Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FINAL

AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT KECURANGAN

Oleh Kelompok 6:

1. Taufik fitriyanto C30118198


2. Ichael Davriel C30118307
3. Wahyu Saputra C30119164

Jurusan Akuntansi (S1)


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Tadulako
KPK DAN BPK

FERDY HASIMAN, (2017)

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

BPK adalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang merupakan lembaga
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara

Wewenang BPK:
1.    Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan
pemeriksaan
2.    Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan
lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara
3.    Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat
pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan
terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara
4.    Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK
5.    Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara
6.    Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
7.    Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan
atas nama BPK
8.    Membina jabatan fungsional Pemeriksa
9.    Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan
10.  Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.  

 KPK (Komisi Pemberantasa Korupsi)

KPK adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan
hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan
bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

Merupakan badan yang berwenang dalam melakukan penindakan, penyelidikan, penyidikan,


dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi atas dasar laporan BPK.

Tugas KPK:
1.   Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
2.   Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
3.   Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
4.   Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5.   Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.  

Wewenang KPK:
1.   Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;
2.   Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3.   Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi
yang terkait;
4.   Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5.   Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.  

Hubungan BPK dan KPK

Hubungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan Komisi Pemeriksa Korupsi (KPK)
adalah bahwa BPK adalah rekan / patner kerja KPK dalam pencegahan maupun penanganan
sebuah perkara yang turut membantu upaya pemberantasan korupsi. Kerjasama BPK dengan
KPK dilakukan ketika KPK menemukan kasus korupsi maupun ketika KPK mematangkan suatu
kasus korupsi yang sedang diusut. Ada kalanya KPK menemukan kasus korupsi yang awalnya
berasal dari laporan BPK berdasarkan audit keuangan yang dilakukan BPK. Dimana audit
keuangan dilakukan oleh BPK dalam rangka menjalankan tugasnya untuk mengawasi
pengelolaan keuangan negara. Sehingga apabila dalam audit keuangan BPK menemukan hasil
audit diluar opini wajar tanpa pengecualian (WTP), maka BPK akan melaporkannya kepada KPK
untuk diinvestigasi dengan adanya dugaan awal bahwa ada potensi kerugian negara sebagai
akibat korupsi yang dilakukan pihak – pihak tertentu berdasarkan audit tersebut. Salah satu
bentuk hubungan baik BPK dan KPK dalam rangka pemberantasan korupsi adalah dengan
adanya nota kesepahaman (MoU) antara BPK-KPK yang ditandatangani pinpinan kedua
lembaga itu pada Tahun 2006. Nota kesepahan tersebut berisi tentang kerjasama dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Kerjasama ini mencakup pula
kerjasama dalam pertukaran informasi, bantuan personil, pendidikan dan pelatihan, pengkajian
serta koordinasi.  

Penguatan KPK dan BPK

KPK adalah salah satu lembaga penegak hukum yang masih dipercaya rakyat. Kerja KPK
sudah menunjukkan hasil walaupun belum maksimal. Satu per satu korupsi yang melibatkan
pejabat-pejabat negara, termasuk dari lembaga penegak hukum, terbongkar. Secara nasional,
kerja KPK membangkitkan harapan akan berakhirnya korupsi di Indonesia.
 
Keberhasilan KPK tidak saja terjadi karena kredibilitas orang-orang yang duduk di dalamnya,
tetapi juga karena wewenang dan perangkat kerja yang dimiliki lembaga itu. KPK, misalnya,
berwenang melakukan penyadapan; sebuah wewenang yang sangat efektif mengungkap tipu
daya korupsi para pejabat negara. KPK juga memiliki kewenangan melakukan penyidikan setara
kepolisian dan kejaksaan sehingga mampu mengatasi korupsi sistemik di kepolisian dan
kejaksaan.

Setelah Adanya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Kinerja Kepolisian Dan Kejaksaan Naik
Gusti Grehenson (2013)
Kehadiran Komisi Pemberantsan Korupsi (KPK) sejak 2005 telah memberi dampak positif
bagi institusi penegak hukum lain, Kepolisian dan Kejaksaan untuk menjalankan proses
pengadilan kasus korupsi yang lebih efisien baik di tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi
dan Mahkamah Agung. “Adanya KPK, peningkatan kinerja Kepolisian dan Kejaksaaan dalam
menangani kasus-kasus korupsi menjadi lebih cepat,” kata Peneliti Kriminal Ekonomi UGM, Dr.
rimawan Pradito di FEB UGM, Kamis (14/11).

Di tingkat pengadilan Negeri (PN), proses peradilan kasus korupsi yang ditangani Kepolisian dan
Kejaksaan lebih cepat 28,78 persen dibandingkan sebelum adanya KPK. Bahkan di tingkat
Pengadilan Tinggi, lebih cepat 38,38 % dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Sebaliknya kinerja KPK di tingkat pengadilan Pengadilan Negeri (PN),  kasus korupsi yang
ditangani KPK lebih cepat 39,77 % . Di Pengadilan Tinggi, kasus korupsi yang sudah ditangani
KPK secara signikan lebih cepat 124 %. Sedangkan di tingkat pengadilan MA, kasus korupsi yang
ditangani KPK lebih cepat 158 persen dibandingkan dengan kasus yang ditangani institusi lain.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/tugas-bpk/ https://antikorupsi.org/id/article/kpk-dan-bpk
https://www.ugm.ac.id/id/berita/8410-setelah-ada-kpk-kinerja-kepolisian-dan-kejaksaan-naik
https://plus.kapanlagi.com/arti-kpk-pengertian-tugas-dan-fungsi-visi-misi-serta-struktur-
organisasi-934ab8.html

Anda mungkin juga menyukai