Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
2020
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
ABSTRAK ............................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................... 4
BAB IV : PENUTUP............................................................................................................. 14
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 14
4.2 Saran................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 16
2
ABSTRAK
Kerusakan lingkungan telah terjadi dimana – mana yang disebabkan oleh ula
h manusia dan juga karena semakin parahnya akibat dari kerusakan lingkungan tersebut. Da
n mengancam keanekaragaman flora dan fauna di bumi ini, maka diperlukan lah suatu penga
turan hukum yang jelas tentang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan nasional yan
g untuk dijadikan dasar penentu kebijaksanaan pemanfaatan serta perlindungan lingkungan.
Dalam perkembangannya sejarah pengaturan hukum global berawal dari perkembangan ger
akan sedunia terhadap lingkungan yang menghasilkan berbagai komitmen global,baik yang b
erfungsi sebagai pedoman (international soft law) maupun yang bersifat mengikat (hard law) .
kebijakan global pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan pertama kali dalam United Nation
s Conference on The Human Environment (UNCHE,1972),di antaranya disahkan deklarasi te
ntang lingkungan hidup manusia,terdiri atas preamble dan 26 asas yang lazim disebut stockh
olm Declaration.Kebijakan global dalam pengelolaan lingkungan tersebut telah memberikan
dorongan yang kuat ke arah dikembangannya Hukum Lingkungan.maka dalam tugas makala
h ini kami akan membahas sejarah,prinsip dan dampak deklarasi Stockholm tersebut ke dala
m pengaturan Hukum Lingkungan yang ada di dunia.
Kata kunci : Deklarasi Stockholm, Lingkungan Hidup, Perlindungan lingkungan
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam penulisan makalah ini, nantinya mengharapkan agar penulisan ini berm
anfaat secara teoritis dan secara praktis.
1. Secara Teoritis
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai bahan atau informasi di bidang i
lmu hukum khususnya hukum lingkungan . Hasil penulisan makalah ini diharapkan
dapat memberikan pemahaman tentang lingkungan hidup yang di jelaskan dalam de
klarasi Stockholm dan dapat menjadi bahan studi lanjutan untuk melengkapi materi
hukum lingkungan dan bisa mengerti
2. Secara Praktis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Melda Kamil,“PRINSIP-PRINSIP DALAM HUKUM LINGKUNGAN INTERNASIONAL”. Jurnal Hukum dan
Pembangunan. No. 2,1998. hlm.107–122.
3
Asdar, “Transboundary Haze Pollution Di Malaysia Dan Singapura Akibat Kebakaran Hutan Di Provinsi Riau
6
Ditinjau Dari Hukum Lingkungan Internasional,”Legal Opinion, 2016.
4
Wahyu Yun Santoso,”URGENSI RATIFIKASI THE 2001 STOCKHOLM CONVENTION ON PERSISTENT OR
GANIC POLLUTANTS BAGI INDONESIA”.Mimbar Hukum.Vol 21, No.1.2009.hlm.59-62.
5
Frans Likadja, “Pidato Ilmiah: Perkembangan Hukum Lingkungan Internasional”.1990.hlm.228–239.
hidup, yang mana berhubungan dengan esksistensi daripada sumber daya alam.
Pembangunan yang dimaksud adalah pembangunan yang berkelanjutan dalam memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhannya. Yang mana paradigma pembangunan berkelanjutan ini
adalah sebuah etika politik pembangunan mengenai pembangunan secara keseluruhan dan
bagaimana seharusnya dijalankan.6 Jadi pemenuhan kebutuhan manusia akan
diseimbangkan dengan terjaganya sumber daya alam dan lingkungan dari sisi yang lain,
sehingga proses pembangunan akan berlanjut dari generasi ke generasi. Hal ini
menghubungkan dengan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang mana
keduanya sulit untuk didekati secara terpisah.7
7
6
Sony Keraf, Etika Lingkungan (Jakarta : Kompas, 2002),hlm.167.
7
Rakhmat Bowo Suharto, Perlindungan Hak Dunia Ketiga Atas Sumber Daya Alam (Yogyakarta : Tiara
Wacana, 2001), hlm.76.
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
Sejarah panjang kehidupan manusia dan pergeseran – pergeseran nilai yang ter
jadi di dinamika kehidupan manusia menyebabkan munculnya satu – persatu permasalah
an di berbagai bidang seperti ekonomi, lingkungan, keamanan, dan berbagai macam bida
ng lainnya. Di bidang lingkungan sendiri mulai terjadi pencemaran – pencemaran dan ber
bagai bentuk ketidak perhatian manusia untuk menjaga alam yang menjadi sebuah ancam
an bagi keberlangsungan hidup manusia di era yang akan datang, maka dari itu muncul la
h sebuah desakan dari negara swedia untuk segera menciptakan sebuah payung hukum at
au regulasi yang menaungi gerakan perlindungan terhadap lingkungan. Lalu diadakanny
a Konferensi PBB tentang lingkungan hidup yang diselenggarakan pada tanggal 5 – 16 Ju
ni 1972 di Stockholm, Swedia. Ketika Majelis Umum Perserikatan Bangsa – Bangsa me
mutuskan untuk mengadakan Konferensi Stockholm 1972, menerima tawaran dari Pemer
intah Swedia untuk menjadi tuan rumah, Sekretaris Jenderal PBB saat itu U Thant mengu
ndang Maurice Strong untuk memimpin jalannya konferensi sebagai Sekretaris Jendral K
onferensi, sebagai diplomat Kanada yang telah memulai dan bekerja sama selama lebih d
ari dua tahun pada proyek tersebut.8Kalau diambil tahun Konferensi Stockholm 1972 seb
agai patokan untuk melihat perkembangan hukum lingkungan pada umumnya, maka, seb
elum tahun 1972 sebenarnya telah banyak juga ketentuan baik yang berada pada tingkat n
asional maupun internasional yang ditetapkan untuk melindungi lingkungan (hidup) ini.
Akan tetapi ketentuan – ketentuan tersebut padahal hakekatnya hanya mengatur tentang
penggunaan daripada lingkungan itu tanpa melihat arti dari lingkungan yang sebenarnya
sehingga dapat mempertimbangkan kemungkinan dampak yang akan ditimbulkan karena
penggunaan yang kurang bertanggung jawab. Dan oleh karena ketentuan tersebut terutam
a hanya berorientasi kepada penggunaan daripada lingkungan itu sendiri (tanpa memperh
itungkan dampaknya)9.
8
8
Maurice, K; Pengantaroleh Kofi Annan (2001). KemanaTujuanKita ?. New York, London: Texere. Hlm.s 120-
136
9
Awal Perkembangan Hukum Lingkungan. Lihat: Likadja, “PerkembanganH ukum Lingkungan Internasional
(Kaitannya denganKepentingan Indonesia),” Hlm. 229
Pada waktu pelaksanaan Deklarasi Stockholm yang membahas isu – isu lingku
ngan dan langkah perlindungan serta penanggulangan terhadap pengerusakan lingkungan
terjadi beberapa permasalahan seperti Uni Soviet dan negara – negara Pakta Warsawa lai
nnya memboikot Konferensi Stockholm karena kurangnya penyertaan Jerman Timur, yan
g tidak diizinkan untuk berpartisipasi karena bukan merupakan anggota penuh PBB 10. Ser
ta Perpecahan antara negara maju dan berkembang yang mulai terlihat. Yang terbukti den
gan perwakilan China yang terbukti memusuhi Amerika Serikat pada Konferensi tersebut
mengeluarkan 17 poin memorandum yang mengutuk kebijakan Amerika Serikat di Indo
cina, serta di seluruh dunia. Sikap ini menguatkan negara berkembang lainnya, yang terdi
ri dari 70 dari 122 negara yang hadir. Beberapa negara termasuk Pakistan, Peru dan Chili
mengeluarkan pernyataan yang bersifat anti-kolonial, yang semakin mengkhawatirkan de
legasi Amerika Serikat.11
Diluar dari semua permasalahan yang muncul di Konferensi Stockholm tersebut, namun s
ejatinya tujuan dari Konferensi tersebut telah terpenuhi dengan menghasilkan dokumen
– dokumen seperti :
13
Preamble dari Stockholm Declaration
14
Definisi ini dikemukakan dalam laporan ‘our common Future dari Bruntland Commission dan diterima sampai
sekarang
8) The Prevention of environmental harm. Prinsip ini meminta negara – negara bertanggu
ng jawab memastikan bahwa aktivitas dalam wilayah/yuridiksi/control mereka tidak m
enimbulkan kerusakan pada lingungan negara lain atau wilayah di luar control mereka
9) Lialibiitly and compesantion dor the victims of pollution and other environmental dam
age(tanggung jawab dang anti rugi bagi korban pencemaran / kerusakan lingkungan)
Prinsip – prinsip diatas tidak saja memberikan landasan baru bagi pengelolaan
lingkungan pada tingkat global, tapi masing – masing negara juga banyak mengadopsi pri
nsip – prinsip yang tertuang dalam Stockholm Declaration dalam kebijakan dan regulasi
pengelolaan lingkungan mereka. Lebih lanjut UN Conference on Human and Environemt
tidak saja melahirkan Stockholm Declaration tapi menghasilkan juga Action Plan yang b
erisi 109 rekomendasi dan diterima secara konsesus oleh 114 negara yang hadir di Stockh
olm. Rekomendasi tersebut memuat 6 agenda utama tentang 15(I) perencanaan dan manaj
emen pemukiman manusia untuk kualitas lingkungan (Planning and management of hum
an settlement for environmental quality), (II) aspek lingkungan dari manajemen sumber d
aya alam (environmental aspect of natural resource management), (III) identifikasi dan p
enanggulangan pencemar dan gangguan yang memiliki dampak luas secara internasional
( identification and control of pollutants and nuisances of broad international signifance),
(iv) pendidikan informasi,sosial,dan aspek budaya isu – isu lingkungan (educational,info
rmational social and cultural aspect of environemtal issues), (V) pembangunan dan lingk
ungan (development and environment), and (VI) implikasi organisasi internasional pada p
roposal aksi / tindak lanjut (international organizational implications of action proposal).
Perlu diingat bahwa walaupun Stockholm Declaration adalah soft law karena h
anya memuat norma – norma umum dan asas penting sehingga harus diterjemahkan dala
m aturan yang lebih rinci untuk dapat menjalankannya dengan baik, pengaruh positif san
gat luar biasa setelah lahirnya Stockholm Declaration, negara – negara seakan – akan berl
omba untuk memperbaiki kebijakan nasional lingkungan mereka agar sesuai dengan cita
– cita dan rekomendasi yang terdapat dalam Action Plan yang dihasilkan di Stockholm.
3.4 Sikap Negara Indonesia dalam Deklarasi Stockholm
Perkembangan yang berarti yang bersifat menyeluruh dan menjalar ke berbaga
i pelosok dunia dalam bidang peraturan perundang – undangan di bidang lingkungan hidu
p terjadi setelah adanya konferensi PBB11tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockhol
m, yang berlangsung tanggal 5 – 16 Juni 1972. Di dalam menghadapi Konferensi PBB ter
15
Dikutip dari Philippe Sand, Principles of International Environemtal Law, (Cambridge University Press 2
edition,2003),hlm 37.
sebut, Indonesia menyusun Laporan Nasional yang didasarkan atas pembicaraan dalam S
eminar Pengelolaan Lingkungan Hidup Manusia: Beberapa pemikiran dan saran oleh Pro
f Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., L.L.M., yang merupakan pengarahan yang nyata te
ntang pengembangan peraturan perudang – undangan di bidang lingkungan hidup di Indo
nesia.Sejalan dengan gerakan kepedulian lingkungan hidup sedunia yang ditandai dengan
disepakatinya berbagai deklarasi dan konvensi internasional tersebut di atas, Indonesia tel
ah menunjukkan komitmennya yang cukup tinggi, khususnya dalam rangka pengembang
an Hukum Lingkungan Nasional. Dalam hubungan ini, diundangkannya Undang – Undan
g nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan – ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hi
dup merupakan tonggak sejarah baru bagi pembangunan hukum lingkungan nasional,men
gingat dengan undang – undang ini berarti Indonesia menganut Hukum Lingkungan mod
ern.
Dipandang dari sudut sifatnya maka peraturan perundang – undangan sampai d
iterbitkannya Undang – Undang No 4 tahun 1982 merupakan produk – produk hukum ya
ng berorientasi kepada pengunaan lingkungan atau use oriented law. Dengan diundangka
nnya Undang – Undang no 4 Tahun 1982 dimulailah suatu tahapbaru, yaitu pengembang
an peraturan perundang – undangan yang diarahkan kepada produk – produk hukum yang
berorientasi kepada lingkungan itu sendiri atau environmental oriented law. Lalu juga pe
ngaruh positif Stockholm Declaration juga sampai di Indonesia karena pada saat itu Presi
den Soeharto membentuk Kementrian Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan bahkan
Emil Salim tidak lama setelah itu masuk menjadi anggota Brundtland Commision yang m
enyiapkan laporan Our common Future.16Walaupun hasil dari Deklarasi Stockholm tidak
mengikat langsung karena merupakan soft law ( berbeda dari Konvensi yang hasilnya me
ngikat langsung karena merupakan hard law) tetapi pengaruh dari Deklarasi Stockholm b
esar sekali terutama bagi Indonesia . Asas – asas lingkungan yang semula diperkenalkan
dalam Deklarasi Stockhol sebanyak 26 asas kemudian diperbarui dalam Deklarasi Rio De
Janeiro menjadi 27 asas. Asas lingkungan dapat dilihat dalam GBHN bab II huruf B ayat
10 TAP MPR no IV Tahun 1973 yang berbunyi sebagai berikut :
Dalam Pelaksanaan pembangunan,sumber –sumber alam Indonesia harus digu
nakan secara rasional. Penggalian tersebut harus diupayakan agar tidak merus
ak, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperh
12
itungan kebutuhan generasi yang akan datang.
16
Laporan our common Future
Menyeluruh (integral) dalam arti memperhatikan segala aspek,memperhatikan sektor sekt
or yang terkait dengan sumber daya alam yaitu air,hutan,migas,ikan di laut. Undang – un
dang kita sudah mengatur pengelolaanya berdasarkan peraturan dalam sektor. Dengan me
mperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang, pilihannya apakah sumber alam In
donesia akan dihabiskan sekarang atau tidak.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lahirnya Deklarasi Stockholm sebagai pendorong untuk negara-negara yang
ada di dunia dalam perkembangan hukum lingkungan dan tonggak dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan untuk negara-negara yang ada di dunia. Deklarasi
Stockholm ini sebagai bentuk penyempurnaan dari ketentuan-ketentuan yang sebelumnya
sudah ada pada tingkat nasional maupun internasional yang ditetapkan untuk melindungi
lingkupan hidup. Yang mana ketentuan tersebut hanya mengatur tentang penggunaan dari
pada lingkungan itu sendiri tanpa mempertimbangkan kemungkinan dampak yang akan d
itimbulkan karena penggunaan yang kurang bertanggung jawab. Meski demikian, pada w
aktu pelaksanaan Deklarasi Stockholm yang membahas isu – isu lingkungan dan langkah
perlindungan serta penanggulangan terhadap pengerusakan lingkungan terjadi beberapa p
ermasalahan, namun pada akhirnya tujuan daripada Konferensi tersebut berhasil terpenuh
i dengan menghasilkan 26 pinsip serta 109 rekomendasi mengenai implementasi pada pri
nsip-prinsip yang mengatur mengenai lingkungan hidup secara umum. Adanya Deklarasi
Stockholm ini, membuat negara – negara seakan – akan berlomba untuk memperbaiki ke
bijakan nasional lingkungan mereka agar sesuai dengan cita – cita dan rekomendasi yang
terdapat dalam Action Plan yang dihasilkan di Stockholm tersebut, termasuk Indonesia.
Dalam hal ini, negara Indonesia telah menunjukkan komitmennya yang cukup tinggi, khu
susnya dalam rangka pengembangan Hukum Lingkungan Nasional dengan diundangkann
ya Undang – Undang nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan – ketentuan Pokok Pengelo
laan Lingkungan Hidup yang mana merupakan tonggak sejarah baru bagi pembangunan
hukum lingkungan nasional.
4.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, Rakhmat Bowo. 2001. Perlindungan Hak Dunia Ketiga Atas Sumber Daya Alam.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Sterling, Claire. “Chinese RIP US At Parley”. The Washington Post, Timmes Herald. 1972.
17