia perlu melakukan diversifikasi
ekonomi dan mengembangkan sektor maritim untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Terdapat beberapa tantangan Ekonomi yang
perlu dilalui diantaranya, Pembangunan, kemiskinan, dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam.
3. Tantanga Keamanan
Wilayah maritim Indonesia sangat luas dan berpori-pori dan akan sangat
sulit untuk dipantau dan diamankan secara keseluruhan. Dalam hal
Keamanan Laur negara ini dihadapkan tantangan seperti pembajakan,
penangkapan ikan ilegal, dan terorisme, bahkan samapai pada konflik sosial,

6
dan keamanan energi. Hal tersebut tentu berdampak besar dalam
Pembangunan Benua Maritim Indonesia
4. Tentangan Lingkungan
Ekosistem laut di Indonesia terancam oleh polusi, penangkapan ikan yang
berlebihan, dan perubahan iklim, dalam hal tersebut Indonesia perlu
mengatasi tantangan-tantangan lingkungan ini untuk memastikan
keberlanjutan sumber daya laut. Dan selain itu kita juga dihadapkan pada
deforestasi dan Kerusakan Hutan, Polusi dan Pencemaran, dan perubahan
iklim yang akhirnya berdapak pada masyarakat.

7
BAB III

SIMPULAN

Kesatuan Indonesia serta kewenangan Indonesia atas Zona Ekonomi


Eksklusif dan Landas Kontinen telah diakui dalam Konvensi Hukum Laut 1982
yang merupakan suatu dasar yang sangat ampuh dalam pembangunan jangka
panjang Indonesia. Dan dalam penjuangan panjang Hukum Laut Indonesia yang
berjalan selama hampir 40 tahun di dunia internasional pada masa lalu, dengan
tujuan mendapatkan pengakuan yang sah atas wilayah dan kekayaan alamnya
hendaknya jangan menjadi perjuangan yang sia-sia. Dan meskipun sampai saat ini
masih terdapat tantangan dan hambatan yang perlu dilalui dalam mewujudkan
Indonesia sebagai Benua Maritin, baik itu tantangan Geografis, Ekonomi,
Keamanan, Lingkungan, maapun tantangan yang luput dari pandangan, janganlah
menjadi alasan kemunduran dalam mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai Poros
Maritim Dunia, hingga menjadikan penjuangan orang-orang hebat bangsa ini
menjadi sia-sia, karena seperti kata pepatah bangsa kita, "Janganlah hendaknya
bebek berenang di air mati kehausan, ayam bertengger di atas padi, mati kelaparan".

8
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Dwi Ardianty,Universitas Potersi Utama,2018: Indonesia sebagai Poros


Maritim Dunia: Tantangan dan Peluang keamanan dan Ekonomi Jokowi
2. Muzani, dan Setianingsi, Asma Irma dan Warnadi, 2017: Konsep Benua
Maritim Indonesia Sebagai aktualisasi Wawasan Kebangsaan Nusantara.
3. Dina Kartika, Universitas Hasanuddin,2021: Konsep Benua Maritim
Indonesia Sebagai Wawasan dan Pembangunan BMI
4. Hilman Farid, 2014: Arus Balik Kebudayaan: Sejarah Sebagai Kritik
5. Hasjim Djalal, 1996: Konsepsi Benua Maritim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai