Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rizaldi Endikha Putra

NPM : 17041063

Mata Kuliah : Pengelolaan Kantor Hukum (UAS)

Dosen Pembina : Dr. Ani Purwati, S.H.,M.H.,

LEGAL OPINION
Kasus Penganiayaan dan Pengeroyokan oleh Oknum Kepala Desa dan Warganya

Kasus Posisi
1. Bahwa kejadian perkara pidana Minggu, 21 Agustus 2016 sekitar jam 06.00 WIB,
pelapor sekaligus korban pengeroyokan atas nama AB, Tanggal Lahir 12 Desember
1977, Umur 40 Tahun, Jenis Kelamin Laki-laki, Kewarganegaraan Indonesia, Agama
Islam, Alamat DSN K. Kec. Burneh, Kabupaten Bangkalan, Pekerjaan Swasta, Status
Kawin, yang dilakukan oleh sesuai AF di ruang tamu rumah AF dilakukan
penganiayaan dan pengeroyokan sesuai sampul berkas perkara No.
BP/28/11/2017/Satreskrim Polres Bangkalan :

o AF, Tanggal Lahir 07 Desember 1982, Umur 35 Tahun, Jenis Kelamin Laki-laki,
Kewarganegaraan Indonesia, Agama Islam, Alamat Dsn. K, Ds. P. Kec. B,
Kabupaten Bangkalan, Pekerjaan Kepala Desa P, Status Kawin, NIK:
3526030709820002.
o SH, Tanggal Lahir 03 Agustus 1972, Umur 45 Tahun, Jenis Kelamin Laki-laki,
Kewarganegaraan Indonesia, Agama Islam, Alamat Dsn. G, Ds.P. Kec. B,
Kabupaten Bangkalan, Pekerjaan Wiraswasta, Status Kawin.
o MH, Umur 35 Tahun, Jenis Kelamin Laki-laki, Kewarganegaraan Indonesia
Agama Islam, Alamat Dsn K, Ds.P, Kabupaten Bangkalan, Pekerjaan Swasta,
Status Kawin.
o HM: Tanggal Lahir 09 Juni 1940, Umur 77 Tahun, Jenis Kelamin Laki- laki,
Kewarganegaraan Indonesia, Agama Islam, Alamat Dsn K, Ds.P, Kabupaten
Bangkalan, Pekerjaan Petani, Status Kawin.
2. Kronologi kasus penganiayaan oleh oknum Kepala Desa AF dan tiga warganya yakni
SH, MH, dan HM terhadap Korban AB yakni kejadian perkara pada tanggal 21
Agustus 2016 sekitar jam 06.00 WIB, korban dijemput HM mengajak menjenguk istri
AF sedang sakit sehingga korban mengiyakan menuju kerumah AF (Kepala Desa Ds.
P), saat sudah berada diruang tamu milik AF, dalam hal ini pelaku tidak
mengklarifikasi mengenai hal ini menduga Korban telah melakukan perselingkungan
dengan istri AF melalui SMS (Short Message Servis) kepada Korban, namun saat
korban meminta untuk memperlihatkan bukti SMS, namun tidak diperlihatkan oleh
AF, saat itu juga terjadi pemukulan yang dilakukan oleh AF, SH, MH, HM, dengan
sengaja dan terang-terangan dengan tenaga bersama menggunakan pengeroyokan
terhadap korban AB.
3. Berdasarkan Keterangan dari para tersangka adalah sebagai berikut ;
a. AF (Kepala Desa P) : Melakukan pemukulan AB dengan cara berdiri didepan AB
(Korban) dengan posisi bersila dengan menggunakan tangan kanan posisi
mengepal memukul berkali kepala kanan dan mata kiri kemudian menendang
wajah bagian kiri dengan menggunakan kaki terhadap korban, lalu mencambuk
tubuh korban menggunakan cambuk sapi yang dipegang tangan kanan yang
mengenai punggung dan lengan korban dan juga memungkul gagang mencambuk
berkali-kali serta memungkul selontong celurit ke wajah korban bagian kiri 2 kali
yang dipegang dengan tangan kanan.
b. SH : Melakukan pemukulan terhadap tubuh AB (Korban) dengan cara berdiri
depan korban (SH mengganti posisi AF) menggunakan tangan kanan dengan
posisi mengepal memukul berkali-kali kea rah wajah korban, kemudian
mengambil bak mandi untuk cuci pakaian yang ada disamping kiri korban
sebanyak 2 kali kemudian mengambil cambuk sapi yang dipegang AF lalu
memegang cambuk sapi dengan tangan kanan dan mencambuk tubuh berkali-kali
terhadap korban.
c. HM: Memegang kerah baju AB (Korban) dengan tangan kiri lalu tangan kanan
Muhtar memukul wajah korban sebanyak 2 kali mengenai pelipis sebelah kiri
kemudian Muhtar memegang sambil menekan bahu kanan korban dengan tangan
kiri sehingga Korban tidak bergerak karena saat mundur HM memegang sambil
menekan bahu kiri Korban dan saat itu AF dan SH bergantian memukuli tubuh
korban.
d. MH : Melakukan pemukulan terhadap AB (Korban) dengan cara berdiri
disamping kanan korban lalu menggunakan tangan kanan dengan posisi mengepal
memukul wajah bagian kanan korban berkali-kali.

4. Berdasarkan keterangan saksi AA (Sekdes P) ke pekarangan rumah AF (Kepala Desa)


melihat AB (Korban) yang dianiaya secara bergantian langsung berjalan menuju
ruang tamu kemudian melerai dengan posisi korban menghadap AF namun agar tidak
dipukul korban, maka sekdes mendorong AF, namun SH tetap mencambuk tubuh
korban berkali-kali mengenai punggung, kemudian AF memukul wajah korban secara
bergantian menggunakan tangan kanan dan kaki kanan. Selanjutnya AA (Sekdes P)
mengantar korban dengan kondisi luka-luka dan menghubungi HF (Isteri AB/Istri
Korban) dan mengajak memeriksakan luka di Rumah Sakit Islam Jemur Sari
Surabaya, dimana korban menceritakan ke MR (Kepala Desa DL) dan disarankan
korban berangkat ke Jakarta menemui Family bernama HMBH SH., MH., yang
kemudian tanggal 26 Agustus 2016 memberikan kuasa kepada HMBH SH., MH.,
melaporkan pihak kepolisian tanggal 30 Agustus 2016 ke Polres Jakarta Utara.
5. Berdasarkan kejadian perkara dilengkapi dengan bukti Visum Et Repertum:
a. Hasil pemeriksaan RSI Jemur Sari Surabaya dilakukan dr. Widhoretno Wirasari
terhadap AB (Korban) tanggal 21 Agustus 2016 menerangkan bahwa Korban
mengalami luka close facture phalanx proximal digiti 2 manus dextra + multiple
vulnus appertum + akskoriasi (Patah tulang tertutup jari ke 2 tangan kanan + luka
terbuka multiple +lecet).
b. Hasil pemeriksaan Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta No: KS.54/26/19/RSP Jkt –
2016 tanggal 22 September 2016 dilakukan dr. Dwi Cahya Puspitasari terhadap
Korban:
• Kepala kanan tampak 4 jahitan luka kering (+) darah (-) panjang 2 Cm
• Kedua Mata Pendarahan selaput mata (+)
• Mata Kiri Lebab Kelopak Mata (+)
• Jari I Tangan Kanan luka 1 panjang 2 Cm, Luka 2 Panjang 1 Cm
• Lengan Kanan, Punduk Lebab (+)
• Punggung luka Lecet (+)
6. Sebelum berangkat ke Jakarta Tanggal 26 Agustus 2016, pelaku AF (Kepala Desa P)
Tanggal 23 Agustus 2016 melakukan pertemuan dengan keluarga korban yang hadir
dalam pertemuan tersebut: AB (Korban), HDN (adek Korban), H.SPH (Ibu Korban),
JL (Ayah Tiri Korban), HF (Istri Korban), Kadir, dalam hal ini pelaku hanya meminta
maaf tanpa ada klarifikasi sebab terjadinya pengeroyokan dan penganiyaan terhadap
korban.
7. Berdasarkan hal tersebut pelaku AF, H.M tanpa dihadiri oleh SH, MH, tertanggal 23
Agustus 2016 dihadiri HL (Sekdes PR), H.Muhtar (Sesepuh PR), H.Halil (Ketua
BPD), dalam agenda perdamaian antara AB (Korban) dan AF (pelaku), hasil surat
tersebut bukan sebagai bukti permintaan maaf dan sebagai media klarifikasi mengenai
perselingkuhan korban terhadap istri pelaku yang dituduhkan namun justru melempar
uang didalam jok mobil senilai Rp. 2.000.000,- (Dua Juta Rupiah) saat korban keluar
untuk pergi dari rumah.
8. Munculnya akta perdamaian yang dibuat oleh AF dan ditanda tangani para pihak yang
terdapat dalam akta perdamaian itu tanpa kesepakatan dan sepengetahuan korban,
bahkan tidak mengetahui penandatangan surat perdamaian. Dalam hal ini korban
merasa dirugikan dan tidak mengetahui maupun AF tidak pernah meminta maaf
kepada Korban, dimana beliau adalah Kepala Desa dan dianggap berkuasa dan
bertindak sewenang-wenang atas jabatan Kepala Desa.

DASAR HUKUM

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-undang Hukum


Pidana (KUHP)
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP)
3. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
4. Undang-Undang No.30 Tahun 2014 Tentang Adminitrasi Pemerintahan
5. Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU N0.
6 Tahun 2014 Tentang Desa sebagaimana diubah Peraturan Pemerintah No.47
Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraruran No. 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa

ANALISA ATURAN HUKUM

Pasal 351 KUHP Tentang Penganiayaan dan Pasal 55 Tentang Turut Serta
• Bunyi Pasal 351 KUHP Tentang Penganiyaan
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Bila perbuatan itu mengakibatkan luka berat, maka yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Bila perbuatan itu mengakibatkan luka berat, maka yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan sengaja merusak kesehatan orang disamakan dengan penganiayaan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak di pidana.
• Syarat dan Akibat Hukumnya
Pasal 351 KUHP
Syarat 1 : Orang tersebut dapat dikenai pidana penjara paling lama dua
tahun delapan Bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
Syarat 2 : Perbuatan penganiayaan yang ia lakukan mengakibatkan luka
fisik yang berat Serta mengakibatkan gangguan psikologis dan
trauma terhadap korban sehingga Pelaku dapat diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
Syarat 3 :Pelaku dengan sengaja merusak kesehatan seseorang dengan jalan
melakukan Penganiayaan fisik terhadap korban.
Syarat 4 : Percobaan untuk melakukan kejahatan
• Uji Unsur Syarat dan Akibat Hukum dengan Menerapkan Aturan Hukum pada
Kasus Pasal 351 KUHP
S1 : Terpenuhi, karena pelaku utama AF,SH, MH, HM melakukan tindakan
kekerasan terhadap Korban.
S2 : Terpenuhi, karena pelaku AF, SH, MH, HM melakukan tindakan berupa
kekerasan fisik yang Menimbukan luka yang cukup parah pada fisik dan
psikologis koban.
S3 : Terpenuhi, karena pelaku AF, SH, MH, HM melakukan tindakan berupa
kekerasan fisik yang Menimbulkan luka yang cukup parah pada fisik dan
psikologis korban.
S4 : Tidak terpenuhi, karena tindakan penhaniayaan berhasil terselesaikan.
• Pasal 351 KUHP ayat 1 Jo Pasal 55 ayat 1 KUHP
Dalam hal ini pelaku adalah orang satu ataupun dapat lebih dari satu orang dengan
catatan dilakukan tidak waktu bersamaan.
Dalam tindak pidana Pasal 351 KUHP tindak pidana penganiayaan dirumuskan
secara tegas “Penganiayaan diancam pidana penjara dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu ratus rupiah, mengandung unsur-unsur :
o Unsur Kesengajaan: AF (sengaja menjemput Korban dijemput HM dengan
alasan menjenguk istrinya AF, dan dengan sengaja melakukan penganiayaan
dilakukan oleh AF, SH, HM dan MH).
o Unsur perbuatan Unsur menimbulkan akibat perbuatan sakit, tidak enak,
namun dalam pasal 351 ayat 1 ini tidak mempesyaratkan adanya perubahan
rupa atau tubuh pada akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana penganiayan,
dalam hal ini akibat mana yang terjadi menjadi satu-satunya tujuan pelaku
terbukti melalui bukti Visum Et Repertum.
• Pasal 170 Tentang Pengeroyokan
Pasal 170 ayat 1 KUHP merupakan tindak pidana yang merupakan pelanggaran
atau ganggguan terhadap ketertiban umum: Barang siapa yang dimuka umum
bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum
penjara selama-lamanya 5 (lima tahun enam bulan):
o Barang Siapa Menunjuk kepada subyek hukum atau pelaku tindak pidana
yang didakwakan dalam hal ini yang dimaksud AF, SH, MH, dan HM
memenuhi unsur subyek delik
o Dengan Terang-Terangan Dari keterangan saksi AA (Sekdes P) yang
melihat secara langsung terjadinya pengeroyokan dan pemukulan yang
dilakukan oleh AF,SH, HM dan MH, dilakukan jam 06.00 WIB dan dirumah
AF, maka terbukti secara terang-terangan yang dimaksud bukan hanya
ditempat umum dan disaksikan oleh masyarakat sekitar, namun ada yang
melihat kejadian tersebut.
o Dengan Tenaga Bersama/Bersama-Sama
Bahwa keterangan saksi AA (Sekdes P), keterangan AB (Korban), pelaku AF,
SH, MH dan HM yang sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang
melakukan pengeroyokan dan pemukulan yang menyebabkan luka dan
dibuktikan berdasarkan hasil Visum Et Repertum. Berdasarkan hasil analisa
diatas maka unsur bersama-sama telah terbukti secara sah dan meyakinkan.
o Menggunakan/melakukan kekerasan
Telah terbukti dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) bahwa pelaku AF, SH,
MH, HM melakukan pemukulan sesuai dengan hasil bukti Visum Et Repertum
• Pasal 184 ayat (1) KUHAP
Analisa Hukum dalam KUHAP yaitu terpenuhinya unsur tindak pidana dalam
perkara tersebut diatas sesuai Pasal 184 ayat 1 KUHAP: Keterangan Saksi,
Keterangan Ahli, Surat, Petunjuk, dan Keterangan Terdakwa. Berdasarkan Pasal
184 ayat 1 KUHAP yaitu:
1. Keterangan Saksi: Sudah terpenuhi yaitu: Saksi: AA (Sekdes P), HF
(Istri Korban), MR (Kepala Desa DL), HM(sepupu Korban) memberikan
keterangan tanpa ada tekanan dan Barang Bukti berupa Cambuk Sapi dan
Selontong Clurit yang dipergunakan diperuntukan melakukan tindak
pidana sesuai Pasal 39 ayat 1 KUHAP.
2. Keterangan Ahli. Dengan bukti Visum yang dikeluarkan oleh dokter
yang menangani Korban di RSI Jemur Sari Surabaya dilakukan dr.
Widhoretno Wirasari terhadap tanggal 21 Agustus 2016 menerangkan
bahwa Korban mengalami luka close facture phalanx proximal digiti 2
manus dextra + multiple vulnus appertum + akskoriasi (Patah tulang
tertutup jari ke 2 tangan kanan + luka terbuka multiple +lecet), sehingga
dapat dijadikan keterangan ahli berdasarkan keilmuan berkenaan dengan
kedokteran
3. Surat: Surat Keterangan Ahli yang dapat dinilai alat bukti surat Visum Et
Repertum dari Ahli Kedokteran sesuai dengan Pasal 187 huruf c (Surat
Keterangan Ahli)
4. Keterangan Terdakwa: AB sebagai Korban sudah melakukan Laporan
tindak pidana, diperiksa, dan dimintai keterangan sesuai dengan
kronologis yang disampaikan diatas sesuai dengan sampul berkas perkara
No. BP/28/11/2017/Satreskrim Polres Bangkalan.
• Analisa Hukum UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Undang-Undang No.30
Tahun 2014 Tentang Adminitrasi Pemerintahan Dan Peraturan Pemerintah
No.47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 43
Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014
o Pelaku penganiayaan dan Pengeroyokan dilakukan oleh AF sebagai Kepala
Desa P yang merupakan Tersangka melakukan tindak pidana, maka
seharusnya diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota setelah dinyatakan
sebagai Terdakwa yang diancam dengan pidana 5 (Lima) tahun
o Diatur serupa oleh Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang
Peraruran Pelaksanaan Undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa (PP
Desa) yakni Kepala Desa diberhentikan karena dinyatakan sebagai Terpidana
berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah mempuyai kekuatan hukum yang
tetap (Pasal 54 ayat 2 huruf g PP Desa)
o Berdasarkan Undang-undang No.30 Tahun 2014 Tentang Adminitrasi
Pemerintahan, dalam hal ini Bupati Bangkalan memiliki Hak Diskresi terdapat
dalam Pasla 1 angka 9, diskresi adalah keputusan dan/atau tindakan yang
ditetapkan dan/atau dilakukan oleh penjabat pemerintahan untuk mengatasi
persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam
pperaturan perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur,
tidak lengkap, atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnisasi pemerintahan antara
lain:
o Bupati Bangkalan untuk me Non Aktifkan AF Kepala Desa P selama proses
perkara pidana dalam kasus penganiayaan dan pengeroyokan sampai putusan
pengadilan yang mempuyai kekuatan hukum tetap. Sehingga Bupati berhak
untuk mengangkat PJ Kepala Desa P sementara karena terjadi kekosongan
hukum dan melancarkan penyelenggaraan pemerintah sesuai Pasal 22 ayat 1,
Diskresi hanya dapat dilaksanakan oleh penjabat pemerintah yang berwenang
dengan tujuan sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat 2 yaitu:
o Melancarkan penyelenggaraan pemerintah
o Mengisi kekosongan hukum
o Mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan
dan kepentingan umum.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa diatas maka AF, SH, MH, HM terpenuhi unsur tindak pidana
PASAL 170 AYAT 1 KUHP Sub PASAL 351 ayat 1 Jo.Pasal 55 ayat 1 ke-1,
berdasarkan hasil analisa diatas, pelaku AF, SH, HM, dan MH telah terbukti melakukan
perbuatan melawan hukum, mengakibatkan korban luka berat dan pelaku tidak menyesali
perbuatannya, dan memohon keadilan agar pelaku/Tersangka AF, SH, HM, dan MH
dihukum seberat-beratnya dengan menjatuhkan Pasal 170 ayat 1 KUHP dengan acaman
pidana lima tahun enam bulan, sedangkan pelaku tindak Pidana AF sebagai Kepala Desa
melanggar UU No. No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Undang-undang No.30 Tahun
2014 Tentang Adminitrasi Pemerintahan dan Peraturan Pemerintah No.47 Tahun
2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014, sehingga berhak untuk mengganti oleh
PJ (Penanggung Jawab) sementara dan me Non aktifkan dan apabila terbukti dan
memperoleh keputusan hukum yang tetap (inkrach) maka sesuai dengan aturan yang
berlaku maka diberhentikan sebagai Kepala Desa P. Kec. Burneh, Kabupaten Bangkalan.

Anda mungkin juga menyukai