BAB I
PENDAHULUAN
BUMN yang seluruh maupun sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan, merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan.
Penerimaan negara tersebut dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil
privatisasi yang pada tahun 2010 nilainya mencapai Rp.132,7 Triliun. Kontribusi BUMN
terhadap perekonomian Indonesia itu sendiri mencapai Rp. 2.130 triliun, baik dalam
bentuk kapitalisasi pasar modal, operational expenditure (opex), program kemitraan,
bina lingkungan, kredit usaha rakyat (KUR), capital expenditure (capex), mapun
public service obligation (PSO). Selain itu masih terdapat 105.260 kelompok usaha
yang menjadi mitra binaan BUMN yang juga memberikan kontribusi cukup signifikan
terhadap perekonomian Indonesia.1
Melihat peran penting dan strategis BUMN di atas, seiring dengan perkembangan
ekonomi baik di tingkat lokal maupun internasional serta persaingan usaha yang
semakin ketat tuntutan kepada BUMN untuk menjalankan bisnisnya secara efektif,
efisien, dan profesional menjadi semakin tinggi. Namun demikian, masih didapati
beberapa kelemahan BUMN seperti: sering adanya kebijakan atau peraturan
pemerintah yang menguntungkan BUMN yang justru berakibat kepada lemahnya
BUMN dalam persaingan usaha; kurang lincah dalam bertindak; dan lamban dalam
mengambil keputusan. Kondisi ini membuat BUMN kehilangan momentum usaha yang
dapat berakibat pada kerugian usaha. Selain itu, potensi korupsi masih muncul di
BUMN karena masih adanya konflik kepentingan di internal serta lemahnya
pengendalian internal.
1
Peran BUMN dalam Percepatan & Perluasan Pembangunan Nasional, Kementerian BUMN, Bogor 11
Februari 2011
Guna mengatasi hal tersebut dan untuk memperbaiki kinerja BUMN beberapa upaya
perlu dilakukan. Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis
ekonomi, krisis finansial, dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan
lemahnya sistem tata kelola perusahaan yang baik 2. Semakin baik dan efektifnya
sistem tata kelola perusahaan akan memungkinkan terbentuknya sistem pengendalian
(checks and balances) yang lebih efektif antar unit kerja di internal entitas usaha serta
antara entitas usaha tersebut dengan pemangku kepentingan yang lebih luas.
2
Studi Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN, dan BUMD, KPK Tahun 2008
1.3. Tujuan
Secara umum, SPAK bertujuan untuk mengukur efektifitas prakarsa anti korupsi di
BUMN. Rincian tujuan kegiatan SPAK adalah:
1. Mendapatkan gambaran aktual tentang adanya prakarsa dan penerapan
pencegahan korupsi di BUMN;
2. Memastikan bahwa setiap BUMN memiliki komitmen terhadap upaya
pencegahan korupsi yang berada di lingkungan dan kewenangannya;
3. Mendorong BUMN bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya pencegahan
korupsi di lembaganya;
4. Sebagai salah satu acuan untuk melakukan perbaikan kinerja BUMN, baik atas
inisiatif sendiri maupun melalui intervensi kebijakan oleh pemerintah.
No BUMN Sektor
Setiap indikator yang digunakan dalam SPAK menggunakan bobot yang ditentukan
berdasarkan hasil konsultasi dengan pakar eksternal dan struktural KPK. Berikut
adalah indikator, subindikator, dan bobot SPAK 2011.
Tabel I.2
Indikator, Subindikator dan Bobot SPAK 2011
Indikator Subindikator
Ketersediaan Kebijakan Pimpinan (BOC dan
a
1. Keteladanan Pimpinan BOD) terkait anti korupsi (0,260)
(Tone Of The Top) Peran Pimpinan dalam Penerapan Kebijakan
b
(0,186) Antikorupsi (0,480)
c Pengawasan dan Evaluasi (0,260)
2. Pedoman tentang a
Ketersediaan dan Kelengkapan Pedoman
Etika dan Perilaku tentang Etika dan Perilaku (0,390)
(Code of Ethic and Penerapan Pedoman Etika dan Perilaku
b
Code of Conduct) (0,420)
(0,139) c Evaluasi (0,190)
Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan
3. Penanganan Situasi a Penanganan Situasi Konflik Kepentingan
Konflik Kepentingan (0,390)
(Conflict of Interest) Penerapan Aturan Penanganan Situasi Konflik
b
(0,121) Kepentingan (0,410)
c Evaluasi (0,200)
Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan
Indikator 4. Pengelolaan Sistem a
Pengelolaan Sistem Pengaduan (0,430)
Utama Pengaduan (Whistle
(0,942) Penerapan Aturan Pengelolaan Sistem
Blowing System) b
Pengaduan (0,390)
(0,139)
c Evaluasi (0,170)
Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan
5. Pengelolaan a Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan
Transparansi Harta (0,360)
Kekayaan (Wealth Penerapan Aturan Pengelolaan Transparansi
Disclosure) b
Harta Kekayaan (0,430)
(0,084)
c Evaluasi (0,210)
Ketersediaan dan Kelengkapan Aturan
6. Pengelolaan a Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian
Penerimaan dan Hadiah (0,390)
Pemberian Hadiah Penerapan Aturan Pengelolaan Penerimaan dan
(Managing Gift) b
Pemberian Hadiah (0,450)
(0,103)
c Evaluasi (0,160)
7. Penegakan Aturan
(Rules Enforcement) a Penegakan Aturan (1,00)
(0,171)
Indikator
Inovasi Prakarsa Lainnya (1,00)
(0,058)
Terdapat 7 indikator utama yang ditetapkan sebagai hasil FGD tersebut, untuk
selanjutnya diturunkan dalam subindikator–subindikator. Masing-masing subindikator
mencerminkan adanya ketersediaan, penerapan, serta proses evaluasi terhadap
masing-masing indikator. Selanjutnya ketujuh indikator dan subindikator
dioperasionalkan dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 81 pertanyaan (kuesioner
terlampir). Setiap pertanyaan dalam kuesioner diisi oleh peserta SPAK dengan
melampirkan bukti-bukti untuk mendukung validitas jawaban.
Nilai SPAK terendah adalah 0 dan tertinggi 10. Nilai 0 berarti peserta SPAK tidak
mempunyai prakarsa/inisiatif antikorupsi sesuai dengan harapan penilaian ini.
Sementara nilai 10 menunjukkan unit utama telah melakukan prakarsa/inisiatif
antikorupsi sesuai dengan seluruh indikator dalam SPAK.
Selain mengisi kuesioner, peserta SPAK juga didorong untuk mengisi kuesioner
tentang inovasi pencegahan korupsi yang telah dilakukan di luar tujuh indikator utama
SPAK yang telah ditetapkan.
Gambar 1.1
Tahapan Kegiatan SPAK 2011
BAB II
PROFIL PT PERTAMINA (PERSERO)
Gambar 2.1
Struktur Organisasi PT Pertamina Tahun 2011
President
Director/CEO
SVP Integrated
Supply Chain
SVP of SVP of
Corporate Upstream SVP of SVP of Fuel SVP of SVP of
Investmen & Strategic Refining SVP of HR Corporate Financing &
Marketing &
Bussines planning & Operation Development Shared Bussines
Distribution
Development Subsidiary Service Support
Management
SVP of
SVP of
SVP of Petroleum
Upstream SVP of
Bussines Product
Bussines Controller
Development Marketing &
Development
Trading
SVP of
Shipping
Gambar 2.2
Kinerja PT Pertamina (Persero) dan Anak Perusahaan
2008-2010
600,000
551,885
500,000
438,012
(dalam Miliar Rupiah)
400,000 371,524
302,393
JUMLAH
300,000 281,437
266,515 Aset
Pendapatan Usaha
200,000 Laba Bersih
100,000
19,606 16,203 16,776
0
2008 2009 2010
TAHUN
Dari gambar II.2 terlihat bahwa terdapat fluktuasi dalam perolehan nilai aset,
pendapatan usaha, dan laba bersih dalam 3 tahun terakhir, yang banyak dipengaruhi
oleh harga minyak dunia dan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar. Pada tahun 2010
kinerja PT Pertamina (Persero) mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dibanding tahun 2009, namun kinerja terbaik diperoleh pada tahun 2008.
BAB III
HASIL DAN ANALISIS
NILAI SPAK PT PERTAMINA (PERSER0) 2011
Indikator Subindikator
Indikator awal dari pengukuran SPAK adalah keteladanan pimpinan (Tone of The Top).
Semua indikator lainnya tidak akan pernah terlaksana secara efektif dan efisien jika
tidak ada komitmen untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
dari pimpinan Perusahaan. Untuk indikator keteladanan pimpinan, tolok ukurnya
adalah implementasi aturan dan aktivitas pimpinan perusahaan (direksi dan komisaris)
yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
sehingga tercipta tata kelola perusahaan yang baik, bersamaan dengan meningkatnya
kinerja perusahaan. Komitmen pimpinan perusahaan juga didukung oleh Kementerian
BUMN dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-
117/MBU/2002 tentang Penerapan Praktek GCG di BUMN.
Keteladanan Pimpinan
(0,186)
Subindikator
Peringkat Instansi
Nilai Ketersediaan Peran Pengawasan &
Total Aturan Pimpinan Evaluasi
(0,26) (0,48) (0,26)
2 PT Pertamina (Persero) 9,56 10,00 9,08 10,00
Nilai keteladanan pimpinan yang baik tersebut pada hakikatnya masih bisa
ditingkatkan kualitasnya. Dalam upaya pencegahan korupsi, kegiatan keteladanan
dapat diterapkan melalui peningkatan peran pimpinan dalam melakukan pengawasan
terhadap penerapan pencegahan korupsi sebagai bagian dari tata kelola perusahaan
yang baik. Supaya kegiatan pengawasan tersebut efektif, sebaiknya dilakukan
evaluasi secara berkala. Keteladanan juga dapat ditunjukkan melalui konsistensi sikap
pimpinan dalam menangani setiap permasalahan dalam penerapan tata kelola
perusahaan yang baik. Kondisi ini akan menumbuhkan kepercayaan karyawan kepada
pimpinan serta menumbuhkan komitmen dari seluruh karyawan sehingga akan
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Oleh karena itulah Pedoman etika dan perilaku menjadi salah satu indikator penilaian
SPAK 2011. Indikator pedoman etika dan perilaku merupakan salah satu indikator
dengan bobot tinggi, yaitu sebesar 0,139. Penilaian indikator Pedoman Etika dan
Perilaku, dilakukan dengan menilai tiga subindikator yaitu: (a) ketersediaan aturan
tentang pedoman etika dan perilaku, (b) penerapan aturan etika dan perilaku, serta
(c) evaluasi aturan. Dari ketiga subindikator tersebut, penerapan aturan etika dan
perilaku merupakan subindikator yang memiliki bobot tertinggi, yaitu 0,420. Berikut
disampaikan rincian hasil penilaian indikator pedoman etika dan perilaku pada PT
Pertamina (Persero).
Tabel III.3
Nilai Indikator Pedoman Etika dan Perilaku
Pedoman Etika dan Perilaku
(0,139)
Subindikator
Peringkat Instansi
Nilai Ketersediaan Penerapan Evaluasi
Total Aturan Aturan Aturan
(0,39) (0,42) (0,19)
1 PT Pertamina (Persero) 9,87 10,00 9,68 10,00
3
www.knkg-indonesia.com
Secara keseluruhan, nilai indikator pedoman tentang etika dan perilaku SPAK 2011 PT
Pertamina cukup tinggi (9,87). PT Pertamina telah memiliki Pedoman Etika Usaha dan
Tata Perilaku (code of conduct) sejak tahun 2006 dan telah diperbaharui pada tahun
2009. Dalam rangka memudahkan Satuan Pengawas Internal (Auditor) dan Unit
Kepatuhan (compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan penanganan
penyimpangan, saat ini PT Pertamina telah memiliki sistem informasi yang diberi
nama Compliance Online System yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh karyawan
untuk menyampaikan pengaduan penyimpangan, serta melakukan konsultasi tentang
pencegahan penyimpangan.
Secara umum personil PT Pertamina telah memiliki komitmen yang cukup tinggi dalam
penerapan Pedoman Etika dan Perilaku di perusahaannya. Namun demikian,
peningkatan kualitas pedoman etika dan perilaku di PT Pertamina masih bisa
dilakukan diantaranya dengan:
1. Penyusunan peraturan pedoman perilaku selalu disesuaikan dengan tingkat
perkembangan usaha dan potensi terjadinya penyimpangan pada setiap
bagian dan tingkat jabatan;
2. Penetapan dasar hukum yang kuat dan mengikat atas Pedoman Etika dan
Perilaku yang telah dibuat;
3. Sosialisasi penerapan Pedoman Etika dan Perilaku secara lebih luas sampai
ke anak perusahaan dalam rangka memberikan kesamaan sikap dan
pandangan terhadap peraturan dan pedoman yang diberlakukan PT
Pertamina.
Oleh karena itulah diperlukan suatu pedoman yang mengatur mengenai penanganan
situasi konflik kepentingan, yang bertujuan untuk:
1. Menyediakan kerangka acuan bagi penyelenggara negara untuk mengenal,
mengatasi dan menangani konflik kepentingan.
4
www.knkg-indonesia.com
Dalam rangka memudahkan Satuan Pengawas Internal (Auditor) dan Unit Kepatuhan
(Compliance) dalam melakukan deteksi, pencegahan dan penanganan situasi konflik
kepentingan yang dihadapi oleh seluruh personil PT Pertamina (Persero), saat ini PT
Pertamina (Persero) telah menyediakan 2 formulir khusus terkait konflik kepentingan.
Formulir pertama adalah pernyataan kesediaan untuk tidak terlibat dalam situasi
konflik kepentingan. Sedangkan formulir kedua mengenai pernyataan keterlibatan
dalam situasi konflik kepentingan yang dialami oleh staf/pegawai PT Pertamina
(Persero). Formulir kedua ini diiisi apabila Personil menghadapi atau terbentur pada
situasi konflik kepentingan yang terjadi tanpa diketahui atau direncanakan
sebelumnya. Kedua formulir tersebut dapat diisi dan disampaikan melalui Sistem
Informasi Terpadu (Compliance Online System) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh
personil PT Pertamina (Persero).
Pada SPAK 2011, bobot penilaian indikator pengelolaan sistem pengaduan adalah
sebesar 0,139. Penilaian Indikator pengelolaan sistem pengaduan terdiri dari 3 sub
indikator yaitu: (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan sistem pengaduan;
(b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan.
Hasil penilaian SPAK 2011 untuk Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan pada PT
Pertamina (Persero) menunjukkan nilai yang cukup baik (9,85), dan meraih peringkat
satu dibanding BUMN peserta SPAK 2011 lainnya. Untuk hasil yang lebih rinci dapat
dilihat dalam tabel III.5.
Pimpinan PT Pertamina (Persero) telah memiliki komitmen yang cukup tinggi dalam
pengelolaan sistem pengaduan di instansinya. Komitmen ini diperkuat dengan telah
diterbitkannya Surat Keputusan Direksi: Kpts-082/C00000/2009-S0 pada tanggal 5
Oktober 2009 tentang Penerimaan dan Pemberian Hadiah/Cinderamata dan Hiburan
serta Whistle Blowing System (WBS). Sebelumnya pihak Sekretaris Perseroan
berinisiatif untuk menerbitkan Surat Keputusan Sekretaris Perseroan: B-
001/N00300/2009-S0 tanggal 16 September 2009 tentang Tata Kerja Organisasi
Pengelolaan Whistle Blowing System (WBS).
Tabel III.5
Nilai Indikator Pengelolaan Sistem Pengaduan
PT Pertamina juga memiliki media WBS yang cukup komprehensif yaitu: a) telepon:
+62 (21) 3815909-11; b)website: pertaminaclean.pertamina.com; c) E-mail:
pertaminaclean@tipoffs.com.sg; d)Faksimili: +62 (21) 3815912; e) SMS: +62 811
1750612; serta f) Kotak Surat: Pertamina Clean, PO Box-7077/JkpSA, Jakarta 10350.
Pengelolaan WBS PT Pertamina dilakukan oleh lembaga profesional yang dikontrak
setiap 2 tahun sekali.
Pada SPAK 2011 indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan terdiri dari: (a)
ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan transparansi harta kekayaan; (b)
penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan.
Tabel III.6
Nilai Indikator Pengelolaan Transparansi Harta Kekayaan
Pada SPAK 2011 Indikator pengelolaan transparansi harta kekayaan menyoroti tiga
hal, yakni (a) ketersediaan kelengkapan aturan pengelolaan penerimaan dan
pemberian hadiah; (b) penerapan aturan; serta (c) evaluasi aturan.
Tabel III.7 menjelaskan bahwa PT Pertamina (Persero) merupakan salah satu BUMN
yang memiliki komitmen tinggi dalam upaya pengelolaan penerimaan dan pemberian
hadiah, yang ditunjukkan oleh nilai 9,62. Komitmen ini ditunjukkan dengan telah
diterbitkannya Surat Keputusan Direksi nomor: Kpts-065/C00000/2007-S0 tentang
Ketentuan Pemberian dan Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan Hiburan
(Entertainment). Saat ini sudah lebih dari 400 laporan gratifikasi yang disampaikan
oleh PT Pertamina (Persero) ke KPK. PT Pertamina (Persero) mulai tahun 2011
melakukan kerjasama dengan KPK dalam rangka penyusunan Program Pengendalian
Tabel III.7
Nilai Indikator Pengelolaan Penerimaan dan Pemberian Hadiah
Secara umum PT Pertamina (Persero) telah melakukan upaya yang cukup dalam
pengelolaan penerimaan dan pemberian hadiah. Peningkatan kualitas bisa dilakukan
melalui peningkatan penegakan peraturan, antara lain dengan cara pemberian sanksi
kepada personil PT Pertamina (Persero) yang terlambat menyampaikan laporan
penerimaan dan pemberian hadiah.
Tabel III.8
Nilai Indikator Penegakan Aturan
Penegakan Aturan
(0,171)
Peringkat Instansi
Subindikator Penegakan Aturan
(1)
PT Pertamina (Persero) 10,00
Tabel III.9
Nilai Indikator Prakarsa Lainnya
PT Pertamina (Persero) melakukan beberapa upaya anti korupsi di luar yang telah
dilakukan dalam 8 indikator utama SPAK 2011. Prakarsa atau inisiatif anti korupsi
yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) adalah: 1) Menetapkan program
Compliance Online System yang dapat dipergunakan untuk berkonsultasi dan atau
melaporkan segala jenis permasalahan terkait tata kelola perusahaan yang baik dan
anti korupsi. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2010; 2) Menetapkan
program Computer Based Training System for COC yang merupakan program
pelatihan kode etika dan perilaku bagi seluruh personil PT Pertamina (Persero) yang
dilaksanakan secara elektronik sehingga dapat lebih efisien, efektif dan menghemat
biaya. Program ini telah dilaksanakan secara berkelanjutan sejak tahun 2010; 3)
Hasil Penilaian dari Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK) adalah instrumen yang
digunakan untuk menilai dan memberikan penghargaan bagi BUMN yang telah
menciptakan inisiatif-inisiatif dalam mengupayakan integritas serta budaya anti
korupsi di perusahaannya. SPAK 2011 merupakan kegiatan penilaian prakarsa anti
korupsi yang pertama kali dilakukan dengan 4 peserta yang berbasis voluntary. PT
Pertamina (Persero) sebaiknya terus menjaga konsistensi atas nilai yang didapat
dalam SPAK 2011 dan tetap berusaha mengupayakan peningkatan dalam upaya
pencegahan anti korupsi .
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Berdasarkan hasil survei dan analisis yang telah dilakukan oleh Direktorat Penelitian
dan Pengembangan KPK, dapat disimpulkan:
1. Secara umum PT Pertamina (Persero) terutama jajaran Pimpinan telah
melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi sesuai dengan indikator yang
ditetapkan dalam SPAK.
2. Penerapan aturan tentang penyampaian LHKPN baru dilakukan terbatas pada
pejabat tertentu. PT Pertamina (Persero) belum bisa melakukan identifikasi
adanya pola penyimpangan penghasilan yang diterima oleh pegawainya secara
menyeluruh.
3. PT Pertamina (Persero) telah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum,
khususnya pihak kepolisian untuk menindak personilnya yang melakukan
pelanggaran dengan indikasi tindak pidana.
4. PT Pertamina (Persero) telah memberlakukan upaya anti korupsi atas 7
indikator utama SPAK secara resmi melalui Peraturan yang dikeluarkan oleh
Jajaran Direksi sampai pada anak perusahaan. Namun tidak bisa dipastikan
apakah personil pada anak perusahaan memiliki pemahaman yang seragam
dengan personil dari induk perusahaan terhadap peraturan yang ditetapkan
tersebut.