Anda di halaman 1dari 10

TATANAN KELEMBAGAAN, KRIMINOLOGI DAN VIKTIMOLOGI

DALAM AKUNTANSI FORENSIK

Dosen Pengampu :

Ni Nengah Seri Ekayani, SE,AK.M.Si.,CA

Oleh :

Octaviani Nila Permatasari (1833121026)

Chalysta Kimling Romani (1833121462)

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Warmadewa

2021
PENDAHULUAN

Akuntansi Forensik adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan
untuk memecahkan masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum. Dengan demikian investigasi dan analisis yang
dilakukan harus sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum yang
memiliki yurisdiksi yang kuat. Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam
pengadilan (litigation), dan juga bisa berperan dalam bidang hukum diluar pengadilan (non
litigation). misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam
sengketa, perumusan perhitungan ganti rugidan upaya menghitung dampak pemutusan /
pelanggaran kontrak.

Dalam UUD 45 disebutkan tentang lembaga negara atau lembaga penyelenggara negara,
baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pada tingkat pusat terdapat beberapa kelompok
kelembagaan antara lain kelompok lembaga yang mencerminkan perwakilan rakyat, presiden
dan wakil presiden yang mewakili kekuasaan pemerintahan negara, dan kelompok yang
mewakili kekuasaan kehakiman oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya. Ketiga kelompok tersebut adalah merupakan perwujudan konsep trias politica dalam
ketatanegaraan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak termasuk dalam kekuasaan tersebut
karena BPK lebih dikenal dalam sistem ketatanegaraan negara-negara demokrasi. Selain itu ada
kriminologi dan viktimologi yang merupakan bagian penting dalam mengembangkan hukum
pidana. Kriminologi dan viktimologi memberi peluang dalam melakukan eksplorasi pada batasan
wilayah disiplin akuntansi forensic.

PEMBAHASAN

I. TATANAN KELEMBAGAAN

A. Lembaga Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdiri pada tanggal 29 Desember tahun
2003 bukanlah lembaga pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia. KPK didirikan
karena kelemahan aparat penegak hukum di bidang penyelidikan dalam menghadapi tuntutan
konvensi pemberantasan korupsiPBB. Selain KPK, dalam era pemerintahan SBY (Susilo
Bambang Yudhoyono), dibentuk juga Tim PemburuKoruptor dan Timtas Tipikor
yang dikomandani oleh Pimpinan Kejaksaan Agung.

Tugas dan Wewenang KPK

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor.Dalam


melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang untuk:
1. Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tipikor;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tipikor;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tipikor kepada instansi yang
terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tipikor;
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tipikor.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor. Dalam
melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang untuk:
1. Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang
menjalankan tugas danwewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan
tipikor, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik.
2. Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tipikor yang sedang
dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.
3. Penyelidikan, penyelidikan, dan penuntutan terhadap tipikor. KPK berwenang melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atas kasus tipikor yang:
a. Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;
b. Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian
ke luar negeri;
c. Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan
keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;
d. Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir
rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain
yang terkait;
e. Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan
sementara tersangka dari jabatannya;
f. Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada
instansi yang terkait;
g. Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan
perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang
dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan
bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang
sedang diperiksa;
h. Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain
untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar
negeri;
i. Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak
pidana korupsi yang sedang ditangani.
4. Pencegahan tipikor. Dalam melaksanakan tugas pencegahan, KPK berwenang untuk:
a. melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan
penyelenggara negara;
b. menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;
c. menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang
pendidikan;
d. merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan
tindak pidana korupsi;
e. melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;
f. melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi.
5. Pemantauan penyelenggaraan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas monitor, KPK
berwenang untuk:
a. melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua
lembaga negara dan pemerintah;
b. memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk
melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan
administrasi tersebut berpotensi korupsi;
c. melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, danBadan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi
Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.

Kewajiban KPK

KPK berkewajiban:

1. memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan


ataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi;
2. memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan
untukmemperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak pidana korupsi
yang ditanganinya;
3. menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden Republik Indonesia,
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan;
4. menegakkan sumpah jabatan;
5. menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas di atas.

B. Anti Corruption Agencies

Lembaga semacam KPK yang secara generik dikenal sebagai Anti-Corruption Agencies


(ACA), tidak hanyaada di Indonesia. Di banyak negara Agency ini disebut
Commission atau Komisi (seperti KPK). Namun ada juga yang menyebutkan Biro, seperti
di Singapura, atau Badan, seperti di Malaysia. Ada dua model ACA, yakni multy agency
model dan single-agency model. Negara menerapkan multy agency model memanfaatkan
lembaga-lembaga penegak hukum yang sudah ada dan membangun satu lembaga khusus.
Indonesia adalah contoh negara yang menerapkan multy agency model. Kebanyakan negara
Eropa Baratdan Amerika Serikat juga menerapkan multy agency model .

C. Landskap Audit Pemerintahan


Terdapat beberapa faktor yang dapat melemahkan proses audit. Pertama, BPK menghadapi
kendala-kendala sumber daya yang parah. Kedua, tidak adanya undang-undang audit negara
modern yang menyebabkan banyak kerancuan dan menjadi tempat di mana organisasi-organisasi
yang ingin menghindari audit bisa bersembunyi. Banyak organisasi, terutama militer, telah
menolak untuk diaudit BPK. Ketiga, parlemen, Departemen Keuangan, dan departemen-
departemen teknis tidak mempunyaiproses yang digariskan secara jelas untuk menindak lanjuti
temuan-temuan audit dan mengambil alih langkah perbaikan, dan sebagai akibatnya tidak terjadi
tindak lanjut sistematis. Keempat, seperti dicatat, BPK tidak berwenang mengumumkan hasil
temuannya. BPKP memberikan layanan kepada instansi pemerintah baik Departemen/LPND
maupun Pemerintah Daerah. Cakupan layanan yang diberikan oleh BPKP adalah:

a. Audit atas berbagai kegiatan unit kerja di lingkungan departemen/LPND maupun


pemerintah daerah.
b. Policy evaluation.
c. Optimalisasi penerimaan negara.
d. Asistensi penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah.
e. Asistensi penerapan good corporate governance.
f. Risk management based audit.
g. Audit investigatif atas kasus berindikasi korupsi. Terdapat tiga pendapat mengenai
pembaruan landskap audit pemerintah, yakni
h. Bubarkan BPKP dan sebarkan SDM-nya ke Inspektorat Jenderal dan Bawasda.
i. Manfaatkan BPKP yang melakukan fungsi Inspektorat Jenderal dan Bawasda.
j. BPKP sebagai think tank saja, tidak usah besar namun efektif dalam memacu Inspektorat
Jenderal dan Bawasda.
k. Pengadilan Tipikor

Dari beberapa butir yang diajukan dalam permohonan judicial review, hanya satu yang
dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi, yakni pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
dengan Undang-undangNomor 30 Tahun 2002. Mahkamah Konstitusi memutuskan Pengadilan
Tipikor harus dibentuk dengan undang-undang tersendiri sebelum akhir Desember 2009. Dari
pantauan Indonesia Corruption Watch (ICW) selama lima tahun terakhir, komitmen pengadilan
umum justru dipertanyakan. Banyak terdakwa kasus korupsi yang diadili pengadilan umum,
yangsemuanya terdiri atas hakim karier, justru dibebaskan. Ini berbeda dari Pengadilan Tipikor,
yang memadukan hakim karier dan hakim ad hoc, yang selama ini tidak pernah membebaskan
terdakwa korupsi dari hukuman. Pemantauan ICW disejumlah pengadilan umum selama lima
tahun terakhir sejak2005, menunjukkan jumlah terdakwa kasus korupsi yang bebas di pengadilan
umum bukan berkurang,tetapi malah meningkat. Dan terdakwa yang dihukum, hukumannya
cenderung ringan.

II. KRIMINOLOGI DAN VIKTIMOLOGI

A. Pengertian Kriminologi

Menurut Prof. Muhammad Mustofa, definisi kriminologi dikaitkan dengan pengembangan


kriminologi di Indonesia yang berakar pada sosiologis. Kriminologi diartikan sebagai
pengetahuan ilmiah tentang :

a. perumusan sosial pelanggaran hukum, penyimpangan sosial, kenakalan, dan kejahatan


b. pola tingkah laku dan sebab terjadinya pola tingkah laku yang menyimpang, pelanggar
hukum, kenakalan, dan kejahatan yang ditelusuri pada munculnya suatu peristiwa
kejahatan, serta kedudukan korban kejahatan dalam hukum dan masyarakat
c. pola reaksi sosial formal, informal, dan non-formal terhadap penjahat, kejahatan, dan
korban kejahatan.

Awalnya Kriminologi merupakan bagian dari Hukum Pidana, pada perkembangannya


kriminologi menjadi ilmu yang mandiri walaupun masih berkaitan dengan Hukum Pidana yaitu
mengkaji sebab pelaku melakukan kejahatan. Pelaku kejahatan merupakan masalah pokok
Hukum Pidana. Demikian pula Viktimologi awalnya merupakan bagian Kriminologi modern
yang mengkaji sebab pelaku melakukan kejahatan. Karena perkembangan dan perubahan
masyarakat dan banyak ahli pikir antusias untuk mengkaji nasib para korban untuk mendapatkan
perlindungan hukum, akhirnya viktimologi menjadi ilmu yang mandiri.

B. Hubungan Kriminologi dengan Hukum Pidana

Hubungan kriminologi dan hukum pidana dikatakan keduanya pasangan yang saling
melengkapi karena orang akan mengerti dengan baik tentang penggunaan hukum terhadap
pelaku tindak pidana maupun pengertian mengenai timbulnya tindak pidana dan cara
pemberantasannya sehingga mudah menentukan adanya tindak pidana dan pelakunya. Hukum
pidana mempelajari delik sebagai pelanggaran hukum, sedang untuk mempelajari bahwa delik
merupakan perbuatan manusia sebagai suatu gejala sosial adalah kriminologi.

C. Perbedaan Kriminologi dengan Viktimologi

Perbedaan Kriminologi dan Viktimologi terletak pada obyeknya. Kriminologi


mempelajari kejahatan dan penjahat. Orientasi Viktimologi kesejahteraan masyarakat, yaitu
masyarakat tidak menjadi korban dalam arti luas. Anggapan bahwa kriminologi merupakan salah
satu sisi mata uang, maka sisi yang lain adalah viktimologi.

D. Hubungan Kriminologi dengan Viktimologi

Hubungan Viktimologi dengan Kriminologi menurut Didik M.Arief Mansur, bahwa


viktimologi bagian yang hilang dari kriminologi, dan viktimologi membahas bagian yang tidak
tercakup dalam kajian kriminologi. Namun demikian terpisahnya Viktimologi dari Kriminologi
mengundang beberapa pendapat, yaitu : Viktimologi tidak terpisahkan dari kriminologi,
Viktimologi terpisah dari kriminologi, Viktimologi merupakan cabang ilmu yang mempunyai
teori dalam kriminologi, tetapi dalam membahas persoalan korban, viktimologi juga tidak dapat
hanya terfokus pada korban itu sendiri.

E. Pengertian Viktimologi

Viktimologi mempunyai artian sempit dan artian yang luas. Dalam artian sempit, yang
dimaksud viktimologi adalah ilmu yang mempelajari korban, dan yang dimaksud korban disini
adalah korban akibat adanya tindak pidana. Sedangkan dalam artian luas, viktimologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang korban yang meliputi korban dari berbagai bidang antara lain
korban pencemaran lingkungan, korban perang, korban kesewenang-wenanganan. Termasuk
penyalahgunaan kekuasaan ekonomi yang bersifat ilegal dan penyalahgunaan kekuasaan publik
yg bersifat ilegal.

F. Ruang Lingkup Viktimologi

Menurut J. E. Sahetapy ruang lingkup viktimologi meliputi bagaimana seseorang dapat


menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang tidak selalu berhubungan dengan
masalah tindak pidana, termasuk pula korban kecelakaan, dan bencana alam selain dari korban
tindak pidana dan penyalahgunaan kekuasaan.

Ruang lingkup atau objek studi viktimologi dan kriminologi dapat dikatakan sama, yang
berbeda adalah titik tolak pangkal pengamatannya dalam memahami suatu viktimisasi kriminal,
yaitu viktimologi dari sudut pihak korban sedangkan kriminologi dari sudut pihak pelaku.
Masing- masing merupakan komponen-komponen suatu interaksi (mutlak) yang hasil
interaksinya adalah suatu viktimisasi kriminal atau kriminalitas.

G. Tujuan Mempelajari Viktimologi

Viktimologi mempelajari hakikat siapa korban, yang menimbulkan korban, arti


viktimisasi dan proses viktimisasi dan konsepkonsep usaha represif dan preventif. Disamping itu
viktimologi juga memberikan pemahaman tentang kedudukan dan peran korban dan
hubungannya dengan pelaku, serta hak dan kewajibannya untuk mengetahui, mengenali bahaya
yang dihadapinya dalam menjalankan pekerjaan mereka.

Oleh karena itu studi tentang viktimologi perlu untuk dikembangkan. Adanya ungkapan
bahwa seseorang lebih mudah membentengi diri untuk tidak melakukan perbuatan yang
melanggar hukum daripada menghindari diri dari menjadi korban kejahatan.

H. Hubungan Viktimologi dengan Hukum Pidana

Pelaku tindak pidana merupakan salah satu masalah pokok hukum pidana. Demikian pula
viktimologi pada awalnya merupakan bagian dari kriminologi modern yang mengkaji sebab-
sebab pelaku melakukan tindak pidana. Karena perkembangan dan perubahan masyarakat dan
banyak ahli pikir antusias untuk mengkaji nasib para korban dalam upaya mendapatkan
perlindungan hukum, akhirnya pengetahuan tentang korban menjadi ilmu yang mandiri lepas
dari kriminologi dan lebih dikenal dengan sebutan viktimologi. Hubungan viktimologi dengan
hukum pidana bahwa selama ini telah dipahami tentang masalah pokok hukum pidana yang
terdiri atas perbuatan melawan hukum dan sanksinya, baik teori maupun praktik pada peradilan
pidana.

PENUTUP
Tatanan kelembagaan sangat berkaitan erat dengan kriminologi dan viktimologi dimana
dalam tatanan kelembagaan berisi lembaga Negara yang bertanggung jawab dalam menghadapi
tindak kasus seperti korupsi. Tatanan kelembagaan terdiri dari legislatif (lembaga perwakilan
rakyat), eksekutif (kekuasaan pemerintah negara), dan yudikatif (kekuasaan kehakiman). Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak merupakan bagian dari ketiga kekuatan atas kekuasaan
tersebut. Lembaga BPK dikenal dalam sistem ketatanegaraan negara-negara demokrasi.
Sedangkan kriminologi merupakan suatu ilmu disiplin yang menerapkan metodologi
ilmiah dalam mencari dan menemukan kebenaran. Metode ini digunakan agar proses investigasi
mencapai hasil yang objektif dan dapat diverifikasi pelaku dari tindak kejahatan yang terjadi.
Kriminologi memiliki sub field, yaitu viktimologi. Berbeda dari kriminologi yang berurusan
dengan kajahatan dan pelakunya, viktimologi lebih membahas mengenai korban dan segala
aspek yang dirugikan dari tindak kejahatan yang terjadi.

REFRENSI
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Salemba
Empat: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai