Anda di halaman 1dari 5

MATERI XIII

EKSISTENSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Dosen :

Adi Purnomo Santoso, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NASIONAL

2019-2020
EKSISTENSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat KPK)


adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan
hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya.

Visi :  Bersama Elemen Bangsa, Mewujudkan Indonesia Yang Bersih Dari


Korupsi 

Misi : Meningkatkan Efisiensi dan efektivitas penegakan hukum dan


menurunkan tingkat korupsi di Indonesia melalui koordinasi, Supervisi,
Monitor, Pencegahan, dan Penindakan dengan peran serta seluruh elemen
bangsa

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari
lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang-undang menyebutkan
peran KPK sebagai trigger mechanism, yang berarti mendorong atau sebagai stimulus
agar upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya
menjadi lebih efektif dan efisien.

Adapun tugas KPK adalah :

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak


pidana korupsi (TPK);
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan TPK;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK; melakukan
tindakan-tindakan pencegahan TPK;
4. dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Untuk mempertahankan eksistensinya, KPK justru harus bersih luar-dalam.
Mustahil pula KPK dapat berjalan sendirian tanpa melibatkan aparat penegak hukum
lain, seperti polisi, jaksa, dan hakim. Namun, yang menjadi sasaran OTT KPK justru
koleganya sendiri, yakni aparat peradilan, kepolisian, dan kejaksaan. Hal ini
seharusnya dapat dikoordinasikan terlebih dulu lewat pimpinan Mahkamah Agung
atau Ketua Komisi Yudisial, Jaksa Agung, dan Kepala Polri. Ini perlu dilakukan
supaya institusi tersebut menegakkan tata kelola yang baik, termasuk sumber daya
manusia serta visi dan misi yang sama, seperti yang sudah dibangun KPK dengan
MA melalui Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli).

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu:


kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan
proporsionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK.

Ketentuan mengenai struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa sehingga


memungkinkan masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam aktivitas dan
langkah-langkah yang dilakukan KPK. Dalam pelaksanaan operasional, KPK
mengangkat pegawai yang direkrut sesuai dengan kompetensi yang diperlukan.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi


berwenang:

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana


korupsi;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Selengkapnya mengenai tugas, wewenang, dan kewajiban Komisi


Pemberantasan Korupsi, dapat dilihat pada Undang-Undang No. 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

BENTUK-BENTUK KORUPSI

1. Perbuatan melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan


keuangan/perekonomian Negara;
2. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat merugikan
keuangan/perekonomian Negara;
3. Penggelapan dalam jabatan;
4. Pemerasan dalam jabatan;
5. Tindak pidana yang berkaitan dengan pemborongan;
6. Delik gratifikasi.

TPK YANG DAPAT DITANGANI KPK

1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang
ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum atau penyelenggara negara;
2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau
3. Menyangkut kerugian keuangan negara paling sedikit Rp1.000.000.000 (satu
miliar rupiah).

Keberhasilan KPK dalam menangkap koruptor ternyata merupakan hasil dari


peran serta dan kepedulian masyarakat dalam melaporkan kasus korupsi. KPK sangat
mengharapkan peran serta masyarakat untuk memberikan akses informasi ataupun
laporan adanya dugaan tndak pidana korupsi (TPK) yang terjadi di sekitarnya.
Informasi yang valid disertai bukti pendukung yang kuat akan sangat membantu KPK
dalam menuntaskan sebuah perkara korupsi. 
LAYANAN PENGADUAN KPK

Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan kepada KPK melalui surat,


datang langsung, telepon, faksimile, SMS, atau KPK Whistleblower's System (KWS).
Tindak lanjut penanganan laporan tersebut sangat bergantung pada kualitas laporan
yang disampaikan.

Selain capaian pada sasaran strategis di atas, kegiatan operasional KPK yang
telah dilaksanakan hingga 31 Oktober antara lain adalah sebagai berikut:

Tugas KPK di masa mendatang akan semakin berat, kompleks dan


menantang, tidak hanya karena amanat undang-undang untuk pencegahan dan
pemberantasan korupsi saja, tetapi juga tuntutan dari pemangku kepentingan agar
KPK berperan dalam mewujudukan “Indonesia yang lebih baik” di masa yang akan
datang. Untuk itu dibutuhkan suatu dokumen perencanaan yang disusun secara
komprehensif dengan melibatkan Pimpinan dengan dukungan insane KPK.

Anda mungkin juga menyukai