Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH HUKUM LINGKUNGAN DAN TANGGUNGJAWAB


MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH UNTUK MEMELIHARA
LINGKUNGAN

Dosen Pengampu : RAHMAD SAHFITRI, SH, MH

DI SUSUN OLEH :

NAMA ANGGOTA : ANWAR SYAHADAT (2012020054)

DENY ARABYANTO (20120200)

MUAMMAR ZAMZAMY (20120200)

QORY MUSTAMIR (20120200)

SEMESTER : TIGA (III)

MATA KULIAH : HUKUM LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI : HUKUM EKONOMI SYARIAH

IAIN LANGSA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum Lingkungan. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat

menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Langsa, 7 Oktober 2021

Penulis

2
                                                        DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................4

C. Tujuan..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

A. Sejarah Hukum Lingkungan........................................................................6

B. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah untuk Memelihara

Lingkungan..................................................................................................8

C. Prinsip-prinsip Hukum Lingkungan..........................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

KESIMPULAN.........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum lingkungan merupakan satu bidang ilmu yang relatif baru

berkembang sekitar tahun 1995. Hukum lingkungan ialah bidang study yang terus

berkembang yang mengikuti perkembangan masyarakat dan objek yang dipelajari

pun mengalami perubahan dari waktu ke waktu, baik dalam scope Nasional,

Regional maupun global, dan semua itu menuntut pembaharuan di dalam berbagai

peraturannya yang tentunya semakin parah.

Hukum lingkungan merupakan disiplin ilmu hukum yang mempunyai

ruang lingkup yang sangat komplek, aryinya pengkajian hukum lingkungan

pendekatannya tidak cukup dilakukan melalui aspek hukum saja, melainkan

dengan multi diplinner. Hukum lingkungan dapat dimasukkan ke dalam aspek

hukum yang ada, sehingga pada pembagian hukum klasik yang. Apabila dikaitkan

dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur berbagai aspek lingkungan

maka panjang atau pendeknya sejarah tentang peraturan tersebut tergantung dari

apa yang dipandang sebagai environmental concern.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Hukum Lingkungan?

2. Bagaimana Tanggungjawab Manusia Sebagai Khalifah untuk Memelihara

Lingkungan?

3. Apa Saja Prinsip-prinsip Hukum Lingkungan?

4
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami dan mengetahui bagaimana sejarah hukum

lingkungan.

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggungjawab manusia sebagai khalifah

untuk memelihara lingkungan.

3. Untuk menambah wawasan apa saja yang menjadi prinsip-prinsip dari

hukum lingkungan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hukum Lingkungan

Hukum Lingkungan Internasional baru berkembang setelah perang dunia

II, khususnya setelah konferensi Stockholm tahun 1972. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi telah merubah pandangan masyarakat Internasional

dalam melihat lingkungan. Timbul kesadaran untuk melestarikan lingkungan

Deklarasi Stockholm, yang mengandung banyak asas kebijaksanaan tentang

lingkungan, dapat dipakai sebagai acuan dan sangat bermanfaat terhadap

pengembangan hukum lingkungan nasional dan internasional.1

Hukum lingkungan sudah dikenal secara luas di Indonesia. Mempelajari

hukum lingkungan berarti menvakup penguasaan materi tentang hukum

administrasi, perdata, pidana, pajak, internasional dan tata ruang, di samping

pemahaman multidisipliner mengenai hukum lingkungan lainnya. Sejak tanggal

11 maret 1982 telah berlaku Undang-undang lingkungan hidup (UUPLH) dan

kemudian disempurnakan oleh UUPLH yang berlaku pada tanggal 9 september

1997. Dalam undang-undang tersebut terdapat banyak sekali prinsip dan

pengertian hukum lingkungan yang masih memerlukan pengkajian yang lebih

mendalam. Upaya ini penting terutama sehubung dengan penyusunan peraturan

perundang-undangan lingkungan sebagai tindak lanjut berlakunya UUPLH sejak

dasawarsa lingkungan hidup ke-2 (1989-1992) sejalan dengan gerakan nasional.2

1
Frans Likadja, Hukum dan Pembangunan, (1990), hal 228
2
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,
(Surabaya : Airlangga University Press, 2000), hal 10

6
Pengkajian memiliki arti penting bagi pembangunan hukum lingkungan

sebagai pengembangan teoritik ilmu hukum tata negara dan hukum administrasi

yang secara disiplin ilmiah tidak dapat dipisahkan. Dari analisis terhadap konsep

dalam dua bidang keilmuan tersebut berkaitan dengan lingkungan hidup akan

diperoleh pemahaman yang mendalam terhadap pemecahan masalah lingkungan

dari segi yuridis.

Peraturan-peraturan yang orientasinya menyangkut lingkungan, baik

disadari atau tidak sebenarnya telah hadir di masa abad sebelum masehi, misalnya

di dalam Code of Hammurabi yang ada di dalamnya terdapat salah satu klausul

yang menyebutkan bahwa ‘sanksi pidana dikenakan kepada seorang apabila ia

membangun rumah dengan gegabahnya sehingga runtuh dan mnyebabkan

lingkungan sekitar terganggu. Di Indonesia sendiri, organisasi yang berhubungan

dengan lingkungan hidup sudah dikenal lebih dari sepuluh abad yang lalu. Dari

prasasti juruna tahun 876 masehi diketahu ada jabatan “Tuhalas” yakni pejabat

yang mengawasi hutan dan alas, yang kira-kira identik dengan jabatan petugas

perlindungan hutan pelestarian alam (PHPA). Kemudian prasasti haliwangbang

pada tahun 877 masehi menyebutkan adanya jabatan “Tuhaburu” yakni pejabat

yang mengawasi perburuan hewan di hutan.3

Pertumbuhan kesadaran hukum lingkungan klasik menghebat, bermula

pada abad ke-18 di Inggris dengan kemunculan kerajaan mesin, dimana pekerjaan

tangan dicaplok oleh mekanisasi yang di tandai dengan penemuan masin uap oleh

james watt. Dengan demikian terbukalah jaman tersebarnya perusahaan besar dan

meluapnya industrialisasi yang dinamakan “revolusi industri”. Dengan adanya


3
Munadjad Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku IV, (Bandung : Global, 1982)

7
penemuan baru dalam bidang medis, telah dikeluarkan pula peraturan tentang

bagaimana memperkuat pengawasan terhadap epidemi untuk mencegah

menjalarnya penyakit di kota. Demikian, sebagian besar dari hukum lingkungan

klasik baik berdasarkan perundang-undangan maupun berdasarkan keputusan

hakim yang berkembang sebelum abad 20.

Hukum lingkungan di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan

Belanda. Namun hukum lingkungan pada waktu itu hanya bersifat pemakaian

terhadap lingkungan, belum diatur tentang pengelolaan atau perlindungan

terhadap lingkungan hidup. Seiring perjalanan waktu, pasca kemerdekaan

Indonesia, dan dalam rangka menyikapi lahirnya Deklarasi Stockholm pada tahun

1972 perkembangan hukum lingkungan di Indonesia sangat pesat. Dari hukum

yang berorientasi yang hanya pada pemakaian, menjadi hukum lingkungan yang

berorientasi pada perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Selah melalui proses yang panjang, akhirnya RUU Tentang pengelolaan

lingkungan hidup ini disahkan menjadi UU Pengelolaan lingkungan hidup, maka

Indonesia untuk pertama kalinya memiliki UU tentang pengelolaan lingkungan

hidup, yang di undangkan oleh pemerintah menjadi UU No 4 Tahun 1982 tentang

ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup. Undang-undang ini

disebut sebagai payung hukum bagi semua peraturan perundang-undangan

mengenai lingkungan hidup. Dalam perjalanannya UUKPPLH mengalami banyak

kendala, diantaranya masalah regulasi, institusional, dan politis. Banyak kendala

yang ditemukan dalam UUKPPLH, maka atas dasar itulah pemerintah kemudia

8
mengundangkan Undang-undang No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup. 4

B. Tanggungjawab Manusia Sebagai Khalifah untuk Memelihara

Lingkungan

Manusia bertanggung jawab terhadap keberlanjutan ekosistem karena

manusia diciptakan sebagai khalifah. Dalam konteks Al-Qur’an memandang

manusia sebagai wakil atau khalifah Allah di muka bumi untuk memfungsikan

kekhalifahannya Tuhan telah melengkapi manusia potensi intelektual dan spiritual

sekaligus. Sesuaia dengan UU RI No 23 Tahun 1997 yang menyatakan pengertian

lingkungan hidup itu sendiri yang di dalamnya telah melibatkan peranan manusia

dan perilakunya dalam mensejahterkan makhluk hidup dan dirinya. Karena secara

etika manusia berkewajiban dan bertanggung jawab terbesar terhadap lingkungan

dibandingkan makhluk lainnya.

Allah menganugrahi akal kepada manusia, dan dengan akal itullah Allah

menurunkan agama. Agama sebagai petunjuk pedoman dalam kehidupan,

merupakan dasar untuk mengatur bagaimana berhubungan dengan sang pencipta

dan hubungan dengan alam semesta. Manusia dalam agama merupakan bagian

dari lingkungan hidupnya. Kekhalifahan manusia di satu pihak berperan sebagai

subjek dan di sisi lain menjadi objek, sebagai subjek, manusia mempunyai

tanggung jawab yang lebih kompleks dalam meningkatkan kualitas dirinya.

Manusia berkualitas harus bercermin keimannya, sehat jasmani dan rohani,

4
J.B Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta : PT
Prenhalindo, 2001)

9
berpendidikan, mengerjakan amal shaleh, berbuat baik kepada orang lain,

bertanggung jawab kepada keluarga, dan arif terhadap lingkungan hidupnya.5

Islam mengakui keberadaan semua makhluk hidup di muka bumi sebagai

kesatuan atas penciptaan dari sang khalik, sehingga jika terjadi kerusakan

terhadap ciptaan Allah, hal ini merupakan pengingkaran terhadap ciptaan Allah.

Bahkan lebih dalam lagi, islam memiliki prinsip dasar dalam upaya melestarikan

lingkungan hidup dan sumber daya alam. Kewajiban manusia untuk mengelola

alam dan menjaga akan diminta pertanggungjawabannya, sehingga manusia tidak

berhak sewenang-wenang dalam memimpin dan mengelola alam. Mengenai

kewajiban dan tanggungjawab manusia sebagai khalifah atau penguasa yang harus

bertanggung jawab atas perbuatannya.

Tugas manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga dan

bertanggungjawab atas dirinya, sesama manusia dan alam yang menjadi sumber

penghidupan. Karena sudah menjadi kewajiban bagi manusia yang merupakan

khalifah di muka bumi memiliki dua bentuk sunatullah yang harus dilakukan, baik

kewajbannya antara manusia dengan tuhannya, antara sesama manusia sendiri,

dan antara manusia dengan ekosistemnya. Menjaga keseimbangan dan kelestarian

lingkungan hidup, baik alam ataupun lingkungan sosial merupakan tugas daripada

khalifah. Tugas khalifah menjadikan perlindungan bagi umat dan menjaga

kelestarian alam, sehingga khlaifah dan umat harus bersatu dan saling mencintai

guna menjalankan kehidupan sesuai dengan syariat islam dan keberlangsungan

hidupnya. Ajaran islam mengenai konsep ekologis dan lingkungan hidup perlu

dikonstruksi sebagai sistem, keyakinan akan nilai-nilai dan cita-cita lingkungan


5
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta : Yayasan Obor, 2008)

10
hidup, yang dapat dipahami, ditransformasikan dan diinternalisasikan oleh seluruh

umat untuk diperjuangkan guna mewujudkan cita-cita tersebut. Sehingga peran

khalifah di muka bumi sangaatlah penting dalam menjaga keseimbangan alam

atau lingkungan hidup. Seperti yang dijelaskan dalam Q.s Al-An’am ayat 15 yaitu

“Dan dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di Bumi

dan dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu

atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat

cepat memberi hukuman dan sungguh Dia maha pengampun, maha penyayang.”

C. Prinsip-prinsip Hukum Lingkungan

Prinsip hukum lingkungan berttik tolak pada amanat UUD 1945,


kebijaksanaan PPLH nasional, dan dengan penyesuaian pada perkembangan
global internasional yang juga merupakan faktor penting dalam PPLH. Dengan
demikian prinsip hukum lingkungan yang harus dikembangkan yaitu :
1. Prinsip konservasi
2. Prinsip tanggung jawab negara, hak atas lingkungan hidup adalah
bagian dari HAM
3. Prinsip keterkaitan, berlanjutan, pemerataan, sekurity dan risiko
lingkungan, pendidikan dan komunikasi yang berwawasan
lingkungan
4. Prinsip kerja sama internasional
Adapun karakter hukum lingkungan adalah multi aspek dan multi
disipliner yang berorientasi pada pelestarian fungsi dan kemampuan lingkungan
hidup dengan pendekatan utuh menyeluruh (holistik). Ia juga harus merupakan

11
hukum yang berwawasan lingkungan sebagai ciri utama hukum lingkungan
modern. Hal ini berarti, bahwa ia terkait dan harus sejalan dengan nilai-nilai
hukum yang hidup dalam masyarakat. Hal tersebut mengacu pada prinsip-prinsip
hukum lingkungan internasional yaitu :
1). Duty to prevent reduce and control environmental harm
Hukum internasional mewajibkan setiap negara untuk mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengontrol dan menangani sumber
pencemaran global yang serius atau sumber perusakan lintas batas yang ada dalam
jurisdiksi mereka. Dari prinsip pertama ini kemudian dapat diuraikan lagi dalam
prinsip-prinsip khusus sebagai berikut :
Due diligence and harm prevention
Prinsip due diligence ini menentukan bahwa setiap pemerintah yang baik
hendaknya memasyarakatkan ketentuan-ketentuan hukum administratif
yang mengatur tindakan-tindakan publik maupun privat demi melindungi
negara lain dan lingkungan global. Keuntungan dari standar ini adalah
fleksibilitasnya, dan negara tidaklah menjadi satu-satunya penjamin atas
pencegahan kerusakan.
Dalam prinsip ini akan diterapkan dengan mempertimbangkan segala
segi dari suatu pemerintahan, baik dari segi efektif atau tidaknya pengawasan
wilayah, sumber daya alam yang tersedia, maupun sifat dari aktivitas yang
dilakukan. Akan tetapi kerugiannya adalah bahwa menjadi tidak jelasnya
ketentuan mengenai bentuk peraturan dan kontrol yang diminta dari setiap negara,
karena bergantung pada kondisi dari negara yang bersangkutan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, M. Dawam, 2004, Ekonomi Pancasila Cetakan Pertama, Yogyakarta :


Aditya Media
Hamid, Edy Suandi, 2006, Ekonomi Indonesia dari Sentralisasi ke Desentralisasi,
Ctk Pertama, Yogyakarta : UII Press,
Hermanto, Bambang Hermanto, dkk, Modul Konsep Sistem Ekonomi Indonesia

Basuki Pujialwanto, 2014, Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis, Teoritis,


dan Empiris, Yogyakarta : Graha Ilmu

13

Anda mungkin juga menyukai