PENGATURANNYA DI INDONESIA
KELOMPOK 6
Erista Rizkia
Sri Anggraini
Tanya Bianca
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, atas karunia
dan rahmatnya serta nikmat kesehatan yang telah diberikannya sehingga Hukum Laut
Internasional & Pengaturannya Di Indonesia dapat di selesaikan dengan tepat waktu,
sehingga sedikit banyaknya dapat menjadi referensi atau pedoman serta menambah bagi
wawasan atau ilmu pengetahuan bagi si pembaca.
Dalam pembuatan makalah ini tentu sedikit ada kendala yang kami hadapi. Namun
berkat kerjasama kelompok yang kami bangun memberikan beberapa masukan serta
dukungan orangtua kami. Kami dapat menangani masalah atau kendala yang kami hadapi.
Tentu masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah laporan ini, kami harapkan
bimbingan serta masukan dosen pembimbing agar penulisan makalah laporan selanjutnya
lebih baik lagi
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN
1,1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dimaksud Hukum Laut dan Hukum Laut Internasional
2. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah perkembangan hukum laut internasional?
3. Untuk mengetahui isi atau bagian dari hukum laut
4. Untuk mengetahui Bagaimana Pengaturannya atau penerapannya di Indonesia?
BAB II HUKUM LAUT INTERNASIONAL
Hukum laut menurut Dr. Wirjono Prodjodikoro SH, yaitu hukum yang meliputi
segala peraturan hukum yang ada hubungannya dengan laut.
Hukum laut menurut Mr. W. L.P,A Molegraf adalah peraturan-peraturan hukum yang
ada hubungannya dengan pelayaran kapal di laut dan keistimewaan mengenai
pengangkutan orang atau barang di laut.
Hukum laut internasional dapat dimaknai sebagai kaidah-kaidah hukum yang
mengatur hak dan kewenangan suatu Negara atas kawasan laut yang berada dibawah
yuridisdiksi nasionalnya.
Hukum laut pada umumnya adalah hukum yang mengatur tentang daerah-daerah laut
internasional yang mana diatur dalam perjanjian internasional yaitu Konvensi Perserikatan
Bangsa- Bangsa tentang Hukum laut (Bahasa Inggris ; United Nations Conventions on the
law of the Sea) yang disingkat UNCLOS yang disebut Konvensi Hukum laut Internasional
atau hukum perjanjian laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari konferensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Konvensi Hukum laut ini mendefenisikan hak dan tanggung jawab Negara dalam
penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan dan
pengelolaan sumber daya alam laut.
Dengan demikian dalam KHL 1982 dapat dikatakan telah mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan fungsi laut sebagai penyedia sumber daya alam terbeda, sedangkan hal-hal
yang berkaitan dengan fungsi laut sebagai media informasi transportasi guna mendukung
terselenggaranya perdagangan internasional tidak diatur dalam KHL 1982. Dari sinilah
kemudian muncul adanya konsep hukum laut internasional public dan privat.
Hal-hal yang diatur dalam KHL 1982 dikatakan sebagai hukum internasional public,
sedangkan yang berkenaan dengan laut sebagai sarana transportasi termasuk didalamnya
hukum pengangkutan laut dapat dikategorikan sebagai hukum laut internasional privat. Gol
menyanggah adanya pembagian hukum laut internasional public dan privat. Beliau
mengatakan bahwa sebenarnya hukum internasionallah yang terbagi dalam hukum
internasional public dan hukum internasional privat.
Meskipun demikian, di Indonesia hukum laut internasional public yang mengacu pada
ketentuan-ketentuan KHL 1982 dikenal sebagai hukum laut, sedangkan hal-hal yang
berkaitan dengan fungsi laut sebagai sarana transportasi dikategorikan sebagai hukum
maritime.
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, yang terletak di antara dua
samudera, yaitu samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta di hapit dua benua yakni benua
Asia dan benua Australia, yang menyebabkan Indonesia berda di posisi silang yang sangat
strategis. Strategis dalam hal ini merujuk pada pentingnya perairan Indonesia sebagai rute
pelayaran internasional yang menghubungkan dunia bagian selatan dan dunia bagian utara.
Seiring dengan perkembangan IPTEK kelautan, kedaulatan suatu Negara atas wilayah
laut guna pengaturan pemanfaatan laut menjadi sangat penting. Dalam ketidakpastian,
masyarakat internasio- nal sepakat untuk mengkodifikasi ketentuan- ketentuan hukum laut
yang berbeda-beda dalam praktek setiap negara, dengan merumuskan suatu konvensi
internasional tentang pemanfaatan laut.
2.2.1 Pre-UNCLOSI
Walaupun pada saat itu banyak sekali konvensi internasional yang mengatur tentang
kegiatan di laut, seperti misalnya tentang keselamatan di laut (safety of life at sea) atau
yang biasa dikenal dengan SOLAS serta konvensi internasional tentang tabrakan kapal
(collision), belum ada suatu konvensi internasional yang mengatur secara komprehensif
pemanfaatan laut terutama yang berkaitan dengan kepentingan publik. Pengaturan
demikian masih dalam bentuk hukum kebiasaan internasional. Oleh karena itu, pada
tahun 1949 International Lauw Co- Ibid mission (ILC), salah satu organ PBB yang
bertugas merumuskan instrument hukum, menyarankan Majelis Umum PBB untuk
mengadakan konferensi internasional untuk mengkodifikasi- kan ketentuan-ketentuakn
hukum laut internasional.
Pada UNCLOS I inilah konsep laut teritorial diakui sebagai hukum laut internasional.
Meskipun demikian UNCLOS I gagal menyepakati dua hal, yaitu: lebar laut territorial
suatu negara dan lebar zona perikanan.
2.2.3 UNCLOS II 1960
sasaran utama dalam Konvensi Hukum Laut PBB 1982 ini yaitu :
Ketentuan baru yang penting telah dibuat guna melindungi dan melestarikan
lingkungan laut dari pencemaran.
Prinsip bahwa kekayaan dasar laut dalam merupakan warisan bersama umat manusia
telah dijabarkan dalam lembaga dan persetujuan yang adil dan dapat dilaksanakan.
Undang-Undang ini di sahkan pada tanggal 6 januari 1973 ini masih mengacu pada
konvensi jenewa 1958. Undang-Undang No.1 Tahun 1973 berisi hal-hal pokok yaitu :
Undang-undang ini juga menghargai kegiatan sektor lain, pada Pasal 10 ayat (1)
disebutkan bahwa dalam melaksanakan eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam di
landas kontinen harus diindahkan dan kepentingankepentingan harus dilindungi: (a)
pertahanan dan keamanan nasional, (b) perhubungan, (c) telekomunikasi dan transmisi
listrik di bawah laut, (d) perikanan, (e) penyelidikan oseanografi dan penyelidikan ilmiah
lainnya, dan (f) cagar alam
Undang-undang yang disahkan pada tanggal 18 Oktober 1983 ini mengatur hak
berdaulat Negara Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Undang-
undang ini juga mengatur pengelolaan lingkungan di ZEEI.
1. ZEEI, yang merupakan jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia
meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 mil
laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia.
2. Hak Berdaulat, Hak-Hak Lain, Yurisdiksi dan Kewajiban-Kewajiban. Hak berdaulat
untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi sumber daya
alam hayati dan non hayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di atasnya
dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk eksplorasi dan eksploitasi ekonomis zona
tersebut, seperti pembangkitan tenaga air, arus dan angin, sementara Yurisdiksi yang
berhubungan dengan: (a) pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan, instalasi-
instalasi dan bangunan-bangunan lainnya; (b) penelitian ilmiah mengenai kelautan;
serta perlindungan dan pelestarian lingkungan laut. Selain itu, di ZEEI berlaku
kebebasan pelayaran dan penerbangan internasional serta kebebasan pemasangan
kabel dan pipa bawah laut diakui sesuai dengan prinsip-prinsip hukum laut
internasional yang berlaku.
3. Kegiatan-kegiatan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
4. Ganti rugi.
5. Penegakan hukum.
C. UU NO. 17 TAHUN 1985 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG HUKUM LAUT TAHUN 1982
Undang-undang ini disahkan pada tanggal 31 Desember 1985. Sebagaimana
yang tercantum dalam penjelasan UU No. 17/1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut).
Konvensi ini mengatur :
1. Sebagian merupakan kodifikasi ketentuan-ketentuan hukum laut yang sudah ada
misalnya kebebasan-kebebasan di laut lepas dan hak lintas damai di laut teritorial.
2. Sebagian merupakan pengembangan hukum laut yang sudah ada, misalnya ketentuan
mengenai lebar laut teritorial menjadi maksimum 12 mil laut dan kriteria landas
kontinen. Menurut Konvensi Jenewa 1958 tentang Hukum Laut, kriteria penentuan
lebar landas kontinen adalah kedalaman air 200 m atau kriteria kemampuan
eksploitasi. Kini dasarnya adalah kriteria kelanjutan alamiah wilayah daratan sesuatu
negara hingga pinggiran luar tepian kontinennya (Natural prolongation of its land
territory to the outer edge of the continental margin) atau kriteria jarak 200 mil laut,
dihitung dari garis dasar untuk mengukur lebar laut teritorial jika pinggiran luar tepian
kontinen tidak mencapai jarak 200 mil laut tersebut;
3. Sebagian melahirkan rezim-rezim hukum baru, seperti asas negara kepulauan, Zona
Ekonomi Eksklusif dan penambangan di dasar laut internasional.
D. UU NO. 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA
Deklarasi Djuanda merupakan embrio atau cikal bakal lahirnya Undang-
undang No. 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia yang kemudian digantikan
oleh UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. UU No. 6 Tahun 1996
disahkan pada tanggal 8 Agustus 1996.
UU No. 6 Tahun 1996 mengatur hal-hal pokok, yaitu: (a) wilayah perairan
Indonesia; (b) hak lintas bagi kapal asing, yang di dalamnya termasuk hak lintas
damai; (c) hak lintas alur alur kepulauan, hak lintas transit, serta hak akses dan
komunikasi; (d) pemanfaatan, pengelolaan, perlindungan, dan pelestarian lingkungan
perairan Indonesia; dan (e) penegakan kedaulatan dan hukum di perairan Indonesia
E. UU NO. 32 TAHUN 2014 TENTANG KELAUTAN
UU yang disahkan di penghujung tahun 2014 ini bertujuan:
1. menegaskan Indonesia sebagai negara kepulauan berciri nusantara dan maritim;
2. mendayagunakan sumber daya kelautan dan/atau kegiatan di wilayah laut sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum laut internasional
demi tercapainya kemakmuran bangsa dan negara;
3. mewujudkan laut yang lestari serta aman sebagai ruang hidup dan ruang juang
bangsa Indonesia;
4. memanfaatkan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk sebesarbesarnya
kesejahteraan bagi generasi sekarang tanpa mengorbankan kepentingan generasi
mendatang;
5. memajukan budaya dan pengetahuan kelautan bagi masyarakat;
6. mengembangkan sumber daya manusia di bidang kelautan yang profesional,
beretika, berdedikasi, dan
7. mampu mengedepankan kepentingan nasional dalam mendukung pembangunan
kelautan secara optimal dan terpadu;
8. memberikan kepastian hukum dan manfaat bagi seluruh masyarakat sebagai
negara kepulauan; dan
9. mengembangkan peran Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam percaturan
kelautan global sesuai dengan hukum laut internasional untuk kepentingan bangsa
dan negar
Batas laut teritorial merupakan garis khayal yang memiliki jarak 12 mil laut dari garis
dasar ke arah laut lepas. Apabila ada sebanyak 2 negara atau bahkan lebih menguasai suatu
lautan, sementara lebar lautan tersebut kurang dari 24 mil laut, maka garis teritorial tersebut
ditarik sama jauhnya dari garis setiap atau masing-masing negara itu.
Laut yang terletak diantara garis dan garis batas teritorial disebut dengan laut teritorial.
Sementara itu, laut yang terletak di sebelah dalam garis dasar disebut dengan nama laut
internal atau perairan dalam (laut nusantara).
Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung pulau yang
terluar. Sebuah negara memiliki hak kedaulatan secara sepenuhnya, hingga batas dari laut
teritorial, namun tetap memiliki kewajiban dalam menyediakan alur pelayaran lintas damai,
baik itu di atas ataupun di bawah permukaan laut.
Landas kontinen merupakan dasar laut yang secara geologis ataupun morfologi yang
menjadi landasan dari suatu kontinen (benua). Kedalaman laut di sini kurang dari 150 meter.
Adapula untuk batas landas kontinen diukur dari garis dasar yang ada, yakni dengan
paling jauh 200 mil laut. Apabila ada 2 negara atatu bahkan lautan di atas landasan kontinen,
maka batas negara tersebut ditarik sama jauhnya dari garis dasar masing-masing negara. Di
dalam garis batas landas kontinen, Indonesia sendiri memiliki kewenangan dalam
memanfaatkan segala bentuk sumber daya alam (SDA) yang ada di dalamnya, dengan
kewajiban dalam menyediakan jalur pelayaran lintas damai.
Indonesia sendiri terletak di 2 landasan kontinen, yakni landasan kontinen Asia dan
landasan kontinen Australia. Untuk zona ini, suatu negara memiliki kewenangannya masing-
masing dalam memanfaatkan segala bentuk sumber daya alam yang ada. Negara tersebut juga
harus bisa menyediakan jalur pelayaran yang terjamin akan segala keselamatan dan
keamanannya.
Zona ekonomi eksklusif merupakan jalur laut selebar 200 mil laur ke arah laut terbuka,
dengan diukur dari garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesia memperoleh
kesempatan pertama untuk memanfaatkan segala bentuk sumber daya laut yang ada. Di
dalam zona ekonomi eksklusif, diberikan kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel, serta
dengan pipa di bawah permukaan laut, yang tetap diakui sesuai dengan prinsip-prinsip
Hukum Laut Internasional, batas landas kontinen dan batas zona ekonomi eksklusif.
Apabila ada sebanyak 2 negara bertetangga yang saling tumpang tindih, maka bisa
ditetapkan adanya garis yang menghubungkan titik yang sama jauhnya dari garis dasar kedua
negara yang menjadi batasnya.
a. Eksplorasi
b. Eksploitasi
c. Konservasi
d. Pengelolaan sumber daya alam (SDA)
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laut memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai sarana transportasi dan penyedia sumber
daya alam terbesar di dunia. Dengan demikian pengaturan pemanfaatan laut sangatlah
dinamis sehingga menuntut perkembangan aturan hukum, terutama hukum laut internasional
secara terus-menerus. Hukum laut internasional yang dikenal saat ini berasal dari jaman
romawi kuno.
Seiring dengan perkembangan IPTEK kelautan, kedaulatan suatu Negara atas wilayah
laut guna pengaturan pemanfaatan laut menjadi sangat penting. Dalam ketidakpastian,
masyarakat internasio- nal sepakat untuk mengkodifikasi ketentuan- ketentuan hukum laut
yang berbeda-beda dalam praktek setiap negara, dengan merumuskan suatu konvensi
internasional tentang pemanfaatan laut. Hukum laut pada umumnya adalah hukum yang
mengatur tentang daerah-daerah laut internasional yang mana diatur dalam perjanjian
internasional yaitu Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum laut. Konvensi
Hukum laut ini mendefenisikan hak dan tanggung jawab Negara dalam penggunaan lautan di
dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan dan pengelolaan sumber daya
alam laut.
3.2 Saran
Penulis menyadari makalah masih jauh dari kata sempurna dan minimnya sumber
yang didapat. Maka penulis selalu menerima saran dan masukan dari para pembaca sekalian
agar kedepannya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-hukum-laut-internasional/9285/2
https://books.google.co.id/books?id=5Fa-
DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buku+hukum+laut+internasional&hl=id&sa=X&ved
=0ahUKEwjUpu7gmvzoAhWB73MBHXJMBagQ6AEICDAA#v=onepage&q=buku
%20hukum%20laut%20internasional&f=false
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwimqtnd4orp
AhWPyKYKHWb5DUwQFjAAegQIARAB&url=http%3A%2F%2Fwww.pustaka.ut.ac.id
%2Flib%2Fwp-content%2Fuploads%2Fpdfmk%2FMMPI530202
M1.pdf&usg=AOvVaw05kN3i1I5Rmc5I6rbw6P3-
http://www.habibullahurl.com/2018/07/pembagian-batas-wilayah-laut-indonesia.html