Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI

TATANAN KELEMBAGAAN

OLEH :
KELOMPOK 08 KELAS D4

1. NI PUTU EVI ASTARI (1833121015)


2. IDA AYU MADE RADINA ANGGUN PRASASTI (1833121038)
3. I GUSTI AYU TRISKA PUSPAYANTI (1833121090)
4. ANAK AGUNG ISTRI DYAH PITALOKA (1833121172)
5. ADEK AYU DEBI TIRTA SARI (1833121178)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN AJARAN 2021

1
RANGKUMAN MATERI KULIAH

1. Tatanan Kelembagaan
Dalam UUD 45 disebutkan tentang lembaga negara atau lembaga penyelenggara negara,
baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pada tingkat pusat terdapat beberapa kelompok
kelembagaan antara lain kelompok lembaga yang mencerminkan perwakilan rakyat, presiden
dan wakil presiden yang mewakili kekuasaan pemerintahan negara, dan kelompok yang
mewakili kekuasaan kehakiman oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya. Ketiga kelompok tersebut adalah merupakan perwujudan konsep trias politika
dalam ketatanegaraan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak termasuk dalam kekuasaan
tersebut karena BPK lebih dikenal dalam sistem ketatanegaraan negara-negara demokrasi.
2. Lembaga Pemberantasan Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdiri pada tanggal 29 Desember tahun
2003 bukanlah lembaga pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia. KPK didirikan
karena kelemahan aparatpenegak hukum di bidang penyelidikan dalam menghadapi tuntutan
konvensi pemberantasan korupsi PBB. Selain KPK, dalam era pemerintahan SBY (Susilo
Bambang Yudhoyono), dibentuk juga Tim Pemburu Koruptor dan Timtas Tipikor
yang dikomandani oleh Pimpinan Kejaksaan Agung.
A. Tugas dan Wewenang KPK yaitu sebagai berikut:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang untuk:
a. Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tipikor;
b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tipikor;
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tipikor kepada instansi yang
terkait;
d. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukanpemberantasan tipikor; dan
e. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tipikor.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor. Dalam
melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang untuk:
a. Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang
menjalankan tugas danwewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan
tipikor, dan instansi yang dalammelaksanakan pelayanan publik.

2
b. Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tipikor yang sedang
dilakukan olehkepolisian atau kejaksaan.
3. Penyelidikan, penyelidikan, dan penuntutan terhadap tipikor.
KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atas kasus tipikor
yang:
a. Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;
b. Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke
luar negeri;
c. Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan
keuangantersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;
d. Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir
rekening yangdiduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain
yang terkait;
e. Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan
sementaratersangka dari jabatannya;
f. Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi
yang terkait;
g. Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan
perjanjian lainnyaatau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang
dilakukan atau dimiliki olehtersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti
awal yang cukup ada hubungannya dengantindak pidana korupsi yang sedang
diperiksa;
h. Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk
melakukanpencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri;
i. Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan
penangkapan penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana
korupsi yang sedangditangani.
4. Pencegahan tipikor.
Dalam melaksanakan tugas pencegahan, KPK berwenang untuk:
a. melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan
penyelenggara negara;
b. menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;
c. menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang
pendidikan;
3
d. merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan
tindak pidana korupsi;
e. melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;
f. melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi.
5. Pemantauan penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas monitor, KPK berwenang untuk:
a. melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua
lembaga negara danpemerintah;
b. memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk
melakukan perubahan jikaberdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan
administrasi tersebut berpotensi korupsi;
c. melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, danBadan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi
Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahantersebut tidak diindahkan.
B. Kewajiban dan Larangan KPK
1. KPK berkewajiban sebagai berikut:
a. Memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan
laporan ataupunmemberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana
korupsi;
b. Memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan
bantuan untukmemperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan
tindak pidana korupsi yangditanganinya;
c. Menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden Republik
Indonesia, DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa
Keuangan;
d. Menegakkan sumpah jabatan;
e. Menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas di
atas.
2. Pimpinan, tim penasihat, dan pegawai KPK dilarang:
a. Mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka atau pihak lain
yang ada hubungan dengan perkara tindak pidana korupsi yang di tangani Komisi
Pemeberantasan Korupsi dengan alasan apa pun;

4
b. Menangani perkara tindak pidana korupsi yang pelakunya mempunyai hubungan
keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga
dengan anggota Komisi Pemberantasan Korupsi yang bersangkutan.
c. Menjabat komisaris atau direksi suatu perseroan, organ yayasan, pengawas atau
pengurus koperasi, dan jabatan profesi lainnya atau kegiatan lainya yang berhubungan
dengan jabatan tersebut.
Setiap anggota KPK dan Pegawai KPK yang melanggar larangan tersebut di atas, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun. Setiap anggota KPK dan Pegawai KPK yang
melakukan tindak pidana korupsi, pidanya diperberat dengan menambah satu sepertika (1/3)
dari ancaman pidana pokok.
C. Anti Corruption Agencies
Lembaga semacam KPK yang secara generik dikenal sebagai Anti-Corruption Agencies
(ACA), tidak hanyaada di Indonesia. Di banyak negara Agency ini disebut Commission
atau Komisi (seperti KPK). Namun ada juga yang menyebutkan Biro, seperti di Singapura,
atau Badan, seperti di Malaysia. Ada dua model ACA, yakni multy agency model dan single-
agency model. Negara menerapkan multy agency model memanfaatkan lembaga-lembaga
penegak hukum yang sudah ada dan membangun satu lembaga khusus. Indonesia adalah
contoh negara yang menerapkan multy agency model. Kebanyakan negara Eropa Barat dan
Amerika Serikat juga menerapka multy agency model.

3. Landskap Audit Pemerintahan


Terdapat beberapa faktor yang dapat melemahkan proses audit. Pertama, BPK
menghadapi kendala-kendala sumber daya yang parah. Kedua, tidak adanya undang-undang
audit negara modern yang menyebabkan banyak kerancuan dan menjadi tempat di mana
organisasi-organisasi yang ingin menghindari audit bisa bersembunyi. Banyak organisasi,
terutama militer, telah menolak untuk diaudit BPK. Ketiga, parlemen, Departemen
Keuangan, dan departemen-departemen teknis tidak mempunyai proses yang digariskan
secara jelas untuk menindaklanjuti temuan-temuan audit dan mengambil alih langkah
perbaikan, dan sebagai akibatnya tidak terjadi tindak lanjut sistematis. Keempat, seperti
dicatat, BPK tidak berwenang mengumumkan hasil temuannya.
BPKP memberikan layanan kepada instansi pemerintah baik Departemen/LPND maupun
Pemerintah Daerah. Cakupan layanan yang diberikan oleh BPKP adalah:
a. Audit atas berbagai kegiatan unit kerja di lingkungan departemen/LPND maupun
pemerintah daerah.
5
b. Policy evaluation.
c. Optimalisasi penerimaan negara.
d. Asistensi penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah.
e. Asistensi penerapan good corporate governance.
f. Risk management based audit.
g. Audit investigatif atas kasus berindikasi korupsi.
Terdapat tiga pendapat mengenai pembaruan landskap audit pemerintah, yakni:
a. Bubarkan BPKP dan sebarkan SDM-nya ke Inspektorat Jenderal dan Bawasda.
b. Manfaatkan BPKP yang melakukan fungsi Inspektorat Jenderal dan Bawasda.
c. BPKP sebagai think tank saja, tidak usah besar namun efektif dalam memacu
Inspektorat Jenderal dan Bawasda.
Dari beberapa butir yang diajukan dalam permohonan judicial review, hanya satu yang
dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi, yakni pembentukan Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi dengan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002. Mahkamah Konstitusi memutuskan
Pengadilan Tipikor harus dibentuk dengan undang-undang tersendiri sebelum akhir
Desember 2009.
Dari pantauan Indonesia Corruption Watch (ICW) selama lima tahun terakhir, komitmen
pengadilan umum justru dipertanyakan. Banyak terdakwa kasus korupsi yang diadili
pengadilan umum, yang semuanya terdiri atas hakim karier, justru dibebaskan. Ini berbeda
dari Pengadilan Tipikor, yang memadukan hakim karier dan hakim ad hoc, yang selama ini
tidak pernah membebaskan terdakwa korupsi dari hukuman. Pemantauan ICW di sejumlah
pengadilan umum selama lima tahun terakhir sejak 2005, menunjukkan jumlah terdakwa
kasus korupsi yang bebas di pengadilan umum bukan berkurang, tetapi malah meningkat.
Dan terdakwa yang dihukum, hukumannya cenderung ringan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Buku Akuntansi Forensik&Audit Investigasi, Theodorus M.Tuanakotta, Edisi 2


https://www.academia.edu/33846079/Resume_Akuntansi_Forensik_Dan_Audit_Investigatif

Anda mungkin juga menyukai