Anda di halaman 1dari 14

Tugas Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

“Tatanan Kelembagaan”

Nama Kelompok 2 :

1. Anugrah Rimbit W (20216975)


2. Ariska Indah Cahyani P
(21216086)
3. Atika Shafarina (21216180)
4. Eryan kawiswara (22216390)
5. Farhan Ferdyan (22216649)

Kelas : 4EB02
Dosen : RR Dharma Tintri Ediraras

Fakultas Ekonomi
Univeristas Gunadarma
DEPOK
2020

1. Peran dan fungsi lembaga-lembaga yang terkait dengan anti fraud seperti BPK, KPK,
TIPIKOR, dll.

A. KPK
KPK dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi diberi amanat
melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan
(www.kpk.go.id). KPK didirikan karena kelemahan aparat penegak hukum di bidang
penyelidikan dan penyidikan (kepolisian dan kejaksaan). Dalam menghadapi tuntutan
konvensi pemberatasan korupsi PBB (United Nations Convention Against Corruption –
UNCAC).
Tujuan KPK
Tujuan pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi ialah untuk meningkatkan hasil dan
daya guna dalam upaya peberantasan tindak pidana kasus korupsi. Segala tindakan untuk
memberantas dan mencegah tindak pidana korupsi dalam upaya supervisi, koordinasi,
penuntutan, penyidikan, penyelidikan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan, sesuai
peran serta masyarakat menurut peraturan undang-undang yang berlaku yang disebut
sebagai pemberantasan tindak pidana korupsi.

Tugas dan Wewenang KPK


Menurut (Tuanakota, 2010), KPK dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan
hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK adalah lembaga
negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas
dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, KPK
menganut asas: kepastian hukum, keterbukaan, akutanbilitas, kepentingan umum, dan
profesionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya
kepada Presiden, Dewab Perwakilan Rakyat (DPR), dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
1. Tugas KPK
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi.
d. Melakukan tindakan-tindakan penyegahan tindak pidana korupsi.
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara (pasal
6 undang-undang nomor 30 tahun 2002).
2. Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi
berwenang:

a Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak


pidana korupsi.

b Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana


korupsi.

c Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi


kepada instansi yang terkait.

d Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang


berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.

e Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana


korupsi.

3. Kewenangan KPK
Kewengan komisi pemberantasan korupsi dalam melakukan penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi yang:
a Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan organisasi
lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum atau penyelenggara negara.
b Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat.
c Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) (pasal 11 undang-undang nomor 30 tahun 2002)
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi Pemberantasan Korupsi
berasaskan pada:
a Kepastian hukum, adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam
setiap kebijakan dalam menjalankan tugas dan wewenang KPK.
b Keterbukaan, adalah asas yang mebuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
c Akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir kegiatan KPK harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan perungang-undangan yang berlaku.
d Kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
e Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara
tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK.
4. Peran KPK
Disini KPK berperan sebagai trigger mechanism, yang berarti mendorong atau
sebagai stimulus agar upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang
telah ada sebelumnya menjadi lebih efektif dan efisien.

B. BPK
Badan Pemeriksa Keuangan adalah Lembaga Tinggi Negara yang dalam pelaksanaan
tugasnya terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah, akan tetapi tidak berdiri di atas
Pemerintah.
Tugas BPK bagi suatu negara sangatlah penting. Tugas dan fungsi BPK yang utama yaitu
bertugas dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Dengan begitu,
tugas dan fungsi BPK sangatlah besar dan ruang lingkupnya begitu luas.
1. Fungsi BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
Menurut Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Badan Pemeriksa Keuangan atau
BPK memiliki 3 fungsi yaitu:
a Fungsi Operatif
Fungsi Operatif adalah fungsi BPK untuk melakukan pemeriksaan,
pengawasan dan penyelidikan atas penguasaan, pengurusan dan
pengelolaan kekayaan Negara.
b Fungsi Yudikatif
Fungsi Yudikatif adalah kewenangan BPK untuk menuntut perbendaharaan
dan tuntutan gantu rugi terhadap bendaharawan dan pegawai negeri bukan
bendahara yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan
kewajibannya sehingga merugikan keuangan negara.
c Fungsi Rekomendatif
Fungsi Rekomendatif adalah fungsi BPK untuk memberikan pertimbangan
kepada pemerintah mengenai pengurusan dan pengelolaan keuangan
Negara.
2. Kewenangan Waktu Melakukan Pemeriksaan
 Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun
dan menyajikan laporan pemeriksaan;
 Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap
orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara;
 Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik
negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha
keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan,
surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;
 Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada
BPK;
 Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi
dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;
 Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
 Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK;
 Membina jabatan fungsional Pemeriksa;
 Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
 Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah
3. Peran Badan Pemeriksa Keuangan Dalam Pemberantasan Korupsi

a Peran Audit

Pemeriksaan (audit) atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan


negara/daerah sebagai wujud kepedulian terhadap penyelenggaraan negara
yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme. Selanjutnya
peran yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara/daerah. Pemeriksaan yang dilakukan
oleh BPK selama ini memang kepada keadaan yang sudah terjadi terhadap
pengelolaan keuangan negara/daerah atau yang berkenaan dengan realisasi
anggaran.

Badan Pemeriksa Keuangan dalam hal ini belum dan atau tidak
mengantisipasi latar belakang penyusunan anggaran ini. Badan Pemeriksa
Keuangan hanya melakukan pemeriksaan terhadap anggaran yang telah
direalisasikan dalam bentuk Surat Pertanggungjawaban (SPJ). Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) itu adalah dokumen atau berkas yang bisa
berupa buku-buku, lembaran-lembaran, baik itu kuitansi maupun alat bukti
lainnya. Ketika SPJ itu yang berupa laporan keuangan diketahui
berindikasikan korupsi, maka yang berhak melakukan penyidikan adalah
lembaga yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi atau disingkat
KPK. Dalam hal ini BPK untuk menindaklanjuti temuan yang
berindikasikan korupsi bisa diteruskan dengan Pemeriksaan Investigasi,
yakni dengan landasan yang cukup memenuhi unsur-unsur korupsi dan
sudah pasti mengenai angka-angkanya.

b Peran Judicial Review

Ketika Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara
Perpajakan.

c Peran Melaporkan Kekayaan Para Pejabatnya

C. Kepolisian
Fungsi kepolisian sesuai dengan pasal 2 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian adalah Pasal 2 adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan polisi dalam mencegah dan
menangani tindak pidana korupsi mempunyai sebuah direktorat khusus yaitu Badan
Reserse Kriminal Direktorat Tindak Pidana Korupsi.
Dalam penegakan Korupsi Polisi mempunyai stategi, yaitu:
1. Sinergitas penanganan tindak pidana korupsi baik dengan KPK maupun dengan
aparat penegak hukum lainnya.
2. Meningkatkan fungsi koordinasi baik dalam penyelidikan mau penyidikan tindak
pidana korupsi.
3. Fokus melaksanakan penyelidikan terhadap 10 area yang rawan terjadi korupsi.
4. Merespon tuntutan masyarakat untuk melaksanakan percepatan penyidikan tindak
pidana korupsi dalam koridor Due Process Of Law (Proses Hukum yang Benar).

Direktorat Tipidkor Bareskrim Polri bertugas melaksanakan penyelidikan dan


penyidikan tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan dana bantuan, dana usaha negara,
dana pemerintah, dana kredit usaha serta dana pembangunan dan proyek yang dapat
mengakibatkan kerugian keuangan Negara atau perekonomian Negara. Dalam
melaksanakan tugasnya Direktorat Tipidkor Bareskrim Polri menyelenggarakan fungsi:
1. Pemberian arahan dan bimbingan atas penyelenggaraan penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan dana-dana pemerintah
2. Perumusan kebijakan dalam rangka penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
korupsi
3. Perumusan dan pengembangan sistem dan metode termasuk pedoman teknis
penyelidikan tindak pidana korupsi
4. Perencanaan kebutuhan personel termasuk pengajuan saran, pertimbangan,
penempatan, pembinaan karir dan pembinaan kemampuan personel pengemban
fungsi penyelidikan dan penyidikan.
5. Perencanaan kebutuhan dukungan anggaran dalam rangka mendukung kegiatan
penyelidikan dan penyidikan.
6. Pengarahan dan pelibatan kekuatan daam rangka back up operasional kepada
satuan kewilayahan.

2. Institusi mana yang memiliki otoritas untuk mengaudit lembaga tersebut?

A. Komisi Pemberantasan Korupsi


Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Pemeriksa Keuangan adalah dua lembaga yang
memiliki posisi sama. Keduanya sama-sama lembaga tinggi negara. KPK dan BPK adalah
lembaga independen. Dua-duanya bebas dari intervensi pemerintah. Tugas DPR hanya
mengawasi kedua lembaga ini.

B. Badan Pemeriksa Keuangan


Menurut Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 23E, BPK dibentuk untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. BPKbertugas memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di semua entitas atau lembaga yang
menggunakan uang negara.
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Pasal 32
menyatakan bahwa pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan tahunan BPK
dilakukan oleh akuntan publik. Akuntan publik tersebut ditunjuk oleh DPR atas usul BPK
dan Menteri Keuangan.

Akuntan Publik yang memeriksa BPK dan Opini atas Laporan keuangan BPK dalam lima
tahun terakhir, yaitu:

No. Tahun Nama KAP Opini


1 Laporan Keuangan Tahun 2016 Sriyadi Ely Sugeng dan Rekan WTP
2 Laporan Keuangan Tahun 2015 Wisnu B Soewito dan Rekan WTP
3 Laporan Keuangan Tahun 2014 Wisnu B Soewito dan Rekan WTP
4 Laporan Keuangan Tahun 2013 Husni, Mucharam dan Rasidi WTP
5 Laporan Keuangan Tahun 2012 Husni, Mucharam dan Rasidi WTP

Untuk menjamin mutu pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
oleh BPK sesuai dengan standar, sistem pengendalian mutu BPK direview oleh badan
pemeriksa keuangan negara lain yang menjadi anggota organisasi pemeriksa keuangan se-
dunia. Pada tahun 2009, BPK direviu oleh The Netherlands Court of Audit Belanda, dan
pada tahun 2014 direviu oleh Supreme Audit Office of Poland Polandia.
C. Direktorat Tipidkor Bareskrim Polri
Direktorat Tindak Pidana Korupsi Badan Reserse Kriminal Polri atau biasa disingkat
menjadi Dit Tipidkor Bareskrim Polri. Dit Tipidkor Bareskrim Polri adalah salah satu dari
lima direktorat yang berada di bawah kendali dan koordinasi Badan Reserse Kriminal
Polri yang memiliki tugas pokok melaksanakan penegakan hukum bidang tindak pidana
korupsi, serta bidang pencucian uang yang tindak pidana asalnya (predicate crime) adalah
tindak pidana korupsi. Selain itu, Dit Tipidkor Bareskrim Polri juga melaksanakan tugas-
tugas lainnya di bidang pencegahan tindak pidana korupsi.

3. Bagaimana hubungan antara kinerja lembaga tersebut dengan Indeks persepsi Korupsi
Indonesia dan faktor mediasi tingkat pertumbuhan ekonomi?
Jawab:
Perlahan tapi pasti, skor Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index-CPI)
Indonesia terus membaik dari tahun ke tahun. Tahun ini, skor CPI Indonesia naik dua poin
dari tahun sebelumnya menjadi 40 dan berada di posisi 85 dari 180 negara. Laporan itu
disampaikan saat peluncuran hasil Corruption Perception Index 2019 oleh Transparency
International Indonesia (TII)
Menanggapi kenaikan CPI ini, Anggota Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Syamsyuddin Haris mengapresiasi capaian ini. “Mudah-mudahan ke depannya skor
CPI (Indonesia) bisa meningkat secara signifikan,
Ia menyampaikan bahwa korupsi di Indonesia terjadi di pusaran partai politik.
Menurutnya, sistem partai politik Indonesia saat ini masih memfasilitasi tumbuh suburnya
politik koruptif. Karena itu, Syamsuddin menyarankan harus ada upaya pembenahan
secara intens dalam sistem tata kelola partai politik. Iajuga berpesan agar publik terus
meningkatkan pengawasannya terhadap pemerintah demi kemajuan Indonesia.
Sementara itu, Manager Riset Transparancy International Indonesia Wawan Suyatmiko
mengungkapkan, kenaikan skor CPI ini menunjukan bahwa upaya pemberantasan korupsi
yang dilakukan selama 2019 membuahkan hasil yang positif.
“Skor ini meningkat dua poin dari tahun 2019 lalu. Hal ini menjadi penanda bahwa
perjuangan bersama melawan korupsi yang dilakukan pemerintah, KPK, lembaga
keuangan dan bisnis serta masyarakat sipil menunjukan upaya positif,” ujar Wawan.
Menurutnya, ada empat sumber data yang turut menyumbang kenaikan ini, yaitu Political
Risk Service, IMD World Competitiveness Yearbook, Political and Economy Risk
Consultancy dan World Justice Project-Rule of Law Indeks.
“Peningkatan terbesar dikontribusikan oleh IMD World Competitiveness Yearbook
dengan peningkatan sebesar 10 poin dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh
penegakan hukum yang tegas kepada pelaku suap dan korupsi dalam sistem politik.”
Selain itu Sekretaris Jenderal Transparancy International Indonesia Dadang Trisasongko
juga mengatakan bahwa selain upaya perbaikan sistem kemudahan berbisnis, peningkatan
efektivitas penegakan hukum terhadap praktik korupsi politik juga meningkatkan skor CPI
secara signifikan.
Kenaikkan poin kali ini yang tertinggi selama pemerintahan Presiden Jokowi  karena
langsung melompat dua poin. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya sempat stagnan dan
naik satu poin saja. Menurut Wawan Heri, ada beberapa sektor yang perlu diwaspadai
dalam indeks persepsi korupsi, yakni: pengendalian pemerintah terhadap korupsi; grade
korupsi; prosedur yang jelas dan akuntabilitas dana publik; korupsi politik dan korupsi
birokrasi; serta penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat eksekutif, yudikatif, legislatif,
militer, dan kepolisian. Masing-masing sektor tersebut masih di bawah angka 40. Poin
terendah ada pada penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat eksekutif, yudikatif,
legislatif, militer, dan kepolisian di angka 21 poin. Angka di sektor ini hanya naik satu
poin dari 20 poin di 2018.

Namun, lanjutnya, masih ada tugas berat yang harus dituntaskan, yaitu memutus relasi
koruptif antara pejabat negara, pelayan publik, penegak hukum, dan pebisnis. “Jika ini
berhasil, kami percaya kondisi itu akan memberikan kontribusi paling besar dalam
mengurangi korupsi. Pembenahan lembaga politik harus dilakukan secara sungguh-
sungguh. Dalam waktu bersamaan, penguatan independensi KPK juga harus menjadi
agenda utama,” kata Dadang. Dalam kesempatan itu, TII memberikan tujuh rekomendasi
yang dapat dilakukan untuk peningkatan skor CPI berikutnya. Yaitu, mengelola dan
mencegah benturan kepentingan, mengontrol pendanaan politik, memperkuat integritas
Pemilu, dan mengatur keterbukaan aktivitas lobi politik.
Selain itu, TII juga merekomendasikan agar negara memiliki perlakuan yang sama
terhadap warga negara, memperkuat peran masyarakat sipil, serta penguatan fungsi check
and balances.
Secara global, rata-rata skor CPI dunia berada pada 43 poin. Sebanyak 60% atau 120 dari
180 negara yang diukur CPI memiliki skor di bawah 50 termasuk Indonesia. Selain
Indonesia, terdapat lima negara lain yang memiliki skor sama seperti Indonesia, yaitu
Burkina Faso, Guyana, Lesotho, Trinidad and Tobago, serta Kuwait.
Indonesia berada di peringkat ke-4 di antara negara ASEAN, setelah Singapura, Brunei
Darussalam, dan Malaysia. Di tahun 2019, Denmark dan New Zealand berada di tingkat
pertama dengan perolehan skor 87, disusul dengan Finlandia di peringkat kedua yang
berhasil memperoleh skor 86. Sementara itu, Somalia masih berada di posisi terendah
dengan perolehan skor 9.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanti, Evi. 2005. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika.
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta:
Salemba Empat.
http://caturoktavianasholihah18.blogspot.com/2018/03/akuntansi-forensik-tatanan-
kelembagaan.html
https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-komisi-pemberantasan-korupsi
https://asatir-revolusi.blogspot.com/2016/07/peran-lembaga-lembaga-negara-dalam.html
http://www.mag.co.id/tugas-dan-wewenang-badan-pemeriksa-keuangan-atau-bpk/
https://tipidkorpolri.info/sekilas-dit-tipidkor/tugas-dan-fungsi/
https://antikorupsi.org/id/news/kpk-dan-bpk
https://jakarta.bpk.go.id/?p=19926
http://goresanpenahukum.blogspot.com/2013/11/peran-ppatk-dalam-mencegah-dan.html
https://www.kpk.go.id/id/berita/berita-kpk/1462-indeks-persepsi-korupsi-indonesia-
membaik
https://salamadian.com/pengertian-tugas-sejarah-fungsi-kpk/

https://hot.liputan6.com/read/4063631/tugas-dan-fungsi-bpk-yang-perlu-diketahui-
tanggung-jawab-soal-keuangan-negara

https://nasional.tempo.co/read/1298824/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-2019-naik-2-
poin/full&view=ok

Anda mungkin juga menyukai